Anda di halaman 1dari 178

TUGAS AKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI SUNGAI PROGO


SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 MENGGUNAKAN
APLIKASI HEC-RAS 4.1.0

Disusun Oleh :
AHMAD HAKIM BINTANG KUNCORO
NIM: 20110110184

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

TUGAS AKHIR
ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI SUNGAI PROGO
SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 MENGGUNAKAN
APLIKASI HEC-RAS 4.1.0
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 (S1), Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
AHMAD HAKIM BINTANG KUNCORO
NIM: 20110110184

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMANPENGESAHAN

TUGASAKHIR

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENT ASI SUNGAI PROGO

SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 MENGGUNAKAN

APLIKASI HEC-RAS 4.1.0

(Sediment Characteristics Analysis In Progo Ri~'er After 2010 Eruption Of


Mount Merapi Applications Using Hec-Ras 4.1.0)

Diajukan guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S 1) pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

AHMAD HAKIM BINTANG KUNCORO


201 10110184

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Tim Penguji

Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D.


2015

Pembimbing I

Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.


2015

Pembimbing II

Su

a Budi Lesmana S.T. M.T.

Penguji

Y ogyakarta,

"4. d'i '

2015

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN


MOTTO :
Berharaplah hanya kepada Allah S.W.T.
Jalani saja hidup ini, biarkan mengalir seperti air, tapi tetap berusaha
dan waspada agar tidak hanyut dan tenggelam

Berusaha, Berdoa, Bersedekah, Bertawakal.


PERSEMBAHAN :
Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk :
1.

Allah Subhanahu wa Taala atas karunia dan Rahmat-Nya serta


Junjungan Nabi Besar Muhammad Shallahualaihi wasallam atas
perjuangan menegakkan Ajaran Islam.

2.

Ibunda tercinta Ibu Sri Pamungkas Lestari yang selalu senantiasa


mendoakan setiap waktu, serta sebagai seorang motivator dan
penyemangat untuk tetap melakukan yang terbaik agar menjadi
kebanggaan keluarga.

3.

Ayahanda tercinta Bapak Heru Wihartopo, S.PKP., M.Si. yang selalu


senantiasa mendoakan, serta sebagai seorang motivator pembangkit
semangat untuk tetap melakukan yang terbaik.

4.

Budhe Sri Hangraeni dan Pakdhe Mardjuki yang selalu mendoakan dan
memberi motivasi agar dapat meraih sukses di masa depan dan menjadi
kebanggaan keluarga.

iii

5.

Kakak tercinta Mbak Retno Dewi Promodia Ahsani, S.IP., M.PA. dan
Mas Yogi Mahespati, S.T. yang selalu mendoakan dan memberi motivasi
agar dapat meraih sukses di masa depan.

6.

Mbak ndut cici Talitha Zhafira yang selalu mendoakan dan


menyemangati agar cepat mencapai kesuksesan.

7.

Ilham Prayudha Hutama, Toto Mugiono, Ardiyanto Nugroho, Lilik


Phaitoni, Ahmad Azmi Fitriadin, Riya Purnama Sari, Rosa Indah
Puspita, Katmirah, Barep Alamsyah, selaku sesama pejuang Tugas Akhir
untuk mencapai gelar Sarjana Teknik.

8.

Rekan - rekan seperjuangan Angkatan 2011 yang selalu memberikan


semangat untuk menjadi orang sukses di masa depan.

iv

KATA PENGANTAR

Segala puja puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Taala. Tidak
lupa sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad Shallahualaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabat. Setiap
kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya akhirnya saya
selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisis
Karakteristik Sedimentasi Sungai Progo Setelah Letusan Gunung Merapi
Menggunakan Aplikasi HEC-RAS 4.1.0. sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat
membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saransaran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :
1. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta selaku dosen pembimbing II.
Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta selaku dosen
pembimbing I. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta
petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.
4. Bapak Surya Budi Lesmana, S.T., M.T. sebagai dosen penguji. Terima kasih
atas masukan, saran dan koreksi terhadap Tugas Akhir ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta, Ayah dan Ibu, serta keluarga besarku.
7. Para staf dan karyawan Fakultas Teknik yang banyak membantu dalam
administrasi akademis.
8. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2011, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya, kalian istimewa.
Demikian semua yang disebut di muka yang telah banyak turut andil
dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan tugas akhir ini,
semoga menjadikan amal baik dan mendapat balasan dari Allah Taala. Meskipun
demikian dengan segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat
kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk
penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.
Akhirnya hanya kepada Allah Taala jugalah kami serahkan segalanya,
sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan
akan penyusun terima segala saran dan kritik yang membangun demi baiknya
penyusunan ini, sehingga sang Rahim masih berkenan mengulurkan petunjuk dan
bimbingan-Nya.
Amien.

Yogyakarta, Maret 2015

Penyusun

vi

DAFTAR ISI

Halaman Judul

.. i
.. ii

Halaman Pengesahan

. iii

Halaman Motto dan Persembahan


Kata Pengantar
Daftar Isi

.............................................................................................. v
.................................................................................................... vii

Daftar Gambar
Daftar Tabel

............................................................................................. ix
................................................................................................ xvi

Daftar Lampiran

.......................................................................................... xvii

Lambang dan Singkatan


Intisari
BAB I

.. xix

...................................................................................................... xxii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

... 1

B. Rumusan Masalah .. 3
C. Tujuan Penelitian

.. 3
... 4

D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Masalah

... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Degradasi dan Agradasi Sungai Progo
B. Keaslian Penelitian

..... 6

.... 11

BAB III LANDASAN TEORI


A. Tinjauan Umum .. 12
B. Cairan .. 12
C. Mekanisme Transportasi Sedimen .. 15
D. Mekanisme Gerakan Sedimen . 16
E. Gravitasi

.. 17

F. Permulaan Gerak Butiran

17

G. Persamaan Yangs (1973)

.. 19

H. Persamaan Engelund dan Hansen (1967) 20


I. HEC-RAS Versi 4.1.0 ... 20
vii

J. Persamaan Pada HEC-RAS .. 21


K. Analisis Stabilitas Alur 27
L. Angka Kekasaran Manning .. 31
BAB IV METODE PENELITIAN . 32
BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK
A. Geometri Model .. 35
B. Tampang Melintang Model . 46
C. Input Data Sedimen . 62
D. Running Simulasi Transport Sedimen . 72
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Degradasi dan Agradasi pada Daerah I

.. 78

B. Degradasi dan Agradasi pada Daerah II .. 86


C. Degradasi dan Agradasi pada Daerah III . 93
D. Tabel dan Gambar Letak Area Degradasi serta Agradasi .. 102
E. Pembacaan Volume Sedimen Berdasarkan Musim

.. 110

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

.. 113

B. Saran .. 114
Daftar Pustaka

. 115

Lampiran .. 117

viii

DAFTAR GAMBAR
.. 6

Gambar 2.1

Kemiringan dasar sungan dan anak Sungai Progo

Gambar 2.2

Kegagalan konstruksi dinding penahan tebing sungai 8

Gambar 2.3

Proses terjadinya erosi tebing sungai oleh Osman and Thorne


(1988) 8

Gambar 2.4

Material endapan dari lahar Gunung Merapi di Kali Putih 9

Gambar 2.5

Erosi tebing sungai di Kali Putih . 10

Gambar 2.6

Erosi pada jembatan Srowol

Gambar 3.1

Hubungan antara tenaga sungai (stream power), fall diameter, bed

.. 10

form dan struktur sedimen dalam sistem arus traksi (Simon dkk.,
1965) .. 14
Gambar 3.2

Bed form dan struktur sedimen dalam perbedaan flow regime


(Harms dan Fahnestock, 1965 dan Simon dkk., 1965) 14

Gambar 3.3

Ragam gerakan sedimen dalam media cairan dan angin . 17

Gambar 3.4

Diagram aliran berubah beraturan

Gambar 3.5

Pembagian tampang untuk keperluan hitungan kapasitas

. 22

angkut . 24
Gambar 3.6

Hitungan tinggi energi kinetik rata-rata di suatu tampang .. 25

Gambar 3.7

Grafik Shield .. 28

Gambar 3.8

Grafik hubungan antara diameter butiran dan . 30

Gambar 4.1

Debit harian rata-rata Sungai Progo di stasiun AWLR Duwet 33

Gambar 4.2

Distribusi sedimen dasar Sungai Progo .. 33

Gambar 4.3

Diagram langkah penelitian 34

Gambar 5.1

Aliran pada peta RBI, Daerah Aliran Sungai Progo yang


disimulasikan .. 36

Gambar 5.2

Trase aliran menggunakan aplikasi AutoCAD 37

Gambar 5.3

Pengolahan data trase menggunakan aplikasi excel ... 37

Gambar 5.4

Olah data geometri menggunakan ArcGIS .. 38

Gambar 5.5

Membuka aplikasi HEC-RAS 4.1.0 39

Gambar 5.6

Tampilan awal aplikasi HEC-RAS 4.1.0 40


ix

Gambar 5.7

Memulai pekerjaan baru / New Project .. 40

Gambar 5.8

Tampilan memilih folder penyimpanan dan member nama


Project

Gambar 5.9

.. 41

Merubah Unit System . 41

Gambar 5.10 Tampilan memulai membuat geometri

42

Gambar 5.11 Tampilan pengolahan Geometric Data 42


Gambar 5.12 Memanggil data geometri yang telah diolah menggunakan
ArcGIS 43
Gambar 5.13 Tampilan data geometri hasil olahan ArcGIS 43
Gambar 5.14 Memilih units untuk geometri 44
Gambar 5.15 Memberi nama geometri pada kolom River dan Reach .. 45
Gambar 5.16 Hasil memanggil data geometri dari file olahan ArcGIS 45
Gambar 5.17 Memulai pembuatan penampang melintang / Cross Section .. 46
Gambar 5.18 Tampilan pembuatan cross section . 46
Gambar 5.19 Memulai pembuatan cross section

47

Gambar 5.20 Pembuatan River station .. 48


Gambar 5.21 Mengisi Cross Section Data River Sta 1259 49
Gambar 5.22 Mengisi Cross Section Data River Sta 516 49
Gambar 5.23 Mengisi Cross Section Data River Sta 515 50
Gambar 5.24 Mengisi Cross Section Data River Sta 379 50
Gambar 5.25 Mengisi Cross Section Data River Sta 378 51
Gambar 5.26 Mengisi Cross Section Data River Sta 302 51
Gambar 5.27 Mengisi Cross Section Data River Sta 301 52
Gambar 5.28 Mengisi Cross Section Data River Sta 1 . 52
Gambar 5.29 Hasil pengisian cross section pada geometri

. 53

Gambar 5.30 Melakukan interpolasi cross section .. 53


Gambar 5.31 Tampilan menu untuk menginterpolasi cross section 54
Gambar 5.32 Tampilan geometri hasil interpolasi antar river sta 54
Gambar 5.33 Merubah / memodifikasi data LOB, Channel, dan ROB 55
Gambar 5.34 Tampilan kolom edit data LOB, Channel, dan ROB 56
Gambar 5.35 Memasukkan nilai elevasi
x

56

Gambar 5.36 Tampilan kolom input data Z Coord untuk elevasi 57


Gambar 5.37 Membuka menu Tables - Mannings or k values .. 58
Gambar 5.38 Kolom untuk merubah angka manning sesuai perhitungan 58
Gambar 5.39 Memulai pemodelan bangunan groundsill . 59
Gambar 5.40 Tampilan inline structure data 60
Gambar 5.41 Tampilan input data bangunan groundsill

. 60

Gambar 5.42 Save geometry data . 61


Gambar 5.43 Exit geometry data editor 61
Gambar 5.44 Memilih Quasi Unsteady Flow .. 62
Gambar 5.45 Tampilan Quasi Unsteady Flow . 63
Gambar 5.46 Mengisi data debit .. 63
Gambar 5.47 Hasil plot debit dalam bentuk diagram .. 64
Gambar 5.48 Memilih Normal Depth .. 64
Gambar 5.49 Mengisi Friction Slope 65
Gambar 5.50 Mengisi temperatur 65
Gambar 5.51 Save Quasi-Unstedy Flow File 66
Gambar 5.52 Mengisi Sediment Data .. 66
Gambar 5.53 Define / edit bed gradation 67
Gambar 5.54 Mengisi data gradasi 67
Gambar 5.55 Mengisi max Depth 68
Gambar 5.56 Memanggil Bed gradation . 68
Gambar 5.57 Boundry Condition . 69
Gambar 5.58 Mengisi Sediment Load Series

.. 69

Gambar 5.59 Grafik input sedimen .. 70


Gambar 5.60 Mengolah data sedimen

. 71

Gambar 5.61 Mengolah data debit AWLR menjadi data sediment load 71
Gambar 5.62 Save sediment data . 72
Gambar 5.63 Perform a sediment transport simulation 72
Gambar 5.64 Run sediment transport analysis 73
Gambar 5.65 Proses Computations

. 73

Gambar 5.66 Menu pembacaan hasil simulasi . 74


xi

Gambar 5.67 Hasil simulasi pada tampilan cross section . 74


Gambar 5.68 Hasil simulasi pada tampilan potongan memanjang 75
Gambar 5.69 Tampilan grafik hasil simulasi 75
Gambar 5.70 Tampilan hasil simulasi dalam bentuk rating curve 76
Gambar 5.71 Tampilan hasil simulasi dalam bentuk Perspektive 76
Gambar 5.72 Cross section output 77
Gambar 5.73 Tabel data hail simulasi

. 77

Gambar 6.1

Pembagian daerah pembacaan potongan memanjang 78

Gambar 6.2

Kondisi slope dan morfologi Daerah I tanggal 26 Oktober


2010

Gambar 6.3

.. 79

Kondisi Sungai Progo setelah letusan dan banjir lahar dingin


Gunung Merapi pada tanggal 28 Oktober 2010 . 80

Gambar 6.4

Degradasi dan agradasi di Daerah I pada tanggal 04 November


2010 80

Gambar 6.5

Penambahan tebal sedimen endapan dan kedalaman gerusan pada


tanggal 18 Desember 2010 . 81

Gambar 6.6

Kondisi Daerah I pada tanggal 28 Janurai 2011 . 82

Gambar 6.7

Kondisi Daerah I pada tanggal 02 Februari 2011 . 82

Gambar 6.8

Kondisi Daerah I pada tanggal 15 Maret 2011 ... 82

Gambar 6.9

Kondisi Daerah I pada tanggal 13 April 2011 . 83

Gambar 6.10 Kondisi Daerah I pada tanggal 10 Mei 2011 ... 83


Gambar 6.11 Kondisi Daerah I pada tanggal 10 Juni 2011 ... 83
Gambar 6.12 Kondisi Daerah I pada tanggal 29 Juni 2011 ... 84
Gambar 6.13 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir Daerah I 85
Gambar 6.14 Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi pada
Daerah I

