Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Referat
Agustus 2016
Pembimbing :
Kompol dr. Mauluddin M. S.Sos, S.H, M.H, M.Kes, Sp.F
BAB I
PENDAHULUAN
yang
tak
kalah
pentingnya
adalah
identifikasi
korban.
Identifikasi DNA sangat diperlukan untuk pelacakan korban meninggal, yang beberapa
diantaranya diperkirakan pelaku bom bunuh diri. Pada kasus kasus semacam ini hal penting
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan terhadap korban meninggal secara kedokteran
forensik. Korban pemboman secara kedokteran forensik dicirikan oleh adanya perlukaan
akibat ledakan, luka bakar, keracunan CO dan luka akibat serpihan yang mengenai tubuh.
Autopsi forensik penting secara legal, karena akan memberikan alat bukti tindak pidana
berupa alat bukti surat (visum et repertum) dan keterangan ahli dan akan memberikan
keyakinan pada hakim. Atas dasar kedua hal tersebut, ditambah bukti-bukti lain maka hakim
akan dapat secara mantap menjatuhkan vonis pada tersangka pelakunya secara adil,
berdasarkan pasal 183 KUHAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DNA tersebut terletak di inti sel sehingga disebut sebagai nuclear DNA (nDNA).
Selanjutnya nDNA lebih dikenal sebagai DNA saja. Selain genom yang terletak di
inti, manusia memiliki DNA lain yang terdapat dalam mitokondria.
Sejarah perkembangan pengetahuan manusia tentang DNA dimulai pada
tahun 1944, saat Oswald Avery mengemukakan DNA sebagai the vehicle of
generational transference of heritable traits. Pada tahun 1953, James Watson
dan Francis Crick menggambarkan struktur molekul DNA sebagai double helix.
Strutur DNA digambarkan sebagai double-helix yaitu dua utas rangkaian
polinukleotida yang saling membelit satu sama lain. Rangkaian tersebut terdiri
atas: deoxyribosa, fosfat, dan pasangan basa. Gugus gula dan fosfat membentuk
rangka utas DNA. Setiap gugus gula juga berkaitan dengan satu dari 4 basa, yaitu
adenin, guanin, cytosin, dan timin. Pada DNA utas ganda, pasangan basa akan
mengikat kedua utas. Adenin selalu berpasangan dengan timin, sedangkan guanin
selalu bepasangan dengan cytosin. Pada setiap individu, rangka gugus gula dan
fosfat adalah sama, namun terdapat variasi pada pasangan basa yang menjadi
dasar karakteristik DNA yang berbeda pada masing-masing individu.
Struktur DNA yang double-helix dipertahankan oleh adanya ikatan kovalen
antara gugus gula dan fosfat, ikatan hidrogen pada pasangan basa, serta ikatan
kovalen antara gugus gula dan basa.
mtDNA memiliki laju mutasi yang jauh lebih tinggi (5-10 kali)
dibandingkan dengan nDNA sehingga memiliki kemampuan diskriminasi yang
tinggi. Hal ini disebabkan mtDNA memiliki mekanisme respirasi yang terbatas,
tidak mempunyai protein histon sebagai pelindung dan memiliki kandungan
radikal bebas yang tinggi.
Karakteristik
Ukuran
Kopi/sel
Struktur
Penurunan
Rekombinasi
Laju mutasi
Sekuens
B.
DNA inti
3 milyar pb
2
Linier, dikemas dalam kromosom
Paternal dan Maternal
Ya
Rendah
Human Genome Project (2002)
DNA mitokondria
16.569 pb
Bisa > 1000
Sirkuler
Maternal
Tidak
5-10 kali inti
Anderson et al 1981
Identifikasi personal
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu
penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan
suatu masalah dalam suatu kasus perdata maupun pidana.
Identifikasi personal dapat berarti upaya pembedaan individu satu dengan individu
lainnya atau upaya untuk menentukan kepemilikan bagian tubuh, cairan tubuh atau
bagian-bagian tubuh lain baik yang masih bagus atau yang sudah rusak bahkan yang
sudah hancur sekalipun terhadap si empunya.
Identifikasi personal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu identifikasi
personal dengan metode konvensional dan metode modern, identifikasi personal secara
konvensional dikenal beberapa cara yaitu :
1. Metode visual, yaitu dengan memperhatikan korban secara cermat, terutama wajah,
dapat dilakukan oleh orang yang mengenali korban
2. Pakaian, pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya
tulisan di pakaian, seperti : merk, penjahit, dan lain sebagainya
3. Perhiasan, dapat berupa anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada
tubuh korban, khususnya bila ada perhiasan-perhiasan tersebut terdapat inisialnya
4. Dokumen, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi (SIM),
paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan lain sebagainya
5. Medis, yaitu pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi
dan berat badan, jenis kelamin, cacat tubuh, atau ciri fisik tertentu, seperti tatoo,
jaringan parut dan sebagainya
6. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,
sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang
identik pada dua orang yang berbeda, bahkan pada kembar identik sekalipun
7. Tulang, yaitu pemeriksaan tulang pada sisa tubuh yang sangat membusuk atau telah
membusuk sempurna sehingga hanya tersisa tulang belulang. Pemeriksaan dapat
menentukan jenis kelamin seseorang, perkiraan ras, usia, tinggi badan, dan berat
badan serta cedera tulang yang dialami orang tersebut.
8. Sidik Jari, dapat dikatakan juga bahwa tidak ada 2 orang yang mempunyai sidik jari
yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar identik, sehingga sidik jari
mempunyai nilai yang sangat tinggi untuk penentuan identitas seseorang
9. Serologis, penentuan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau
pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara
10. Eksklusi, metode ini pada umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak tedapat
korban (kecelakaan massal), seperti ledakan pesawat, tabrakan kereta api dan lain-lain
Identifikasi personal dengan cara modern ialah dengan menggunakan kode-kode
genetik (DNA) seseorang. Dasar ilmiah dari pemeriksaan ini ialah bahwa setiap individu
kecuali kembar identik, mempunyai DNA yang berbeda dan unik. Teknik identifikasi
personal dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak
ditemukannya enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi beberapa fragmen
pasang basa pada titik yang dikehendaki, fragmen tersebut kemudian diperiksa dengan
menggunakan teknnik elektroforesis gel. Gambaran pita DNA sampel kemudia
dibandingkan dengan marker (DNA yang sudah diketahui ukuran pasang basanya) dan
probe ( template radioisotop yang telah diketahui urutan basanya)
Pada tahun 1985, ditemukan teknik identifikasi personal yang dikenal sebagai DNA
fingerprinting. Istilah DNA fingerprinting tersebut digunakan karena DNA setiap individu
adalah unik dan khas, sebagaimana sidik jari untuk identifikasi personal, istilah DNA
typing atau identifikasi DNA sebenarnya merupakan istilah yang lebih tepat dibandingkan
DNA fingerprinting atau DNA profiling, akan tetapi istilah tersebut sama saja dan
penggunaan istilah tersebut bervariasi tergantung pada preferensi seseorang.
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan
memberikan hasil positif (tidak meragukan).
a.
sel yang dibutuhkan untuk analisis. Usap dari rongga mulut terutama dari daerah
bukal memberikan lebih dari cukup sel dan DNA untuk ahli serologi untuk
melakukan DNA typing.
3. Rambut
Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka bisa dijadikan sampel untuk
pemeriksaan DNA inti asal ada akarnya. Namun untuk DNA mintokondria tidak
harus ada akar, cukup potongan rambut karena pada ujung rambut terdapat DNA
mitokondria sedangkan pada akar rambut terdapat DNA inti sel. RFLP / DNA
merupakan tipe umum dari analisis DNA, dan dapat dilakukan jika terdapat
jaringan yang cukup. Analisis RFLP/ DNA sudah dapat dilakukan dengan
sampel kurang dari 100 ng DNA. Sedangkan sehelai rambut dapat mengandung
100 500 ng DNA. Saat ini beberapa teknik PCR yang telah digunakan,
memberikan hasil yang memuaskan hanya dengan menggunakan akar rambut
dan sedikit jaringan.
