Anda di halaman 1dari 2

ndonesia Tidak lagi nyaman untuk koperasi.

Perang kepentingan yang menjadi biang keladi kehancuran


hampir semua sendi bangsa mewabah di gerakan sosial ekonomi yang paling dianggap demokratis ini.
Tidak ada yang lebih buruk dari sebuah doktrin komunal tentang kepentingan kelompok yang terus
mereduksi kekuatan gerakan koperasi. Sejarah membuktikan bahwa koperasi dengan segala
manifestasinya tidak pernah lepas dari intervensi politik. Pendekatan kepada kekuasaan yang kemudian
menggejala di hampir semua level birokrasi semakin memperlemah posisi tawar koperasi dalam proses
sublimasi konsep ekonomi yang mengusung persamaan martabat dan hak manusia sebagai fundamen
dasar gerakan arus bawah ini.
Demonologi koperasi sepertinya semakin kronis di tubuh koperasi menyusul ontran-ontran dalam wadah
tunggal gerakan koperasi, Dekopin. Belum lagi peran gerakan pemuda koperasi yang dinilai kian
melemah. Bukan hal yang aneh jika kemudian organisasi organisasi yang mewadahi pemuda koperasi
terkesan tidak mampu berbuat banyak, karena memang pemuda koperasi dianggap sebagai komuditas
politik untuk kepentingan segelintir orang. Asumsi ini sama sekali bukan disebabkan oleh sentimen atau
keberpihakan terhadap seseorang atau kelompok tapi didasarkan oleh fakta bahwa asset organisasi
pemuda koperasi yang sedemikian banyak tidak dapat dinikmati oleh gerakan koperasi. Wajar jika
angkatan muda tidak mampu berbuat banyak, karena memang perebutan kekuasaan terus berlanjut
dalam kelembagaan-kelembagaan vital koperasi yang seharusnya menjadi motor penggerak gerbong
gerbong gerakan koperasi. Sebut saja kasus Dekopin yang tak kunjung selesai, Kopindo yang dililit
hutang sampai hampir tidak mampu mengeluarkan biaya operasional untuk pengurus dan karyawanya
atau FKKMI yang entah sampai kapan di bayang-bayangi kasus Dialog Budaya yang tidak begitu sukses
di Yogyakarta. Siapa lagi? Hanya organisasi-orgainisasi regional seperti HKMY ( DIY), HKMS ( Jateng),
dan AKMM (Jatim) yang sepertinya masih mampu mengawal arah perjuangannya meskipun dengan
berbagai kendala.
Ironis memang, ditengah keterpurukan gerakan koperasi Indonesia para petualang politik masih saja
mengobok-ngobok Dekopin yang menurut Pak Bus ( Bustanil arifin) adalah rohnya gerakan koperasi
Indonesia. Virus korupsi dan pelanggaran pidana moral lainya di diagnosa sudah mencapai stadium akut
di komponen vital koperasi.
Kenapa Dekopin sedemikian rapuh bahkan terkesan tidak berguna?. Kewenangan yang sentralistik
gerakan koperasi yang dipegang Dekopin sebagai wadah tunggal koperasi menyebabkan organisasi
yang di lahirkan pada konggres koperasi di Tasikmalaya itu sedemikian powerfull secara ekonomi dan
politik. Muncullah para petualang politik yang tergoda untuk menggerogoti Dekopin secara idealisme dan
finansial. Coba kita lihat apa yang dilakukan wadah tunggal kita tercinta saat Pasal 33 UUD 45
diamandemen dengan argumen yang sangat dangkal, kita semua tahu siapa dibalik semua ini?
Kapitalisme global. Politikus-politikus, para wakil rakyat yang pro pasar dan berpikiran liberal dengan
mudahnya menghapus mata rantai sejarah perjuangan bangsa dan harapan Indonesia dimasa datang
hanya karena bisikan-bisikan destruktif penjahat-penjahat ekonomi. Fungsi advokasi Dekopin untuk
dataran praktis sangat lemah. Regulasi-regulasi pemerintah yang pro pasar tidak mendapatkan
perlawanan idealis yang semestinya, memang itu bukan hanya tanggung jawab Dekopin saja namun
semestinya organisasi koperasi terbesar di Indonesia inilah yang menjadi detonatornya bersama pemuda
koperasi.
Seiring dengan suburnya pemikiran-pemikiran pragmatis dan oportunis koperasi dan UKM semakin
terpojok karena tidak punya tempat baik dalam wilayah politik maupun ekonomi, padahal fakta
membuktikan sector KUKM jauh lebih mampu bertahan di tengah krisis di banding perusahaan skala
besar. Kontraksi ekonomi nasional yang mencapai 12,6% pada tahun 1998 ternyata tidak terjadi pada
wilayah sentra-sentra Industri kecil dan koperasi. Menghadapi musuh di depan mata seperti

inipun Dekopindan pemuda koperasi tidak melakukan gerakan yang berarti, diam seolah menunggu
kehancuran sistem ekonomi yang pernah disebut sokoguru perekonomian Indonesia ini.
Belum lagi regulasi lain yang merugikan sector KUKM seperti penurunan pajak untuk gula dan beberapa
produk lain yang sudah pasti akan mendesak pasar lokal.
Terakhir UU koperasi yang seyogyanya sudah dibahas pada tahun ini ternyata masuk kedalam urutan
kategori tidak prioritas pada rencana pembahasan UU oleh MPR/DPR. Ini mengindikasikan jika UU
Koperasi itu tidak akan di bahas tahun ini mungkin akan diwariskan kepada pemerintahan yang akan
datang atau tidak sama sekali. Apa yang Dekopin lakukan dan gerakan koperasi susun? Nihil tidak ada.
Dekopin sibuk dengan rebutan kekuasaanya dan kita hanya diam dengan kondisi yang serba carut-marut
ini.
Belum lagi kasus DEKOPIN selesai meskipun sudah diadakan RAS versi pemerintah dengan Bapak Adi
Sasono sebagai pemenangnya upaya-upaya rekonsiliasi gerakan pemuda banyak koperasi mengalami
kendala. Indikasi upaya mempolitisasi gerakan pemuda koperasi menjadi trend, seperti ikut-ikutan
seniornya, pemuda sibuk tarik-ulur kepentingan, ambil contoh RAT KOPINDO yang sangat kental nuansa
politik, sampai diwarnai aksi WO dari beberapa delegasi dan menyisakan kubu-kubu sentral yang
meskipun masih malu-malu tapi saling berupaya memperkuat posisi. Demikian juga Munas FKKMI di
Unbraw Malang, 22-24 Desember 2005 lalu. Meskipun tidak seketat RAT KOPINDO karena skalanya
berbeda namun embrio politisasi itu ternyata mulai muncul.
Selama pengaruh politik dan kepentingan pribadi masih bermain dalam gerakan koperasi selama itu
juga sokoguru perekonomian hanya akan jadi slogan. Pembersihan menyeluruh harus sesegera mungkin
dilakukan. Politikus oportunis yang menggunakan koperasi sebagai kendaraan politik sudah waktunya
untuk tidak mendapat tempat. Intervensi pemerintah sedapat mungkin diminimalisir. Dengan langkahlangkah kongkrit ini koperasi dapat melakukan reformasi kelembagaan, idealisme sekaligus ekonomi.
Kemajuan yang berarti akan dapat dicapai jika seluruh komponen terutama sektor ekonomi mendukung
terciptanya kondisi yang kondusif untuk perkembangan koperasi.

Anda mungkin juga menyukai