Bab I
Bab I
HAJI MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
2016
Page 1
2016
Page 2
Page 3
imunologis
dari
adenoid
terbagi
ke
dalam
empat
2016
Page 4
2016
Page 5
radiologis
berdasarkan
persetujuan
antar
peneliti
untuk
2016
Page 6
Page 7
breathing, dan adenoidektomi tidak bermanfaat pada kasus ini. Salah satu
sumber mencatat bahwa anak dengan open lip posture, yakni bibir yang
renggang pada saat istirahat, secara otomatis diasumsikan sebagai mouth
breather. Faktanya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hal ini bukan
bagian dari masalah dan open lip posture mungkin saja tidak berpengaruh
sama sekali pada pernapasan. Pada tahun 1969, Rasmus dan Jacobs
menunjukkan bahwa anak-anak yang secara klinis diduga sebagai mouth
breathers dengan adanya open lip posture, memiliki air flow yang serupa
dengan anak normal.4
2016
Page 8
2016
Page 9
tersebut
adalah
lactobacillus,
streptococcus
anaerobik,
2016
Page 10
selular, seperti pada epitel kripta, folikel limfoid, dan bagian ekstrafolikuler.
Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan merupakan respons terhadap
kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patogen. 8
Adenoid dapat membesar seukuran bola ping-pong tersumbatnya jalan
udara yang melalui hidung yang keras untuk bernafas sebagai akibatnya
terjadi ventilasi melalui mulut yang terbuka. Adenoid dapat menyebabkan
obstruksi pada jalan udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara.3,8
2016
Page 11
breathing),
mendengkur,
bisa
terjadi
gangguan
tidur
2016
Page 12
normal
adenoid
pada
inherited
hypoplastic
maxilla
2016
Page 13
tuba
eustachii.
Pernapasan
mulut
kronis
memberi
2016
Page 14
penelitian
mengklasifikasikan
hipertrofi
adenoid
2.
2016
Page 15
Pemeriksaan Fisik
Langsung:
1. Dengan melihat transoral langsung ke dalam nasofaring setelah
palatum molle di retraksi.
2. Dengan rhinoskopi anterior melihat gerakan keatas palatum molle
waktu mengucapkan "i" yang terhambat oleh pembesaran adenoid,
hal ini disebut fenomena palatum molle yang negatif
Tidak langsung:
1. Dengan cermin dan lampu kepala melihat nasofaring dari arah
orofaring dinamakan rhinoskopi posterior.
2. Dengan nasofaringioskop, suatu alat seperti scytoskop yang
mempunyai sistem lensa dan prisma dan lampu diujungnya,
dimasukkan lewat cavum nasi, seluruh nasofaring dapat dilihat.
Pemeriksaan klinis yang dilakukan pada anak dengan
obstruksi nasal kebanyakan tidak dapat dipercaya. Pemeriksaan
cavum nasi yang dilakukan dengan rinoskopi anterior dapat
terlihat normal atau dapat menunjukkan peningkatan sekresi,
hipertrofi, maupun kongesti (hiperemis atau kebiruan) di konka.
Murray (1972) menunjukkan korelasi positif antara pembesaran
adenoid dan kongesti nasal pada pemeriksaan rinoskopi anterior,
2016
Page 16
dan ketika hubungan ini mungkin saja benar pada beberapa orang
anak, hal ini juga tampak pada gambaran rinoskopi anterior anakanak dengan rinitis alergi. Pada beberapa anak, pemeriksaan
nasofaring dengan kaca laring dapat mengidentifikasi adenoid
yang besar. Akan tetapi, pada beberapa orang anak pemeriksaan
dengan kaca laring ini tidak mungkin dilakukan. Cara yang paling
mungkin untuk mengidentifikasi ukuran adenoid ini adalah dengan
menggunakan foto lateral. Foto radiologi ini akan memberikan
pengukuran absolut dari adenoid dan juga dapat memberikan
taksiran hubungannya dengan ukuran jalan napas. Hal ini adalah
metode terbaik untuk menentukan apakah adenoidektomi dapat
memperbaiki gejala obstruksi nasal.4,9
2.6.3 Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos
Ukuran adenoid biasanya dideteksi dengan menggunakan
foto polos true lateral. Hal ini memiliki kekurangan karena hanya
menggambarkan ukuran nasofaring dan massa adenoid dua
dimensi.
Namun,
Holmberg
dan
LinderAronson
(1979)
2016
Page 17
yang
dideskripsikan
oleh
mengkategorikan
adenoid
ke
dalam
2016
Page 18
kelompok
Medium
Besar
: Pembesaran
Page 19
2016
Page 20
5. Faring Superior
Faring superior, yang didefinisikan oleh McNamara
(gambar 9), adalah jarak terpendek (mm) antara satu titik ada
batas superior palatum molle dan satu titik pada tepi tonsil
faring {(adenoid). McNamara pun mengkategorikan ke dalam
dua kategori jalan napas,yakni:21
Non obstructive
: SP > 5 mm
Apparently obstructive
: SP 5 mm
kasus
juga
dipertanyakan.
Mlynarek
dkk,
2016
Page 21
dan
dimungkinkan
untuk
tidak
terjadi
2016
Page 22
Gambar 2.10 Foto polos leher lateral yang dilakukan pada anak
yang sama dengan gambar 7, namun dengan mulut terbuka.
Tampak perbedaan penampak adenoid.
2016
Page 23
hipertrofi
adenoid.
Penelitian
menujukkan
bahwa
selagi
2016
Page 24
2016
Page 25
BAB III
KESIMPULAN
1. Secara anatomi laringan limfoid nasofaring dan orofaring tersusun atas
adenoid, tonsils, lateral bands jaringan limfoid di dinding faring posterior dan
membentuk sebuah cincin yang disebut cincin Waldeyer
2. Secara fisiologi adenoid merupakan bagian dari sistem imun sekunder.
Adenoid duduk di traktus respiratorius dan traktus gastrointestinalis,
2016
Page 26
menempati posisi yang dapat diekspos oleh antigen dari udara maupun
makanan.
3. Hipertrofi adenoid adalah pembesaran adenoid yang tidak fisiologis yang
biasanya disebabkan oleh inflamasi kronik. Hipertrofi adenoid biasanya
disertai keluhan rhinore, kualitas suara yang berkurang, chronic mouth
breathing, mendengkur, obstructive sleep apnea, tuli konduktif dan facies
adenoid. Foto radiologi dapat memberikan pengukuran absolut dari adenoid
dan juga dapat memberikan taksiran hubungannya dengan ukuran jalan napas.
Foto radiologi dapat menentukan apakah adenoidektomi dapat memperbaiki
gejala obstruksi nasal atau tidak.
2016
Page 27