A. Defenisi Anuitas
Anuitas (Annuity) adalah suatu rangkaian pembayaran/penerimaan sejumlah
uang, umumnya sama besar, dengan periode waktu yang sama untuk setiap
pembayaran. Pembayaran bunga pinjaman, bunga deposito, bunga obligasi,
cicilan kredit rumah, cicilan kredit motor atau mobil adalah contoh anuitas.
Persamaan-persamaan untuk anuitas diturunkan dengan menggunakan asumsi
perhitungan bunga adalah dengan bunga majemuk seperti dalam kehidupan nyata
dan bukan menggunakan bunga sederhana.
Secara garis besar anuitas dibagi menjadi tiga: anuitas biasa ( ordinary
annuity), yaitu jika pembayaran dilakukan setiap akhir periode , anuitas di muka
(annuity due), yaitu jika pembayaran dilakukan setiap awal periode, dan anuitas
ditunda (deffered annuity) yaitu jika pembayaran dilakukan setelah beberapa
periode.
Persamaan yang dipakai dalam anuitas biasa ada dua, yaitu untuk nilai
sekarang (persent value) dan untuk nilai akan datang (future value). Persamaan
untuk nilai sekarang dapat digunakan untuk menghitung besarnya cicilan per
bulan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), cicilan utang sewa guna usaha (leasing),
tingkat bunga efektif dari suatu pinjaman, lamanya periode waktu yang
diperlukan, nilai serangkaian dari rangkaian pembayaran di kemudian hari, dan
saldo pinjaman pada saat tertentu.
Sedangkan persamaan untuk nilai akan datang dapat digunakan untuk
mencari nilai akhir suatu tabungan atau nilai tabungan pada saat tertentu, lamanya
waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai jumlah tabungan tertentu, dan
besarnya tabungan yang harus dilakukan setiap periode untuk bisa memperoleh
jumlah tertentu.
(1)
Dengan
PV
= Jumlah periode
Contoh:
1. Hitung nilai sekarang dari uang Rp. 1.000.000 yang diterima setiap tahun
selama 5 tahun mulai 1 tahun lagi jika tingkat bunga yang relevan adalah 15 %
p.a.
Jawab :
Soal di atas dapat diselesaikan dengan menghitung nilai sekarang satu per satu,
yaitu present value dari Rp. 1.000.000 dua tahun lagi, dan seterusnya, kemudian
hasilnya kita jumlahkan.
Diketahui:
i = 15% = 0.15
A = Rp 1.000.000
n = 5 tahun
1
1 Januari
1 Januari
1 Januari
1 Januari
1 Januari
1 Januari
2010
PV = ?
2011
Rp 1.000.000
2012
Rp 1.000.000
2013
Rp 1.000.000
2014
Rp 1.000.000
2015
Rp 1.000.000
Selain itu, juga dapat menggunakan tabel anuitas biasa untuk nilai sekarang
dengan mencari nilai i = 15 % pada kolom i dan mencari n = 5 pada baris n untuk
memperoleh
memperoleh
Maka PV =
tabel anuitas biasa di bawah kolom i = 2 % dan baris n = 10 atau dengan memakai
persamaan (1):
= 10 periode
= 2% = 0.02
A =1
A
1
= 8.982585
3. Sebuah pinjaman dikenakan bunga 18 % p.a dan dapat dilunasi dengan 12 kali
cicilan masing-masing Rp 10.000.000 per tahun. Berapa besar pinjaman
tersebut?
Jawab:
A = Rp 10.000.000
I = 18% = 0.18
n = 12
A
x Rp 10.000.000
= Rp 47.932.249
C. Menghitung Besar Cicilan
Contoh :
1. Dari persamaan (1), kita dapat menurunkan persamaan baru untuk mencari
cicilan atau angsuran, yaitu A
PV
A =
A =
Rina meminjam uang sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 12%p.a.
jika pinjaman tersebut harus ia lunasi dalam 24 kali cicilan bulanan,
berapa besarnya cicilan yang harus dibayar setiap bulannya?
PV = Rp 10.000.000
n = 24
i=
A=
A=
A = Rp 470.734,72
2. Sepasang pengantin baru berniat membeli sebuah rumah dengan
menggunakan fasilitas kredit pemilik rumah (KPR) dari sebuah bank.
Rumah yang akan mereka beli berharga tunai Rp 300.000.000 dan KPR
bank mensyaratkan uang muka atau down payment (DP) sebesar 30% dari
harga rumah tersebit dan pembeli dikenakan bunga 15% p.a. untuk
sisanya. Apabila pasangan tersebut ingin melunasi KPR-nya dalam 60
bulan, berapa angsuran per bulan yang harus mereka bayarkan.
