Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HAM DAN RULE of LAW

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah terjadinya berbagai kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Nazi
Jerman setelah Perang Dunia II, terdapat sebuah konsensus umum dalam
komunitas dunia bahwa Piagam PBB tidak secara penuh mendefinisikan hak-hak
yang disebutkan. Sebuah pernyataan umum yang menjelaskan hak-hak
individual diperlukan. John Peters Humphrey dipanggil oleh Sekretariat Jenderal
PBB untuk bekerja dalam suatu proyek dan menjadi penyusus pernyataan umum
tersebut. Humphrey juga dibantu oleh Eleanor Roosevelt dari Amerika Serikat,
Jacques Maritain dari Perancis, Charles Malik dari Lebanon, dan P.C. Chang dari
Republik China, dan lainnya.
Proklamasi ini diratifikasi sewaktu Rapat Umum pada tanggal 10 Desember 1948
dengan hasil perhitungan suara 48 menyetujui, 0 keberatan, dan 8 abstain
(semuanya adalah blok negara Soviet, Afrika Selatan, dan Arab Saudi). Walaupun
peran penting dimainkan oleh John Humphrey, warga negara Kanada, Pemeritah
Kanada pada awalnya abstain dalam perhitungan suara tersebut, namun akhinya
menyetujui pernyataan tersebut di Rapat Umum.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di
Indonesia. Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus
permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran
HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan/tuntas
sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke
arah yang lebih baik.
Mengingat tingkah-laku para tokoh di berbagai bidang dewasa ini, yang
berkaitan dengan situasi negeri kita di bidang politik, sosial, ekonomi dan moral,
maka sudah sepantasnyalah kalau kita beramai-ramai mengingatkan dan
memperingatkan mereka, dan juga kita semua, bahwa tidak mungkin ada solusi
(pemecahan) terhadap berbagai persoalan gawat yang sedang kita hadapi
bersama, kalau fikiran dan tindakan mereka (baca : kita juga) bertentangan
dengan prinsip-prinsip Deklarasi Universal HAM. Dokumen internasional ini
penting, bahkan makin terus menjadi lebih penting sekarang, dalam mengurusi
persoalan ummat manusia di dunia (termasuk di Indonesia). Oleh karena itu,
banyak ulasan atau penelaahan, yang bisa sama-sama kita lakukan mengenai
persoalan ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Hak Asasi Manusia ini
antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang sejarah munculnya ide tentang perumusan
Hak Asasi Manusia.
2. Untuk mengetahui sejarah perjuangan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengertian, macam, dan jenis Hak Asasi Manusia yang
berlaku secara umum (global).
4. Untuk mengetahui pemahaman bangsa Indonesia terhadap Hak Asasi Manusia
dan bentuk-bentuk pelaksanaan HAM yang ada di masyarakat.
BAB II
HAK ASASI MANUSIA
2.1 Deklarasi HAM disahkan PBB
10 Desember 1948, Deklarasi Hak Asasi Manusia disahkan oleh Majelis Umum
PBB. Ide tentang hak asasi manusia yang berlaku saat ini berakar sejak era
Perang Dunia II. Pembunuhan dan kerusakan dahsyat yang ditimbulkan Perang
Dunia II menggugah suatu kebulatan tekad untuk membangun sebuah organisasi
internasional yang sanggup meredakan krisis internasional serta menyediakan
suatu forum untuk diskusi dan mediasi. Organisasi ini adalah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), yang telah memainkan peran utama dalam
pengembangan pandangan kontemporer tentang hak asasi manusia.
Para pendiri PBB yakin bahwa pengurangan kemungkinan perang mensyaratkan
adanya pencegahan atas pelanggaran besar-besaran terhadap hak-hak manusia.
PBB kemudian menugaskan Komisi Hak Asasi Manusia untuk menulis sebuah
pernyataan internasional tentang hak asasi manusia. Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia ini diumumkan sebagai "suatu standar pencapaian yang berlaku
umum untuk semua rakyat dan semua negara" . Namun, dalam pelaksanaannya,
HAM malah dijadikan alat bagi negara-negara Barat untuk menekan negaranegara independen dunia di bidang politik dan ekonomi dalam rangka
memperluas pengaruh imperialisme mereka. Kini banyak negara-negara yang
menyuarakan agar diadakan perubahan isi Deklarasi HAM yang tidak sesuai
dengan keyakinan, kebudayaan, dan adat istiadat mereka, demi mencegah
penggunaan HAM untuk menekan mereka.
2.2 Sejarah Perjuangan Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia sejak awal perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia sudah menuntut dihormatinya hak asasi manusia. Hal
tersebut terlihat jelas dalam tonggak-tonggak sejarah perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia melawan penjajahan sebagai berikut :
Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, yang diawali dengan lahirnya berbagai
pergerakan kemerdekaan pada awal abad 20, menunjukkan kebangkitan bangsa
Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain.
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, membuktikan bahwa bangsa
Indonesia menyadari haknya sebagai satu bangsa yang bertanah air satu dan
menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia diikuti dengan
penetapan Undang-Undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
dalam Pembukaannya mengamanatkan : Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.


Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan aturan dasar yang sangat pokok,
termasuk hak asasi manusia.
Rumusan hak asasi manusia dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia secara
eksplisit juga telah dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Kedua konstitusi
tersebut mencantumkan secara rinci ketentuan-ketentuan mengenai hak asasi
manusia. Dalam sidang Konstituante upaya untuk merumuskan naskah tentang
hak asasi manusia juga telah dilakukan.
Dengan tekad melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen, maka pada Sidang Umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Sementara
Nomor XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hoc untuk menyiapkan
Dokumen Rancangan Piagam Hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta Kewajiban
Warga Negara. Berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS tanggal 6 Maret 1967
Nomor 24/B/1967, hasil kerja Panitia Ad Hoc diterima untuk dibahas pada
persidangan berikutnya. Namun pada Sidang Umum MPRS tahun 1968
Rancangan Piagam tersebut tidak dibahas karena Sidang lebih mengutamakan
membahas masalah mendesak yang berkaitan dengan rehabilitasi dan
konsolidasi nasional setelah terjadi tragedi nasional berupa pemberontakan G30-S/PKI pada tahun 1965, dan menata kembali kehidupan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 50 Tahun 1993, yang mendapat tanggapan positif masyarakat
menunjukkan besarnya perhatian bangsa Indonesia terhadap masalah
penegakan hak asasi manusia, sehingga lebih mendorong bangsa Indonesia
untuk segera merumuskan hak asasi manusia menurut sudut pandang bangsa
Indonesia.
Kemajuan mengenai perumusan tentang hak asasi manusia tercapai ketika
Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun 1998
telah tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara secara lebih rinci.
2.3 Pengertian, Macam dan Jenis Hak Asasi Manusia
2.3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi
nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya.
2.3.2 Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia
a. Hak asasi pribadi/Personal Right
- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat.
- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.

- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan


kepercayaan yang diyakini masing-masing.
b. Hak asasi politik/Political Right
- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
- Hak Ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
- Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik/organisasi politik lain.
- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
c. Hak asasi hukum/Legal Equality Right
- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.
- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
d. Hak asasi ekonomi/Property Rigths
- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.
- Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
e. Hak asasi peradilan/Procedural Rights
- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahana dan
penyelidikan di mata hukum.
f. Hak asasi sosial budaya/Social Culture Right
- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
- Hak mendapatkan pengajaran
- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
2.4 Perkembangan Pemikiran HAM
Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
a. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II,
totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk
menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
b. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan
juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi
kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi
manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan
sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan
hak politik.
c. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik
dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga

mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi


dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hakhak rakyat lainnya yang dilanggar.
d. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan
menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan
rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan
kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan
sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara
di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia
yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government
2.5 Pemahaman Hak Asasi Manusia Bagi Bangsa Indonesia
Masyarakat Indonesia yang berkembang sejak masih sangat sederhana sampai
modern, pada dasarnya merupakan masyarakat kekeluargaan. Masyarakat
kekeluargaan telah mengenal pranata sosial yang menyangkut hak dan
kewajiban warga masyarakat yang terdiri atas pranata religius yang mengakui
bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala hak dan
kewajibannya; pranata keluarga sebagai wadah manusia hidup bersama untuk
mengembangkan keturunan dalam menjaga kelangsungan keberadaannya;
pranata ekonomi yang merupakan upaya manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan; pranata pendidikan dan pengajaran untuk mengembangkan
kecerdasan dan kepribadian manusia; pranata informasi dan komunikasi untuk
memperluas wawasan dan keterbukaan; pranata hukum dan keadilan untuk
menjamin ketertiban dan kerukunan hidup; pranata keamanan untuk menjamin
keselamatan setiap manusia. Dengan demikian substansi hak asasi manusia
meliputi : hak untuk hidup; hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; hak
mengembangkan diri; hak keadilan; hak kemerdekaan; hak berkomunikasi; hak
keamanan; dan hak kesejahteraan.
Bangsa Indonesia menyadari dan mengakui bahwa setiap individu adalah bagian
dari masyarakat dan sebaliknya masyarakat terdiri dari individu-individu yang
mempunyai hak asasi serta hidup di dalam lingkungan yang merupakan sumber
daya bagi kehidupannya. Oleh karena itu tiap individu di samping mempunyai
hak asasi, juga mengemban kewajiban dan tanggung jawab untuk menghormati
hak asasi individu lain, tata tertib masyarakat serta kelestarian fungsi, perbaikan
tatanan dan peningkatan mutu lingkungan hidup.
Hak asasi merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan.
Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, maka
pengertian Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi,
berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
Setiap manusia diakui dan dihormati mempunyai hak asasi yang sama tanpa
membedakan jenis kelamin, warna kulit, kebangsaan, agama, usia, pandangan
politik, status sosial, dan bahasa serta status lain. Pengabaian atau
perampasannya, mengakibatkan hilangnya harkat dan martabat sebagai
manusia, sehingga kurang dapat mengembangkan diri dan peranannya secara

utuh. Bangsa Indonesia menyadari bahwa hak asasi manusia bersifat historis dan
dinamis yang pelaksanaannya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2.6 Bentuk-Bentuk Pelaksanaan HAM yang Ada di Masyarakat
Pelaksanaan hak-hak asasi di dalam kehidupan masyarakat antara lain sebagai
berikut :
a. Sebagai pribadi yang berketuhanan Yang Maha Esa, kita yakin bahwa hak-hak
asasi kita berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Yang artinya Tuhan telah
menganugerahkan hak kepada setiap manusia berupa hak hidup, hak
kemerdekaan dan kebebasan, serta hak memiliki sesuatu. Hingga patutlah
kepada seluruh manusia saling menghormati dan menghargai atas setiap hak
asasi yang ada pada setiap manusia.
b. Dalam kehidupan sehari-hari hak asasi mencakup hak untuk mendapat
perlakuan yang sopan baik di tempat kerja, di lingkungan sekolah/kampus,
maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya.
c. Mengakui dan menghargai pendapat bersama yang telah dirumuskan dan
disetujui dalam musyawarah walaupun secara pribadi berbeda pendapat.
d. Rakyat rela megorbanikan sebagian hak miliknya demi kepentingan umum
dan sebaliknya pemerintah memberikan ganti rugi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
e. Setiap masyarakat menghormati dan menghargai hak seseorang untuk dipilih
dan memilih dalam pemilu.
f. Setiap masyarakat mempunyai kebebasan dalam berpendapat dan berpolitik
baik dalam bentuk tulisan maupun orasi, namun yang yang dimaksud adalah
kebebasan yang bertanggung jawab.
g. Dalam peradilan, sekalipun tersangka sudah terbukti dalam tindak
kejahatannya, namun tetap diberlakukan asas praduga tak bersalah hal ini untuk
menghargai tersangka tersebut akan haknya dalam mendapat layanan dan
perlindungan hukum serta bersamaan kedudukannya dalam hukum.
h. Hak asasi tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena akan melanggar
hak-hak asasi orang lain, sehinga hak-hak asasi dalam pelaksanaannya dibatasi
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pada UUD 1945 dan peraturan
perundangan lainnya.
RULE of LAW
Rule of Law
Penegakan hukum atau rule of law merupakan suatu doktrin dalam hukum yang
mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara berdasar
hukum (konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran rule of law boleh disebut sebagai
reaksi dan koreksi terhadap negara absolut (kekuasaan di tangan penguasa)