. 86

Gambar 6.15 Cross section yang memiliki ketebalan maksimum . 86


Gambar 6.16 Penampang atas cross section 1043.08* . 87
Gambar 6.17 Hasil penampang eksisting area cross section 1043.08* pencitraan
Google earth ... 87

xii

Gambar 6.18 Kondisi morfologi Sungai Progo pada tanggal 26 Oktober


2010

... 88

Gambar 6.19 Kondisi morfologi Daerah II pasca erupsi Gunung Merapi


(28 Oktober 2010)

. 88

Gambar 6.20 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 04 November


2010 89
Gambar 6.21 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 18 Desember
2010 89
Gambar 6.22 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 28 Januari
2011 90
Gambar 6.23 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 02 Februari
2011 90
Gambar 6.24 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 15 Maret 2011 90
Gambar 6.25 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 13 April 2011 .. 91
Gambar 6.26 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 10 Mei 2011 .... 91
Gambar 6.27 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 10 Juni 2011 .... 91
Gambar 6.28 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 29 Juni 2011 ... 92
Gambar 6.29 Grafik perbandingan elevasi awal dan akhir simulasi pada
Daerah II ..... 92
Gambar 6.30 Grafik kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi pada
Daerah II

.... 93

Gambar 6.31 Agradasi pada area Jembatan Kebonagung setelah letusan Gunung
Merapi 2010 .... 93
Gambar 6.32 Perubahan agradasi di area Jembatan Kebonagung pada tanggal
07 Januari 2015 ... 94
Gambar 6.33 Kondisi awal slope dasar sungai di Daerah III pada tanggal
26 Oktober 2010 ..... 95
Gambar 6.34 Perubahan pada daerah peralihan 28 Oktober 2010 ... 95
Gambar 6.35 Kondisi Daerah III pada tanggal 04 November 2010 .. 96
Gambar 6.36 Kondisi Daerah III pada tanggal 18 Desember 2010 .. 96
Gambar 6.37 Kondisi Daerah III pada tanggal 28 Januari 2011 ... 97
xiii

Gambar 6.38 Kondisi Daerah III pada tanggal 02 Februari 2011 ..... 97
Gambar 6.39 Kondisi Daerah III pada tanggal 15 Maret 2011 ..... 97
Gambar 6.40 Kondisi Daerah III pada tanggal 13 April 2011 .. 98
Gambar 6.41 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Mei 2011 ... 98
Gambar 6.42 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Juni 2011 ... 98
Gambar 6.43 Kondisi Daerah III pada tanggal 29 Juni 2011

.. 99

Gambar 6.44 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir pada
Daerah III

.. 99

Gambar 6.45 Grafik kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi Daerah III.100
Gambar 6.46 Penampang memanjang cross section 518.975*

.... 100

Gambar 6.47 Penampang atas cross section 518.975* ... 101


Gambar 6.48 Hasil penampang eksisting area cross section 518.975* pencitraan
Google earth

.... 101

Gambar 6.49 Penampang memanjang cross section 378 ... 102


Gambar 6.50 Penampang atas cross section 378 ... 102
Gambar 6.51 Penampang eksisting area cross section 378 pencitraan Google
earth

.... 103

Gambar 6.52 Penampang eksisting area degradasi dan agradasi pada Daerah I
hasil pencitraan Google earth ... 104
Gambar 6.53 Area Degradasi I pada Daerah I 104
Gambar 6.54 Area Agradasi I pada Daerah I
Gambar 6.55 Area Degradasi II pada Daerah I

105
. 105

Gambar 6.56 Area Agradasi II pada Daerah I 106


Gambar 6.57 Penampang eksisting area degradasi dan agradasi pada Daerah II
hasil pencitraan Google earth ... 107
Gambar 6.58 Area Agradasi I pada Daerah II 107
Gambar 6.59 Area Agradasi II pada Daerah II

. 108

Gambar 6.60 Area Agradasi III pada Daerah II

108

Gambar 6.61 Penampang eksisting area degradasi dan agradasi pada Daerah III
hasil pencitraan Google earth ... 109
Gambar 6.62 Area Degradasi pada Daerah III 110
xiv

Gambar 6.63 Area Agradasi I pada Daerah III

. 110

Gambar 6.55 Grafik debit rata-rata per bulan AWLR Duwet .... 111
Gambar 6.56 Grafik volume sedimen terdegradasi dan teragradasi .. 111

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Hubungan antara proses sedimentasi dengan jenis endapan yang


dihasilkan

............................................................................. 16

Tabel 6.1

Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah I ... 102

Tabel 6.2

Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah II .. 103

Tabel 6.3

Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah III . 103

Tabel 7.1

Hasil analisis sedimen dan letak area rawan degradasi dan agradasi
pada Sungai Progo Hilir

.. 108

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2010 (m3/dt) .............. 117
Lampiran 1b. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2011 (m3/dt) .............. 118
Lampiran 2a. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung
Hulu

................................................................................... 119

Lampiran 2b. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung
Hilir

.................................................................................... 120

Lampiran 2c. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hulu ..... 121
Lampiran 2d. Distribusi ukuran butiran pada area Jembtan Srowol Hilir ..... 122
Lampiran 3a. Area pengambilan sempel 1 dan 2 pada daerah Jembatan
Srowol

................................................................................. 123

Lampiran 3b. Area pengambilan sempel 3 dan 4 pada daerah Jembatan


Kebon Agung ............................................................................ 123
Lampiran 4.

Kalibrasi volume sedimen pemodelan dengan volume sedimen


kondisi eksisting ........................................................................ 124

Lampiran 5a. Area kalibrasi sedimen kondisi eksisting ................................... 125


Lampiran 5b. Area kalibrasi sedimen kondisi eksisting pada tahun 2010 ...... 125
Lampiran 5c. Kondisi sedimen untuk kalibrasi

............................................ 126

Lampiran 6a. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 05 .... 127
Lampiran 6b. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 04 .... 128
Lampiran 6c. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 03 .... 129
Lampiran 6d. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 02 .... 130
Lampiran 6c. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 01 .... 131
Lampiran 7.

Nilai kekasaran manning

...................................................... 132

Lampiran 8.

Hasil kalibrasi nilai kekasaran pada pemdelan ........................ 138

Lampiran 9a. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Oktober 2010
Desember 2010 menggunakan HEC-RAS 4.1.0 ...................... 139
Lampiran 9b. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Januari 2011 Maret
2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0

xvii

...................................... 140

Lampiran 9c. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan April 2011 Juni
2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0

..................................... 141

Lampiran 10a. Pengambilan sampel sedimen di area hilir Jembatan Srowol ... 142
Lampiran 10b. Pengambilan sampel sedimen di area hulu Jembatan Srowol ... 142
Lampiran 10c. Pengambilan sampel sedimen di area Jembatan Kebon
Agung II

.......................................................................... 143

Lampiran 10d. Pengambilan sampel sedimen di area Jembatan Kebon


Agung II

.......................................................................... 143

Lampiran 10e. Kondisi sedimen pada area Jembatan Kebon Agung II .......... 144
Lampiran 10f. Kondisi sedimen pada area Jembatan Kebon Agung II .......... 144
Lampiran 10g. Persiapan pengambilan data kedalaman dan kecepatan di area
Jembatan Kebon Agung II

................................................... 145

Lampiran 10h. Perencanaan pengambilan data kedalaman dan kecepatan di area


Jembatan Kebon Agung II

................................................... 145

Lampiran 10i. Pengambilan data kedalaman di area Jembatan Kebon


Agung II

............................................................................. 146

Lampiran 10j. Pengambilan data kedalaman di area Jembatan Kebon


Agung II

............................................................................. 147

Lampiran 10k. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar.. 147
Lampiran 10l. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar.. 148
Lampiran 10m. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan
Bantar

.............................................................................. 148

Lampiran 10n. Kondisi penambangan pasir pada area hiir Jembatan Kebon Agung
I (Ngapak)

........................................................................... 149

Lampiran 10o. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)

................................................................ 149

xviii

LAMBANG DAN SINGKATAN

Y1

: kedalaman air penampang 1 (m)

Y2

: kedalaman air penampang2 (m)

Z1

: elevasi dasar saluran pada penampang 1 (m)

Z2

: elevasi dasar saluran pada penampang 2 (m)

V1

: kecepatan rata-rata aliran pada penampang 1(m/dt)

V2

: kecepatan rata-rata aliran pada penampang 2 (m/dt)


:koefisien energi pada penampang1
:koefisien energi pada penampang 2
:percepatan gravitasi (m/dt2)
:kehilangan tekanan akibat gesekan (m)
:kehilangan tekanan akibat pusaran (m)

: panjang ruas sungai antar kedua tampang yang diberi bobot menurutdebit
:representative friction slope antar kedua tampang,

: koefisien kehilangan energi akibat perubahan tampang (kontraksiatau


ekspansi)
: panjang ruas sungai di sisi kiri (left overbank)
: panjang ruas sungai dialurutama (main channel)
:panjang ruas sungai di sisi kanan (right overbank)
:debit yang mengalir melalui left overbank
:debit yang mengalir melalui mainchannel
:debit yang mengalir melaluiright overbank

: kapasitas angkut tiap bagian tampang

: koefisien kekasaran Manning tiap bagian tampang

: luas tampang basah tiap bagian tampang

: radius hidrolik tiap bagian tampang

Qc

: debit aliran melalui alur utama (channel)

: debit total aliran

: Kc / (Kc + Kf)

: kapasitas angkut tampang alur utama


xix

Kf

: kapasitas angkut tampang bantaran


:rapat massa air (kg/m3)

: gaya gravitasi (m/dt2)

: tinggi air (m)

: kemiringan alur dasar sungai


:tegangan geser pada dasar sungai (kg/m2)
:tegangan geser kritis pada dasar sungai (kg/m2)
:tegangan geser pada tebing sungai (kg/m2)
:tegangan geser kritis
:sudut lereng sungai (0)
: 30-40 (tergantung diameter butiran dari grafik pada Gambar 2.5)
:tegangan geser kritis pada tebing sungai (kg/m2)
:rapat massa air (kg/m3)

: gaya gravitasi (m/dt2)

: tinggi air (m)

Ib

: kemiringan alur dasar sungai

Vcr.b

: kecepatan kritis dasar sungai (m/dt)

Is

: kemiringan alur tebing sungai

Vcr.s

: kecepatan kritis tebing sungai (m/dt)

Ib

: kemiringan alur dasar sungai

Vcr.b

: kecepatan kritis dasar sungai (m/dt)

: jari-jari hidrolik (m)

: angka kekasaran Manning

: kecepatan rata-rata (m/dt)

: kemiringan saluran

vs

: kecepatan fluida (m/dt)

: panjang karakteristik (m)

: viskositas absolut fluida dinamis (m2/dt)

: viskositas kinematik fluida (m2/dt)

: kerapatan (densitas) fluida (kg/m3)

: kecepatan partikel (m/s)


xx

: percepatan gravitasi (m/s2)

: kedalaman channel (m)

Ct

: konsentrasi sedimen total

d50

: diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)

: kecepatan jatuh (m/s)

: kecepatan aliran (m/s)

Vcr

: kecepatan kritis (m/s)

U*

: kecepatan geser (m/s)

: lebar sungai (m)

: kedalaman sungai (m)

Qs

: muatan sedimen (kg/s)

: tegangan

Qs

: muatan sedimen (kg/s)

qs

: kapasitas transportasi sedimen per unit lebar (m3/s . m)

geser (kg/m2)

AWLR: Automatic Level Water Recorder


BBWS : Balai Besar Wilayah Sungai
DAS : Daerah Aliran Sungai
PPIK : Pusat Pelayanan Informasi Kebumian
RBI

: Rupa Bumi Indonesia

UTM : Universal Transverse Mercator

xxi

INTISARI

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di
dunia, khususnya di pulau Jawa, Indonesia. Pada tanggal 26 Oktober 2010
Gunung Merapi mengalami letusan yang sangat besar. Material letusan yang
keluar menjadi lahar dingin ketika terjadi hujan di area sekitar Gunung Merapi.
Air hujan akan melarutkan dan menghanyutkan material letusan dan mengalir
menuju Sungai Progo. Sungai Progo merupakan sungai alami yang memiliki
salah satu hulu yang bersumber di Gunung Merapi. Kondisi tersebut
mengakibatkan Sungai Progo menerima dampak dari material yang terbawa oleh
lahar dingin. Upaya untuk mempertahankan fungsi dan umur rencana bangunan
penting di sepanjang Sungai Progo khususnya bagian hilir. Perlu pemodelan
transportasi sedimen untuk mengetahui siklus dan area rawan degradasi beserta
agradasi setelah terjadinya letusan yang dilanjutkan dengan banjir lahar dingin
Gunung Merapi tahun 2010. Pemodelan transportasi sedimen dalam penelitian
ini menggunakan software HEC-RAS 4.1.0.
Metode penelitian dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
kondisi eksisting dan hasil simulasi menggunakan HEC-RAS untuk mendapatkan
nilai kekasaran Manning, dan volume angkutan sedimen.
Hasil penelitian menunjukkan pada Daerah I nilai degradasi dengan
kedalaman terbesar adalah 3,03 m dan terletak di Jangkang, Karangtalun,
Ngluwar, Magelang, Jateng, sebelah kiri saluran. Daerah II agradasi terbesar
terjadi di Ngemplak, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, D.I.Y. sebelah kanan
saluran dengan niali ketebalannya adalah 1,81 m. Sedangkan pada Daerah III
degradasi terdalam berada di Cawan, Argodadi, Sedayu, Bantul, D.I.Y. sebelah
kiri saluran dengan kedalaman 0,58 m.

Kata kunci : Erupsi Gunung Merapi, lahar dingin, kemiringan, energi, degradasi,
agradasi, HEC-RAS 4.1.0
xxii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di
dunia, khususnya di pulau Jawa, Indonesia. Aktivitas vulkanik yang terjadi sering
kali mengakibatkan getaran dan letusan yang akan berdampak pada area di sekitar
Gunung Merapi. Dampak langsung yang terjadi adalah gempa vulkanik yang
mengakibatkan getaran yang mampu merusak bangunan pada frekuensi tertentu.
Munculnya awan panas atau sering disebut Wedhus Gembel oleh warga setempat,
yang merusak flora dan fauna pada area di sekitar Gunung Merapi. Keluarnya
material vulkanik berupa abu, pasir, bebatuan yang akan tertampung sementara
pada sungai-sungai di sekitar Gunung Merapi dan akan larut menjadi banjir lahar
dingin ketika hujan turun disekitar sungai tersebut.
Pada bulan Oktober 2010, terjadi beberapa kali getaran yang ditimbulkan
oleh aktivitas vulkanik Gunung Merapi, dan akhirnya pada tanggal 26 Oktober
tahun 2010 terjadi letusan yang cukup besar. Pada letusan tersebut Gunung
Merapi mengeluarkan awan panas atau Wedhus Gembel yang sangat tebal,
sehingga terjadi hujan abu yang pekat di daerah sekitar Gunung Merapi. Bahkan
daerah yang berada jauh dari Gunung Merapi juga merasakan adanya hujan abu,
karena tingginya awan panas dan hembusan angin yang meniup abu ke daerahdaerah yang jauh dari Gunung Merapi. Kejadian tersebut sangat banyak memakan
korban, baik manusia, harta, hewan ternak, ladang perkebunan dan pertanian.
Yang paling menarik perhatian adalah meninggalnya juru kunci Gunung Merapi
dengan posisi sujud yang ditemukan meninggal akibat letusan gunung Merapi
pada saat itu. Tidak hanya itu saja, diperkirakan 150 juta meter kubik material
vulkanik keluar dari Gunung Merapi dan tertampung sementara pada sungaisungai disekitar area letusan. Dampak meletusnya Gunung Merapi tidak sampai
disitu saja, beberapa hari setelah erupsi/letusan terjadi, hujan deras turun di daerah
Gunung Merapi. Akibat hujan deras tersebut, material-material yang tertampung

pada sungai-sungai disekitar letusan, larut dan terjadilah banjir lahar dingin
menuju ke hilir-hilir sungai tersebut.
Ada beberapa sungai yang mengalirkan banjir lahar dingin dari Gunung
Merapi menuju sungai-sungai besar. Salah satu sungai besar yang menerima
aliran lahar dingin Gunung Merapi adalah Sungai Progo. Sungai Progo adalah
sungai yang berhulu di daerah Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah dan
hilirnya berada di Samudra Hindia yang berbatasan langsung dengan Daerah
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Progo memiliki panjang
sungai utama sepanjang 138 km, luas DAS Progo sekitar 2380 km2, sisi barat
dibatasi oleh Gunung Sumbing, sisi timur oleh Gunung Merbabu dan Merapi.
Sungai Progo juga sebagai batas alami yang membatasi Daerah Administrasi
Kabupaten Kulonprogo dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Ada
beberapa anak Sungai Progo yang berhulu di Gunung Merapi yaitu, Kali Batang,
Kali Krasak, Kali Bedog, Kali Pabelan, dan Kali Blongkeng.
Dilihat dari kondisi alam, Gunung Merapi masuk kedalam DAS Progo.
Dari kondisi tersebut mengakibatkan Sungai Progo sebagai salah satu daerah yang
menerima dampak lahar dingin dari letusan Gunung Merapi. Dampak yang
diterima akan berpotensi merubah keadaan morfologi Sungai Progo. Material dari
lahar dingin akan berpotensi merubah siklus sedimen sepanjang Sungai Progo,
khususnya pada bagian hilir. Perubahan tersebut berpotensi mengakibatkan
terjadinya degadrasi dan agadrasi pada daerah-daerah tertentu secara signifikan.
Tidak hanya aliran Sungai Progo saja yang menerima dampak dari lahar
dingin Gunung Merapi, namun bangunan-bangunan di sepanjang Sungai progo
juga berpotensi mengalami dampak akibat lahar dingin yang masuk ke aliran
Sungai Porgo. Seperti intake Kalibawang dan intake Selokan Mataram yang
mengalami penambahan material pasir yang berpotensi menyumbatan saluran
akibat terjadinya agradasi disekitar saluran utamanya. Kemudian gerusan-gerusan
lokal yang terjadi pada pilar-pilar jembatan. Lalu terjadi kekurangan debit air pada
intake Kamijoro serta tidak berfungsinya intake Sapon akibat degradasi dasar
sungai.

Dari masalah tersebut, untuk dapat mengetahui karakteristik transpor


sedimen yang terjadi akibat adanya penambahan material lahar dingin, maka perlu
simulasi transpor sedimen dengan program aplikasi yang mampu memodelkan
kondisi sungai besar. Program aplikasi HEC-RAS 4.1.0 adalah salah satu program
aplikasi yang dapat mensimulasikan transport sedimen pada saluran atau sungai.
HEC-RAS merupakan program aplikasi River Analysis System (RAS), dibuat oleh
Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satuan kerja di bawah US
Army Corps Engineering (USACE). HEC-RAS merupakan model satu dimensi
aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one-dimensional
flow model). HEC-RAS versi terbaru yang telah beredar saat ini adalah versi
4.1.0, memiliki empat komponen model satu dimensi diantaranya : (1) Hitungan
profil muka air aliran permanen, (2) Simulasi aliran tak permanen, (3) Hitungan
transpor sedimen, (4) Hitungan kualitas (temperatur) air. Satu elemen penting
dalam HEC-RAS adalah keempat komponen tersebut memakai data geometri
yang sama, routine hitungan hidraulika yang sama serta beberapa fitur desian
hidraulik yang dapat diakses setelah hitungan profil muka air dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.

Bagaimana karakteristik degradasi dan agradasi yang terjadi sesudah banjir


lahar dingin Gunung Merapi bulan Oktober 2010 hingga Juni 2011?

2.

Dimana letak-letak daerah rawan yang berpotensi terjadinya degradasi dan


agradasi pada aliran Sungai Progo bagian hilir?

C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Mengetahui karakteristik degradrasi dan agradasi yang terjadi sepanjang


aliran Sungai Progo sesudah letusan Gunung Merapi bulan Oktober 2010
hingga Juni 2011.

2.

Mengetahui letak-letak daerah rawan yang berpotensi terjadinya degradasi


dan agradasi pada Sungai Progo bagian hilir.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.

Mengetahui potensi terjadinya degradasi dan agradasi pada daerah


tertentu, khususnya daerah yang memiliki bangunan penting sepanjang
aliran Sungai Progo bagian hilir.

2.

Sebagai panduan untuk melakukan simulasi sediment transport pada


saluran/ sungai dengan menggunakan HEC-RAS 4.1.0

E. Batasan Masalah
Untuk mempertajam hasil penelitian maka perlu adanya batasan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1.

Sungai Progo yang dianalisis adalah sepanjang 50 km (bagian hilir,


bagian yang teraliri lahar dingin), dimulai dari Daerah Duwet hingga
Samudra Hindia.

2.

Pembahasan berdasarkan pada data berikut ini :


a. Peta DAS Progo untuk keperluan trase panjang dan lebar Sungai
b. Data debit banjir bulan Oktober tahun 2010 hingga Juni 2011 pada
daerah SDA Duwet.

3.

Simulasi sediment transport dilakukan dengan menggunakan software


HEC-RAS versi 4.1.0 pada :
a. Kondisi saluran eksisting (menggunakan pemodelan groundsill,
elevasi sesuai kondisi eksisting).
b. Kondisi potongan melintang (trase) menggunakan asumsi saluran
persegi panjang, karena perbandingan tinggi dan lebar yang telah
memenuhi persyaratan lebar 10 kali tinggi, maka penampang saluran
dapat dimodelkan dengan bentuk persegi panjang.
c. Kondisi kedalaman sungai menggunakan asumsi kedalaman 5 m.

d. Kondisi kedalaman maksimal gerusan 5 m dan digunakan suhu yang


sama yaitu 230 C untuk semua hari.
e. Kondisi sedimen dengan jenis yang sama di sepanjang saluran.
f. Kondisi aliran debris lahar dingin diasumsikan masuk dari tanggal 26
Oktober 31 Desember 2010, kemudian dilanjutkan input sedimen
secara equilibrium dari tanggal 1 Januari 2011 30 Juni 2011.
g. Kondisi perhitungan menggunakan metode England-Hansen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Degradasi dan Agradasi Sungai Progo


Slope yang curam pada hulu dan slope yang landai pada hilir merupakan
karakterteristik DAS Progo yang berhulu di Gunung Merapi. Slope atau
kemiringan merupakan salah satu faktor terjadinya aliran yang cepat pada saluran
ataupun sungai. Aliran yang cepat menimbulkan energi yang besar pada aliran dan
kondisi tersebut mampu menimbulkan degradasi dasar sungai. Anak Sungai Progo
yang berhulu di Gunung Merapi memiliki karakteristik sungai yang curam.
Dilihat dari kondisi tersebut diperkirakan daerah hulu atau anak Sungai Progo
menjadi rawan dan berpotensi besar akan degradasi dasar maupun tebing
sungainya. Kemiringan dasar Sungai Progo dan anak-anak sungainya dapat dilihat

Elevasi (m)

pada Gambar 2.1.

Jarak (km)

Gambar 2.1 Kemirigan dasar sungai dan anak Sungai Progo

Material hasil letusan Gunung Merapi yang keluar ketika mengalami


erupsi tahun 2010 tertampung dan menumpuk di anak Sungai Progo, yaitu di Kali
Pabelan, Kali Blongkeng dan Kali Putih. Jika terjadi hujan di daerah anak sungai

tersebut maka dengan kemiringan seperti itu sudah dipastikan aliran akan
mengalir deras dengan membawa material yang tertampung. Energi yang
dihasilkan oleh aliran debris tersebut dipastikan sangat besar dan memiliki daya
rusak yang sangat tinggi.
Schumm (1971) mengklasifikasikan sungai dalam dua grup mayor. Grup
pertama adalah grup sungai dengan dasar sungai bebatuan dan grup kedua adalah
sungai sungai alamiah (alluvial). Pada grup pertama perubahan layout plan sungai
sangat lambat karena tebing dan dasar sungai umumnya bebatuan. Sedangkan
grup yang kedua adalah sungai dengan potensi perubahan geometri sungai besar.
Dari peta karakteristik topografi DAS Sungai Progo, Manonama (2003)
menyebutkan bahwa karakteristik anak Sungai Progo adalah termasuk dalam
kategori grup pertama, yaitu sungai dengan dasar bebatuan (bedrock controlled
channel). Alur sungai mulai dari Sungai Progo bagian tengah sampai dengan
muara adalah tergolong dengan sungai alluvial, yaitu sungai dengan material
dasar dan tebing sungai terbentuk oleh material endapan yang mudah tererosi.
Erosi tebing sungai dapat terjadi akibat adanya tiga proses, yaitu proses
geologi, geomorfologi, dan hidrolika. Dari ketiga proses tersebut sangat erat
kaitannya dengan proses sedimen transpor. Sehingga sedimen transpor menjadi
proses yang juga akan berpengaruh pada proses erosi tebing. Dengan dengan
demikian perlu diperhatikan pengaruh hidrolika dan sedimen transpor untuk
membangun konstruksi penahan tebing yang biasanya dibuat hanya memikirkan
kekokohan konstruksi saja. Sebagai contoh sederhana adalah pembangunan
dinding penahan tebing dengan pasangan batu. Bangunan tersebut terletak pada
geometri saluran yang berkelok dengan dasar saluran berupa pasir. Aliran
membentuk sandbar pada tengah saluran yang merubah alur aliran. Perubahan
aliran tersebut berubah menjadi aliran yang memiliki energi dan menggerus dasar
bangunan penahan tebing. Akhirnya bangunan tersebut mengalami kegagalan
konstruksi (lihat Gambar 2.2)

(a) Sandbar

(b) Kegagalan konstruksi

Gambar 2.2 Kegagalan konstruski dinding penahan tebing sungai


(Photo courtesy: Djoko Legono)

Proses erosi tebing sungai dari sungai alluvial diteliti oleh Osman dan
Thorne (1988). Dalam perkembangannya konsep erosi tersebut dikembangkan
oleh Darby dan Thorne (1996) serta Duan, (2005). Pada konsep ini erosi pada
kaki tebing sungai menyebabkan tinggi relative awal (Ho) menjadi bertambah (H)
dan menjadikan energi potensial dari material tebing dengan berat (W) bertambah.
Sehingga ketika gaya geser (Fr) kurang dari gaya yang ditimbulkan oleh (W)
maka tebing sungai akan longsor dan terjadilah proses erosi tebing sungai.
Dengan kata lain proses terjadinya degradasi dasar sungai akan memicu terjadinya
erosi tebing sungai.

(a) Tebing kondisi awal

(b) Tebing kondisi saat akan terjadi erosi

Gambar 2.3 Proses terjadinya erosi tebing sungaioleh Osman and Thorne (1988)

Penelitian tentang pengaruh pergerakan bedloadtransport dalam kaitannya


dengan pengaruh bed gradasi sudah dilakukan oleh Kamphuis (1990), Thompson
dan Amos (2004). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
bedloadtransport menyebabkan kenaikan dan penurunan tegangan geser dasar di
permukaan dasar yang dapat menyebabkan terjadinya degradasai begitu pula
sebaliknya. Bedloadtransport dalam aliran akan memakai energi aliran. Karena
energi aliran tersebut sebagian berubah menjadi energi gerak pada material
bedload, maka kecepatan aliran akan berkurang. Di sisi lain pergerakan material
bedload juga menimbulkan energi gerak. Energi ini yang dapat memicu erosi
dasar sungai (Carbonneau and Bergeron, 2000).
Proses terjadinya sandbar juga terjadi pada anak Sungai Progo yaitu Kali
Putih pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010 (lihat Gamabr 2.4). Pada geometri
sungai yang berkelok material erupsi mengendap membentuk sandbar pada tengah
saluran dan merubah ola aliran sungai dan berakibat menggerus bagian tebing
sungai (lihat Gambar 2.5)

Gambar 2.4 Material endapan dari lahar Gunung Merapi di Kali Putih

10

Gambar 2.5 Erosi tebing sungai di Kali Putih

Kasus erosi tebing yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur jembatan


adalah putusnya Jembatan Srowol. Beberapa bulan pasca erupsi Gunung Merapi
2010 terjadi aliran debris yang menggerus tebing diarea sekitar abutmen Jembatan
Srowol. Akibatnya tidak ada landasan untuk fondasi abutmen yang berpengaruh
pada keseluruhan bagian Jembatan Srowol mengalami kegagalan struktur.