Jawab :
Harga rumah = Rp 300.000.000
Uang muka = 30%
Rp 300.000.000
i =
A=
A=
A=
A = Rp 4.995.855,32
Rp 80.000.000 = Rp 64.000.000
PV = Rp 64.000.000
i
= 36
A=
=
= Rp2.411.204,31
b. Saldo hutang pada akhir tahun pertama adalah nilai sekaran dari
sisa 24 angsuran Rp 2.411.204,31 per bulan.
PV = Rp 2.411.204,31
= Rp 46.923.689,1
c. Pokok hutang yang dilunasi selama tahun kedua adalah saldo
hutang di akhir tahun pertama dikurangi dengan saldo hutang
akhir tahun kedua.
Saldo hutang akhir tahun kedua =
Rp 2.411.204,31
= Rp 25.895.248,49
Jadi, pokok hutang yang dilunasi selama tahun kedua adalah
sebesar:
= Rp 46.923.689,1 Rp 25.895.248,49
= Rp 21.028.440,61
d. Bunga yang dibayarkan selama tahun kedua adalah total
angsuran yang dibayarkan selama tahun kedua dikurangi dengan
pelunasan pokok hutang selama tahun kedua.
Jadi, bunga yang dibayrkan selama tahu kedua adalah :
= (12 Rp 2.411.204,31) Rp 21.028.440,61
= Rp 7.906.011,11
D.
Contoh :
1. KPR sebesar Rp 210.000.000 dikenakan bunga 18% p.a. jika besarnya
angsuran per bulan adalah Rp 3.783.889,18 dalam berapa lama KPR
tersebut akan lunas ?
PV = Rp210.000.000
i=
A = Rp 3.783.889,18
n=
n=
n=
n = 120 bulan atau 10 tahun
Jadi, KPR tersebut akan lunas dalam 120 bulan atau 10 tahun.
2. Bapak Muri, seorang karyawan yang telah bekerja selama 30 tahun akan
pension. Ia mendapatkan uang pension yang akn dibayarkan sekaligus
(limp-sun) sebesar Rp 200.000.000. Pak Muri kemudian menyimpannya
dalam deposito berjangka 3 bulan yang memberinya bunga 8% p.a. apabila
untuk keperluan hidup dirinya dan keluarga, ia mengambil sebesar Rp
6.000.000 setiap 3 bulan, dalam berapa tahun deposito Pak Muri tersebut
akan habis ?
Jawab :
PV = Rp 200.000.000
i=
A = Rp 6.000.000
n=
n=
n=
n = 55,478 periode atau 13,87 tahun
n = 14 tahun dengan kondisi pengambilan terakhir (ke-56) jumlahnya
tidak sebesar Rp 6.000.000 tetapi lebih kecil dari itu.
E.
sekarang (PV), angsuran (A), atau lamanya periode (n). Untuk mencari tingkat
bunga per periode (i), sayangnya kita tidak dapat menurunkan persamaan (20).
Hal yang dapat kita lakukan untuk mencari i jika diberikan variable lainnya (PV,
A, dan n)adalah mencoba satu nilai I yang bisa memenuhi persamaan.
Apabila nilai i itu tidak memenuhi, kita dapat mencoba nilai i yang baru dan
demikian seterusnya hingga kita mendapatkan nilai i yang memenuhi persamaan.
Pencarian nilai i seperti ini disebut dengan metode trial and error, yang artinya
coba, kalau salah, coba yang lain. Oleh karena itu, dalam mencari nilai i
diperlukan waktu yang relative lebih lama dibandingksn dengan mencari variable
lain karena tidak ada persamaan eksplisit dengan I di sebelah kiri dan vaiabel
lainnya (kecuali i) disebelah kanan.
Contoh :
= 1,5% = 0,015
A
PV
n
= Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.000.000
= 12
PV
x Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.093,517,7
Ternyata PV Rp. 30.000.000 sehingga kita harus mencoba i yang baru.
Karena PV yang didapat > Rp. 30.000.000 maka kita harus mencoba
dengan nilai i yang lebih besar lagi, misalkan 19% p.a.
i
= 1,58% = 0,0158333
A
PV
n
= Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.000.000
= 12
PV
x Rp 2.758.973, 49
= Rp 29.937.889,81
Ternyata PV Rp 30.000.000 sehingga kita harus mencoba i yang baru.
