Anda di halaman 1dari 2

PSIKOLOGI:

Memahami Beberapa Reaksi Kebencian


DENGAN menggunakan analisa bahasa tubuh (body language analysis), sesungguhnya
kita bisa membaca rasa kebencian atau ketidaksukaan orang terhadap kita. Reaksinya bisa
diam, berupa ucapan, tulisan atau tindakan.
Reaksi Diam
Sering kami menemukan yang saling tidak suka, kemudian saling diam dan tak bertegur
sapa. Bisa satu hari, seminggu, sebulan, setahun dan bahkan bertahun-tahun. Rasa benci
yang terlalu lama disebut dengan dendam. Rasa tidak suka atau benci memang awal dari
perjalanan sebuah dendam dan akan berakhir menadi dendam kesumat yang abadi.
Sebenarnya, dari kacamata psikologi, orang-orang macam ini belum memiliki
kematangan berpikir dan kematangan kejiwaan. Sikap yang langsung menutup diri justru
tidak menyelesaikan persoalan, baik jangka pendek atau jangka panjang.
Solusi terbaik yaitu justru harus berkomunikasi. Menjelaskan duduk persoalannya dan
memupuk saling pengertian. Kemudian mencari alternatif penyelesaian atau solusi yang
saling disepakati.
Berupa Ucapan
Manifestasi rasa benci bisa juga berupa ucapan, baik secara tidak langsung atau secara
langsung. Secara tidak langsung biasanya dikatakan kepada orang lain yang biasanya
tidak tahu duduk persoalan. Secara langsung yaitu terhadap orang yang dibencinya. Ada
kalanya ungkapan dalam bentuk kata sering kali bernada kasar, caci maki atau umpatan.
Dari sudut psikologi, boleh saja mengungkapkan rasa tidak suka dengan kata-kata.
Namun harus diucapkan dengan santun walaupun dengan suara keras. Orang yang
mengungkapkan rasa kebencian dengan caci maka biasanya orang-orang yang jiwanya
kotor.
Berupa Tulisan
Bahasa ucapan dan bahasa tulisan hampir sama. Namun bahasa tulisan bisa menimbulkan
salah tafsir apabila kata atau kalimat yang disusunnya memang multitafsir. Jika ini
terjadi, maka tidak akan menyelesaikan persoalan.
Sebaiknya sebuah tulisan,sebelum dikirim, harus dicek dan dipelajari dulu kata demi
kata. Gunakan kata atau kalimat yang sangat jelas dan santun. Beri penjelasan alasanalasan terjadinya sebuah persoalan. Kalau perlu mengambil sikap mengalah karena
mengalah toh tidak berarti kalah.
Berupa Tindakan
Tak jarang orang menunjukkan rasa benci dengan tindakan. Misalnya ada tetangga sering
membuang sampah di halaman rumah kita, melempar kulit telor ke ru mah kita dan
perbuatan lain yang sebenarnya tidak rasional.
Ketika kita menggunakan Facebook tak jarang nyelonong tulisan-tulisan yang tidak kita
sukai. Mungkin tulisan itu kita pandang mencaci maki, menghina, menyindir ,
membodoh-bodohkan, menggurui atau mengritik kita. Lantas tanpa pikir panjang kita
sembunyikan (hide) tulisan itu. Atau bahkan men-delete nama teman kita dari Friends
List.
Kalau cuma meng-hide tidak apa-apa. Tetapi kalau sudah men-delete dari Friends List
maka itu cermin pribadi yang tidak bijaksana dan pribadi yang mudah tersinggung.

Pribadi yang mudah tersinggung hanya dimiliki orang-orang yang berkepribadian lemah.
Seharusnya yang kita lakukan adalah, apakah tulisan teman kita benar atau tidak, rasional
atau tidak, masuk akal atau tidak. Hendaknya dipahami bahwa berbeda pendapat itu hal
yang biasa. Kalau ada orang berbeda pendapat,kita wajib menghargainya walaupun tidak
berarti kita harus mengikuti pendapatnya.
Biarkan sahabat kita di Facebook bicara apa saja. Toh tak ada keharusan kita setuju atau
tidak setuju dengan pendapatnya. Begitu pula, pendapat kita belum tentu disetujui atau
tidak disetujui teman kita.
Prinsipnya, biarkan teman kita menulis apa saja sejauh tidak melnggar undang-undang,
peraturan, agama atau moralitas. Kita sudah dewasa. Harus mampu meredam rasa
ketidaksukaan atau kebencian kita kepada orang lain. Apalagi orang lain itu saudara atau
sahabat kita.Pada dasarnya rasa tidak suka atau rasa benci akan mengotori jiwa kita.
Dari sudut psikologi, kita harus memiliki kematangan jiwa.
HARIYANTO IMADHA
E-mail:indodata@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai