Perkembangan KLG
Perkembangan KLG
PENDAHULUAN
TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
perkembangannya dan menjelaskan peran perawat pada masing-masing tahap.
Tujuan Instruksional khusus :
Mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan definisi masing-masing tahap perkembangan keluarga.
2. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga.
3. Menjelaskan masalah-masalah kesehatan yang terjadi sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga.
4. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada
setiap tahap perkembangan keluarga.
5. Menjelaskan peran perawat pada setiap tahap perkembangan keluarga.
Salah satu kerangka paling baru yang digunakan untuk mempelajari dan
bekerja dengan keluarga adalah perkembangan keluarga. Pendekatan teoritis ini
mencoba mengungkapkan perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke
waktu termasuk perubahan-perubahan dalam interaksi dan hubungan diantara anggota
keluarga dari waktu ke waktu. Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada
observasi bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah
alamiah,
diinterpretasikan secara penuh dan akrual (Duvall, dan Miller, 1985). Meskipun setiap
keluarga mengalami setiap saat perkembangan dengan cara-caranya yang unik, semua
keluarga dianggal sebagai contoh dari seluruh pola normatif (Rodger, 1973) dan
mengikuti urutan-urutan perkembangan yang universal (Goode, 1959).
mengambil satu jenis struktur ketika anak-anak masih berusia prasekolah ; struktur
lain ketika orang tua mulai mengikuti puncak hidup dan anak-anak memasuki masa
remaja ; dan akhirnya bentuk struktur yang lain adalah ketika anak-anak mulai
dewasa, menikah dan mulai mandiri.
Akar sejarah dari teori perkembangan keluarga dapat dibuktikan dengan lima
warisan teori. Kerangka perkembangan keluarga bersifat elektrik, karena kerangka ini
mengajukan konsep-konsep dari pendekatan yang berbeda terhadap studi keluarga.
Kontribusi pada teori perkembangan keluarga diambil dari interaksionisme simbolik,
fungsionalisme struktural, sosiologi kerja dan propesi, teori sistem dan perkembangan
ilmu ditambah lagi dengan teori stress dan krisis kehidupan keluarga (Dattessich dan
Dill, 1987)
Pusat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti yang
diuraikan oleh Algous (1978) adalah :
1. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara
yang sama dan dapat diprediksi.
2. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka
memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap tuntutan
lingkungan.
3. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh
mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat.
4. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah awal
dan akhir yang kelihatan jelas.
Meskipun teori perkembangan umum didasarkan pada ciri-ciri ini dan biasa
dari kehidupan keluarga, namun teori ini tidak memberikan stressor non normatif atau
situasional (kejadian-kejadian yang tidak biasa) dan dapat dikritik karena asumsi
tentang homogenitas (kurang memperhatikan keanekaragaman kinerja), bias kelas
menengahnya, asumsinya tentang stabilitas dalam setiap tahap, dan kurangnya
penjelasan
proses
yang
terjadi
diantara
tahap-tahap
perkembangan
yang
Tahap II
: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur
30 bulan)
Tahap III
Tahap IV
Tahap V
Tahap VI
2. Penyatuan
keluarga
melalui 1. Keluarga
pemula
atau
tahap
pernikahan.
menikah
3. Keluarga dengan anak kecil (masa 2. Keluarga sedang mengasuh anak
bayi hingga usia sekolah)
dengan
anak
usia
pindah
rumah)
7. Orangtua usia pertengahan (tidak
ada jabatan lagi hingga pensiun)
8. Keluarga dalam masa pensiun dan
tahun-tahun yang cocok dalam dua tahap terakhir siklus kehidupan keluarga tahap
usia pertengahan dan tahap pensiunan dan lansia.
2. Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Seperti individu-individu yang mempunyai tugas-tugas perkembangan yang
harus mereka capai agar mereka merasa puas selama suatu tahap perkembangan dan
agar mereka mampu beralih ke tahap berikutnya dengan berhasil, setiap tahap
perkembangan keluarga pun mempunyai tugas-tugas perkembangan yang spesifik.
Tugas-tugas perkembangan keluarga menyatakan tanggung jawab yang dicapai oleh
keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat memenuhi (1)
kebutuhan biologis keluarga, (2) imperatif budaya keluarga, dan (3) aspirasi dan nilainilai keluarga (Duvall, 1977).
Bagaimana tugas-tugas perkembangan dalam keluarga berbeda dengan tugastugas perkembangan individu anggota keluarga? Meskipun dalam kenyataan banyak
tugas-tugas
tersebut
adalah
gabungan,
tugas-tugas
perkembangan
keluarga
lingkungan seringkali bertentangan dengan tugas seorang ibu memelihara rumah yang
teratur.
3. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orangtua
Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikut ini telah diuraikan oleh Duvall
dan Miller (1985) dan Charter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap tersebut terdiri
dari 9 tahap siklus kehidupan keluarga (Tabel 2). Tahap antara dari tipologi Charter
dan McGoldrick ditambahkan pada model siklus kehidupan
pernikahan berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan sukses, dewasa muda harus
pisah dari keluarga asalnya tanpa memutuskan atau secara reaktif berhubungan
dengan pergantian yang emonsional.
Tugas-Tugas Perkembangan.
Tahap ini adalah tahap keluarga antara, tugas-tugas perkembangannya
bersifat individual, bukan berorientasi pada keluarga. Carter dan McGoldrick (1980)
menjelaskan bahwa tugas perkembangan utama dari dewasa muda yang belum kawin
adalah menerima keluarga asalnya (hal. 13). Tiga tugas perkembangan yang
dicantumkan oleh Carter dan McGoldrick (1988, hal. 15) :
1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.
2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.
3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan
finansial.
Tabel 3. Tahap Transisi : Keluarga Antara dan Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus
Tugas-Tugas
Kehidupan Keluarga
Tahap Transisi :
Perkembangan Keluarga
1. Pisah dengan keluarga asal.
Keluarga antara
menguraikan oerintasi pria dan wanita yang berbeda melalui sosialisasi mereka. Pria
umumnya diajarkan untuk mengejar identitas ekspresi diri, sedangkan wanita
pengorbanan diri. Karena pria dan wanita dewasa muda mengalami masa belum
kawin,
mereka
mempunyai
isu
identitas
yang
berbedakan
untuk
obatan, alkohol dan tembakau dan juga mendapatkan tidur, nutrisi, istirahatm latihan,
perawatan gigi dan uji kesehatan dan perawatan yang adekuat.
11
jaringan
berencana
(keputusan
kedudukan
sebagai
orangtua)
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling
menyesuaikan
diri
yang
baru
saja
dibicarakan,
dan
tergantung
kepada
12
kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi hubungan seksual
secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).
2). Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.
Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah
pasangan, karena mereka pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang
baru. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu :
menjadi anggota keluarga dari keluarga mereka sendiri yang baru saja terbentuk.
Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri dari keluarga asal mereka
dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak saudara dan
dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk
kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut
pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan
yang tidak hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga
otonomi yang melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang
mungkin dapat merusak bahtera perkawinan yang bahagia.
3). Keluarga Berencana.
Apakah ini memiliki anak atau tidak dan penentuan waktu untuk hamil merupakan
suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Littlefield (1977) menekankan
pentingnya pertimbangan semua rencana kehamilan keluarga ketika seseorang bekerja
di bidang perawatan maternitas. Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga
sebagai sebuah unit selama masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga
mengatasi perubahan-perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kehamilan
bayi.
Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan,
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling pranatal,
dan komunikasi. Konseling semakin perlu diberikan sebelum perkawinan. Kurangnya
informasi sering mengakibatkan masalah-masalah seksual dan emosional, ketakutan,
rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit-penyakit kelamin
baik sebelum maupun
13
yang
tidak
14
merupakan faktor-faktor kesehatan mental yang penting bagi orangtua dan anak-anak
(Cohn dan Lierberman, 1974).
Kesehatan
fisik
ibu
dan
anak
merupakan
masalah
utama
yang
pertumbuhan dan
perkembangan keluarga.
Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu
yang etis, karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi.
Gadis-gadis remaja yang menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik
dan emosi untuk menjadi orang tua dan perlindungan yang realistis terhadap
kehamilan bersama-sama dengan supervisi kesehatan yang baik. Tapi hanya sedikit
saja dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat terhadap seks dan
perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis.
Diagnosa yang mungkin pada keluarga pemula:
1. Gangguan komunikasi verbal
2. Perubahan proses keluarga
3. Perubahan penampilan peran
4. Gangguan interaksi sosial
5. Disfungsi seksual
Diagnosa yang mungkin pada ibu hamil:
Trimester I
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
ketidaknyamanan
resiko kekurangan volume cairan
resiko cidera terhadap janin
resiko keletihan
resiko konstipasi
resiko infeksi : ISK
resiko gangguan citra tubuh
resiko perubhan penampilan peran
perubahan pola seksualitas
16
Trimester II
Ketidaknyamanan
Resiko cidera terhadap janin dan ibu
Perubahan pola seksualitas
Perubahan pola nafas
Resiko kelebihan vol cairan
Resiko koping individu tidak efektif
Trimester III
Gangguan pola tidur
Resiko cidera terhadap janin dan ibu
Resiko harga diri rendah situasional
Perubahan eliminasi
Peran perawat
Konselon pada penyesuaian seksual & peran marital
Gusru konselon dalam perencanaan keluarga
Koordinator untuk konseling menjadi orang tua
Fasilitator dalam hubungan kekerabatan interpersonal
oleh bayi yang berlangsung 3 hingga 4 minggu. Ibu juga letih secara psikologis dan
fisiologis. Ia sering merasakan beban tugas sebagai ibu rumah tangga dan barangkali
juga bekerja, selain merawat bayi. Khususnya terasa sulit jika ibu menderita sakit atau
mengalami persalinan dan pelahiran yang lama dan sulit atau seksio besar.
Kedatangan bayi dalam rumah tangga menciptakan perubahan-perubahan bagi
setiap anggota keluarga dan setiap kumpulan hubungan. Orang asing telah masuk ke
dalam kelompok ikatan keluarga yang erat, dan tiba-tiba keseimbangan keluarga
berubah setiap anggota keluarga memangku peran yang baru dan memulai hubungan
yang baru. Selain seorang bayi yang baru saja dilahirkan, seorang ibu, seorang ayah,
kakek nenekpun lahir. Istri sekarang harus berhubungan dengan suami sebagai
pasangan hidup dan juga sebagai ayah dan sebaliknya. Dan dalam keluarga yang
memiliki anak sebelumnya, pengaruh kehadiran seorang bayi sangat berarti bagi
saudaranya sama seperti pada pasangan yang menikah. Mengatakan pada seorang
anak untuk menyesuaikan diri dengan seorang adik laki-laki atau perempuan yang
baru mungkin sama dengan suami mengatakan pada istrinya bahwa ia membawa ke
rumah seorang nyonya yang ia cintai dan ia terima sama derajatnya (William dan
Leanman, 1973). Ini merupakan suatu perkembangan kritis bagi semua yang terlibat.
Oleh sebab itu, meskipun kedudukan sebagai orangtua menggambarkan tujuan
yang teramat penting bagi semua pasangan, kebanyakan pasangan menemukannya
sebagai perubahan hidup yang sangat sulit. Penyesuaian diri terhadap perkawinan
biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap menjadi orangtua. Meskipun bagi
kebanyakan orang tua merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan,
kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Dua faktor penting
yang menambah kesukaran dalam menerima peran orangtua adalah bahwa
kebanyakan orang sekarang tidak disiapkan untuk menjadi orang tua dan banyak
sekali mitos berbahaya yang tidak realistis meromantiskan pengasuhan anak didalam
masyarakat kami (Fulcomer, 1977). Menjadi orangtua merupakan satu-satunya peran
utama yang sedikit dipersiapkan dan kesulitan dalam transisi peran mempengaruhi
hubungan perkawinan dan hubungan orangtua dan bayi secara merugikan.
Perubahan-perubahan sosial yang dramatis dalam masyarakat Amerika juga
memiliki pengaruh yang kuat pada orangtua baru. Banyaknya wanita yang bekerja di
18
luar rumah dan memiliki karier, naiknya angka perceraian dan masalah perkawinan,
penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi yang sudah lazim, dan semakin meningkatnya
biaya perawatan dan memiliki anak merupakan faktor-faktor yang menyulitkan tahap
siklus awal kehidupan pengasuh anak (Bradt, 1988 ; Miller dan Myers-Walls, 1983).
Masa Transisi menjadi Orangtua.
Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting dan
sering merupakan krisis keluarga, sebagaimana yang digambarkan secara konsisten
pada penelitian keluarga selama tahap siklus kehidupan keluarga ini (Clark, 1966 ;
Hobbs dan Cole, 1976 ; LeMaster, 1957).
Untuk mengetahui bagaimana anak yang baru lahir mempengaruhi keluarga,
LeMaster, 1957, dalam studi klasik tentang penyesuaian keluarga terhadap kelahiran
anak pertama, mewawancarai 46 orang tua dari kalangan kelas menengah di Kota
(berusia 25 25 tahun) dan memperkirakan sejauhmana mereka dalam keadaan krisis.
Ia menemukan bahwa 17 persen pasangan tidak mengalami masalah atau hanya
masalah-masalah sedang, tapi sisanya mengalami masalah berat atau luar biasa.
Masalah-masalah yang paling lazim dilaporkan adalah :
1. Suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami)
2. Terhadap peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri.
3. Interupsi dalam jadwal yang kontinu begitu lelah sepanjang waktu,
merupakan sebuah kometar khas).
4. Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
Akan tetapi, studi-studi belakangan ini, Hobbs dan Cole (1976), tidak
menemukan pasangan yang melaporkan krisis ekstensif sebanyak yang dilaporkan
oleh LeMaster. Studi-studi tentang keluarga dalam krisis menyatakan bahwa
keluarga-keluarga mempunyai pemikiran yang salah dan idealis tentang menjadi
orang tua sebelum kelahiran anak pertama dan kekuatan perkawinan menurun secara
tajam dengan lahirnya anak pertama (Miller dan Solye, 1980)
Clark, (1966) melakukan sebuah studi tentang keluarga secara kelahiran
seorang bayi baru menyatakan kesulitan dalam penyesuaian diri menyangkut orangtua
19
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Membentuk keluarga muda sebagai
sebuah
unit
yang
mantap
tugas-tugas
20
hubungan
besar
dengan
21
seringkali tetap netral pada awalnya sementara wanita secara cepat menyesuaikan diri
dengan struktur keluarga yang baru.
Kebiasaan dimana kebanyakan ayah secara tradisional tidak diikutsertakan
dalam proses perinatal secara pasti memperlambat pria melakukan perubahan peran
yang penting ini dan oleh karena itu menghalangi keterlibatan emosional mereka.
Sayangnya, kesadaran yang meningkat tentang peran penting yang dipangku ayah
dalam perawatan anak dan perkembangan anak telah menimbulkan keterlibatan ayah
yang lebih besar dalam perawatan bayi dikalangan kelas menengah (Hanson dan
Bozett, 1985).
Ibu dan ayah menumbuhkan dan mengembangkan peran orangtua mereka
dalam berespons terhadap tuntutan-tuntutan yang berubah terus menerus dan tugastugas perkembangan dari orang muda yang sedang tumbuh, keluarga secara
keseluruhan, dan mereka sendiri. Menurut Friedman (1957), orangtua melewati 5
tahap perkembangan secara berturut-turut. Dua tahap pertama meliputi fase kehidupan
keluarga ini. Pertama, selama bayi, orangtua mempelajari arti dari isyarat-isyarat yang
dikekspresikan oleh bayi untuk mengutarakan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan
setiap anak lahir berturut-turut, orangtua akan mengalami tahap yang sama ini
sehingga mereka menyesuaikan setiap isyarat-isyarat unik bayi.
Tahap kedua ini perkembangan orangtua adalah belajar untuk menerima
pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi dalam masa usia bermain
khususnya orangtua yang baru memiliki anak pertama membutuhkan bimbingan dan
dukungan. Orangtua perlu memahami tugas-tugas yang harus dikuasai oleh anak dan
kebutuhan anak akan keselamatan, keterbatasan dan latihan buang air (toilet training).
Mereka perlu memahami konsep kesiapan perkembangan, konsep tentang saat yang
tepat untuk mengajar mereka. Pada saat yang sama pula orangtua perlu bimbingan
dalam memahami tugas-tugas yang harus mereka kuasai selama tahap ini.
Pola-pola komunikasi perkawinan yang baru berkembang dengan lahirnya
anak, dimana pasangan berhubungan satu sama lain baik sebagai suami istri maupun
sebagai orangtua. Pola transaksi suami istri terbukti telah berubah secara drastis.
Feldman (1961) mengamati bahwa orang tua bayi berbicara dan berkelakar lebih
22
sedikit, pembicaraan yang merangsang lebih sedikit dan kualitas interaksi perkawinan
yang menurun. Beberapa orangtua merasa kewalahan dengan bertambahnya
tanggungjawab, khususnya mereka yang suami maupun istri sama-sama bekerja
secara penuh.
Pembentukan kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan termasuk
masalah dan perasaan pribadi, perkawinan dan orangtua adalah sangat penting.
Pasangan harus terus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhan psikologis dan seksual
dan juga berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggungjawab sebagai
orangtua.
Hubungan seksual suami istri umumnya menurun selama kehamilan dan
selama 6 minggu masa postpartum. Kesulitan-kesulitan seksual selama masa
berikutnya umum terjadi, yang timbul dari faktor-faktor seperti ibu tenggalam dalam
peran barunya, keletihan dan perasaan menurunnya daya tarik seksual dan juga
perasaan suami bahwa ia tersingkir oleh bayinya.
Sekarang komunikasi keluarga termasuk anggota ketiga, membentuk tiga
serangkai. Orangtua harus belajar untuk merasakan dan melihat tangisan komunikasi
dari bayinya. Misalnya, tangisan bayi perlu dibedakan kedalam ekspresi
ketidaknyamanan, rasa lapar, rangsangan yang berlebihan, sakit, atau letih. Dan bayi
mulai memberikan respon terhadap rangkulan, timangan dan berbicara yang
kemudian diterima dan dikuatkan oleh orangtua.
Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah
postpartum 6 minggu. Orangtua kemudian harus didorong secara terbuka untuk
mendiskusikan jarak kelahiran dan perencanaan. Melihat meningkatkan tuntutantuntutan keluarga dan pribadi yang dibawakan oleh bayi, orangtua perlu menyadari
bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, dan juga
ayah, saudara bayi, dan unit keluarga.
Tahap siklus kehidupan ini memerlukan penyesuaian hubungan dalam
keluarga besar dan dengan teman-teman. Ketika anggota keluarga lain mencoba
mendukung dan membantu orangtua baru ini, ketegangan bisa muncul. Misalnya,
23
meskipun kakek nenek dapat menjadi sumber pertolongan yang besar bagi orangtua
baru, namun kemungkinan konflik tetap ada karena perbedaan nilai-nilai dan harapanharapan yang ada antar generasi tersebut.
Meskipun pentingnya memiliki jaringan sosial atau sistem pendukung sosial
untuk mencapai kepuasan dan perasaan positif tentang kehidupan keluarga, keluarga
muda perlu mengetahui kapan mereka butuh bantuan dan dari siapa mereka harus
menerima bantuan tersebut dan juga kapan mereka harus menggantungkan diri pada
sumber-sumber dan kekuatan merek sendiri (Duvall, 1977).
Hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas
dan moral keluarga. Hubungan suami istri yang memuaskan akan memberikan
pasangan dengan kekuatan dan tenaga bagi bayi dan satu sama lain. Tuntutantuntutan dan tekanan-tekanan yang bertentangan, seperti antara loyalitas ibu terhadap
bayi dan terhadap suami, merupakan persoalan dan dapat menyiksa. Tipe konflik
semacam ini dapat menjadi sumber sentral ketidakbahagiaan selama tahap siklus
kehidupan ini.
Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang
terpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan
anak, keluarga berencana, interaksi keluarga dan bidang-bidang peningkatan
kesehatan umum (gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan lain selama periode dari kehidupan keluarga ini
adalah inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas-fasilitas perawatan anak untuk
ibu yang bekerja, hubungan akan-orangtua, masalah-masalah mengasuh anak
termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi
peran orang tua.
Kemungkinan diagnosa
Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
24
Disfungsi seksual
Gangguan tumbuh kembang
Menyusui tidak efektif
Resiko cidera
Perubahan penampilan peran
Gangguan komunikasi verbal
Peran perawat
Monitor perawatanprenatal dan perujukan untuk masalah-masalah kehamilan
Konselor pada nutrisi prenatal
Konselor pada kebiasaan maternal prenatal
Pendukung amnionsintesis
Konselor pada menyusui
Koordinator dengan layanan pediatrik
Penyelia imunisasi
Perujukan ke layanan-layanan tenaga sosial
25
Anak-anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya
dalam hal kemadirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup dan mampu
memenuhi kebutuhan sendiri agar dapat menangani diri mereka sendiri tanpa campur
tangan orangtua mereka dimana saja. Pengalaman di kelompok bermain, taman
kanak-kanak, Project Head Start, pusat perawatan sehari, atau program-program sama
lainnya merupakan cara yang baik untuk membantu perkembangan semacam ini.
Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam membantu
orangtua dengan anak usia prasekolah yang berasal dari dalam kota dan
berpendapatan rendah. Peningkatan yang tajam dalam IQ dan keterampilan sosial
telah dilaporkan terjadi setelah anak menyelesaikan sekolah taman kanak-kanak
selama 2 tahun (Kraft et al, 1968).
Banyak sekali keluarga dengan orangtua tunggal berada dalam tahap siklus
kehidupan ini. Dalam tahun 1984, 50 persen keluarga kulit hitam dan 15 persen
keluarga kulit putih di Amerika Serikat dipimpin oleh satu orangtua, dan 88 persen
dari keluarga ini dikepalai oleh ibu (Nortan and Glick, 1986). Di kalangan keluarga
dengan orangtua tunggal, ketegangan yang timbul dari peran mengasuh anak untuk
anak usia prasekolah, ditambah lagi dengan peran-peran lain adalah besar. Pusat-pusat
perawatan sehari bagi bayi dan anak usia prasekolah dengan kualitas yang layak dan
baik sulit ditemukan jika ditempatkan dikebanyakan kominitas. Ibu-ibu yang bekerja
dan ibu-ibu yang masih remaja secara khusus memerlukan fasilitas-fasilitas dan
program-program perawatan anak yang lebih baik (Adams dan Adams, 1990).
26
Tabel 6. Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan anak usia pra sekolah
dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga dengan anak usia Prasekolah.
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Memenuhi kebutuhan
keluarga
seperti
anggota
rumah,
ruang
anak
tetap
yang
baru
memenuhi
rumah untuk menjemput anak sakit dari taman kanak-kanak merupakan krisis
mingguan. Jadi kontak anak dengan penyakit infeksi dan menular dan kerentanan
umum mereka terhadap penyakit merupakan masalah-masalah kesehatan utama.
Kecelakaan, jatuh, luka bakar dan laserasi juga cukup sering terjadi. Kejadiankejadian ini lebih sering ditemukan dalam keluarga besar, keluarga di mana pengasuh
dewasa tidak ada (orangtua sering tidak di rumah), dan keluarga dengan pendapatan
rendah. Keamanan lingkungan dan pengawasan anak yang adekuat merupakan kunci
untuk mengurangi kecelakaan.
Suami-ayah menerima lebih banyak keterlibatan dalam tanggungjawab rumah
tangga selama tahap perkembangan keluarga ini daripada tahap lain, persentase
terbesar dalam tahap ini digunakan untuk aktifitas perawatan anak. Keterlibatan ayah
dalam perawatan anak saat ini benar-benar penting, karena hubungan ini dengan anak
usia prasekolah dapat membantu anak mengindentifikasi jenis kelaminnya. Khusus
bagi anak laki-laki dalam usia 5 tahun, penting sekali bagi mereka untuk bergaul
secara rapat dengan lingkungan terbatas yang kuat, ayah yang hanya atau pengganti
ayah sehingga identitas peran laki-laki dapat terbentuk (Walters, 1976).
Peran yang lebih matang juga diterima oleh anak-anak usia prasekolah, yang
secara perlahan-lahan menerima lebih banyak tanggungjawab perawatan dirinya
sendiri, plus membantu ibu atau ayah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga. Di
sini bukan produktifitas anak yang penting, melainkan proses belajar
yang
berlangsung.
Berlawanan dengan harapan, penelitian membuktikan bahwa kelahiran anak
kedua dalam keluarga memiliki efek yang bahkan lebih merusak hubungan
perkawinan dari pada kelahiran anak pertama. Feldman (1961) melaporkan bahwa
peran orangtua membuat peran-peran perkawinan lebih sulit, seperti terungkap dalam
observasi berikut ini : pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan
kepribadian yang negatif ; mereka kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat
banyak interaksi yang berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan
pembicaraan yang berpusat pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan
kepada anak lebih banyak dari pada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat
kepuasan hubungan seksual lebih rendah (Feldman, 1969).