Karena PV yang didapat > Rp 30.000.000 dengan i = 19% p.a. dan PV
yang didapat > Rp 30.000.000 dengan i = 18% p.a. maka kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa tingkat bunga berada diantara 18% p.a. dan
19% p.a. Selanjutnya, kita bisa mencoba isalkan 18,5% p.a.
i
= 1,54% = 0,01566667
A
PV
n
= Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.000.000
= 12
PV
x Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.015.556,77
karena PV masih Rp 30.000.000, kita naikan tingkat bunganya lagi
menjadi 18,6% p.a. atau 1,55% per bulan.
i
A
PV
n
= Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.000.000
= 12
PV
=
=
= 1,55% = 0,0155
A
x Rp 2.758.973, 49
= Rp 30.000.000
jadi, i = 1,55% perbulan atau 18,6% p.a.
2. Sebuah televisi dijual dengan harga tunai Rp 3000.000 atau kredit dengan
DP 30% dan sisanya dilunasi dalam 8 kali angsuran bulanan sebesar Rp
325.000. Berapa tingkat bunga yang digunakan?
Jawab :
Total utang adalah = 70% x Rp.3000.000 = Rp. 2.100.000
PV
= Rp. 2.100.000
n
=8
A
= Rp. 325.000
PV
Rp 2.100.000
x Rp 325.000
6,461538
F.
Perpetuitas
Kembali pada pertanyaan pembuka di awal bab ini, berapa nilai sekaang dari
Rp 1.000.000 setiap 3 bulan seumur hidup mulai 3 bulan lagi? Hal ini adalah
contoh anuitas tak terhingga atau perpetuitas (perpetual annuity) dan perhitungan
untuk mendapatkan nilai sekarang dari anuitas tak terhingga ternyata sangatlah
mudah, yaitu dengan menggunakan persamaan:
PV =
Apabila tingkat bunga yang relevan untuk digunakan dalam menjawab
pertanyaan di atas adalah 12% p.a. maka nilai sekarang dari Rp 1.000.000 setiap 3
bulan adalah:
1
hari ini
PV = ?
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12 bulan
lagi
lagi
lagi
lagi
Rp 1000.000
PV =
Rp 1000.000
Rp 1000.000
Rp 1000.000
= Rp 33.333.333,33
Jadi, hadiah yang harus dipilih adalah hadiah Rp 50.000.000 sekali saja pada
hari ini karena nilai sekarangnya lebih besar.
Dengan :
FV = nilai pada akhir periode atau nilai akan dating (future value).
Hitunglah nilai akan datang (FV) dari tabungan Rp 1.000.000 yang disetorkan
setiap tahun selama 5 tahun. Mulai tahun depan, apabila tingkat bunga adalah
10% p.a diperhitungkan tahunan.
Jawab :
n=5
i = 10% = 0,1
A = Rp 1.000.000
1
1 Mei 2011
1 Mei 2013
1 Mei 2014
1 Mei 2015
FV = ?
FV =
x Rp 1.000.000
= 6.1051 x Rp 1.000.000
= Rp 6.105.100
H. Menghitung Besar Tabungan Periodik
FV =
A =
atau A =
Contoh :
Sebuah perusahaan mempunyai utang obligasi sebesar Rp 100.000.000.000. utang
tersebut akan jatuh tempo 8 tahun lagi. Untuk memastikan perusahaan tersebut
mampu dan memiliki kas sebesar itu pada tanggal pelunasan, manajemen telah
memutuskan membentuk dana perlunasan (sinking fund) yang dananya disetorkan
setiap tahun selama 8 tahun mulai satu tahun lagi ke deposito sebuah bank yang
memberikan bunga 10% p.a. berapa jumlah dana yang harus disetorkan setiap
tahunnya? Buatkan tabelnya.
Jawab :
FV = Rp 100.000.000.000
n=8
i = 10% = 0,1
A =
=
= Rp 8.744.401.757,5
I.
FV
=
=
=
=
Contoh :
Seorang pedagang kecil berencana untuk menabung Rp 1.000.000 setiap
bulan agar dapat memperoleh uang sebesar Rp 200.000.000. Jika tingkat
bunga tabungan yang ditawarkan adalah 6% p.a. berapa lama dia harus
menabung?
Jawab :
A = Rp 1.000.000
FV = Rp 200.000.000
i
= 0,5% = 0,005
n =
=
= 138,976 bulan atau 139 bulan
J.
Jawab :
n =8
FV = Rp 3.342.500
A = Rp 350.000
adalah 10% p.a. diperhitungkan tahunan dan terdapat pajak atas bunga
tabungan sebesar 20%.