yang telah berkembang sebelumnya. Berdasarkan pengertiannya, Friedman


(Srijanti et. all, 2008:108) membedakan rule of law menjadi 2 (dua), yaitu
pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara
hakiki/materil (ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), hal ini dapat
diartikan bahwa setiap warga negara mempunyai aparat penegak hukum.
Sedangkan secara hakiki, rule of law terkait dengan penegakan hokum yang
menyangkut ukuran hukum yaitu: baik dan buruk). Ada tidaknya penegakan
hukum, tidak cukup hanya ditentukan oleh adanya hokum saja, akan tetap lebih
dari itu, ada tidaknya penegakan hukum ditentukan oleh ada tidaknya keadilan
yang dapat dinikmati setiap anggota masyarakat. Rule of law tidak saja hanya
memiliki sistem peradilan yang sempurna di atas kertas belaka, akan tetapi ada
tidaknya rule of law di dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan, apakah
rakyatnya benar-benar dapat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil
dan baik dari sesame warga negaranya, maupun dari pemerintahannya,
sehingga inti dari rule of law adanya jaminan keadilan yang dirasakan oleh
masyarakat/bangsa. Rule of law merupakan suatu legalisme yang mengandung
gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan
prosedur yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal dan otonom.
Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
rasa keadilan bagi rakyat Indonesia dan juga keadilan sosial, sehingga diatur
pada pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan
negara. Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip di atas merupakan
dasar hukum pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan,
baik di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa
keadilan, terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu:
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3);
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24
ayat1);
3. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (Pasal27 ayat 1);
4. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hokum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal
28 ayat 1);
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 ayat 2).

Pelaksanaan rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya negara

hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan rule of law
harus diartikan secara hakiki (materiil), yaitu dalam arti pelaksanaan dari just
law. Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan the enforcement of the rules of law dalam penyelenggaraan
pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsipprinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan bahwa
keberhasilan the enforcement of the rules of law teragntung pada kepribadian
nasional masing-masing. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan
mempunyai akar budayanya yang khas pula. Rule of law ini juga merupakan
legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang di dalamnya terkandung wawasan
social, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dana negara,
yang dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu dan memiliki struktur
sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan
dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang sengaja
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif,
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of law telah banyak
dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegakannya belum mencapai
hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule
of law belum dirasakan sebagian besar masyarakat.
Hal-hal yang mengemukanuntuk dipertanyakan antara lain adalah bagaimana
komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of law. Proses
penegakan hukum di Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang
terdiri: kepolisian, kejaksaan, komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan badan
peradilan (Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi).
Fungsi kepolisian adalah memelihara keamanan dalam negeri yang meliputi
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas pokok
kepolisian antara lain: memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Tugas pokok kepolisian secara rinci antara lain:
(1) menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan;
(2) membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan;
(3) melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
(4) melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dan gangguan ketertiban dan atau bencana termasuki memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;