28
Penelitian yang cukup terkenal ini paralel dengan laporan dan observasi para
konselor keluarga bahwa hubungan perkawinan sering mengalami keguncangan
dalam tahap siklus ini. Sebenarnya, banyak sekali perceraian yang terjadi dalam
tahun-tahun seperti ini karena ikatan perkawinan yang lemah atau tidak memuaskan.
Privasi dan waktu bersama merupakan kebutuhan yang utama. Konseling perkawinan
dan kelompok-kelompok pertemuan perkawinan merupakan sumber-sumber yang
penting dikalangan kelas menengah. Akan tetapi keluarga tanpa sumber-sumber
ekonomi, hanya memiliki bantuan yang terbatas untuk memperkokoh upaya
penyelamatan perkawinan. Terdapat trend bagi para pastur dan pendeta untuk menjadi
terlatih sebagai konselor perkawinan dan konselor keluarga yang tidak bisa
mengupayakan terapi pribadi.
Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak-anak usia
prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan dapat secara cepat
belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak dalam kemampuan menangkap
bahasa dengan cepat.
Tugas lain selama masa ini menyangkut bagaimana mengintegrasikan anggota
keluarga yang baru (anak kedua dan ketiga) semasa masih memenuhi kebutuhan anak
yang lebih tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis
merupakan suatu kejadian traumatik. Persiapan anak-anak menjelang kelahiran
seorang bayi membantu memperbaiki situasi, khususnya jika orangtua sensitif
terhadap perasaan dan tingkah laku anak yang lebih tua. Persaingan dikalangan kakak
beradik (sibling rivalry) biasanya diungkapkan dengan memukul atau berhubungan
secara negatif dengan bayi, tingkah laku regresif, melakukan kegiatan-kegiatan yang
menarik perhatian. Cara terbaik menangani persaingan dikalangan kakak adik adalah
dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak
yang lebih tua untuk meyakinkannya bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki.
Kira-kira saat anak mencapai usia prasekolah, orangtua memasuki
tahap
pengasuhan anak yang ketiga, salah satunya belajar berpisah dari anak-anak ketika
mereka mulai masuk ke kelompok bermain, tempat penitipan anak, atau taman kanakkanak. Tahap ini berlangsung terus selama usia prasekolah hingga memasuki awal
29
usia sekolah. Pisah seringkali terasa sulit bagi orangtua dan mereka perlu mendapat
dukungan dan penjelasan tentang bagaimana penguasaan tugas-tugas perkembangan
anak usia prasekolah memberikan kontribusi untuk semakin meningkatnya otonomi
mereka.
Pisah dari orangtua juga sulit bagi anak-anak usia prasekolah. Pisah dapat
terjadi karena orangtua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau
berlibur. Persiapan keluarga untuk pisah dengan anak sangat penting dalam membantu
anak menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Membantu keluarga untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana setelah
kelahiran seorang bayi, atau melanjutkan kontrasepsi jika tidak terdapat kehamilan,
juga diindikasikan. Misalnya, adalah tidak biasa bagi seorang wanita untuk berhenti
menggunakan alt kontrasepsi karena terlambat haid dengan keyakinan bahwa ia
hamil, hanya untuk mencari tahu apakah kehamilannya terjadi karena hubungan seks
tanpa perlindungan kontrasepsi.
Kedua orangtua perlu memiliki kesenangan dan kontak di luar rumah untuk
mengawetmudakan mereka sehingga mereka dapat melaksanakan berbagai tugastugas dan tanggungjawab di rumah. Orangtua dari golongan kelas rendah dan orang
tunggal sering tidak punya kesempatan untuk melakukan hal ini, dan keluargakeluarga ini mendapat kepuasan paling sedikit terhadap pergaulan mereka dan
komunitas yang lebih luas karena posisi mereka yang terasing dan kekurangan
sumber-sumber yang tersedia bagi mereka.
Masalah-Masalah Kesehatan.
Banyak sekali masalah kesehatan yang telah diidentifikasi sepanjang pembahasan kita
tentang keluarga dengan anak usia prasekolah. Seperti telah dinyatakan sebelumnya,
masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim
pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan-kecelakaan yang lain yang
terjadi selama usia prasekolah.
Masalah-masalah kesehatan psikososial keluarga yang utama adalah hubungan
perkawinan. Beberapa studi mencoba meneliti menurunnya kepuasan yang dialami
30
oleh banyak pasanga selama tahun-tahun ini dan perlunya penanganan terhadap
masalah ini untuk memperkokoh dan memberikan semangat pada unit lain yang vital
ini. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah persaingan diantara kakakadik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalahmasalah pengasuhan anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan dan
menelantarkan anak, keamanan di rumah dan masalah-masalah komunikasi keluarga.
Strategi-strategi promosi kesehatan umum berhubungan erat selama tahap ini,
karena tingkah laku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak-kanak dapat
menyebabkan konsekuensi-konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang.
Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada pencegahan masalah-masalah
kesehatan utama seperti merokok, penyahagunaan obat-obatan dan alkohol,
seksualitas manusia, keselamatan, diet dan nutrisi, olahraga dan penanganan
stress/dukungan sosial. Tujuan utama bagi para perawat yang bekerja dengan
keluarga dan anak usia prasekolah adalah membantu mereka membentuk gaya hidup
yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial
secara optimal. (Wilson, 1088, hal. 177).
Kemungkinan diagnosa
Resiko cidera
Resiko trauma
Resiko keracunan
Resiko infeksi
Gangguan penanganan pemeliharaan rumah
Perubahan menjadi orang tua
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan komunikasi verbal
Peran perawat
Monitor perkembangan awal masa kanak-kanak, perujukan bila ada indikasi
Pendidik dalam tindakan pertolongan pertama dan kedaruratan
Koordinator dg layanan pediatri
Penyelia imunisasi
31
sama
seperti
keluarga
berupaya
memenuhi
tugas-tugas
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Mensosialisasikan
anak-anak,
termasuk
meningkatkan
sekolah
dan
prestasi
mengembangkan
32
hubungan
kebutuhan
kesehatan
sebagai persiapan
menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian diluar anak mereka akan
merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam
contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan satu-satunya peran yang
signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.
Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas
di luar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang
mengharuskan anak-anak mereka menyesuaikan diri dengan standa-standar komunitas
bagi anak. Hal ini cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk
lebih
menekankan
nlai-nilai
tradisional
pencapaian
dan produktifitas,
dan
menyebabkan sejumlah keluarga dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin
merasa tersingkir dari dan konflik dengan sekolah dan / atau nilai-nilai komunitas.
Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selama periode kehidupan anak ini.
Para perawat sekolah dan guru
pendengaran, wicara, selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan
gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat dan penyakitpenyakit menular (Edelman dan Mandle, 1986). Bekerja dengan keluarga dengan
peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai
rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuhkan energi yang sangat banyak
dari seorang perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai narasumber bagi guru
33
34
kendali orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh
kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa
(Adams, 1971).
Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak
sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan
kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta
konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams (1971)
menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian,
yakni emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan
35
36
dewasa
ketika
remaja
dan
semakin
mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
3. Berkomunikasi
secara
terbuka
37
secara
prematur,
dengan
mengabaikan
kebutuhan-kebutuhan
ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian (Wright
dan Leahey, 1984).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat
perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah
memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1988). Banyak sekali
pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan tanggungjawab sebagai orangtua
sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan
mereka. Suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah karena bekerja
dan melanjutkan kariernya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara itu, istrinya
juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan
tanggungjawab sebagai orangtua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu
dan energi untuk hubungan perkawinan.
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggungjawab terhadap
diri mereka sendiri, pasangan suami-istri meninggalkan rumah untuk meniti karier
mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anakanaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun
fondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya.
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para
anggota keluarga,
seringkali
menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga mengurangi
sauran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya.
Mempertahankan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas
perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan
dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga
38
perlu tetap
dipertahankan oleh orangtua. Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinankeyakinan mereka sendiri,
Remaja sangat sensitif dengan ketidakcocokkan antara apa dikatakan dengan apa yang
dipraktikkan. Namun demikian, orangtua dan anak-anak dapat belajar dari satu dan
sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat ini saat ini.
Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya
hidup yang lebih bebas dan sederhana mengembangkan transformasi nilai yang
mempengaruhi setiap saat kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975).
Masalah-Masalah Kesehatan.
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan
tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasikan dan
dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat.
Mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria
dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa merasa lebih rentan terhadap
penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya
mereka ini menerima strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja,
kecelakaan-terutama kecelakaan mobil-merupakan bahaya yang amat besar, dan patah
tulang dan cidera karena atletik juga umum terjadi.