(a)

(b)

Gambar 2.6 Erosi pada jembatan Srowol (a) Erosi pada sisi abutmen jembatan,
(b) Putusnya jembatan Srowol (http://sekilasberita.blogspot.jp/2010/12/jembatansrowol-jalur-alternatif.html)

11

B. Keaslian Penelitian
Permasalahan erosi tebing di sungai vulkanik merupakan hal yang perlu
dimengerti dengan benar oleh para praktisi. Pemahaman fenomena degradasi dan
agradasi pada sungai menjadi penting untuk diketahui dalam mengelola
konstruksi di sungai vulkanik. Sungai Progo yang melintas dari sisi Utara sampai
sisi Selatan Yogyakarta merupakan sungai vulkanik yang morfologinya berubah
dengan cepat setelah terjadinya letusan Gunung Merapi. Jembatan yang melintang
pada sungai di antaranya, Jembatan Srandakan, Jembatan Bantar, Jembatan rel
kereta Bantar, Jembatan Kebon Agung I dan II. Konstruksi jembatan yang
terdapat pada sungai tersebut harus dikelola dengan baik untuk keberlangsungan
struktur. Proses degradasi sungai menjadi infromasi penting dalam hal
pemeliharaan insfrastruktur jembatan. Belum adanya informasi tentang proses
degradasi dan agradasi sungai secara potongan memanjang sungai, maka perlu
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperkirakan kedalaman erosi dan
ketinggian endapan sedimen.

BAB III
LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Umum

Sedimen merupakan hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke


tempat lain dimana kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil
pelapukan ini dilakukan oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan
tetapi beberapa transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan
suatu media, tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja.
Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri
yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini
penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu
catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.
Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.
Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran
sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,
transportasi sampai ke pengendapan.
Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen
adalah berat jenis (density) dan kekentalan (viscosity) media. Berat jenis media
akan mempengaruhi gerakan media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai
yang bergerak turun karena berat jenis yang langsung berhubungan dengan
gravitasi. Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk
mengalir.

B.

Cairan

Ada 2 persamaan penting yang mempengaruhi cairan suatu aliran, yakni:


bilangan Reynold dan bilangan Froud. Rumus bilangan Reynolds umumnya
diberikan sebagai berikut:
Re =

vs L

vs L

Gaya inersia

(3.1)

Gaya viskos

dengan:

12

13

vs

= kecepatan fluida,

= panjang karakteristik,

= viskositas absolut fluida dinamis,

= viskositas kinematik fluida: = / ,

= kerapatan (densitas) fluida.


Apabila angka Reynold ini kecil akan terjadi aliran yang laminer, dimana

garis aliran sejajar dengan batas permukaan. Sebaliknya bila angka Reynold besar
aliran akan berubah menjadi turbulen. Angka Reynold, pada aliran dalam tabung
batas antara aliran laminer dan turbulen ini adalah 2000. Sedangkan angka itu
untuk suatu partikel dalam cairan adalah satu.
Angka Froud pada hakekatnya perbandingan antara kekuatan untuk
menghentikan gerakan partikel dan gaya gravitasi.
Fr =

gL

(3.2)

dimana:
V

= kecepatan partikel

= percepatan gravitasi

= kedalaman channel
Ada hubungan yang sangat signifikan antara mekanisme aliran cairan dan

struktur sedimen yang dibentuknya, terutama silang siur (ripple). Dalam beberapa
percobaan di dalam tabung aliran searah (unidirectional flow) silang siur sudah
mulai terbentuk pada sedimen pasir setelah kecepatan kritis dilewatinya. Pasir
yang berukuran butir 0,25 0,7 mm dalam Gambar III.1 mulai terbentuknya
silang siur kemudian apabila kecepatan terus bertambah akan berubah menjadi
dune. Kalau kecepatan aliran terus bertambah dune akan tererosi kembali dan
berubah menjadi mendatar dan selanjutnya berubah menjadi antidune.
Dalam Gambar 3.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk
dua jenis silang siur dan dune yang berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana
mulai terbentuk silang siur, kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune
dirusak tererosi kembali (lihat Gambar 3.1) disebut rejim alir bawah (lower flow

14

regim). Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran terus bertambah disebut
rejim alir atas (upper flow regim).

Gambar 3.1 Hubungan antara tenaga sungai (stream power), fall diameter, bed
form dan struktur sedimen dalam system arus traksi (Simon dkk., 1965)
Flow regim Lower flow regim (F<1): Menghasilkan struktur sedimen
cross-lamination dan cross-bed. Sedangkan Upper flow regim (F>1): Akan
menghasilkan silang siur, planar-antidune.

Gambar 3.2 Bed form dan struktur sedimen dalam perbedaan flow regime (Harms
dan Fahnestock, 1965 dan Simon dkk., 1965).

15

C.

Mekanisme Transportasi Sedimen

Ada dua kelompok cara mengangkut sedimen dari batuan induknya ke


tempat pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport. Di
bawah ini diterangkan secara garis besar ke duanya.
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi,
jika arus cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja
yang dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini
adalah mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang
buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah
menyentuh dasar aliran.
Bedload transport berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu endapan arus traksi, endapan arus pekat (density
current), dan endapan suspensi. Arus traksi adalah arus suatu media yang
membawa sedimen didasarnya. Pada umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari
pada yang lainya seperti angin atau pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan
oleh arus traksi ini umumnya berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan
sifat-sifat pemilahan baik, tidak mengandung masa dasar, dan ada perubahan
besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah (coarsening upward)
tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).
Di lain pihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus
traksi dan suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan
campuran antara pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur
silang-siur dan perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena
perbedaan kepekatan (density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan
panas, turbiditi dan perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih
pekat akan bergerak mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi,
aliran arus pekat di dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus
yang sama di dalam udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel,
suatu endapan gas yang keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada
umumnya berbutir halus seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau

16

endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley (1988) membuat hubungan
antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan
Cairan

Endapan traksi

Umumnya pasir bersilang-siur

Endapan density (turbidity)

Pasir berlapis-bersusun, lanau, dan

Endapan suspensi

lempung
Lempung nepheloid

Udara

Endapan traksi

Umumnya pasir bersilang-siur

Endapan pekat (density)

Nuees ardentes, dsb.

Endapan suspensi

Loess

Glasial

Umumnya endapan tak berlapis,


pemilahan jelek, endapan dari brangkal
sampai lempung

(Sumber : Selley, 1988)

Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya


dikuasai oleh mekanisme tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat
saja, tetapi lebih sering merupakan gabungan berbagai mekanisme. Malahan
dalam berbagai hal, merupakan gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa
sistem seperti itu adalah sistem arus traksi dan suspensi, sistem arus turbit dan
pekat, sistem suspensi dan kimiawi.

D. Mekanisme Gerakan Sedimen


Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa,
baik berupa cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: a) larutan
(suspension), b) menggelundung (rolling), c) menggeser (bouncing) dan seperti
Gambar 3.3.

17

Gambar 3.3 Ragam gerakan sedimen dalam media cairan dan angin

E.

Gravitasi

Sedimen yang bergerak karena hanya pengaruh gaya gravitasi ini, ada 3
macam sedimen, yaitu Debris flows (umumnya mud flows), Grain flows,
Fluidized flows. Mud flows (interparticle interaction) ada 2 yaitu di bawah air dan
di darat, Ciri sedimen hasil mud flows adalah dikuasai matrik (matrix-dominated
sediment), sortasi jelek, pejal (tak berlapis). Grain flows (grain interaction)
memiliki ciri sedimen seperti dikuasai kepingan (fragment dominated-sediment),
dan terpilah baik dan bebas lempung. Fluidized flows ciri sedimennya adalah
tebal, non-graded clean sand, batas atas dan bawahnya kabur, umumnya terdapat
struktur piring (dish structures).

F. Permulaan Gerak Butiran


Aliran air menimbul memiliki energi yang dapat menyeret, menggerakan,
memindahkan partikel-partikel sedimen. Yang (1996), membagi Teori pendekatan
permulaan gerak menjadi pendekatan kecepatan oleh Hjulstrom (1935) dan
pendekatan tegangan geser menurut Shield (1936). Shields menerapkan analisis
dimensi dari beberapa parameter dan menciptakan diagram yang terkenal sebagai
diagram permulaan gerak butiran. Menurut Jansen (1979), gradasi hanya

18

penting (berpengaruh) jika pada kondisi ekstrem (d95/d50 > 5). Untuk gradasi
sedang (rata-rata) ukuran partikel relatif memberikan suatu kesamaan pada
tegangan geser kritik untuk berbagai fraksi. Dalam menyatakan derajat ketidak
seragaman butiran (Yang, 1996) ada beberapa istilah yang biasa digunakan untuk
menggambarkan distribusi ukuran partikel / butiran sebagai berikut :
1.

Diameter median (median diameter)


Ukuran dari sedimen yang mana 50% dari sampel adalah lebih halus.

2.

Ukuran geometrik rata-rata (geometric mean size)

dg

dg=(d15.9 d84.1)1/2
3.

(3.3)

Standar deviasi geometrik (geometric standard deviation)


15.9

g =( 84.1 )
4.

(3.4)

Koefisien gradasi (gradation coefficient)


1

G= 2

15.9
5

+ 84.1

(3.5)

Sedimen dapat berada di berbagai lokasi dalam aliran, tergantung pada


keseimbangan antara kecepatan ke atas pada partikel (gaya tarik dan gaya angkat)
dan kecepatan pengendapan partikel (Asdak, 2004).
Ada 3 (tiga) macam pergerakan angkutan sedimen yaitu:
1. Bed load transport
Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai secara
keseluruhan disebut dengan bed load. Adanya bed load ditunjukkan oleh
gerakan partikel di dasar sungai yang ukurannya besar, gerakan itu dapat
bergeser, menggelinding atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas
dari dasar sungai.

2. Wash load transport


Wash load adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung
(silk) dan debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan terbawa

19

aliran sampai ke laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang atau
pada air yang tergenang.

3. Suspended load transport


Suspended load adalah material dasar sungai (bed material) yang
melayang di dalam aliran dan terutama terdiri dari butir pasir halus yang
senantiasa mengambang di atas dasar sungai, karena selalu didorong oleh
turbulensi aliran. Suspended load itu sendiri umumnya bergantung pada
kecepatan jatuh atau lebih dikenal dengan fall velocity.
Pada kenyataan pada tiap satu satuan waktu pergerakan angkutan sedimen
yang dapat diamati hanyalah Bed Load Transport dan Suspended Load Transport.
G. Persamaan Yangs (1973)
Data-data yang dipergunakan dalam pembuatan persamaan Yangs adalah
data sedimen, geometri saluran, kecepatan aliran. Persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut:
Log C1 = 5.435 0.286 log
+ (1.799 0.409 log

50

50

- 0.457 log

- 0.314 log ) log(

(3.6)

Gw = . W . D . V

(3.7)

Qs = Ct . Gw

(3.8)

Dimana :
Ct

= konsentrasi sedimen total

d50

= diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)

= kecepatan jatuh (m/s)

= Kecepatan aliran (m/s)

Vcr

= kecepatan kritis (m/s)

U*

= kecepatan geser (m/s)

= lebar sungai (m)

= kedalaman sungai (m)

Qs

= muatan sedimen (kg/s)

20

H. Persamaan Engelund and Hansen (1967)


Persamaan Engelund and Hansen didasarkan pada pendekatan tegangan
geser. Persamaan ini juga lebih menonjolkan perhitungan Bed Load Transport
dan Suspended Load Transport. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
50

qs = 0.05sV2[

] [

] 3/2

Qs = W . qs

(3.9)
(3.10)

Dimana :
0 = . D . S

(3.11)

= tegangan geser (kg/m2)

Qs

= muatan sedimen (kg/s)

qs

= kapasitas transportasi sedimen per unit lebar (m3/s . m)


Slope merupakan salah satu faktor dimana kecepatan aliran grafitasi dapat

bertambah atau berkurang. Ketika sloope curam maka kecepatan aliran grafitasi
akan bertambah. Kecepatan aliran juga menjadi indikator bahwa aliran memiliki
energi yang besar atau kecil. Energi aliran yang besar dihasilkan oleh kecepatan
aliran yang deras. Energi inilah yang mampu mengakibatkan adanya proses
sediment transport.

I.

HEC-RAS Versi 4.1.0

HEC-RAS adalah sebuah program aplikasi yang didesain untuk melakukan


berbagai analisis hidrolika terhadap pemodelan aliran satu dimensi pada saluran
atau sungai, River Analysis System (RAS). Software ini dibuat oleh Hydrologic
Engineering Center (HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for
Water Resources (IWR), di bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HECRAS Versi 4.1.0 memiliki empat komponen hitungan hidrolika satu dimensi yaitu
a) hitungan profil muka air aliran permanen, b) simulasi aliran tidak permanen, c)
hitungan angkutan sedimen, d) analisis kualitas air.
Menurut Simple Geometry River (2011) apabila kecepatan, kedalaman,
dan debit aliran tidak berubah terhadap waktu dalam kasus aliran permanen, maka
ketiga parameter tersebut merupakan fungsi waktu dalam kasus aliran tak

21

permanen (unsteady flow). Contoh dari aliran tidak permanen adalah perubahan
debit di dalam pipa atau saluran, aliran banjir di sungai dan aliran di muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut.

J.