Jawab: n = 5
i = iat=(1-t)ibt
= (1-20%)x 10%
= 8%=0,08
A = Rp 1.000.000
FV=
FV= Rp5.866.600
2. Seorang pedagang kecil berencana untuk menabung Rp 1.000.000 setiap
bulan agar dapat memperoleh uang sebesar Rp 200.000.000. Jika tingkat
bunga tabungan yang ditawarkan adalah 6% p.a. dan pajak bunga
tabungan adalah 20%, berapa lama dia harus menabung?
Jawab:
A = Rp1.000.000
FV = Rp2.000.000.000
i = iat = (1 t) ibt
= (1 20%) x 6% = 4,8% = 0,048
= 0,4% per bulan = 0,004
n=
pinjaman bank di Indonesia sudah sedemikian rendah (6% p.a), apakah Bank
Mandiri bisa mendapatkan laba mengingat tingkat bunga tabungan dan deposito
yang diberikannya adalah juga sekitar 6%, dan apa yang dimaksud dengan tingkat
bunga flat.
Tingkat bunga flat adalah tingkat bunga yang dihitung berdasarkan saldo
pinjaman awal. Konsep tingkat bunga flat muncul untuk pelunasan pinjaman
dengan angsuran. Walaupun besar pinjaman pokok mengalami penurunan seiring
dengan dilakukannya pelunasan secara periodik, besarnya bunga yang dibayarkan
adalah sama, yaitu Rp 300.000 dalam contoh kita atau 0,5% dari Rp 60.000.000.
Tingkat bunga flat dalam penawan Bank Mandiri di atas memang 0,5% tetapi
tingkat bunga sebenarnya atau sering disebut tingkat bunga efektif adalah jauh
lebih besar dari pada itu.
Aturan praktisnya tingkat bunga efektif adalah dua kali lipat tingkat bunga
flat, tepatnya antara 1,5-2 kali. Mengapa demikian? Logikanya, bunga sebesar Rp
300.000 harus dibayarkan setiap bulan selama 12 bulan padahal s aldo pinjaman
sebesar Rp 60.000.000 hanya pada awal periode, yaitu sebelum pembayaran
angsuran dilakukan. Setelah angsuran pertama, saldo pinjaman menurun menjadi
Rp 55.000.000; kemudian menjadi Rp 50.000.000 setelah angsuran kedua, dan
begitu seterusnya. Dengan demikian, saldo utang rata-rata adalah Rp 32.500.000
11,3208
Dengan trial dan eror, kita akan mendapatkan i = 0,908% per bulan atau
10,896% p.a.
i =
10,9% p.a.
Setelah memahami perbedaan tingkat bunga flat dan efektif, manakah yang
ebaliknya anda pilih untuk melunasi pinjaman Rp 10.000.000 yang diterima hari
ini, membayar Rp 12.000.000 tepat satu tahun lagi atau mengangsur Rp 1.000.000
per bulan selama 12 bulan?
Masyarakat awam umumnya akan memilih alternative 12 angsuran bulanan
karena terasa jauh lebih meringankan dan lebih realistis dan lebih pasti terbayar
padahal tingkat bunga efektif dengan mengangsur adalah 2,93% per bulan atau
35,07% p.a. walaupun tingkat bunga flat adalah 20% p.a. jika pinjaman dilunasi
setahun lagi sebesar Rp 12.000.000, tingkat bunga (efektif) adalah tepat 20%.
Artinya, mereka yang rasional seharusnya memilih alternative perlunasan setahun
lagi karena tingkat bunganya (20%) jauh lebih rendah dari pada 35,07%.
Bagaimana kita mendapatkan bunga 2,923% adalah dengan trial and error
menggunakan persamaan (1).
Rp 10.000.000 =
10
= 2,923%
= Rp300.000.000
= 60
=
= Rp 7.618.028,23
b. Saldo KPR pada akhir tahun kedua adalah nilai sekarang dari sisa 36
angsuran Rp. 7.618.028,23 per bulan.
PV = Rp 7.618.028,23 x
= Rp 210.719.874,9
2. Sepasang suami istri menabung sebesar Rp 5.000.000 setiap bulan di
sebuah bank yang memberikan tingkat bunga j12 = 12%. Mereka mulai
menabung pada tanggal 1 Maret 2008 dan terakhir 1 Desmber 2011. Sejak
itu mereka tidak mampu menabung lagi karena sang istri terkena
pemutusan hubungan kerja. Gaji suami tidak lebih dan tidak kurang untuk
biaya hidup bulanan. Hitung saldo tabungan mereka di bank tersebut pada
tanggal 1 Desember 2012.
A
= Rp 5.000.000
n1
= 46 (periode menabung)
n2
PV
= 1% = 0,01
xA
x Rp 5.000.000