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang
perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat
dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orangtua dan kaum muda.
Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan,
penggunaan obat-obatan, uji AIDS, keluarga berencana dan aborsi, diagnosis dan
perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk
menerima perawatan kesehatan tanpa izin orangtua. Bila orangtua diikutsertakan
maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orangtua.
Konseling langsung yang bersifat menunjang dan memulai rujukan ke sumber-sumber
dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional,
39
40
bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-tingginya biaya hidup bila hidup sendiri.
Akan tetapi, trend yang meluas dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda
perkawinan, hidup terpisah dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari
sebuah survey besar yang dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anakanak yang berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan
orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang dibesarkan
dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan orangtua dan
lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-anak
untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak
mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada
pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi penting
karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan anak-anak ke
sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan isteri. Tujuan utama
keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit yang tetap berjalan
sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam kehidupan mereka sendiri
(Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut mengambil peran sebagai kakek
nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun dalam citra diri mereka.
Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para orangtua
melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan yang
terperangkap ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan harapanharapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan
yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin
memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut. Akan tetapi studi-studi
membuktikan bahwa mereka yang berusia pertengahan mungkin merasa tertekan atau
terjepit diantara kutub orangtua dan muda, paling tidak bagi individu-individu
golongan kelas menengah dan kelas atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan
bagaimana mereka dan prestasi mereka : Mereka senantiasa mengetahui bahwa
mereka adalah para pembuatan keputusan negara ; mereka yang menggambarkan
kualitas umum kehidupan dalam masyarakat ini. Masyarakat tergantung kepada
41
kepemimpinan dan produktifitas dari orang yang berasal dari golongan usia
pertengahan (Kerchoff, 1976).
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.
Sebagaimana keluarga membantu anak tertua dalam melepaskan diri, orangtua juga
membantu anak mereka yang lebih kecil agar mandiri. Dan ketiga anak laki-laki atau
perempuan yang dilepas menikah, tugas keluarga adalah memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru lewat perkawinan dan
menerima nilai-nilai dan gaya hidup dari pasangan itu sendiri (Tabel 9)
Tabel 9. Tahap VI Siklus Kehidupan Keluarga Inti yang melepaskan anak usia
dewasa muda dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga melepas anak dewasa muda
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru
yang
didapatkan
melalui
perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui
dan
menyesuaikan
kembali
hubungan perkawinan.
3. Membantu orangtua lanjut usia dan
sakit-sakitan dari suami maupun
istri.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Dengan rumah yang telah kosong, orangtua memiliki waktu lebih banyak
untuk mencurahkan perhatian pada kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan lain.
Mereka tidak tumbuh saling berjauhan dari satu sama lain dimana mereka tidak dapat
melembagakan atau membentuk kembali peran suami dan isteri yang pernah mereka
lakukan. LeShan (1973) memandang tahap ini sebagai tantangan bagi hubungan
perkawinan. Ketika anak-anak meninggalkan rumah, perkawinan menghadapi momen
kebenaran ; apakah ada cukup kekuatan untuk mempertahankannya tanpa alasan
kedudukan sebagai orangtua?.
42
Masa ini biasanya jauh lebih sulit bagi wanita daripada pria. Pada kebanyakan
keluarga, peran sentral dan abadi abadi dalam arti bahwa peran tersebut telah
berlangsung selama 20 tahun-bagi wanita adalah peran sebagai seorang ibu. Meskipun
saat ini kurang lazim karena banyak wanita sekolah atau meniti karier, identitas dan
perasaan kompetensi wanita didasarkan pada menjadi sebagai seorang ibu yang baik.
Meskipun tahun-tahun perpisahan dengan anak yang berlangsung perlahan-lahan
mendahului tahap ini, pelepasan anak secara psikologis seringkali terjadi secara
mendadak. Dengan perginya anak, ibu yang tidak lagi bekerja menemukan dirinya
sendiri dalam sebuah rumah yang bersih (tidak ada banyak pekerjaan lagi) dan tidak
lagi tempat yang dituju atau tujuan terhadap eksistensinya. Suami-suami dari
golongan menengah keatas pada puncak kariernya menghabiskan banyak waktu di
luar rumah, masa-masa untuk meraih sukses dalam jabatan, finansial, dan profesi dan
mencoba memenuhi aspirasi mereka sebelum terlambat. Banyak wanita yang begitu
asyik dengan anak-anaknya sehingga tidak mempersiapkan diri untuk tahap
kehidupan mereka ini dan tidak mempunyai komitmen-komitmen yang sama-sama
akan dipenuhi yang mana dalam komitmen-komitmen tersebut dalam rangka untuk
menginvestasikan tenaga dan talenta mereka. Krisis pada usia pertengahan lebih hebat
bagi wanita bukan hanya karena anak-anak meninggalkan rumah dan ketidakhadiran
suami mereka, melainkan juga karena perasaan kehilangan feminitas pada awal
manupouse (biasanya antara 45 hingga 55 tahun) dan kehilangan kecantikan ketika
tanda-tanda ketuaan mulai tampak. Jika seorang wanita mempunyai komitmen di luar
rumah (mis, bekerja dan kegemaran), biasanya ia memiliki masalah yang jauh lebih
sedikit daripada ia tetap berada di rumah menjalankan fungsi peran tradisional sebagai
ibu rumah tangga dan seorang ibu secara penuh.
Pria dalam masa usia pertengahan juga menghadapi krisis perkembangan.
Salah satu kemungkinan krisis tersebut adalah dorongan untuk maju dalam karier dan
realisasi bahwa mereka belum berhasil dan belum mencapai aspirasi mereka. Juga
tanda-tanda menurunnya maskulinitas, seperti tenaga menurun, potensi dan gairah
seks berkurangnya, dan juga figur, rambut, tanda-tanda kulit menua dan cemas dalam
hal keuangan ; semuanya merupakan stressor bagi pria dalam tahap siklus kehidupan
keluarga ini, dan menekankan krisis perkembangan usia pertengahan yang terjadi.
43
pertengahan
meliputi
perubahan-perubahan
pada
penyesuaian
perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan antara suami dan isteri
(lebih merata), dan pada peran (diferensiasi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan
Korman, 1989). Bagi banyak keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya
meningkat (Rollins dan Feldman, 1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia
kehidupan yang paling baik. Misalnya, Olson, McCubbin, dkk (1983) dalam sebuah
survey besar, bersifat nasional dan representatif terhadap keluarga utuh kelas
menengah yang didominasi oleh kulit putih ditemukan bahwa kepuasan perkawinan
dan keluarga, serta kualitas hidup bertambah dan memuncak selama fase postparental.
45
tersebut (tidak mengusik kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga mereka). Dalam
upaya untuk mempertahankan perasaan yang sehat dan sejahtera, lebih banyak wanita
memulai gaya hidup yang lebih sehat yaitu pengontrolan peran badan, diet seimbang,
program olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dan juga memperoleh dan
menikmati karier, pekerjaan, kecakapan yang kreatif.
46
Dalam hal kerja, pria mungkin mengalami frustasi dan kekecewaan yang sama
yang terdapat dapat tahap sebelumnya. Di satu pihak, pria mungkin berada pada
puncak kariernya dan tidak perlu bekerja sekeras sebelumnya, atau dilain pihak
mereka mungkin merasa pekerjaan mereka bersifat monoton setelah 20 30 tahun
menekuni pekerjaan yang sama. Banyak sekali pekerja kelas menengah menderita
karena fenomena lateau dimana tidak ada lagi kenaikan gaji dan promosi
menyebabkan mereka merasa bosan. Dalam kondisi ini, ketidakpuasan terhadap karier
catatan mencapai proporsi lampu kuning, membuat banyak orang pada kerja
pertengahan ini tidak kerja karena ketidakpuasan, bosan, dan stagnasi. Karena secara
tradisional bekerja merupakan peran sentral bagi pria dalam hidup, pengalaman
ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini amat mempengaruhi tingkat stress dan status
kesehatan umum.
Pengupayaan aktifitas dan hobbi di waktu luang sangat berarti selama
berlangsungnya tahap ini, karena lebih banyak waktu yang tersedia dan persiapan
kecil harus berlangsung secara lebih terencana.
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan
lingkungan yang sehat (Tabel 10). Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya
hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya bahwa
mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri
selama 45 65 tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, mereka lebih baik
sekarang dari pada tidak pernah adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk
mengembalikan perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi serti aertritis akibat
in aktivitas, tekanan darah tinggi karena kurangnya olahraga, stress yang
berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat merokok.