Persamaan Pada HEC-RAS

Hitungan hidrolika aliran pada dasarnya adalah mencari kedalaman dan


kecepatan aliran di sepanjang alur yang ditimbulkan oleh debit yang masuk ke
dalam alur dan kedalaman aliran di batas hilir. Hitungan hidrolika aliran di dalam
HEC-RAS dilakukan dengan membagi aliran ke dalam dua kategori, yaitu aliran
permanen dan aliran tak permanen.HEC-RAS menggunakan metode hitungan
yang berbeda untuk masing-masing kategori aliran tersebut.Untuk aliran
permanen, HEC-RAS memakai persamaan energi kecuali di tempat-tempat yang
kedalaman alirannya melewati kedalaman kritis.Di tempat terjadi loncat air,
pertemuan alur, dan aliran dangkal melalui jembatan, HEC-RAS memakai
persamaan (kekekalan) momentum.Di tempat terjadi terjenun, aliran melalui
peluap, dan aliran melalui bendung, HEC-RAS memakai persamaan-persamaan
empiris. Untuk aliran tak permanen, HEC-RAS memakai persamaan kekekalan
massa (continuity, conservation of mass) dan persamaan momentum. Kedua
persamaan dituliskan dalam bentuk persamaan diferensial parsial, yang kemudian
diselesaikan dengan metode finite difference approximation berskema implisit.

1. Persamaan Energi
HEC-RAS menghitung profil muka air di sepanjang alur urut dari satu
tampang lintang ke tampang lintang berikutnya. Prosedur perhitungan didasarkan
pada penyelesaian persamaan aliran satu dimensi melalui saluran terbuka. Aliran
satu dimensi ditandai dengan besarnya kecepatan yang sama pada seluruh
penampang atau digunakan kecepatan rata-rata. Profil muka air dihitung dari
suatu penampang dengan Persamaan Energi melalui prosedur iterative yang
disebut dengan Standard Step Method. Persamaan Energi yang dimaksud adalah
(Ven Te Chow, 1997 : 243) :

22

2 + 2 +

2 2 2
2

= 1 + 1 +

1 1 2
2

+ +

(3.12)

dengan :
Y1, Y2 = kedalaman air penampang 1 dan 2 (m)
Z1, Z2 = elevasi dasar saluran pada penampang 1 dan 2 (m)
V1, V2 = kecepatan rata-rata aliran pada penampang 1 dan 2 (m/dt)
1 , 2 = koefisien energi pada penampang 1 dan 2

= percepatan gravitasi (m/dt2)

= kehilangan tekanan akibat gesekan (m)

= kehilangan tekanan akibat pusaran (m)

Gambar 3.1 Diagram aliran berubah beraturan mengilustrasikan profil


aliran yang menunjukkan komponen aliran sesuai dengan suku-suku pada
persamaan energi. Dari diagram aliran pada Gambar 3.1, tampak bahwa
kedalaman aliran diukur ke arah vertikal.

Gambar 3.4 Diagram aliran berubah beraturan


2. Kehilangan Tinggi Energi
Kehilangan (tinggi) energi, he, di antara dua tampang lintang terdiri dari
dua komponen, yaitu kehilangan energi karena gesekan (friction losses) dan
kehilangan energi karena perubahan tampang (contraction or expansion
losses). Kehilangan energi antara tampang 2 dan 1 dinyatakan dengan
persamaan berikut:
= +
dengan :

2 2 2
2

1 1 2
2

(3.13)

23

= panjang ruas sungai antar kedua tampang yang diberi bobot


menurut debit

= representative friction slope antar kedua tampang,

= koefisien kehilangan energi akibat perubahan tampang


(kontraksi atau ekspansi)

Panjang ruas sungai antar dua tampang yang diberi bobot sesuai dengan
debit dinyatakan dengan persamaan berikut :
=

+ +
+ +

(3.14)

dengan :
, , = panjang ruas sungai di sisi kiri (left overbank), alur
utama (main channel), di sisi kanan (right overbank),
, , = debit yang mengalir melalui left overbank, main
channel dan right overbank.

3. Kapasitas Angkut Tampang


Kapasitas angkut dan kecepatan rata-rata di suatu tampang dihitung
dengan membagi tampang menjadi beberapa bagian; di setiap bagian,
kecepatan terbagi merata.Bagian-bagian tersebut dikelompokkan menjadi tiga
alur yaitu alur bantaran kiri (left overbank), alur utama (main channel), dan
alur bantaran kanan (right overbank).Besarnya debit dihitung perbagian
penampang sungai dengan mengacu pada persamaan Mannings berikut :
= 2/3
1

= 2/3
dimana :
K

= kapasitas angkut tiap bagian tampang,

= koefisien kekasaran Manning tiap bagian tampang.

= luas tampang basah tiap bagian tampang,

= radius hidrolik tiap bagian tampang.

(3.15)
(3.16)

24

Kapasitas angkut total suatu tampang adalah jumlah kapasitas angkut


bagian tampang seperti yang diperlihatkan Gambar 3.2 Pembagian tampang
untuk keperluan hitungan kapasitas angkut.

Gambar 3.5 Pembagian tampang untuk keperluan hitungan kapasitas angkut.

4. Tinggi Energi Kinetik Rata-Rata


Karena HEC-RAS adalah model satu-dimensi, maka walaupun suatu
tampang lintang dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, namun hanya ada
satu muka air di tampang lintang tersebut.Dengan demikian, di satu tampang
hanya ada satu nilai tinggi energi kinetik (rata-rata).Untuk satu muka air,
tinggi energi kinetik rata-rata dihitung dengan merata-ratakan tinggi energi
kinetik di ketiga bagian tampang (left overbank, main channel, right
overbank) yang diberi bobot berdasarkan debit di setiap bagian tampang.
Gambar 2.3 menunjukkan contoh hitungan tinggi energi kinetik rata-rata di
sebuah tampang yang dibagi menjadi right overbank dan main channel (tidak
ada left overbank).

25

Gambar 3.6 Hitungan tinggi energi kinetik rata-rata di suatu tampang.

Untuk menghitung tinggi energi kinetik rata-rata, diperlukan koefisien


tinggi kecepatan, , yang dihitung dengan cara sebagai berikut:
2
2

112 222
+
2
2

1 + 2

(3.17)

dengan demikian :
=

1 1 2 + 2 2 2
(1 +2 ) 2

(3.18)

atau pada umumnya :


=

1 1 2 + 2 2 2 ++ 2
2

(3.19)

5. Tinggi Hilang Karena Gesekan


Kehilangan energi akibat gesekan (friction loss) merupakan perkalian
antara kemiringan garis energi karena gesekan (friction slope),Sf , dan panjang
ruas sungai antara dua tampang, L.
Kemiringan garis energi karena gesekan (friction slope) di suatu
tampang dihitung dengan persamaan Manning sebagai berikut :
=

(3.20)

26

6. Koefisien Persempitan dan Perlebaran Tampang


Koefisien kehilangan energi karena kontraksi dan ekspansi dihitung
dengan cara sebagai berikut:
=

2 2 2
2

1 1 2
2

(3.21)

Dalam persamaan tersebut C adalah koefisien kontraksi atau


ekspansi.HEC-RAS menganggap aliran melewati kontraksi (persempitan
tampang) apabila tinggi kecepatan hilir lebih besar daripada tinggi kecepatan
hulu.Sebaliknya, ketika tinggi kecepatan hulu lebih besar daripada tinggi
kecepatan hilir, HEC-RAS menganggap aliran melewati ekspansi (perlebaran
tampang).

7. Persamaan Aliran Satu Dimensi


Cara HEC-RAS memodelkan aliran di bantaran didasarkan pada
metode yang awalnya dikembangkan oleh Fread (1976) dan Smith (1978),
yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Barkau (1982).Secara garis
besar, metode ini adalah aliran melalui alur utama dan melalui bantaran
sebagai dua aliran yang melewati dua tampang saluran terpisah serta
menuliskan persamaan kontinuitas dan persamaan momentum untuk masingmasing tampang tersebut.
Penyederhanaan dilakukan dengan menganggap muka air di kedua
tampang saluran pada arah lateral (tegak lurus arah aliran) datar atau
horizontal. Dengan demikian: 1) transfer momentum di antara kedua tampang
dapat diabaikan, dan 2) debit terbagi ke kedua ujung tampang berdasarkan
kapasitas angkut (conveyance) masing-masing tampang yaitu :
Qc = Q
dengan :
Qc = debit aliran melalui alur utama (channel),
Q = debit total aliran,
=Kc / (Kc + Kf)
Kc= kapasitas angkut tampang alur utama,

(3.22)

27

Kf = kapasitas angkut tampang bantaran.


Dengan anggapan tersebut, maka persamaan aliran satu dimensi dapat
digabungkan menjadi satu kelompok persamaan sebagai berikut :

()

( 2 2 / )

(1)

=0

[ 1 2 2 / ]

(3.23)
+

+ +

+ = 0
(3.13)

Dalam kedua persamaan di atas, subskrip c mengacu pada alur utama dan
subskrip f

mengacu pada bantaran. Persamaan di atas dijabarkan dengan

pendekatan beda hingga implisit dan persamaan yang diperoleh diselesaikan


dengan cara iterasi Newton-Raphson. Barkau (1982) menyempurnakan cara
penyelesaian di atas dengan menjabarkan kedua persamaan ke dalam bentuk beda
hingga yang penyelesaiannya lebih efisien dan stabil.

K.

Analisis Stabilitas Alur

Bila air mengalir dalam sebuah saluran, maka pada dasar saluran akan
timbul suatu gaya bekerja searah dengan arah aliran. Gaya ini yang
merupakangaya tarik pada penampang basah disebut gaya seret atau tegangan
geser (tractive force).
Butiran pembentuk alur sungai harus stabil terhadap aliran yang terjadi.
Karena pengaruh kecepatan, aliran dapat mengakibatkan gerusan pada talud dan
dasar sungai. Aliran air sungai akan memberikan tegangan geser (0) pada
penampang sungai yang besarnya adalah :
0 =

(3.24)

dimana :

= rapat massa air (kg/m3)

= gaya gravitasi (m/dt2)

= tinggi air (m)

= kemiringan alur dasar sungai

28

Erosi dasar sungai terjadi jika 0 lebih besar dari tegangan geser kritis (cr)
pada dasar dan tebing sungai. Tegangan geser kritis adalah tegangan geser yang
terjadi tepat pada saat butiran akan bergerak. Besarnya tegangan geser kritis
didapatkan dengan menggunakan Grafik Shield (dapat dilihat pada Gambar 3.7)
dengan menggunakan data ukuran butian tanah dasar sungai.

Gambar 3.7 Grafik Shield.

Kecepatan aliran sungai juga mempengaruhi terjadinya erosi sungai.


Kecepatan aliran yang menimbulkan terjadinya tegangan seret kritis disebut
kecepatan kritis (Vcr).
1.

Tegangan Geser Pada Dasar Sungai

Besarnya tegangan geser yang terjadi pada dasar sungai adalah :


= 0,97

(3.25)

Kecepatan aliran kritis di dasar sungai terjadi pada saat = . , maka :


0,97 = ,
=

(3.27)

0,97

. =

(3.26)

(3.28)

29

2.

Tegangan Geser Pada Tebing Sungai


Besarnya tegangan geser yang terjadi pada dasar sungai adalah :
= 0,75

(3.29)

Erosi dasar sungai juga dapat terjadi jika lebih besar dari
tegangan geser kritis pada lereng sungai ( . ). tegangan geser
kritis pada lereng sungai tergantung pada besarnya sudut lereng.
. =
=

(3.30)
1

(3.31)

Kecepatan aliran kritis di dasar sungai terjadi pada saat = . , maka :


0,75 = ,
=

(3.33)

0,75
1

. =

dimana :

= tegangan geser pada dasar sungai (kg/m2)


tegangan geser kritis pada dasar sungai (kg/m2)

, =

= tegangan geser pada tebing sungai (kg/m2)

= tegangan geser kritis

= sudut lereng sungai (0)

= 30-40 (tergantung diameter butiran dari grafik pada


Gambar 3.8)

, = tegangan geser kritis pada tebing sungai (kg/m2)

= rapat massa air (kg/m3)

= gaya gravitasi (m/dt2)

= tinggi air (m)

Ib

= kemiringan alur dasar sungai

Vcr.b = kecepatan kritis dasar sungai (m/dt)


Is

(3.32)

= kemiringan alur tebing sungai

Vcr.s = kecepatan kritis tebing sungai (m/dt)

(3.34)

30

Ib

= kemiringan alur dasar sungai

Vcr.b = kecepatan kritis dasar sungai (m/dt)


R

= jari-jari hidrolik (m)

= angka kekasaran Manning

Gambar 3.8 Grafik hubungan antara diameter butiran dan

Gambar 3.8 Lanjutan.

31

L.

Angka Kekasaran Manning

Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning mengemukakan


sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang sangat dikenal
sebagai :
1

(3.35)

dimana :
V = kecepatan rata-rata (m/dt)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran
n = kekasaran dari Manning.
Rumus ini dikembangkan dari tujuh rumus berbeda, berdasarkan data
percobaan Bazin yang selanjutnya dicocokkan dengan 170 percobaan. Akibat
sederhananya rumus ini dan hasilnya yang memuaskan dalam pemakaian praktis,
rumus Manning menjadi sangat banyak dipakai dibandingkan dengan rumus
aliran seragam lainnya untuk menghitung aliran saluran terbuka.
Angka kekasaran manning adalah suatu nilai koefisien yang menunjukkan
kekasaran suatu permukaan saluran atau sungai baik pada sisi maupun dasar
saluran atau sungai. Nilai kekasaran manning memiliki hubungan terhadap
kecepatan aliran yang terjadi pada suatu penampang. Semakin besar nilai angka
kekasaran manning, maka kecepatan aliran pada suatu penampang akan semakin
kecil, begitu pula sebaliknya semakin kecil angka kekasaran manning maka
kecepatan aliran yang terjadi pada suatu penampang akan semakin besar.
Nilai angka kekasaran manning berbeda-beda tergantung dari tipe saluran.
Adapun nilai angka kekasaran manning tersebut disajikan pada Lampiran Angka
Kekasaran Manning.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian disusun untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian


agar tujuan penelitian dapat dicapai dengan benar. Garis besar dari metode
penelitian adalah sebagai berikut:

1.

Studi literatur
Pada langkah ini peneliti melakukan kajian tentang pustaka atau literatur yang

berkaitan dengan angkutan sedimen yang berasal letusan Gunung Merapi. Beberapa
penelitian yang berkaitan dengan Sugai Progo sebagai referensi. Pengaruh dari lahar
dingin sebagai bedloadtransport dalam kaitannya dengan proses terjadinya erosi tebing,
infrastruktur yang ada di sungai, parameter-parameter lapangan juga tentukan pada tahap
ini.