(5) melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani
oleh instansi dan atau pihak yang berwenang.
Kejaksaan Republik Indoensia adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan dan penyidikan pidana khusus berdasar
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pelaksanaan kekuasaan negara
diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung (berkedudukan di ibukota negara),
kejaksaaan tinggi (berkedudukan di ibukota provinsi), dan kejaksaan negeri
(berkedudukan di ibukota kabupaten).
Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
(1) melakukan penuntutan;
(2) melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
(3) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
(4) melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undangundang;
(5) melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaan dikoordinasikan dengan penyidik.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ditetapkan dengan UU Nomor 20 Tahun
2002 dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi. Tugas pokok KPK antara lain:
(1) berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi;
(2) supervise terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
(3) melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
(4) melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; (5)
melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Badan peradilan menurut UU No. 4 dean No. 5 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman dan Mahkamah agung bertindak sebagai lembaga penyelenggara
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan serta membantu pencari
keadilan. Badan peradilan terdiri atas:
(1) Mahkamah Agung (MA) merupakan puncak kekuasaan kehakiman di
Indonesia. MA mempunyai wewenang: mengadili pada tingkat kasasi terhadap
putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilan; menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang; dan
kewenangan lain yang ditentukan undang-undang;
(2) Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga peradilan pada tingkat
pertama dan terakhir untuk: menguji undang-undang terhadap UUD 1945;
memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh UUD 1945; memutuskan pembubaran partai politik; dan


memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
(3) Peradilan Tinggi dan Negeri merupakan peradilan umum di tingkat provinsi
dan kabupaten. Fungsi kedua peradilan adalah menyelenggarakan peradilan
pidana dan perdata di tingkat kabupaten dan tingkat banding di peradilan tinggi.
Pasal 57 UU No. 8 Tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas
peradilan terhadap tindak pidana korupsi, terorisme, narkotika/psikotropika,
pencucian uang dan tindak pidana.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah yang
berjudul Hak Asasi Manusia ini antara lain :
1. Latar belakang sejarah munculnya ide tentang hak asasi manusia yang
berlaku saat ini berakar sejak era Perang Dunia II. Pembunuhan dan kerusakan
dahsyat yang ditimbulkan Perang Dunia II menggugah suatu kebulatan tekad
untuk membangun sebuah organisasi internasional yang sanggup meredakan
krisis internasional serta menyediakan suatu forum untuk diskusi dan mediasi.
2. Sejarah perjuangan hak asasi manusia di Indonesia dimulai dengan
perjuangan kemerdekaan melawan penjajah, Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908,
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia diikuti dengan penetapan Undang-Undang
Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, dan rumusan hak asasi manusia
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia secara eksplisit juga telah dicantumkan
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat dan Undang-Undang
Dasar Sementara 1950.
3. HAM/Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia
sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi
nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan,
jabatan, dan lain sebagainya. Pembagian hak asasi manusia menurut macam
dan jenisnya yaitu Hak asasi pribadi, politik, hukum, ekonomi, peradilan, dan
sosial budaya.
4. Hak asasi manusia tidak dapat dilaksanakan secara mutlak. Ini berarti bahwa
prlaksanaannya harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pada
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundangan yang lainnya.
Pelaksanaan yang mutlak akan melanggar hak-hak asasi orang lain.
5. Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakatnya, khususnya keadilan sosial. Pembukaan UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip rule of law, yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia. Dengan kata lain,
pembukaan UUD 1945 memberi jaminan adanya rule of law dan sekaligus rule of

justice. Prinsip-prinsip rule of law di dalam pembukaan UUD 1945 bersifat tetap
dan instruktif bagi penyelenggara negara, karena pembukaan UUD 1945
merupakan pokok kaidah fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat madani (civil society) adalah kondisi suatu komunitas yang jauh dari
monopoli kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik
bersama
DAFTAR PUSTAKA
Lasa dkk. LKS Gita SMU PPKn. Hak Asasi Manusia. PT. Pabelan. Surakarta.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka.Jakarta
Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/
Hak_asasi_manusia - 26k. Diakses 20 September 2010.
Martha,Denny. Bentuk-bentuk hak asasi manusia yang ada di masyarakat.2007
Komara,Endang.2010.http://endangkomarasblog.blogspot.com/2010/03/rule-oflaw-sebagai-upaya-menciptakan_25.html. Diakses 20 September 2010

Anda mungkin juga menyukai