4. Tulang dan gigi
Tulang dan gigi dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang oleh
antropolog forensik. Dengan menggunakan analisis PCR dan mtDNA, pulpa
gigi dan sumsum tulang dapat memberikan hasil baik untuk identifikasi genetik
kepada penyidik. Materi tulang dan gigi dapat digunakan untuk identifikasi
beberapa tahun setelah terjadi pembusukan jaringan lunak.
5. Feses
Feses telah digunakan untuk pemeriksaan DNA sejak dulu. Meskipun saat itu
dianggap hanya memiliki nilai bukti yang kecil. Namun seiring dengan
perkembangan metode biologis yang semakin sensitif, anggapan tersebut sudah
mengalami perubahan. Baru baru ini beberapa penyelidik melaporkan bahwa
ternyata sel dan sepihan sel ditemukan dalam jumlah besar pada sampel ini.
6. Kuku
Kuku telah mulai diselidiki sebagai sumber jaringan untuk pemeriksaan DNA.
Hasil awal menunjukkan bahwa dengan PCR, analisis DNA telah berhasil
dilakukan pada jaringan atau kulit yang melekat pada potongan kuku dan pada
serpihan kuku dari TKP. Kuku adalah jaringan sama seperti rambut, bahkan
kenyataannya mereka memiliki banyak sifat dan isi kandungan yang sama.
7. Sperma
Untuk kasus pemerkosaan pengambilan sampel yang diutamakan adalah kepala
spermatozoa yang terdapat DNA inti sel di dalamnya.
Kelebihan :
1. Dapat digunakan sampel yang rusak
2. Dapat dianalisis dengan jumlah DNA yang sedikit karena PCR dapat
dilakukan
3. Potensi dari jumlah lokus sangat besar dan menjadi penting ketika
Kelebihan :
1. Secara umum kelebihannya sama dengan STRs, sebagai tambahan :
2. Amplifikasi yang lebih bersih dengan artefak yang lebih sedikit dan
interpretasi lebih tepat karena rendahnya persentase stutter band
artifacts.
3. Beberapa lokus pentanucleotide menunjukan heterozigositas yang
tinggi tanpa jumlah microvariant yang signifikan
4. DNA berulang yang lebih panjang dan rendahnya microvariant
menyediakan keleluasaan dalam teknik pemisahan
5. Studi
pre-eliminasi
mengindikasikan
beberapa
pengulangan
nucleotide
polymorphisms
(SNPs)
mendeteksi
perubahan-
perubahan pada basa tunggal dari DNA, ada berjuta-juta basa tunggal per
individu, sehingga kesempatan untuk perkembangan hampir tidak terhingga,
dan sekarang digunakan secara luas untuk pembelajaran medical genetics dan
human evolution. Dalam bidang forensik sendiri contohnya adalah HLADQA1 sering digunakan untuk membuktikan bahwa seseorang tersangka tidak
bersalah bila DNAnya tidak cocok, seseorang korban salah tuduh memiliki
kesempatan sebesar 95 % perse untuk dibuktikan tidak bersalah dan dengan
menggabungkannya dengan 5 lokus lainnya dalam sistem polimarker
kesempatan untuk dinyatakan tidak bersalah bisa sampai 99.9 %
Kelebihan:
1. Banyak berada dalam genom mamalia
2. Banyak cara untuk deteksi SNP tersedia
3. Amplifikasi dari allele mudah didapatkan
Limitasi :
1. Kebanyakan SNP bi-allele, walaupun tempat dengan 3 allele secara
individut memiliki nilai diskriminasi terbatas
2. Jumlah allele yang sedikit menyulitkan analisispada sampel yang
sudah tercampur
2. HLA-DQA1
3. Polymarker (PM)
Tes ini menggunakan 5 lokus yaitu (LDLR, GYPA, HBGG, D7S8,dan
GC), yang ditambahkan pada primer HLA-DQA1, 3 lokus memiliki 2 allele
yang dapat dibedakan oleh 2 probes dan 2 lokus dengan 3 allele, sehingga
dalam satu PCR dan satu hibridisasi dengan 2 probe yang tetap, DQA1 dan
PM strip, genotypenya dari keenam lokus dapat ditentukan
Kelebihan :
1. Metodenya cepat dan mudah dan hasilnya dapat diinterpretasi secara
visual, tidak memerlukan alat setelah dilakukan amplifikasi dengan
PCR
2. Familiar dan telah sangat luas digunakan
3. Menggunakan metode PCR, sehingga mampu menganalisis sampel
Studi
dari
genetik
pada
populasi
manusia
dan
forensik
telah
Kelebihan :
1. Mudah dikerjakan dan cepat dengan menggunakan PCR
2. Mempunyai struktur yang stabil yang jarang mengalami delesi
3. Adanya elemen Alu menunjukan identitas secara keturunan
4. Dapat digunakan untuk melacak hubungan di dalam populasi
5. Beberapa dari lokus ini memiliki allele yang spesifik pada populasi dan
memiliki frekuensi allele yang berbeda pada populasi yang berbeda
2. Y Chromosome Markers
Y chromosome diturunkan dari ayah kepada semua anak laki-lakinya
sehingga DNA pada kromosom Y dapat digunakan untuk mencari keturunan
dari garis keturunan pria dan biasanya digunakan untuk kasus-kasus kejahatan
seksual
Kelebihan :
1. Digunakan untuk melacak hubungan keluarga secara garis ayah
2. Dapat digunakan untuk mengukur hubungan antar individu dalam
suatu kondisi asal geografis yang umum
Limitasi :
1. Kemampuan diskriminasi tergantung pada ukuran database yang ada
berlawanan. Pada akhirnya terbentuk dua kopi dari potongan DNA yang
diinginkan.
Pengulangan
denaturasi,
hibridisasi,
dan
ekstensi
menghasilkan
(MALDI-TOF-MS).MALDI-TOF-MS
memudahkan
yang
sering
digunakan
untuk
pemeriksaan
nuklear
DNA( nDNA) adalah sampel darah, karena teknik ekstraksi nDNA paling
mudah dan memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi, sampel pemeriksaan
nDNA yang lain adalah dari akar rambut, kuku, jaringan tubuh, sperma dan air
liur. Sampel yang jarang digunakan adalah urin karena DNA yang dapat
diekstraksikan dari urin sangat sedikit.
Pemeriksaan dari sampel urin jarang dilakukan karena nDNA sulit
teridentifikasi pada sampel yang sedikit atau sampe yang telah mengalami
degradasi atau denaturasi protein hal ini dikarenakan hanya terdapat 2 copy
nDNA pada setiap inti sel, sehingga nDNA sulit teridentifikasi pada sampel
yang sangat sedikit.
b. DNA mitokondrial untuk identifikasi personal
Selain nDNA yang seringkali lebih dikenal dengan DNA, pada tahun 1981
ditemukan mitokondria DNA (mtDNA) yaitu DNA yang terdapat pada
sitoplasma mitokondria, merupakan molekul yang berbentuk melingkar,
double helix dan berukuran 16569 pasang basa. DNA mitokondria mengkode
2 rRNA, 22 tRNA dan 13 protein yang berfungsi dalam rantai respirasi, setiap
sel memiliki 1000-10000 copy sehingga dapat ditemukan pada sampel yang
sangat sedikit.