Tabel 10. Tahap VII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan orang tua usia
pertengahan dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Orangtua usia pertengahan
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Menyediakan lingkungan
yang
meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan
47
hubungan-
hubungan
perkawinan.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup
mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan
bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke atau
kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup
yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk mengurangi ketentuan terhadap
berbagai penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati,
kanker dan stroke merupakan 2/3 dari semua penyebab kematian antara usia 46 64
tahun, dan berbagai kematian urutan keempat (Pusat Statistik Kesehatan Nasional,
1989).
Tugas perkembangan yang kedua berkaitan dengan upaya melestarikan
hubungan yang penuh arti dan memuaskan antara orang tua yang lanjut usia dengan
anak-anak. Dengan menerima dan menyambut cucu mereka ke dalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini dapat mendatangkan
penghargaa yang tinggi Duvall (1977). Tugas perkembangan ini memungkinkan
pasangan usia perpidahan terus merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan
kebahagian yang berasal dari posisi sebagai kakek nenek tanpa tanggungjawab
sebagai orangtua selama 24 jam. Karena umum harapan hidup meningkat, menjadi
seorang kakek nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Spray dan
Mattews, 1982). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu
mereka pada saat-saat kritis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian
dorongan dan dukungan Bengstone dan Robertson, 1985)
Peran yang lebih problematik adalah yang berhubungan dengan dan
membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar yang lebih
yang tua. 86 persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orangtua yang
masih hidup (Ages stade, 1988). Jadi, tanggungjawab memberikan perawatan bagi
orangtua lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak
48
asyik. Banyak wanita yang merasa berada dalam himpitan generasi dalam upaya
mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orangtua mereka yang berusia lanjut,
anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih
bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika
Latin.
Tugas perkembangan ketiga yang hendak dibahas disini adalah tugas
perkembangan untuk memperkokoh hubungan perkawinan. Sekarang pasangan
tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-tahun dikelilingi oleh anggota
keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan,
bagi kebanyakan pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk
berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orangtua.
Wright dan Leahey, (1984) melukiskan tugas perkembangan ini sebagai reinvestasi
identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi secara
bersamaan (hal. 49). Keseimbangan tendensi-independency antara pasangan perlu di
uji kembali, seperti keinginan independent yang lebih besar dan juga perhatian satu
sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam
tahun-tahun Postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan, melainkan
menimbulkan kebohongan. Menurut Kerrckhoff, (1976) para konseler perkawinan
telah lama mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama
tahun-tahun pertengahan, serikali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena
kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan
diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
Masalah-Masalah Kesehatan.
Masalah kesehatan yang disebut dalam seluruh deskripsi tahap siklus kehidupan ini
meliputi :
1. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan berat
badan hingga berat badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau
mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
2. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
49
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orangtua
yang berusia lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan ; membantu perawatan
orangtua yang berusia atau tidak mampu merawat diri.
15
10
50
P
5
1940
1950
1960
1970
1980
1990
Tahun
Gambar 1. Pertumbuhan Populasi lansia di Amerika Serikat, persentase populasi
diatas 65 tahun (Biro Sensus Amerika Serikat, 1991)
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut
usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini
merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung
pada sumber-sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang
memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena
sakit, umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering
merupakan anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972).
Sebaliknya lansia yang menjaga kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumbersumber ekonomi yang memadai menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua
dan substansial dan senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.
Sikap Masyarakat terhadap Lansia.
Masyarakat kami menekankan prestasi-prestasi mereka di masa muda mereka, yaitu
masa jaya kaum muda. Oleh karena itu, kaum dewasa, dengan berdandan, berpakaian,
dan bergaya, mencoba mempertahankan penampilan muda mereka selama mungkin.
Penuaan sering diartikan sebagai hilangnya rambut, teman-teman, aspirasi dan
kekuatan. Bagi komunitas dengan keluarga individu dan keluarga besar, menangani
lansia mempunyai konotasi negatif, seseorang dibebani dengan perasaan yang
menyusahkan dengan masalah-masalah yang menekan. Disamping itu, masyarakat
juga tidak membiarkan kebanyakan lansia tetap produktif. Oleh karena itu, penilaian
masyarakat yang negatif terhadap lansia mempengaruhi citra diri mereka.
51
52
Pensiun.
Dengan hilangnya peran sebagai orangtua dan kerja, maka perlu ada suatu reorientasi
dikalangan individu dan pasangan lansia. Pensiun membutuhkan resosialisasi
terhadap peran-peran baru dan gaya hidup baru. Akan tetapi, perubahan macam apa
yang dikehendaki, benar-benar tidak jelas, karena peran dan norma-norma bagi lansia
adalah ambigu. Wanita yang benar-benar terpikat dengan peran sebagai ibu dan suami
dan atau istri yang terlibat penuh dalam pekerjaan mereka diprediksi memiliki derajat
kesulitan penyesuaian yang paling tinggi. Untuk mengisi pekerjaan yang kosong, kini
semakin banyak pria yang mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga, menerima peran-peran yang lebih ekspresif, suatu perubahan yang menuntut
pertukaran peranan pada sisi wanita. Penyesuaian suami yang pensiun terhadap tugastugas ibu rumah tangga yang dikerjakan sama-sama tergantung pada sistem nilai
suami. Jika suami memandang jenis pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan wanita
dan menganggap pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang memiliki arti baginya, maka ia
merasa harkatnya turun dalam pekerjaan semacam itu. Troll (1971) menemukan sikap
ini benar-benar terjadi pada pria dari golongan pekerja, yang lebih menghargai peran
tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria dari golongan pekerja, yang lebih
menghargai peran tradisional sebagai pencari nafkah dari pada pria kelas menengah.
Pensiun bagi kaum wanita cenderung tidak terlalu sulit untuk beradaptasi karena
mereka masih punya peran-peran domestik. Selanjutnya, wanita kemungkinan besar
pensiun atas permintaan.
Dalam kasus apa saja, pensiun menuntut modifikasi peran dan merupakan saat
terjadinya penurunan harga diri, pendapatan, status dan kesehatan, paling tidak untuk
sementara. Tapi meskipun timbul tuntutan-tuntuta dan kehilangan-kehilangan yang
baru ini, kebanyakan lansia melaporkan sikap positif terhadap pensiun (Kell dan
Patton, 1978).
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga.
Memelihara pengaturan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas paling penting
dari keluarga-keluarga lansia (tabel 11). Perumahan setelah pensiun seringkali
menjadi masalah. Dalam tahun-tahun segera setelah pensiun, pasangan tetap tinggal di
rumah hingga pajak harta benda, kondisi tetangga, ukuran dan kondisi rumah atau
kesehatan memaksa mereka mencari akomodasi yang lebih sederhana. Meskipun
53
mayoritas lansia memiliki rumah sendiri, namun sebagian besar dari rumah-rumah
tersebut telah tua dan rusak dan banyak
kejahatan yang tinggi dimana lansia kemungkinan besar menjadi korban kejahatan.
Seringkali, lansia tinggal di rumah ini karena tidak ada pilihan yang cocok (Kalish,
1975). Namun demikian, lansia yang tinggal di rumah mereka sendiri, umumnya
menyesuaikan diri lebih baik dari pada yang tinggal di rumah anak-anak mereka.
Orangtua biasanya pindah ke salah satu anak mereka karena penurunan kesehatan dan
status ekonomi, mereka tidak punya pilihan lain, dan ini terbukti merupakan suatu
pengaturan yang tidak memuaskan bagi lansia (Lopata, 1973).
Tabel 11. Tahap VIII Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan keluarga dalam
masa pensiun dan lansia, dan Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang
Bersamaan
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga
Keluarga Lansia
Tugas-Tugas Perkembangan
Keluarga
1. Mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan.
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan
yang menurun.
3. Mempertahankan
hubungan
perkawinan.
4. Menyesuaikan
diri
terhadap
kehilangan pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga
antar generasi.
6. Meneruskan
untuk
memahami
54
melaksanakan
membutuhkan bantuan
peran-peran
ibu
rumah
tangga,
dan
57
seringkali
tugas rumah
Besarnya penyesuaian diri yang sulit dapat dilihat dari meningkatnya kasus
bunuh diri dalam kelompok individu diatas 65 tahun. Meskipun terjadi peningkatan
kasus bunuh diri dikalangan wanita diatas 65 tahun, namun jumlah terbesar kasus
bunuh diri ditemukan dikalangan populasi pria lansia. Sebuah tinjauan beberapa studi
kasus tentang bunuh diri dikalangan kelompok ini menunjukkan bahwa usaha untuk
bunuh diri dan bunuh diri yang telah terjadi sering terjadi setelah kematian pasangan
hidup (Rushing, 1968).