2.

Penentuan lokasi penelitian


Setelah melakukan kajian literatur, maka tahap berikutnya adalah

penentuan lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses


degradasi dan agradasi Sungai Progo sebagai akibat letusan Gunung Merapi 2010.
Dengan dasar tersebut maka lokasi atau pias Sungai Progo yang diteliti adalah
sungai bagian tengah ke hilir.

3.

Pengumpulan data sekunder.


Setelah lokasi penelitian ditetapkan maka dilakukan pengumpulan data-

data sekunder, seperti data layout sungai untuk keperluan trase, lebar, kontur
sungai, dan data debit harian rata-rata pada bulan Oktober 2010 sampai Juni 2011
yang diukur pada AWLR Duwet . Data layout sungai diambil dari peta rupa bumi
yang

dikeluarkan

oleh

Badan

Koordinasi

Survei

Tanah

Nasional

(BAKOSURTANAL). Data debit ini merupakan data pengukuran oleh instansi


terkait, yaitu Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak.

32

33

Hydrograph Data

250

Legend
Flow D uration

Flow

200
150
100
50
0
Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2010
2011

Date
Gambar 4.1 Debit harian rata-rata Sungai Progo di stasiun AWLR Duwet.

4.

Pengumpulan data primer


Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data-data lapangan yang berkaitan

dengan penelitian. Survei lapangan dilaksanakan dengan melakukan penelusuran sungai,


pengecekan kondisi struktur, dan pengambilan material dasar sungai yang akan dianalisa
distribusi ukuran butiran sedimen (lihat Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Distribusi sedimen dasar Sungai Progo

34

5.

Data pengukuran kecepatan aliran


Data kecepatan aliran dan data muka air di lokasi Jembatan Kebon Agung II.

Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan menggunakan pelampung. Pada arah


melebar dibagi menjadi tiga bagian dan masing masing bagian diukur kecepatan dan
kedalam aliran. Pada masing masing bagian tersebut pengukuran kecepatan dan
kedalaman dilakukan sebanyak tiga kali. Secara garis besar langkah-langkah penelitian
dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan data sekunder


dan primer

Simulasi model sedimen

Analisa spasial degradasi dan


agradasi

Rekomendasi manajemen
infrastruktur

Selesai
Gambar 4.3 Diagram langkah penelitian

35

BAB V
SIMULASI MODEL MATEMATIK

HEC-RAS merupakan program aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai,


River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh Hydrologic Engineering Center
(HEC) yang merupakan satu divisi di dalam Institute for Water Resources (IWR), di
bawah US Army Corps of Engineers (USACE). HEC-RAS merupakan model satu
dimensi

aliran

permanen

maupun

tak

permanen

(steady

and

unsteadyone-dimensional flow model) (USACE, 2010). HEC-RAS versi terbaru


saat ini adalah Versi 4.1 yang beredar sejak Januari 2010. Perangkat lunak ini juga
mampu untuk analisa proses agradasi dan degradasi dasar sungai.

A.

Geometri Model

Untuk membuat simulasi aliran dan morfologi sungai diperlukan layout


sungai. Layout sungai dibuat dari data sekunder berupa peta Daerah Aliran Sungai
Progo pada peta RBI yang diperoleh dari instansi Balai Besar Wilyah Sungai
Serayu Opak. Geometri sungai berupa lebar dan alur aliran ditrase menggunakan
aplikasi autocad. Peta RBI berupa file jpg discale sesuai dengan skala petanya agar
mendapat geometri yang sama dengan kondisi eksisting. Pindah posisi peta dengan
kondisi koordinat sebenarnya menggunakan koordinat UTM. Untuk trase dibagi
menjadi dua jarak, pertama 50 m untuk aliran yang lurus dan yang kedua 25 m
untuk aliran yang berkelok. Trase dilakukan sepanjang aliran yang ingin disimulasi.
Pada Gambar 5.1 menunjukkan daerah yang akan disimulasi.

35

36

Gambar 5.1 Aliran pada peta RBI Daerah Aliran Sungai Progo yang dimodelkan

37

Gambar 5.2 Trase aliran menggunakan aplikasi AutoCAD

Dari trase autocad didapat data berupa lebar sungai, jarak tengah, jarak
kanan, jarak kiri dan elevasi. Data-data tersebut kemudian diolah menggukan
aplikasi excel (lihat Gambar 5.3)

Gambar 5.3 Pengolahan data trase menggunakan aplikasi excel

38

Geometri hasil trase dengan autocad berupa alur sungai kemudian diolah
kembali dengan aplikasi ArcGIS. Menggunakan aplikasi extentions EShape untuk
merubah hasil dari autocad menjadi bentuk shp agar dapat diolah pada arcgis. Alur
sungai akan diolah pada arcgis menggukan aplikasi extension yaitu HECgeoRAS
yang dapat dipasang pada aplikasi ArcGIS. Dari data olaha tersebut barulah alur
sungai dapat digunakan sebagi geometri pada aplikasi HEC-RAS.

Gambar 5.4 Olah data geometri menggunakan ArcGIS.

Data geometri terlah tersimpan dengan file yang dapat langsung dibuka
pada aplikasi HEC-RAS. Untuk memulai simulasi sebelemunya memastikan
bahwa aplikasi HEC-RAS 4.1.0 terlah terinstal pada PC. Jika telah terinstal maka
terdapat simbol seperti

ini, menunjukkan bahwa HEC-RAS telah terinstal.

Langkah selanjutnya membuka aplikasi HEC-RAS 4.1.0 terlebih dahulu (lihat


Gambar 5.5).

39

Gambar 5.5 Membuka aplikasi HEC-RAS 4.1.0

Klik pada HEC-RAS 4.1.0 untuk memulai menggunakan aplikasi tersebut.


Tampilan HEC-RAS akan terlihat seperti Gambar 5.6. Terdapat banyak toolbar /
simbol dengan fungsi yang berbeda-beda terdapat pada aplikasi tersebut. Untuk
memulai pekerjaan atau dalam HEC-RAS disebut dengan project, maka klik File
New Project (lihat Gambar 5.7).

40

Gambar 5.6 Tampilan awal aplikasi HEC-RAS 4.1.0.

Gambar 5.7 Memulai pekerjaan baru / New Project.

Dari New Project akan tampil seperti pada Gambar 5.8. Terdapat beberapa
kolom pada tampilan tersebut. Memilih folder yang untuk penyimpanan file pada
kolom sebelah kanan. Memberi nama file pada kolom Title sebelah kiri. Klik OK
untuk melakukan langkah selanjutnya.

41

Gambar 5.8 Tampilan memilihan folder penyimpanan dan memberi nama project

Ada beberapa satuan yang dapat digunakan pada HEC-RAS, untuk


menggati satuan pilih Options Unit system (US Customary/SI) System
International (Metric System) OK.

Gambar 5.9 Merubah Unit System

42

Untuk membuat geometri pada HEC-RAS, pilih Edit Geometri Data (lihat
Gambar 5.10). Tampilan untuk mengolah geometri dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.10 Tampilan memulai membuat geometri

Gambar 5.11 Tampilan pengolahan Geometric Data

43

Karena data geometri telah diolah dengan aplikasi pendukung lainnya,


maka hanya perlu memanggil data. Pilih File Import Geometry Data GIS
Format (lihat Gambar 5.12). Tampilan akan muncul seperti pda Gambar 5.13. Pilih
file geomtri yang telah diolah, kemudian pilih OK.

Gambar 5.12 Memanggil data geometri yang telah diolah menggunakan ArcGIS

Gambar 5.13 Tampilan data geometri hasil olahan ArcGIS

44

Berikutnya akan tampil seperti Gambar 5.14 pemilihan units, pili SI


(metric) units Next. Tampilan berikutnya member nama River dan Reach (lihat
Gambar 5.15). Pilih Finished Import Data dan akan muncul gambar gometri
seperti pada Gambar 5.16.

Gambar 5.14 Memilih units untuk geometri

45

Gambar 5.15 Memberi nama geometri pada kolom River dan Reach

Gambar 5.16 Hasil memanggil data geometri dari file olahan ArcGIS

46

B.

Tamapang Melintang Model

Untuk membuat penampang melintang atau dalam aplikasi ini disebut


dengan cross section. Pilah Cross Section seperti yang ditunjuk tanda panah pada
Gambar 5.17. Tampilan selanjutnya yang muncul seperti pada Gambar 5.18.

Gambar 5.17 Memulai pembuatan penampang melintang / Cross Section

Gambar 5.18 Tampilan pembuatan cross section

47

Membuat cross section yang baru dengan memilih Options Add a new
Cross Section, dan akan muncul tampilan yang berintruksi untuk mengisi river
station. Melakukan langkah-langkah diatas hingga menjadi beberapa river station.

Gambar 5.19 Memulai pembuatan cross section

Pada data penampang melintang, melakukan penyederhanaan lebar


saluran. Lebar saluran berbentuk persegi panjang dan digunakan lebar yang sama
pada area-area berikut: River Sta 1259 516 memiliki lebar yang sama yaitu 88.671
m, River Sta 515 379 memiliki lebar 225.115 m, River Sta 378 302 memiliki
lebar 343.619 m, dan River Sta 301 1 memiliki lebar 442.279 m.

48

Gambar 5.20 Pembuatan River station

49

Jika pembuatan river ststion telah, kemudian mengisi data river station
tersebut. Pengisian river station menggunakan data yang diperoleh dari trase
menggukan AutoCAD, dan diolah kembali menggunakan Ms. Excel. Data tersebut
dimasukkan pada setiap river station sesuai dengan posisi river station yang telah
diolah.

Gambar 5.21 Mengisi Cross Section Data River Sta 1259

Gambar 5.22 Mengisi Cross Section Data River Sta 516

50

Gambar 5.23 Mengisi Cross Section Data River Sta 515

Gambar 5.24 Mengisi Cross Section Data River Sta 379

51

Gambar 5.25 Mengisi Cross Section Data River Sta 378

Gambar 5.26 Mengisi Cross Section Data River Sta 302

52

Gambar 5.27 Mengisi Cross Section Data River Sta 301

Gambar 5.28 Mengisi Cross Section Data River Sta 1

Hasil pengisian data River Station, maka hasil yang didapat berupa
geometri yang telah diisi oleh beberapa cross section. Tampilan geometri yang telah
diisi oleh cross section ditampilkan pada Gambar 5.29.

53

Gambar 5.29 Hasil pengisian cross section pada geometri

Cross section tersebut masih memiliki jumlah dan jarak yang belum
lengkap. Untuk menambah cross section dengan cepat dapat dilakukan interpolasi
dengan cara pilih Tools XS Interpolations Within a Reach dan akan tampil
seperti pada Gambar 5.30.

Gambar 5.30 Melakukan interpolasi cross section

54

Gamabr 5.31 Tampilan menu untuk menginterpolasi cross section

Melakukan interpolasi dengan Upstream Riv Sta dan Downstream Riv Sta
seseuai dengan lebar yang sama dan pilih Interpolate XSs (lihat Gambar 5.31).
setelah setiap rives sta telah di interpolasi maka tampilan geometri akan berubah
menjadi seperti Gambar 5.32.

Gamabr 5.32 Tampialan geometri hasil interpolasi antar river sta

55

Data interpolasi belum sesuai dengan data yang kita inginkan. Untuk
merubah data sesuai dengan data yang kita inginkan, maka dapat diperbaiki /
dirubah data seperti data LOB, Channel, ROB, angka manning, dan elevasi. Untuk
merubah data LOB, Channel, dan ROB maka pilih Tools Channel
Design/Modification.

Gambar 5.33 Merubah / memodifkasi data LOB, Channel, dan ROB

Akan muncul tampilan seperti pada pada Gambar 5.34. dalam tampilan
terdapat beberapa kolom yang menunjukkan data-data dari nilai LOB Lenght,
Channel Length, ROB Length, dan Center Station. Kolom nilai tersebut lah yang
dapat diganti sesuai dengan data yang diinginkan. Data dimasukkan sesuai dengan
kolom-kolomnya.

56

Gambar 5.34 Tampilan kolom edit data LOB, Channel, dan ROB

Gamabr 5.35 Memasukkan nilai elevasi

57

Elavasi hasil interpolasi belum sesuai dengan yang diinginkan. Untuk


merubah elevasi, diperlukan data elevasi interpolasi dengan data elevasi yang
diinginkan. Perubahan elevasi di HEC-RAS menggunakan system datum atau
dapat dikatakan dengan melakukan penambahan. Sehingga jika ingin sesuai elevasi
yang diinginkan, maka nilai elevasi yang dimasukkan adalah nilai selisih antara
elevasi interpolasi dengan elevasi yang diinginkan.

Gambar 5.36 Tampilan kolom input data Z Coord untuk elevasi

58

Begitu juga dengan pengisian data angka manning sesuai dengan yang
diinginkan, maka pilih Tables Mannings or k values (Horizontally Varied).
Tampilan ditunjukkan pada Gambar 5.37 dan Gambar 5.38.

Gamabar 5.37 Membuka menu Tables - Mannings or k values

Gambar 5.38 Kolom untuk merubah angka manning sesuai perhitungan

59

Pada kondisi eksisting saluran / sungai, terdapat beberapa bangunan yang


berdiri disepanjang saluran. Banguan tersebut berupa jembatan dan groundsill.
Namun yang sangat mempengaruhi aliran terhadap degradasi dan agradasi adalah
bangunan groundsill, maka bangunan tidak semuanya dimodelkan. Dalam aplikasi
HEC-RAS dapat dimodelkan bangunan groundsill sederhana berupa inline
structure. Untuk membuat groundsill pilih tanda panah pada Gambar 5.39. Akan
muncul tampilan inline structure data (lihat Gambar 5.40). Memilih Weir /
Embakment dan kemudian akan tampil seperti pada Gambar 5.41. Kolom di
Gambar 5.41 diisi dengan data jarak bangunan dengan cross section, lebar
groundsill, dan koordinat. Pilih Ok untuk menyelesaikan pembuatan bangunan
groundsill.