Salah satu keunikan mtDNA yaitu memilki tingkat polimorfisme yang
tinggi, dapat digunakan untuk mengetahui antar individu atau hubungan
maternal. Pada daerah D-loop terdapat 2 daerah hipervariabel dimana derajat
keragaman daerah tersebut antar individu yang tidak memilki hubungan
kekerabatan cukup tinggi. Oleh karenanya, dalam penentuan identitas
seseorang dapat hanya menggunakan D-loop saja. Apabila tidak terdapat
mutasi baru pada mtDNA maka urutan mtDNA individu-individu yang
mempunyai hubungan kekeluargaan secara maternal seperti saudara kandung
laki-laki dan perempuan atau ibu dan anak perempuan akan tepat sama. Hal ini
sangat mempermudah dalam penyelidikan kasus-kasus orang hilang dan
keperluan forensik. Pada kedokteran forensik untuk mengetahui adanya variasi
basa atau polimorfisme pada mtDNA biasanya dilakukan terlebih dahulu
penggandaan DNA dengan menggunakan teknik PCR Untuk daerah D-loop,
pendekatan yang dilakukan adalah dengan melipatgandakan satu fragmen
DNA.
Penelitian penelitian untuk mengidentifikasi korban perang, sampel
yang sangat sedikit, sampel lama dan mengalami degradasi cenderung
menggunakan analisis mtDNA daripada nDNA. Hal ini disebabkan di dalam
satu sel terdapat ratusan hingga ribuan mitokondria dan masing masing
mitokondria mempunyai beberapa kopi mtDNA, sehingga setiap sel dapat
memiliki seribu hingga sepuluh ribu kopi mtDNA. Sedangkan dalam satu sel
hanya terdapat sebuah inti sel yang mengandung 21 kromosom, yaitu 1 set
paternal dan 1 set maternal, yang masing masing terdiri dari 23 kromosom.
yang
diambil dari kasus kriminalitas, yaitu rambut, tulang, gigi, dan cairan tubuh.
yang
Karena itu DNA mitokondria berguna dalam situasi dimana jumlah sampel
sangat terbatas. Sumber pemeriksaan yang cocok untuk tes DNA mitokondria
biasanya dari rambut tanpa jaringan, tulang, dan gigi.
DNA mitokondria hanya didapat dari ibu, karena itu akan sama persis pada
individu yang terkait secara maternal (diluar adanya mutasi), seperti kakak dan
adik atau ibu dan anak. Akan tetapi, tes DNA mitokondria akan menjadi
terbatas apabila membedakan 2/lebih individu yang berasal dari 1 garis ibu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses identifikasi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik secara
konvensional maupun modern. Setiap cara tersebut memiliki keunggulan dan kelebihannya
masing-masing, baik dari segi kemampuan melakukan diskriminasi, biaya yang diperlukan,
kemudahan dalam dilakukan, tersedianya alat dan sumber daya manusia yang mengolahnya
dan bahan atau sumber didapatkannya sampel.
Salah satu teknik identifikasi yang saat ini banyak digunakan di seluruh dunia adalah
identifikasi dengan penggunaan sampel DNA. DNA menjadi pilihan karena memiliki
kemampuan mendiskriminasi atau identifikasi yang besar sehingga terjadinya kesalahan
dalam proses identifikasi dapat diminimalisir sekecil mungkin. Tentu saja perkembangan
DNA ini tidak luput karena kemajuan teknologi di bidang teknik pengisolasian DNA,
ampifikasi DNA dan kemajuan dalam pemahaman tentang DNA yang lebih berkembang,
termasuk di dalamnya penemuan dan kegunaan dari DNA mitokondria dan kromoson Y,
sehingga dengan bahan dasar DNA tetap dapat dilakukan teknik-teknik yang berbeda pula.
Baik teknik identifikasi maupun isolasi dan amplifikasi DNA memiliki kelebihan dan
keterbatasan dalam pelaksanaannya, sehingga tugas seorang dokter atau dokter ahli forensik
adalah memilih teknik yang terbaik dalam penggunaanya di dalam suatu kasus yang
memerlukan identifikasi personal dengan penggunaan DNA.