Studi-studi tentang janda secara konsisten mempelajari kondisi-kondisi hidup
janda yang sulit dan kehidupan janda. Janda memiliki moral yang lebih rendah dan
memiliki peran-peran sosial yang lebih sedikit dari pada wanita bersuami dalam
kelompok umur yang sama. Para janda memiliki uang sedikit untuk hidup mereka dan
terbukti perawatan diri mereka sangat memprihatinkan dalam kaitannya dengan diet,
latihan, alkohol, konsumsi tembakau (Hutchison, 1975). Bild dan Havighurst (1976),
dalam sebuah studi besar tentang lansia di Chicago Amerika Serikat, melaporkan
bahwa kematian pasangan melunturkan dukungan paling kuat dari lansia, meskipun
anak-anak (jika ada) mengisi kekosongan tersebut. Banyak dari mereka yang
terisolasi adalah mereka yang tidak pernah menikah dan janda tanpa anak.
Tugas perkembangan yang kelima menyangkut pemeliharaan ikatan keluarga
antargenerasi. Meskipun ada suatu kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri
dari hubungan sosial, keluarga tetap menjadi fokus interaksi-interaksi sosial lansia
dan sumber utama dukungan sosial. Karena lansia menarik diri dari aktifitas-aktifitas
dunia sekitarnya, hubungan-hubungan dengan pasangan, anak-anak dan cucu-cucu
dan saudara-saudaranya menjadi lebih penting. Mayoritas lansia di Amerika hidup
dekat dengan anggota keluarga besar dan sering melakukan kontak dengan mereka
(Harris et al, 1975 ; Shanas, 1968, 1980). Oleh karena itu, anggota keluarga
merupakan sumber utama bantuan dan interaksi sosial. Keluarga lansia biasanya
saling memberikan bantuan satu sama lain sejauh mereka mampu.
Karena menjadi orangtua, mereka harus memahami keberadaan mereka.
Berbicara tentang kehidupan masa lalu seseorang yang disebut penelaahan hidup (life
review)
merupakan
aktifitas
yang
vital
dan
umum,
karena
aktifitas
ini
menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari kehidupan. Aktivitas ini
58
dipandang sebagai tugas perkembangan tipe kognitif yang keenam. Hal penting dari
aktifitas ini terletak pada fakta bahwa
Masalah-Masalah Kesehatan.
Berdasarkan laporan tahun 1987-1988 yang dikeluarkan oleh US. Senate
Special Committee on Aging, lansia merupakan pemakai pelayanan kesehatan paling
menonjol. Lebih dari 4 dari 5 lansia memiliki minimal satu kondisi kronis dan kondisi
multipel yang lazim diderita oleh lansia. Lansia merupakan 12 persen dari total
populasi, tapi mereka menggunakan 33 persen dari pembelajaan perawatan kesehatan
di Amerika Serikat.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber
finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya
yang dialami oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia
(Kelley et al, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang
multipel. Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase
akut hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang
terkait secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi
keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan
koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat
penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera, penggunaan obat
yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan
sejumlah masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis
adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit
fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu
harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga.
59
61
kehilangan-kehilangannya
dan
perubahan-perubahan
keanggotaan
keluarga,
istri yang terbentuk (Peck dan Manocharian, 1988). Dampak ini jauh lebih besar pada
tahap ketiga dan keempat dalam keluarga dengan anak usia prasekolah dan usia
sekolah. Malahan, keluarga selama masa ini memiliki resiko cerai paling tinggi.
Anak-anak kecil adalah yang mula-mula paling dipengaruhi oleh perceraian
orangtua. Anak-anak dapat mengalami kemunduran dalam perkembangannya,
membuat pengasuhan anak dan pisah orangtua dan anak menjadi sulit. Bagi ibu,
menjadi orangtua tunggal seringkali sangatlah sulit, karena dialah yang berjuang
secara emosional maupun secara ekonomi. (Status ekonomi setelah keluarga-keluarga
dengan kepala keluarga wanita amat menurun setelah cerai). Masalah utama yang
sering dilihat adalah bahwa ayah kehilangan rasa keterikatan dengan anak-anaknya
dan/atau kasih sayang ibu kepada anak-anak dan marahnya kepada ayah
menyebabkan tidak tempat bagi ayah. Namun demikian, menjaga hubungan antara
ibu-anak dan ayah-anak merupakan hal yang penting bagi kedua orangtua dan anakanak. Namun malangnya, bagi ayah dan anak, sebagian besar anak-anak sebenarnya
kehilangan kontak dengan ayah mereka setelah cerai. (Hagestad, 1988)
Ketika perceraian menimpa keluarga dengan anak usia sekolah, dampak
jangka panjang perceraian jauh lebih hebat pada anak usia sekolah. Dalam sebuah
penelitian terungkap bahwa usia enam hingga delapan tahun merupakan kelompok
usia yang mempunyai waktu yang sulit dalam menyesuaikan terhadap perceraian
(Wallerstein dan Kelly, 1980). Anak-anak sudah cukup dewasa ketika mereka
menyadari apa yang sedang terjadi, namun mereka tidak bisa mengatasi perceraian
tersebut secara efektif.
Keluarga dengan anak remaja biasa sudah dalam keadaan kacau balau, dan
perceraian memperburuk masalah tersebut. Untuk orangtua tunggal, mengasuh remaja
merupakan hal yang sulit. Pengasuhan anak secara bersama-sama juga merupakan
masalah bila remaja mempunyai masalah menyangkut tingkah laku. Pada mulanya,
upaya memperbaiki masalah tersebut lewat tugas perkembangan dan siklus kehidupan
keluarga, tertunda.
Dalam tahap-tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya anak-anak mungkin
kurang terpengaruh bila dibandingkan dengan tahap siklus kehidupan berikutnya
63
karena mereka sudah lebih dewasa dan lebih mampu untuk mengatasi dan berfungsi
lebih otonom. Akan tetapi dalam hal perceraian yang terjadi di usia pertengahan,
mungkin anak-anak telah memasuki usia dewasa sehingga menerima ketergantungan
orangtua, khususnya ibu, bila orangtua berbalik kepada seorang anak untuk meminta
dukungan selama krisis perceraian.
Selama tahap-tahap siklus kehidupan terakhir ini, perceraian secara khusus
benar-benar traumatis bagi pasangan yang bercerai. Tahun-tahun yang dimiliki
bersama-sama, kenangan-kenangan dan kebiasaan telah membentuk identitas
pasangan. Perceraian pada tahun-tahun berikutnya disamakan seperti kematian
seorang pasangan, kemudian menurut beberapa literatur tentang perceraian.
5. Tahap-Tahap Siklus Kehidupan pada Keluarga dengan Orangtua Tiri.
Perceraian biasanya merupakan keadaan transisi, yang kemudian diikuti oleh
perkawinan kembali. Perkawinan kembali begitu menonjol dipertengahan tahun 1980an, dimana hampir setengah dari seluruh perkawinan merupakan perkawinan kembali
(Biro Servis Amerika Serikat, 1986). Sebelum usia 40 tahun, baik suami maupun istri
sama-sama melakukan perkawinan kembali, tapi setelah usia 40 tahun perkawinan
kembali secara tidak seimbang merupakan suatu tradisi bagi pria (Agestad, 1988).
Pada tabel 13 Carter dan McGoldrick, 1988 mengemukakan garis besar
perkembangan formasi keluarga yang kawin kembali langkah-langkah dalam proses
perkawinan
ulang,
sikap
yang
menjadi
prasyarat,
dan
masalah-masalah
64
kebutuhan dua hingga tiga tahun sebelum struktur yang baru memungkinkan keluarga
bergerak berdasarkan perkembangan (Carter dan McGoldrick, 1988).
Isu-Isu Perkembangan
Keputusan
Penerimaan
ketidakmampuan
untuk bercerai
menyelesaikan
ketegangan-
Penerimaan
bagian
milik
Merencanakan
Mendukung
rencana-rencana
untuk
pada
mengakhiri
sistem.
tanggungjawab,
sistem
keluarga
dalam
hal
perceraian.
a. Bersedih karena merasa
3.
