Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO MEDIK

Disusun oleh:
dr. Ella Yunita Daulay
Dokter Pendamping:
dr. Vinsen Mak
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama

: An. B

Usia

: 4 tahun

Alamat

: Sarudik

Jenis kelamin : Perempuan


Agama

: Islam

MRS pada tanggal : 24/04/2016

II. ANAMNESIS
-

Keluhan utama :
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kejang SMRS. Kejang di rumah sebanyak 4 kali
dan dalam perjalan ke rumah sakit 1 kali. Lama kejang kurang lebih 5 menit,
kejang seluruh tubuh, mata mendelik ke atas, setelah kejang pasien sadar. Ibu
pasien menyangkal adanya demam sebelum kejang, riwayat kejang
sebelumnya juga disangkal. Pasien sebelumnya ada muntah-muntah, BAB cair

(-), riwayat trauma (-).


Anamnesis sistem :

Cerebrospinalis : demam (-), nyeri kepala (-)


Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
Respirasi

: batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)

Gastrointestinal : nyeri uluhati (-), mual (+), muntah (+), nafsu makan (+)
Urogenital

: BAK tidak ada keluhan

Integumentum

: bengkak (-)
1

Muskuloskeletal : lemas (+)


-

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat demam tinggi dan kejang (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang pernah mengeluh hal serupa
Riwayat Pribadi/sosial/lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dan tidak keluarga yang
mengalami hal serupa dengan keluhan pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran

: GCS 4-5-6 (compos mentis)

Vital Sign

:
TD

: tidak diukur

Nadi

: 84 x/menit

RR

: 23 x/menit

Suhu : 36,7 C
Kepala

: normocephali

Mata

: konjungtiva anemis -/-, seklera ikterik -/-, refleks pupil +/+

Leher

: pembesaran KGB (-)

THT

: telinga normal, hidung sekret (-), faring hiperemis (+/+), tonsil


T2/T2 hiperemis (+)

Thoraks

: Simetris, retraksi iga (-)

Jantung

: Auskultasi : S1, S2, tunggal, regular, bising jantung (-)

Paru

: Auskultasi : Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : Supel, NT (-), timpani (+), Bising usus (+) N


Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, edema (-), sianosis (-), tidak ada
kelemahan.
IV. STATUS NEUROLOGIS
A. Tanda rangsang selaput otak
Kaku kuduk

: negatif

Brudzinski I

: negatif

Brudzinski II

: negatif
2

Kernig sign

: megatif

B. Tanda peningkatan tekanan intrakranial


Pupil

: isokor

Refleks Cahaya

: +/+

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- DL :
WBC 30.500
Hb 12.0
HCT 37.8
PLT 501.000
GDS 156 mg/dl
VI. DIAGNOSIS
-

Epilepsi

Tonsilofaringitis akut

VII. PENATALAKSANAAN
-

IVFD Kaen 3A 700 cc/24 jam

Inj. Ondansetron 3x1 mg (iv)

Inj. Diazepam 3 mg bila kejang (iv)

Inj. Ceftriaxone 2x400 mg (iv)

Asam valproat 2x150 mg (3 cc) (p.o)

Saran pemeriksaan EEG

TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
3

Kata epilepsi berasal dari Yunani Epilambanmein yang berarti serangan.


Epliepsi didefenisikan sebagai gangguan kronis yang ditandai adanya bangkitan
epiletik berulang akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi oleh
karena lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara paroksismal akibat
etiologi. Menurut Interntional League Against Epilepsi (ILAE), yang disebut epilepsi
adalah kecenderungan untuk terjadinya kejang tipe apapun secara klinis.
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serpua (streotipik)
yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan sementara,dengan
atau tanpa perubahan kesdaran, disebabkan oleh hiperaktifitas listrik sekelompok sel
saraf otak yang bukan disebabkan oleh penyakit otak akut.
Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang
terjadi bersama-sama mliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor
pencetus, kronisitas.
EPIDEMIOLOGI
WHO menyebutkan, insidens epilepsi di negara maju berkisar 50 per 100.000
penduduk, sedangkan di negara berkembnag 100 per 100.000 penduduk. Di Indonesia
diperkirakan jumlah penderita epilelpsi sekitar 1 4 juta jiwa. Di bagian Ilmu
Kesehatan anak RSCM Jakarta didapatkan sekitar 175 200 pasien baru pertahun,
dan yang terbanyak pada kelompok usia 5 12 tahun masing-masing 43,6% dan
48,6%. Penelitian di RSU Dr. Soeteomo Surabaya selama satu bulan mendapatkan 86
kasus epilepsi pada anak. Penderita terbanyak golongan umur 1-6 tahun (46,5%),
kemudian 6-10 tahun (29,1%), 10-18 tahun (16,28%) dan 0-1 tahun (8,14%).
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditetapkanoleh ILAE terdiri dari 2 jenis klasifikasi, yaitu
klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk bangkitan epilepsi.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk jenis bangkitan epilepsi
1. Bangkitan parsial
a. Bangkitan parsial sederhana
a. Motorik
b. Sensorik
c. Otonom
4

