Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan morfologi
suatu organ atau jaringan tubuh. (Achmadi, 2005)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya (benda hidup, mati,
nyata, abstrak) serta suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara elemenelemen di alam tersebut. (Sumirat, 1996)
Referat ini yang berjudul Penyakit Berbasis Lingkungan akan menjelskan
tentang proses terjadinya penyakit di masyarakat serta apa saja penyakit yang dapat
timbul di lingkungan, dan pencegahan apa saja yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi penyakit yang timbul di lingkungan.
I.2 Tujuan
a) Menjelaskan pengertian dari penyakit berbasis lingkungan
b) Menjelaskan perjalanan penyakit (patogenesis penyakit) melalui media
skema dan deskripsinya.
c) Memberikan wawasan mengenai proses terjadinya penyakit di
lingkungan masyarakat.
d) Memberikan wawasan mengenai apa saja elemen yang dapat
menmbulkan suatu penyakit di masyarakat.
e) Memberikan wawasan tentang enyakit apa saja yang dapat timbul dari
lingkungan.
f) Memberikan wawasan mengenai pencegahan dari penyakit berbasis
lingkungan.
g) Memberikan informasi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
di lingkungan.
I.3 Manfaat
a) Untuk penulis, menambah wawasan tentang Penyakit Berbasis
Lingkungan.
b) Membantu pembaca agar lebih memahami lagi tentang penyakit berbasis
lingkungan serta PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
c) Sebagai referensi bagi pembaca tentang Penyakit Berbasis Lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan
sebutan sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk
pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakitnya, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara
cepat dan tepat.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Gambar II.1 Patogenesis penyakit (Sumber : Ahmadi, 2005)


Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara berkelanjutan mengeluarkan
agen penyakit. Agen penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun
melalui perantara.
Beberapa contoh agen penyakit:
a) Agen Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

b) Agen Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
c) Agen Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Perkembangbiakan
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat
memindahkan agen penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai
media perkembangbiakan atau transmisi adalah:
a. U

b. A

e. Manusia

secara

langsung

c. Makanan
d. Binatang

r
a
Simpul 3: Penduduk

Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis pes nyakit antara lain:
a. Perilaku
b. Status gizi

c. Pengetahuan
d. dll

e.
f. II.2 Proses Terjadinya Penyakit di Lingkungan
Masyarakat
g.

Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi

berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit yakni proses
interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis,
psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan
lingkungan (environment).
h.

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen

atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor
lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias
Penyebab Penyakit
i.

Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan

interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent) dan
lingkungan (Environment). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan
perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi

karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih
di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemiologi dan cocok
untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agen (yakni mikroba)
mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan.
1.

Manusia (host)
j.
Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia,
antara lain :
Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga
Bentuk anatomis tubuh
Fungsi fisiologis atau faal tubuh
Status kesehatan, termasuk status gizi
Keadaan kuantitas dan respon monitors
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial
Pekerjaan, dll. (Heru Subari, dkk. 2004)
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.

s.
t.

Gambar II.2 Diagram pengaruh penyakit pada lingkungan (Heru


Subari, dkk. 2004)
u.
v.

w. 2.
x.

Penyebab penyakit (agent)

Penyebab penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia

(host), penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Penyebab penyakit


ini dikelompokkan menjadi penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab
primer terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur psikis. Penyebab
sekunder yaitu merupakan unsur pembantu atau penambah di dalam proses sebab
akibat terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan tempat tinggal seperti
penyakit non infeksi (penyakit jantung).
y.

Agen menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan

abiotis.Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yakni:
a. Protozoa : Plasmodium, Amoeba
d. Virus: Dengue, polio, measies,
b. Metazoa : Arthopoda , Helmynthes
lorona
c. Bakteri: Salmonella, Meningitis
e. Jamur: candida, algae, hystoplesosis
f.

Sedangkan abiotis, terdiridari:

a. Nutrient Agent
b.
c.
d.
e.
f.
g.

: kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral,

protein dan vitamin)


Chemical Agent : pestisida, logam berat, obat-obatan
Physical Agent: suhu, kelembaban, panas, kardiasi, kebisingan.
Mechanical Agent: pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
Psychis Agent: gangguan psikologis, stress, dan depresi
Physilogigis Agent: gangguan genetik
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.
(Heru Subari, dkk. 2004)
g.
h. 3.
i.

Unsur Lingkungan (environment)


Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar agent dan host,

karena faktor lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya digolongkan
dalam tiga unsur utama, yaitu:
j.

a. Lingkungan biologis: flora dan fauna yang ada di sekitar manusia.

Meliputi beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen.


k.

b. Lingkungan sosial: semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem

organisasi bagi setiap individu yang berada di masyarakat, misalnya bentuk

organisasi, sistem pelayanan kesehatan, dan kebiasaan. Lingkungan sosial ini


meliputi:
Sistem hukum,
Administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat, dan
Kebiasaan hidup masyarakat. (Nur Nasry Noor. 2002)
l.

c. Lingkungan fisik
m.

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia

baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
udara, keadaan cuaca, geografis, dan golongan air, baik sebagai sumber kehidupan
maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan unsur kimiawi lainnya seperti
pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
n.

Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak

pula yang timbul akibat manusia sendiri (Nurnasri Noor. 2000. Dasar
Epidemiologi. Rini Kacipta. Jakarta. Hal.28)
o.

Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)

menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan yang
tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:

Water Supply and Waste Water Disposal


p.

Kerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan

sumber air, kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia,
kerusakan alat transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem,
kekurangan persediaan dan pengganti peralatan

Solid Waste Handling


q.

Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan


peralatan, kekurangan tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.

Food Handling

r.

Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan

alat transportasi, kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas.

Vector Control
s.

Meningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor


dengan manusia, berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.

Home Sanitation
t.

Kerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan,

kehilangan tenaga akibat pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah
padat dan kekumuhan.
u. Menyikapi pencegahan penyakit berpotensi wabah atau penyakit berbasis
lingkungan tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 22 yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan, disebutkan bahwa:
v. 1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
w. 2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.
x. 3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian
vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
y. 4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.
z.
aa. Secara spesifik tujuan penyelenggaraan sanitasi menurut Depkes (1999)
adalah:

ab. 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien dan


masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
ac. 2. Agar masyarakat

mampu memecahkan masalah kesehatan yang

berhubungan dengan kesehatan lingkungan.


ad. 3.

Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor

terkait yang dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap


penyakit yang berbasis lingkungan. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap
penyakit yang berbasis lingkungan melalui pemantauan wilayah setempat (PWS)
secara terpadu.
ae. II.3 Penyakit yang Timbul dari Lingkungan
af. 1. Sakit pada Saluran Pencernaan dan Diare
ag.

Sakit pada saluran pencernaan dan diare disebabkan karena

menggunakan air yang telah tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja,
atau kotoran hewan.
ah. 2. Sakit kulit
ai.

Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar

kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau
mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan.
aj. 3. Sakit mata
ak.

Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata, salah

satunya melalui air yang kotor, yang digunakan untuk mandi atau mencuci muka.
al. 4. Cacingan
am.

Cacingan dapat terjadi karena menggunakan air yang telah tercemar

dari kotoran manusia atau binatang karena didalam kotoran tersebut terdapat telur
cacing.
an. 5. Malaria
ao.

Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena

itu bila ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang

10

bertelur di tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah,
kolam, danau, terutama di daerah pantai.
ap. 6. Demam Berdarah Dengue (DBD)
aq.

Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang

tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya, air yang menggenang harus dialirkan agar
tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat penampungan
air dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada di tempat air
tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk dan menimbun barang bekas. Upaya
pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M yaitu menutup, menguras, dan
menimbun.
ar. 7. Kaki Gajah (Flariasis)
as.

Penyakit kaki gajah (Elephantiasis) disebabkan oleh cacing filaria

yang menyumbat pembuluh limfe sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing


filaria terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor
yang tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya adalah dengan
mengalirkan air agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.
at.
au. Penyakit yang berkaitan dengan tempat tinggal dan perilaku
av.

Tempat tinggal dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan juga

menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk, flu, sakit mata, demam,
sakit pada kulit, maupun kecelakaan.
aw.

Kebiasaan tidur bersama dalam satu kamar tidur atau terlalu banyak

penghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena penyakit akan menular
dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan flu, maka semua
yang tidur bersama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan flu. Penyakitpenyakit lain yang dapat menular akibat tidur bersama-sama yaitu seperti sakit mata,
kulit, atau batuk darah (TB).
ax.

Merokok juga adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok,

apalagi jika dilakukan di dalam rumah. Akibatnya dapat mengenai penghuni lainnya.
Asap rokok mengandung zat bersifat racun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit
kanker, jantung dan gannguan janin pada ibu hamil.

11

ay.

Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan

menyimpan makanan. Kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu sambil


menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong anak
sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk anak karena anak
dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar (minyak, kayu,
arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil menggendong anak, dapat
menimbulkan sakit pada saluran pernafasan seperti batuk. Menjamah makanan tanpa
cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu juga sangat berbahaya karena pada tangan
terdapat banyak kotoran setelah tangan melakukan banyak kegiatan.
az.
ba.

Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan sehingga,

tangan dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan
melalui tangan antara lain seperti diare, cacingan, keracunan, sakit kulit dan lain-lain.
Secara ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi sumber penularan
penyakit seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah ini.

12

bb.

sa
pern
ventilasi

T
sinar
matahari

temapat
tinggal

suara bising

lantai

s
pend

d
cac

dinding

TBC,
pern

serangga,
tikus, hewan
peliharaan

ra
cac
DBD
lepto

bc.
bd.
be. Gambar bagan tempat tinggal
bf.

pen
kuli

13

bg.

perilaku
penghuni
rumah

merokok

saluran
pernapasan

alkohol

metabolisme

mengbuang
kotoran

diare

membuang
sampah
sembarangan

diare

tidur
bersama

sakit mata,
sakit kulit

bh. Gambar. bagan perilaku penghuni rumah


bi.
bj. II.4 Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan dan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)
bk.

Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan


yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,

14

pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
bl.

Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor

lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari.


Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit
penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara
dengan sempurna (Azwar, 1992).
bm.

Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai

lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal


yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto (1993) adalah
usaha kesehatan yang menitik beratkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan
fisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan
fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
bn.

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah

upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin


menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan
fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan
dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi
kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan
aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien,
perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan
aman; rumah yang bersih dan aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi
lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan
nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai
penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan
terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi
lingkungan menjadi penting dalam meningkatkan kesejahteraan (Setiawan, 2008).

15

bo.

Slamet (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih


menekankan pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor
lingkungan manusia seperti:

bp.

a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan
sehat.

bq.

b. Pembuangan kotoran manusia, air, dan sampah.

br.

c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.

bs.

d. Makanan yang bergizi menjamin makanan tersebut aman, bersih dan


sehat.

bt.

e. Bebas dari anthropoda, binatang pengerat, dan lain-lain.

bu.

f. Kondisi udara bebas dari polusi.

bv. g. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya tidak menimbulkan risiko


bagi masyarakat sekitar.
bw.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

bx. 1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

by.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,


keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan
masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.
bz.
2. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

16

ca.

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,

bermain, berinteraksi dan lain-lain.Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga,


sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
a) PHBS di Rumah Tangga
cb.

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
cc.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS rumah tangga yaitu:


cd.
1)

ci. 6) Menggunakan jamban sehat.


Persalinan

ditolong

oleh

tenaga kesehatan.
ce.2) Memberikan ASI ekslusif pada
bayi.

cj. 7) Memberantas jentik di rumah


sekali seminggu.
ck. 8) Makan buah dan sayur segar
setiap hari.

cf. 3) Menimbang balita setiap bulan.


cg. 4) Menggunakan air bersih.
ch. 5) Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun.

cl. 9) Melakukan aktivitas fisik setiap


hari.
cm. 10) Tidak merokok di dalam
rumah.

b) PHBS di Sekolah
cn.

PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh

peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat.
co.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS sekolah yaitu:

17

cp.

1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan

sabun.
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
cq.

3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.

cr.

4) Olahraga yang teratur dan terukur.

cs.

5) Memberantas jentik nyamuk.

ct.

6) Tidak merokok di sekolah.

cu.

7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.

cv.

8) Membuang sampah pada tempatnya.

cw.
c). PHBS di Tempat Kerja
cx.

PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para

pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
cy.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS tempat kerja yaitu:


cz. 1) Tidak merokok di tempat kerja.
da. 2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
db. 3) Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik.
dc. 4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil.
dd. 5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
de. 6) Menggunakan air bersih.
df. 7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

18

dg. 8) Membuang sampah pada tempatnya.


dh. 9) Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
di. 10) Menggunakan alat kerja yang ergonomis.
dj.
dk.
dl.

d. PHBS di Institusi Kesehatan


PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan

pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam
mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi
kesehatan
dm.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS institusi kesehatan yaitu:


dn. 1) Menggunakan air bersih.

dr. 5) Tidak meludah sembarangan.

do. 2) Menggunakan Jamban.

ds. 6) Memberantas jentik nyamuk.

dp. 3)

Membuang

sampah

pada

tempatnya.
dq. 4) Tidak merokok di institusi

dt.
du. 7) Membuang limbah sesuai
tempatnya

kesehatan.
dv.
e. PHBS di Tempat-tempat Umum
dw.

PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan

masyarakat pengunjung dan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu
untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat umum
sehat.
dx.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai

PHBS tempat umum yaitu:

19

dy. 1) Menggunakan air bersih.


dz. 2) Menggunakan jamban.
ea. 3) Membuang sampah pada tempatnya.
eb. 4) Tidak merokok di tempat umum.
ec. 5) Tidak meludah sembarangan.
ed. 6) Memberantas jentik nyamuk.
ee. 7) Makan makanan higienis
ef. 8) Terhindar dari suara bising
eg. 9) Terhindar dari pantulan sinar
eh. 10) Ventilasi yang baik
ei.

ej.

ek.
el. BAB III
em.

PENUTUP

en. III.1 Kesimpulan


eo.

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa

kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
ep.

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen

atau factor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor
lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab
Penyakit.
eq.

Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan banyak macamnya, ada


diare, sakit mata, kaki gajah, penyakit kulit, DBD, malaria, cacingan dan lain
sebagainya. Hal ini terjadi karena perilaku manusia iyu sendiri terhadap
lingkungannya.

er.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara merubah perilaku. Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan mengurangi kita untuk terjangkit
penyakit. 10 program PHBS yang di canangkan pemerintah diantaranya
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. memberi ASI ekslusif, menimbang
balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik dd rumah
sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

es.
et. III.2 Saran
eu.

Dengan pembuatan referat ini penulis berharap kepada masyarakat


atau pembaca dapat merubah perilaku hidupnya menjadi lebih baik sesuai

dengan PHBS yang di tetapkan agar hidup masyarkat bisa tetap sehat dan
hidup bahagia.
ev.
ew.
ex. DAFTAR PUSTAKA
ey.

Achmadi, dkk. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Buku Kompas.


Jakarta.

ez.

Anwar,

Musadad. 2003. Sanitasi Rumah Sakit Sebagai Investasi,

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10SanitasiRS083.pdf/0SanitasiRS083.h
tml.diakses tanggal 20 Januari 2011..
fa.

Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.PT. Mutiara Sumber


Widya. Jakarta.

fb.

Depkes RI 1999. Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta.

fc.

Heru,

Subari,

dkk.

2004.Manajemen

Epidemiologi.

Media

presindo.Yogyakarta. Hal.15-17.
fd.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip


Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.

fe.

Nur Nasry Noor. 2002. Epidemiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Hal.29.

ff.

Soemirat. S. 2004. Kesehatan Lingkungan UGM.Yogyakarta.

fg.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

fh.

WHO. 2002.Linking Program Evaluation to User Needs.The Politics of


Program Evaluation.Sage, USA.

fi.

Anda mungkin juga menyukai