Gambar 5.39 Memulai pemodelan bangunan groundsill

60

Gambar 5.40 Tampilan inline structure data

Gambar 5.41 Tampilan input data bangunan groundsill

61

Editing geometri telah selesai, langkah selanjutnya menyimpan data


geometri yang telah dibuat. Untuk menyimpan data geometri pilih File Save
Geometry Data. Tampilan edit geometri dapat dimatikan dengan memilih File
Exit Geometry Data Editor.

Gambar 5.42 Save geometry data

Gambar 5.43 Exit geometry data editor

62

C. Input Data Sedimen


Pada permodelan ini menyimulasikan tentang sediment transport. Untuk
menyimulasikan sediment transport maka diperlukan data mengenai sedimen. Jika
data sudah memenuhi maka langkah untuk memasukkan data tersebut ke dalam
aplikasi HEC-RAS dilakukan langkah-langkah seperti berikut. Pertama pilih Edit
Quasi Unsteady Flow (Sediment Analysis) seperti pada Gambar 5.44.

Gambar 5.44 Memilih Quasi Unsteady Flow

Dari menu tersebut akan muncul tampilan berikutnya yang menampilkan


Quasi Unsteady Flow Editor (lihat Gambar 5.45). Ada beberapa kolom dalam
tampilan tersebut, kolom yang diisi pada kolom Boundary Condition Type. Untuk
Upstream / baris pertama pada kolom terakhir diisi dengan Flow series. Pada flow
series diisi dengan data debit air yang dimiliki. Data tersebut dimulai pada tanggal
01 Oktober 2010 dengan time 0. Flow duration diisi dengan 24, computation
increment 24, dan flow diisi dengan nilai debit sesuai tanggal yang ada (lihat 5.46).
Data flow dapat ditampilakan dalam bentuk diagram, caranya memilih plot dan
akan tampil gambar seperti pada Gambar 5.47. Setelah selesai pilih OK

63

Gambar 5.45 Tampilan Quasi Unsteady Flow Editor

Gambar 5.46 Mengisi data debit

64

Gambar 5.47 Hasil plot debit dalam bentuk diagram

Gambar 5.48 Memilih Normal Depth

65

Gambar 5.49 Mengisi Friction Slope

Pada downstream / nomor 2 diisi dengan normal depth. Akan muncul


tampilan seperti pada Gambar 5.49, kolom tersebut diisi dengan nilai slope yaitu
0.001307, lalu OK. Yang terakhir diisi untuk quasi unsteady data adalah data
temperatur. Untuk mengisi temperatur pilih set temperature dan akan muncul
gambar seperti pada Gambar 5.50. Isi Use Fixed data sesuai data flow series,
duration dengan nilai 24, dan temp dengan 23. Pilih OK untuk menyelesaikan
pengisian data. Pilih File Save-Quasi Unsteady Flow File (lihat Gambar 5.51).

Gambar 5.50 Mengisi temperatur

66

Gambar 5.51 Save Quasi-Unsteady Flow File

Pengisian Quasi Unsteady telah selesai. Langkah selanjutnya pilih Edit


Sediment Data, seperti pada Gambar 5.52.

Gambar 5.52 Mengisi Sediment Data

67

Muncul tampilan Sediment Data, pada tampilan tersebut terdapat dua


pilahan yaitu initial condition dan Boundary condition. Pilihan tersebut harus diisi
semua. Pertama pilih Define / Edit Bed Gradation, dan akan muncul seperti pada
Gambar 5.54. Isi kolom tersebut dengan data hasil saringan sampel material.

Gambar 5.53 Define / edit bed gradation

Gambar 5.54 Mengisi data gradasi

68

Pada model simulasi ini menggunakan batasan max depth / kedalaman


maksimum gerusan adalah 5 m dan menggunakan transport function
England-Hansen. Kolom sta left dan sta right terisi dengan memilih Use Bank for
Extents. Bed gradation diisi dengan memanggil data sediment yang telah diisi pada
define / edit bed gradation. Cukup isi satu baris saja kemudian diinterpolasi
menggunakan Interpolate Gradastions.

Gambar 5.55 Mengsisi max Depth

Gambar 5.56 Memanggil Bed gradation

69

Initial condition telah selsai diisi, langkah selanjutnya mengisi boudary


conditions. Pada kolom bawah pilih Sediment Load Series, maka akan muncul
tampilan seperti pada Gambar 5.58. Isi data sesuai dengan hasil analisa gradasi
yang telah dilakukan.

Gambar 5.57 Boundry Condition

Gambar 5.58 Mengisi Sediment Load Series

70

Gambar 5.59 Grafik input sedimen

Pada input sedimen ini dilakukan sebagai trial error hingga mendekati
volume sedimen yang mendekati sebenarnya. Data yang digunakan adalah data
hasil analisis gradasi sedimen yang dimbil pada area hulu Jembatan Kebon Agung
II (lihat lampiran 2a). Data tersebut kemudian diprosentasekan dengan perkiraan
volume sedimen yang masuk ke aliran Sungai Progo (lihat Gambar 5.60). Debit
hujan yang diperloeh dari AWLR Duwet diolah lagi dengan mengasumsikan bahwa
pada tanggal 26 Oktober 2010 31 Desember 2010 adalah waktu untuk aliran debis
yang mengangkut sediment load hasil letusan Gunung Merapi. Bulan tersebut
dianggap mengangkut 100% sediment load yang akan diprosentasekan sesuai
dengan debit yang mengalir pada tanggal tersebut (lihat Gambar 5.61). Pada bulan
berikutnya dianggap equilibrium, hingga sediment load dianggap sama hingga
akhir simulasi. Semua data tersebut dimasukkan pada kolom seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.58. Hasil simulasi dimodelkan dengan bentuk seperti

71

pada lampiran 5a, 5b, dan 5c. Menghitung volume sedimen yang untuk kalibrasi
dengan membandingkan volume hasil simulasi dengan perkiraan volume sedimen
yang berada di area Jembatan Kebon Agung II (lihat Lampiran 4). Proses ini
dilakukan hingga volume perbandingan antara hasil simulasi mendekati dengan
kondisi eksisting di lapangan.

Gambar 5.60 Mengolah data sedimen

Gambar 5.61 Mengolah data debit AWLR menjadi data sedimen load

72

Pengisian data sedimen telah selesai, langkah terakhir adalah menyimpan


data dengan cara pilih File Save Sediment Data, lalu Exit.

Gambar 5.62 Save sediment data

D.

Running Simulasi Transport Sedimen

Jika proses pengisiian data telah selesai, maka proses terakhir adalah
melakukan Perform a sediment transport simulation. Pilih seperti tanda pada
Gambar 5.63.

Gambar 5.63 Perform a sediment transport simulation

73

Gambar 5.64 Run sediment transport analysis

Pada Sediment Transport Analysis, isi starting date sesuai dengan data
rencana pada tanggal berapa simulasi akan dimualai. Begitu juga pada ending date
diisi dengan tanggal berapa simulasi akan berhenti. Pada starting time dan ending
time diisi saja dengan 0, yang berarti dihitung dari jam ke 0.

Gambar 5.65 Proses Computations

74

Gambar 5.65 menunjukkan perhitungan simulasi sedang berjalan.


Semakin panjang hari yang ingin disimulasi, maka akan semakin lama juga proses
computasinya. Jika program telah selesai melakukan simulasi, hasil dari simulasi
baik berupa data maupun grafik dapa dilihat dengan cara mimilih seperti pada
Gambar 5.66.

Gambar 5.66 Menu pembacaan hasil simulasi

Gambar 5.67 Hasil simulasi pada tampilan cross section

75

Gambar 5.68 Hasil simulasi pada tampilan potongan memanjang

Gambar 5.69 Tampilan grafik hasil simulasi

76

Gambar 5.70 Tampilan hasil simulasi dalam bentuk rating curve

Gambar 5.71 Tampilan hasil simulasi dalam betuk Perspective

77

Gambar 5.72 Cross section output

Gambar 5.73 Tabel data hasil simulasi

78

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari simulasi sediment transport menggunakan HEC RAS dapat


dilihat bagaimana siklus degradasi dan agradasi yang terjadi pada aliran Sungai
Progo. HEC-RAS mensimulasikan dalam bentuk satu dimensi, sehingga hanya
satu sisi saja yang menampilkna secara jelas perubahan degradasi dan
agradasinya. Sisi yang melihatkan langsung adalah potongan memanjang dari
hasil simulasi. Pembacaan hasil simulasi berdasarkan nilai rata-rata debit harian
pada setiap bulannya. Dari nilai rata-rata tersebut didapat hari yang memiliki debit
mendekati debit rata-rata. Maka hari tersebut yang menjadi tinjauan perbandingan
untuk perbulannya. Untuk memperjelas pembacaan data maka hasil dalam
potongan memanjang dibagi menjadi tiga bagian. Bagian tersebut disebut sebagai
daerah. Daerah I adalah bagian dengan slope yang curam dengan nilai slope ratarata adalah 0,008397. Daerah II adalah bagian dengan slope yang landai dengan
nilai slope rata-rata adalah 0,002114 dan mememiliki beberapa bangunnan
groundsill. Daerah III adalah bagian dengan sloope yang paling landai dengan
nilai slope rata-rata adalah 0.001375 dan daerah yang terdapat peralihat lebar
saluran. Pembagian daerah dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Daerah III

Daerah II

Daerah I

Gambar 6.1 Pembagian daerah pembacaan potongan memanjang

78

79

A. Degradasi dan Agradasi pada Daerah I


Dilihat dari slope pada Daerah I memiliki morfologi dasar sungai yang
membentuk daerah cekung dan cembung. Dalam artian ada pertemuan slope
landai dengan slope curam membentuk daerah yang cekung, sedangkan
sebaliknya akan membentuk daerah cembung (lihat Gambar 6.2).

Cekung

Cembung
Cekung
Cembung

Gambar 6.2 Kondisi slope dan morfologi Daerah I tanggal 26 Oktober 2010

Kondisi morfologi ini diasumsikan sebelum meletusnya Gunung Merapi.


Saat tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertamanya.
Pada saat itu diperkirakan belum ada material erupsi yang terlarut menuju Sungai
Progo. Beberapa hari kemudian terjadi banjir lahar dingin yang disebabkan oleh
hujan yang terjadi didaerah Gunung Merapi memelarutkan dan menghanyutkan
material erupsi menuju Sungai Progo. Pada tanggal 28 Oktober 2010, kondisi
morfologi Sungai Progo sudah mulai mengalami perubahan. Dapat dilihat Daerah
I menunjukkan adanya beberapa perubahan pada dasar sungai, terutama pada area
cekung dan cembung saluran (lihat Gambar 6.3).

80

TAHidraulika

Plan: TASediment 25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.3 Kondisi Sungai Progo setelah erupsi dan banjir lahar dingin Gunung
Merapi pada tanggal 28 Oktober 2010

Banjir lahar dingin masih terjadi hingga tanggal 04 November 2010.


Material yang mengalir menuju Sungai Progo masih terjadi dan menimbulkan
dampak-dampak seperti terjadinya degradasi dan agradasi pada beberapa area di
Daerah I (lihat Gambar 6.4).

TAHidraulika

Plan: TASediment 25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.4 Degradasi dan agradasi di Daerah I pada tanggal 04 November 2010

81

Pada gambar 6.5 menunjukkan adanya penambahan tebal endapan dan


penambahan kedalaman dasar sungai yang diakibatkan oleh degradasi. Material
lahar dingin mengakibatkan aliran debris yang memberi sedimen load namun
aliran debris tersebut sekaligus mengakibatkan degradasi pada area tertentu.

TAHidraulika

Plan: TASediment 25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

20

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

40

Daerah Agradasi

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Degradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.5 Penambahan tebal endapan dan kedalaman gerusan pada tanggal 18
Desember 2010

Pada simulasi ini diasumsikan bahwa input sediment load hanya hingga
akhir bulan Desember 2010. Pada bulan berikutnya diasumsikan sediment load
yang terjadi lebih kecil atau dapat diasumsikan bahwa aliran lahar dingin sudah
tidak terjadi. Sediment load yang mengalir telah kembali normal seperti sebelum
terjadinya lahar dingin.
Melihat hasil simulasi dengan kondisi aliran sediment transport yang
normal, menunjukkan bahwa degradasi terjadi terus menerus pada area hulu
Daerah I dan membuat dasar sungai semakin dalam. Namun sedimen hasil
degradasi tersebut juga mengendap pada area berbentuk cembung pada hilir
Daerah I.
Kondisi aliran sediment transport yang normal disimulasikan hingga akhir
bulan Juni 2011. Hasil simulasi menunjuk perubahan pada area yang relatif sama
dari bulan ke bulan, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 6.6 hingga 6.7.

82

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.6 Kondisi Daerah I pada tanggal 28 Januari 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.7 Kondisi Daerah I pada tanggal 02 Februari 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 15M ar2011 0000
WS 15M ar2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.8 Kondisi Daerah I pada tanggal 15 Maret 2011

83

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.9 Kondisi Daerah I pada tanggal 13 April 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 10M ei 2011 0000
WS 10M ei 2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.10 Kondisi Daerah I pada tanggal 10 Mei 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.11 Kondisi Daerah I pada tanggal 10 Juni 2011

84

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

160
EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000

140

Ground
LOB
ROB

100

42

44

46

48

Intake Selokan Mataram


Jembatan Ancol

20

Daerah Degradasi

40

Daerah Agradasi

60

Daerah Degradasi

80

Daerah Agradasi

Elevation (m)

120

50

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.12 Kondisi Daerah I pada tanggal 29 Juni 2011

Pada gambar 6.12 menunjukkan hasil akhir simulasi pada Daerah I. Hasil
simulasi dengan kondisi normal mengakibatkan area hulu Daerah satu mengalami
degradasi yang cukup dalam. Situasi tersebut dikarenakan input sedimen yang
berkurang mengakibatkan tidak adanya material sedimen yang dapat mengendap
atau menggantikan daerah yang terdegradasi pada area hulu. Sehingga area hulu
terdegradasi dan hasil degradasi tersebut menjadi input sedimen untuk daerah
hilir. Kejadian tersebut dibuktikan dengan adanya endapan yang cukup tebal pada
area hilir walaupun tidak lagi mendapat input sedimen terlalu banyak dari material
erupsi Gunung Merapi.
Jika dilihat lebih cermat lagi, Daerah I pada mulanya memiliki morfologi
yang membentuk cekung dan cembung pada dasar salurannya. Namun sekarang
pada area cekung telah mengalami degradasi dengan kedalaman tertentu.
Sedangkan area cembung pada hasil akhir yang dapat dilihat, menunjukkan bahwa
terjadi agradasi pada area tersebut.
Dilihat secara keseluruhan pada Daerah I, dasar sungai yang memiliki
kondisi awal berupa cekungan dan cembungan sekarang terlihat menjadi garis
yang membentuk yang lebih linier dari area hulu hingga area hilir pada Daerah I
tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat di grafik perbandingan elevasi awal dan
akhir Daerah I pada Gambar 6.13.