d. Psikis
2. Bangkitan parsial kompleks
a. Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran.
b. Bangkitan parsial sederhana yang disertai gangguan kesadaran sat awal
bangkitan
3. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
a. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
b. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
c. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks kemudian menjadi umum
tonik klonik
4. Bangkitan umum
a.
Lena (absence)
b.
Mioklonik
c.
Klonik
d.
Tonik
e.
Tonik-klonik
f.
Atonik
5. Tak tergolongkan
ETIOLOGI
1. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi
genetik
2. Kriptogenik, dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui.
Termasuk di sini ialah Sindrom West, sindrom Lenox-Gastaut dan epilepsi
mioklonik.
Gambaran kliniks sesuai dengan ensefalopati difus
3. Simptomatik, disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat
(SSP), misalnya trauma kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi
desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik, metabolik, kelainan
neurogeneratif.
Penyebab terjadinya kejang berdasarkan umur
Neonatus (<1 bulan)
Hipoksia dan iskemia pada perinatal
Trauma dan hemoragia intrakranial
Infeksi akut pada SSP
Gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesia, defisiensi

Bayi dan anak-anak (>1


bulan, < 12 tahun)

piridoksin)
Gejala putus obat
Gangguan perkembangan
Penyakit genetik
Penyakit kejang karena demam
Penyakit genetik
Infeksi SSP
Gangguan perkembangan
5

Renaja (12-18 tahun)

Trauma
Idiopatik
Gangguan perkembbangan
Infeksi
Tumor otak
Penggunaan obat terlarang
Trauma
Idiopatik

GAMBARAN KLINIK
1. Bentuk bangkitan
2. A. Bangkitan umum lena
Gangguan kesadaran secara mendadak, berlangsung beberapa detik
Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa
reaksi
Mata memandang jauh ke depan
Mungkin terdapat automatisme
Pemulihan kesdaran segera terjadi tanpa perasaan bingung
Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula
B. Bangkitan umum tonik klonik
Dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan, mioklonik
Pasien kehilangan kesadaran, kaku selama 10-30 detik, diikuti gerakn
kejang kelonjotan pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama
30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa
Selesai bangkitan pasien menjadi lemas
Pasien sering tidur setelah bangkitan
C. Bangkitan parsial sederhana
Tidak terjadi perubahan kesadaran
Bangkitan dimulai dario tangan, kaki atau muka (unilateral/fokal)
kemudian menyebar pada sisi yang sama
Kepala mungkin berpaling ke arah bagian tubuh yang mengalami kejang
D. Bangkitan parsial komplek
Bangkitan fokal disertai gangguan kesadaran
Sering diikuti oleh automatisasi yang streotipik seperti mengunyah,
menelan, tertawa dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas.
Kepala mungkinberpaling ke arah bagian tubuh yang mengalami kejang
E. Bangkitan sekunder
Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks yang dalam
singkat menjadi bangkitan umum
Bangkitan parsial dapat berupa aura
Bangkitan umum yang terjadi biasanya berupa kejang tonik-klonik
C. Sindrom epilepsi
6

Pada umumnya epilepsi bersifat khas, dan terutama dijumpai pada


golongan anak-anak
DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam
bangkitan epilepsi berulang (minimal 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran
epileptiform pada EEG.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalografi (EEG)
2. Pencitraan otak (brain Imaging)
TERAPI
Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainyakualitas hidup optimal untuk
pasien, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental
yang dimilikinya. Untuk itu diperlukan berbagai upaya, antara lain mnghentikan
bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka lkesakitan dan
kematian, mencegah timbulnya efek samping obat anti epilepsi.
Prinsip pengobatan epilepsi
1. Mendiagnosis secara pasti, menentukan etiologi, jenis serangan, dan sindrom
epilepsi
2. Memulai pengobatan dengan satu jenis obat antiepilepsi
3. Penggantian obat antiepilepsi secara bertahap apabila obat antiepilepsi yang
pertama gagal
4. Pemberian obat antiepilepsi sampai 1-2 tahun bebas kejang
Pemilihan OAE berdasarkan atas jenis bangkitan
Jenis bangkitan

OAE
pertama

lini OAE

lini OAE

kedua

yang

lain OAE
dapat sebaiknya

dipertimbang
Bangkitan umum Sodium

Clobazam

kan
Clonazepam

tonik-klonik

valproate

Levetirecetam

Phenobarbital

Lamotrigine

Oxcarbazepine

Phenytoin

dihindari

yang

Topiramate
Bangkitan lena

Acetazolamide

Carbamazepine
Sodium

Clobazam

Carbamazepine

valproate

Topiramate

Gabapentin

Lamotrigine

Oxcarbazepine

Bangkitan

Sodium

Clobazam

Carbamazepin

mioklonik

valproate

Topiramate

Gabapentin

Topiramate

Levetiracetam

Oxcarbazepine

Lamotrigine
Bangkitan tonik

Bangkitan atonik

Bangkitan

Sodium

piracetam
Clobazam

Phenobarbital

Carbamazepine

valproate

Levetiracetam

Phenytoin

Oxcarbazepine

Topiramate
Sodium

topiramate
Clobazam

Phenobarbital

Carbamazepine

valproate

Levetiracetam

Acetazolamide

Oxcarbazepine

topiramate
Clobazam

Clonazepam

Topiramate
fokal Carbamazepine

Phenytoin

dengan/tanpa

Oxcarbazeoine

Gabapentin

Phenobarbital

umum sekunder

Sodium

Levetiracetam

Acetazolamide

valproate

Phenytoin

Topiramate

Tiagabine

Lamotrigine

Anda mungkin juga menyukai