Salah satu penyebab hambatan tersebut adalah belum semua ahli bidang
kedokteran pada saat itu setuju dengan metode yang digunakan dalam
epidemiologi.
Hal ini disebabkan adanya pebedaan paradigma dalam menangani
masalah kesehatan antara ahli pengobatan dan metode epidemiologi, terutama
pada masa berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma terseut berkat perjuangan yang gigih
dari para sarjana seperti Hippocrates, John Graunt, John Snow, William Farr,
Robert Kech, James Lind, Lord Kelvin, dan Franis Galton.
Para sarjana itu telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih berlaku
hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit, dan
4. Eksperimen pada manusia
Pengertian Epidemiologi
Pengertian epidemologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan
tujuan masing-masing, yaitu:
1. Aspek akademik
2. Aspek praktis
3. Aspek klinis
4. Aspek administratif
Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi
dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifkasi dan interpretasi
perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di
masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
Aspek Praktis
Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yng ditujukan pada
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok,
atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyabab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi
diutamakan pada cara penularan, infektivitas, menghindarkan agen yang diduga
sebagai penyebab, toksin atau lingkungan, dan membentuk kekebalan untuk
menjami kesehatan masyarakat. Misalnya:
Pembuatan toksin yang dapat meracuni manusia, misalnya oleh Cl. Tetani.
Kasus-kasus ini tidak menunjukkan tanda maupun gejala klinis. Hal ini
terjadi pada banyak kasus dan pada banyak penyakit menular. Suatu
penelitian epidemiologi menemukan bahwa dari 100 kasus dengan infeksi
poliomyelitis, satu orang akan berkembang menjadi kasus polio dengan
kelumpuhan, empat orang akan menjadi nonparalitik polio, dan 95 kasus
lainnya tetap tanpa diserta gejala klinis.
b) Incubatory carrier.
Adalah kasus-kasus yang mampu menularkan penyakit sebelum
munculnya tanda dan gejala klinis dari penyakit tersebut. Darah dari
orang yang terinfeksi hepatitis B sudah infeksius selama 3 bulan sebelum
timbulnya gejala ikterik (kuning).
c) Convalescent carrier Adalah kasus-kasus yang setelah mengalami
infeksi akut, tetap dapat menularkan penyakit selama dan setelah mereka
menjadi sehat. Penggunaan obat yang tidak adekuat pada penderita
salmonelosis dapat menyebabkan penderita tersebut menjadi carrier.
d) Chronic carrier. Adalah kasus-kasus yang berlanjut infeksius selama 1
tahun atau lebih. Keadaan ini terdapat pada penyakit-penyakit tifus,
hepatitis virus, shigollosis, dll. Persentasi dari kasus yang menjadi karier
kronik hanya sedikit.
. Reservoir binatang Yang penting atau perlu diperhatikan adalah binatang
peliharaan atau yang berada di sekitar manusia.
c. Reservoir lingkungan Terdiri dari tanaman, tanah, dan air. Kebanyakan
dari jamur mempunyai reservoir tanah.
3. Portal dari agent untuk meninggalkan host
a. Saluran pernafasan, misalnya mycobacteri tuberculosis
b. Saluran makanan, misalnya salmonella typhus
c. Sistem genito-urinarius, misalnya M. gonococcus
d. Kulit:
- Melalui lesi pada kulit, misalnya pada cacar air.
- Percutaneous, melalui gigitan serangan
e. Transplasental, misalnya hepatitis B, rubella, dll.
4. Cara penularan dari agent ke host baru
Dibedakan secara langsung dan tak langsung. a. Secara langsung
Merupakan penularan yang langsung, yaitu secara kontak atau secara
droplet spred. Peran dari kontak pada penularan secara langsung ini
dapat dilihat pada penyebaran penyakit kelamin dan penyakit enteric