Pisah
a. Keinginan
untuk
melanjutkan
hubungan
sebagai
orangtua
yang
bersifat
kooperatif
dan
memberikan
dukungan
kehilangan
keluarga.
b. Restrukturisasi hubungan
perkawinan
dan
secara bersama-sama.
keuangan
kasih
resolusi
sayang
dan
seluruh
restrukturisasi
;
terhadap c. Pembentukan
pasangan.
hubungan
65
adaptasi
kembali
dengan
dengan
Perceraian
karena
perceraian
utuh
mengatasi
emosional
perasaan
terluka,
menghentikan
kembali
harapan, impian-impian
dari perkawinan.
c. Tetap
berhubungan
Orangtua
Kerelaan
untuk
tetap a. Membuat
tanggungjawab
terus
melakukan
jadwal
primer)
mantan
dan b. Membangun
kembali
Orangtua
sumber-sumber finansial
tunggal
sendiri.
(nonkustodial)
dengan keluarganya.
c. Membangun
kembali
melanjutkan
mantan
pasangan
dan
efektif
anak.
melindungi.
hubungan
dengan
anak-
b. Mempertahankan
tanggungjawab finansial
terhadap anak-anak dan
mantan pasangan
c. Membangun
jaringan
sosial sendiri
(Dari : Carter B dan McGoldrick H, eds The Changing Family Life Cycle, 2nd ed, New
York, Gardner Press, 1988, p.22)
66
prasayarat
dari
kehilangan Komitmen
Isu-Isu Perkembangan
perkawinan
pertama
perkawinan
terhadap
dan
upaya
pembentukan
adekuat)
sebuah
menghadapi
kompleksitas
dan
ambiguitas.
2. Mengkonseptualisasi
dan
Menerima
perasaan
takut
perkawinan
keluarga baru.
a. Mengupayakan
keterbukaan
dalam
hubungan-hubungan
dan
membentuk
sebuah
keluarga tiri.
yang palsu.
kesabaran
untuk
penyesuaian
terhadap
b. Rencana pemeliharaan
kerja sama finansial dan
hubungan
sebagai
orangtua
dengan
dari :
mantan pasangan.
dan
wewenang.
bersalah,
konflik-
untuk
membantu
untuk
anak-anak
menghadapi
cemas, konflik-konflik
3. Masalah-masalah afektif :
rasa
c. Rencana
mutualitas,
loyalitas
dan
kembali
hubungan
dengan
memasukkan pasangan
67
dan
anak-anak
yang
baru.
3. Kawin kembali dan Penyelesaian akhir ikatan kasih
a. Restrukturisasi
membangun
batas
keluarga kembali
keutuhan
memungkinkan
penerimaan
keluarga
model
keluarga
keluarga
untuk
memasukkan pasangan/
batas-
dan
pengaturan
keuangan
di
seluruh
subsistem
agar
menciptakan
bisa
jalinan
beberapa sistem.
c. Menciptakan ruang bagi
hubungan semua anakanak dengan orangtua
kandung, kakek-nenek,
dan
keluarga
besar
lainya.
d. Berbagi
kenang-
memperkokoh
Seringkali
bila
keluarga
lambat
dalam
memenuhi
tugas-tugas
68
yang ditimbulkan oleh kedua jenis stressor tersebut sering menurunkan fungsi
keluarga, akibatnya penguasaan tugas-tugas perkembangan terhalang atau terhambat.
Sajauh mana tugas-tugas perkembangan dipengaruhi tergantung pada beberapa
faktor. Sudah tentu yang pertama adalah tahap siklus kehidupan keluarga ; kedua
adalah anggota keluarga menjadi sakit serius atau cacat sehingga menciptakan suatu
perbedaan. Beberapa tahap siklus kehidupan tertentu mempunyai bahaya dalam hal
perkembangan dan individu-individu tertentu dalam keluarga lebih terpusat dalam
hubungannya dengan tugas-tugas perkembangan keluarga dari tahap perkembangan
tertentu. Misalnya, dalam sebuah keluarga dengan remaja, jika remaja itu menderita
cedera serius dan dalam keadaan tidak mandiri, ini sangat menghambat penguasaan
tugas-tugas perkembangan oleh remaja tersebut karena lebih tergantung pada
keluarga. Demikian juga dengan tugas perkembangan uang menangani kebebasan
berimbang dengan rasa tanggung jawab sehingga membantu remaja ini agar lebih
otonom akan terhambat juga. Tantangan bagi keluarga adalah berupaya untuk
memulai lagi memperhatikan tugas-tugas perkembangan normal secepat mungkin.
Faktor penting lain yang menciptakan perbedaan mengenai dampak sakit atau
cacat terhadap perkembangan keluarga adalah sumber-sumber formal dan informal
yang digunakan oleh keluarga. Sebuah sistem pendukung sosial yang baik dari
keluarga besar dan teman-teman, dan juga dukungan psikososial dan kesehatan yang
kompeten akan memperbesar pengertian keluarga untuk kembali pada jalur
perkembangan agar lebih cepat.
Bila bekerja dengan sebuah keluarga dengan sakit yang serius atau cacat,
adalah sangat bermanfaat untuk membandingkan tugas-tugas perkembangan keluarga
yang ideal dalam suatu tahap siklus kehidupan yang sesuai dengan tingkah laku
keluarga yang aktual (Friedman, 1987). Tipe perbandingan ini bermanfaat untuk
mengevaluasi dampak yang mungkin dari sakit atau cacat pada keluarga.
69
C. AREA PENGKAJIAN
Dalam keseluruhan proses pengkajian, berfokus pada siklus kehidupan keluarga
akan mempertinggi pemahaman seorang profesional kesehatan keluarga tentang stress
yang menimpa keluarga dan masalah-masalah keluarga yang aktual atau potensial.
Dalam menyelesaikan bagian perkembangan dari pengkajian keluarga, area-area yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
2. Sejauhmana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan keluarga untuk
tahap perkembangan saat ini. Adalah penting untuk memperhatikan deviasideviasi dari norma, karena deviasi ini dapat menjadi petunjuk adanya
hambatan atau masalah.
3. Riwayat keluarga sejak lahir hingga saat ini termasuk tugas perkembangan
keluarga dan kesehatan serta kejadian dan pengalaman yang berhubungan
dengan kesehatan (mis, perceraian, kematian, kehilangan) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga. Beberapa dari informasi ini (perceraian, perkawinan,
kematian) dapat dimasukkan ke dalam genogram keluarga .
4. Keluarga asal kedua orangtua (seperti apa kehidupan keluarga asal, hubungan
masa lalu dan kini dengan kakek-nenek.)
Seperti telah disebutkan sebelumnya pengalaman dan persepsi keluarga yang
umum dan unik, karena mereka berkembang melewati siklus kehidupan keluarga,
harus dikaji untuk membuat riwayat
lebih
komprehensif. Riwayat keluarga harus juga meliputi deskripsi tentang keluarga asal
orangtua karena jelas sekali bahwa pengaruh-pengaruh asal generasi terhadap
kehidupan keluarga adalah sangat penting.
Mungkin akan lebih signifikan untuk menggali riwayat perkembangan
keluarga. Adalah penting untuk memastikan apakah keluarga yang sedang anda
tangani terbuka terhadap ekplorasi masa lalu dan apakah pengumpulan data historis
anda dalam bidang tertentu relevan untuk memahami dan bekerja dengan keluarga.
Perlu diulangi kembali bahwa data perkembangan data riwayat keluarga dapat
dikumpulkan sedikit demi sedikit dengan (1) menanyakan pengalaman-pengalaman
70
dan tugas-tugas yang umum dan bagaimana hal-hal ini dicapai dan dirasakan dan (2)
menanyakan masalah-masalah atau pengalaman keluarga yang khusus atau unit. Yang
kedua meliputi perceraian, kematian dalam keluarga itu atau keluarga besar, pisah
karena sakit atau dinas militer, pengangguran dan lain-lain. Menanyakan orangtua
tentang hubungan mereka di masa lalu dan sekarang dengan orientasi keluarga mereka
dan bagaimana bentuk kehidupan keluarga besar memberikan perawat keluarga
apresiasi dan pemahaman yang baik tentang orangtua mereka selama tahun-tahun
pertumbuhan mereka.
Untuk menggali riwayat keluarga, Satir (1983) mengawalinya dengan
memberi kesempatan pertama pada orangtua untuk berbicara tentang hubungan
perkawinan mereka, memfokuskan pada hubungan ini karena orangtua merupakan
arsitek keluarga. Satir dan orangtua dengan anak-anak hadir (jika ada, membahas
bidang-bidang berikut ini :
Rencana
untuk
mempunyai
anak.
Apakah
kelahiran
anak-anak
71
72
73
74