85

Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah I
160
140

100
80
60

Elevasi (m)

120

40
20
0

Awal
Jarak (km)

Akhir

Gambar 6.13 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir Daerah I

Kedalaman degradasi maupun ketebalan agradasi pada Daerah I


ditampilkan dalam grafik, menunjukkan bahwa kedalaman degradasi maksimum
terjadi di area hulu pada Daerah I. Sedangkan ketebalan agradasi maksimum
berada di area hilir pada Daerah I. Dari grafik pada Gambar 6.15 menunjukkan
kedalaman maksimum degradasi berada pada kedalam 3,3 m dan letaknya pada
cross section 1247.95* yang memiliki jarak 50,11627 km dari hilir laut. Ketebalan
agradasi terjadi pada cross section nomor 1043.04*, dari grafik menunjukkan
ketebalan tertinggi pada ketebalan 2,3 m.

Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi


pada Daerah I

3
2
1
0
-1
-2

Degradasi

-3

Agradasi
Dasar

Jarak (km)

Kedalaman dan Ketebalan (m)

86

-4

Gambar 6.14 Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi pada Daerah I

Untuk agradasi pada cross section 1043.08* dapat dibuktikan dengan


keadaan existing sebenarnya pada gambar penampang muka bumi hasil
penglihatan pada Google earth. Kondisi tersebut terlihat adanya endapan material
yang terkumpul, namun kondisi tersebut diperkirakan sudah terjadi penambangan
material yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan (lihat Gambar 6.15,
Gambar 6.16, dan Gambar 6.17)

Gambar 6.15 Croos section yang memiliki ketebalan maksimum

87

Gambar 6.16 Penampang atas cross section 1043.08*

Gambar 6.17 Hasil penampang existing area cross section 1043.08* pencitraan
Google earth

B. Degradasi dan Agradasi pada Daerah II


Pada daerah II terdapat beberapa bangunan yang digunakan sebagai
pengontrol agradasi pada area hilir dari sebuah jembatan, bangunan tersebut
adalah groundsill. Ada 2 groundsill yang terdapat pada Daerah II, groundsill yang

88

pertama adalah Groundsill Ngapak dan yang kedua adalah Groundsill Bantar.
Untuk melihat kondisi morfologi awal Daerah II dapat dilihat pada Gambar 6.18.
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 26Okt2010 0000
WS 26Okt2010 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.18 Kondisi morfologi Sungai Progo pada tanggal 26 Oktober 2010
Daerah II memiliki slope yang landai yaitu 0.002114. Dengan keadaan
slope yang landai maka daerah tersebut relatif stabil. Dalam artian stabil adalah
tidak terjadi perubahan degradasi secara signifikan. Namun agradasi akan terjadi
pada area-area di sekitar bangunan yang berada pada aliran Sungai Progo pada
Daerah II. Gambar dibawah ini adalah kondisi pada tanggal 28 Oktober 2010,
yang mana pada hari itu pasca erupsi gunung merapi. Material lahar dingin juga
telah mulai memasuki aliran Sungai Progo.
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

25

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.19 Kondisi morfologi Daerah II pasca erupsi Gunung Merapi (28
Oktober 2010)

89

Yang cenderung terjadi pada Daerah II adalah terjadinya agradasi pada


area hulu dari bangunan groundsill. Agaradasi ini terjadi karean input dari
sediment load material Gunung Merapi yang terbawa oleh banjir lahar dingin.
Sedment load tersebut tertahan oleh bangunan groundsill yang terdapat pada hilir
jembetan. Dengan adanya agradasi tersebut mengartikan bahwa bangunan
groundsill tersebut telah berfungsi sesuai dengan fungsinya. Proses agradasi
tersebut terjadi selama angkutan masih ada dan bangunan groundsill masih
berfungsi dengan baik. Agradasi ini terus menerus menambah hingga akhir
simulasi.
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.20 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 04 November 2010


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

25

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.21 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 18 Desember 2010

90

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.22 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 28 Januari 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.23 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 02 Februari 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 15M ar2011 0000
WS 15M ar2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

25

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.24 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 15 Maret 2011

91

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.25 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 13 April 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 10M ei 2011 0000
WS 10M ei 2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

25

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.26 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 10 Mei 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

25

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.27 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 10 Juni 2011

92

TAHidraulika

Plan: TASediment 25/02/2015

Progo Yogyakarta
120

Legend
EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000

100

Ground
LOB
ROB

Jembatan Kebon Agung II

60

25

Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak

20

Jembatan Kereta...

40

Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...

Elevation (m)

80

30

35

40

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.28 Kondisi morfologi Daerah II pada tanggal 29 Juni 2011

Dalam gambar dan data yang dihasilkan simulasi dapat diketahui agradasi
pada Daerah II. Dari grafik menunjukkan agradasi pada area hulu bangunan
groundsill, ini hal yang wajar karena memang fungsi bangunan tersebut adalah
menjaga agar slope pada area hulunya tetap bertahan (lihat Gambar 6.29).

Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah II

80
70

50
40
30

Elevasi (m)

60

20
10

Awal
Akhir

0
Jarak (km)

Gambar 6.29 Grafik perbandingan elevasi awal dan akhir simulasi pada Daerah II

93

Untuk lebih jelas dapat ditampilkan lagi dengan grafik kedalaman


degradasi dan agradasi yang menunjukkan bahwa agradasi lebih mendominasi
pada Daerah II (lihat Gambar 6.30)

2
1.5
1
0.5
0
-0.5

Degradasi
Agradasi
Dasar

Jarak (km)

Kedalaman dan Ketebalan (m)

Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi


Daerah II

-1

Gambar 6.30 Grafik kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi pada Daerah II

Tidak hanya pada area hulu bangunan grounsill saja yang mengalami
agradasi, tetapi pada area tikungan sungai bagian dalam juga mengalami agradasi.
Satu contoh agradasi yang terjadi pada Daerah II adalah pada area Jembatan
Kebonagung II yang dapat dilihat pada Gambar 6.31.

Gambar 6.31 Agradasi pada area Jembatan Kebonagung setelah letusan Gunung
Merapi 2010

94

Gambar 6.32 Perubahan agradasi di area Jembatan Kebonagung pada tanggal 07


Januari 2015

Pada gambar diatas adalah beberapa tahun pasca terjadinya letusan


Gunung Merapi dan banjir lahar dingin yang mengakibatkan area tersebut terjadi
agradasi. Kondisi agradasi pada area Jembatan Kebonagung II telah berubah
karena berbagai foktor. Beberapa faktornya adalah aliran Sungai Progo yang
menggerus dan menghanyutkan material agradasi, hujan disekitar area Jembatan
Kebonagung yang melarutkan material agradasi, kegiatan warga dalam
pengambilan material agradasi, dan tumbuhnya biota darat pada area agradasi
tesebut.

C. Degradasi dan Agradasi pada Daerah III


Kondisi awal Daerah III sebelum terjadinya erupsi dan lahar dingin
Gunung Merapi memiliki nilai slope yang paling landai dibandingkan kedua
Daerah lainnya, nilai slopenya adalah 0,001375 (lihat Gambar 6.33). Dengan
slope atau kemiringan yang landai, aliran akan lebih cenderung tenang dan energi
yang dihasilkan juga akan lebih rendah. Begitu juga dengan angkutan sediment
loadnya akaan berkurang. Dapat diperkirakan degradasi maupun agradasi dasar
sungai juga akan mengecil dibandingkan dengan aliran yang cepat. Namun akan
sedikit berbeda jika ada perubahan penampang potongan melintang atau lebar
saluran secara drastis. Perubahan lebar saluran juga mempengaruhi dari siklus

95

degradasi maupun agradasi pada aliran maupun sungai. Bagian Dareah terakhir ini
menunjukkan adanya perubahan penampang potongan melintang atau lebar
saluran.
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 26Okt2010 0000
WS 26Okt2010 0000
Ground

60

LOB

40

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.33 Kondisi awal sloope dasar sungai di Daerah III pada tanggal
26 Oktober 2010

Daerah III mulai berubah sama seperti Daerah yang lain, yaitu ketika input
sediment load atau aliran debris mulai memasuki saluran utama Sungai Progo.
Perubahan mulai terlihat pada bagian peralihan lebar saluran (lihat Gambar 6.34).
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000
Ground

60

LOB

40

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.34 Perubahan pada daerah peralihan 28 Oktober 2010

96

Ternyata daerah peralihan di hulu Daerah III adalah daerah cekung,


sehingga terjadi degradasi pada area tersebut. Namun hanya sedikit terjadi
degradasi karena kemiringan dasar sungai yang landai dan aliran yang tidak cepat.
Peralihan kedua menjadi daerah agradasi karena daerah tersebut selain terjadi
perubahan lebar saluran, pada area tersebut juga sebagai daerah cembung yang
menjadi berkumpulnya material yang teragradasi. Proses tersebut terjadi hingga
akhir simulasi dan mengalami penambahan hingga akhir simulasi.
TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000
Ground

60

LOB

40

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.35 Kondisi Daerah III pada tanggal 04 November 2010


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.36 Kondisi Daerah III pada tanggal 18 Desember 2010

97

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.37 Kondisi Daerah III pada tanggal 28 Januari 2010


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.38 Kondisi Daerah III pada tanggal 02 Februari 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 15M ar2011 0000


WS 15M ar2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.39 Kondisi Daerah III pada tanggal 15 Maret 2011

98

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.40 Kondisi Daerah III pada tanggal 13 April 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 10M ei 2011 0000


WS 10M ei 2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.41 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Mei 2011


TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.42 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Juni 2011

99

TAHidraulika

Plan: TASediment

25/02/2015

Progo Yogyakarta
Legend

80

EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000
Ground

60

LOB

-40
5

10

15

Daerah Peralihan

-20

Intake Sapon

Daerah Peralihan

20

Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...

Elevation (m)

ROB

40

20

Main Channel Distance (km)

Gambar 6.43 Kondisi Daerah III pada tanggal 29 Juni 2011

Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah III

30

10

Elevasi (m)

20

0.05
0.55
0.945
1.195
1.67
2.17
2.67
3.17
3.67
4.17
4.67
5.17
5.445
5.795
6.145
6.545
6.945
7.445
7.72
8.095
8.395
8.745
9.17
9.62
9.87
10.12
10.37
10.72
11.22
11.72
12.145
12.545
13.045
13.47
13.82
14.07
14.495
14.995
15.445
15.895
16.22
16.645
17.145
17.57
18.02
18.395
18.895
19.395
19.895
20.295
20.72
21.145
21.52
21.82
22.17
22.545
22.795
23.17

0
Awal
Akhir

-10
Jarak (km)

Gambar 6.44 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir pada Daerah III

Data dari simulasi kemudian dapat ditampilkan dalam grafik yang


menunjukkan perbandingan elevasi awal dan akhir pada Daerah III. Grafik
menunjukkan adanya degradasi di area hulu atau peralihan pertama dan sedikit
agradasi di area peralihan kedua pada Daerah III. Namun kedalaman degradasi
dan ketebalan agradasi tidak sebesar pada Daerah II. Bangunan groundsill pada
Daerah II telah banyak menampung material yang dibawa oleh aliran debris.
Sehingga pada Daerah III sudah tidak terlalu mengalami dampak akibat adanya
aliran debris. Untuk lebih jelas lagi dapat ditampilkan kedalaman degradasi dan
ketebalan agradasi pada grafik dibawah ini.

100

0.4
Kedalaman dan Ketebalan
(m)

Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi


Daerah III

0.2

0.05
0.55
0.945
1.195
1.67
2.17
2.67
3.17
3.67
4.17
4.67
5.17
5.445
5.795
6.145
6.545
6.945
7.445
7.72
8.095
8.395
8.745
9.17
9.62
9.87
10.12
10.37
10.72
11.22
11.72
12.145
12.545
13.045
13.47
13.82
14.07
14.495
14.995
15.445
15.895
16.22
16.645
17.145
17.57
18.02
18.395
18.895
19.395
19.895
20.295
20.72
21.145
21.52
21.82
22.17
22.545
22.795
23.17

-0.2
-0.4
-0.6

Degradasi
Agradasi
Dasar

Jarak (km)

-0.8

Gambar 6.45 Grafik kedalaman degradasi dan kedalaman agradasi Daerah III

Kedalaman degradasi terdalam terletak pada cross section 518.975*


dengan kedalaman 0,58 m. Pada kondisi existing daerah tersebut merupakan
daerah tikungan yang berpotensi sebagai daerah yang terdegradasi. Tikungan
bagian luar yang memiliki kecepatan dan daya gerus yang lebih besar dibanding
tikungan dalam mengakibatkan daerah-daerah tikungan luar cenderung rawan
degradasi. Gambar posisi cross section 518.975* dan pencitraan menggunakan
satelit atau menggunakan aplikasi Google Earth dapat dilihat kondisi yang terjadi
pada kenyataan. Keadaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.46, Gambar 6.47,
dan Gambar 6.48.

Gambar 6.46 Penampang memanjang cross section 518.975*

101

Gambar 6.47 Penampang atas cross section 518.975*

Gambar 6.48 Hasil penampang existing area cross section 518.975* pencitraan
Google earth

Area agradasi pada Daerah III berada pada cross section 378 dengan
ketebalan agradasi adalah 0,2 m. Keadaan agradasi pada cross section 378 juga
dapat dilihat keadaan existing pada pencitraan satelit. Gambar tampang samping
atau potongan memanjang diambil dari hasil simulasi menggunakan HEC-RAS.

102

Naiknya dasar saluran mengartikan bahwa daerah tersebut mengalami agradasi


pada dasar salurannya (lihat Gambar 6.49). Penampang atas yang menampilkan
jalur aliran dapat dilihat pada Gambar 6.50. Jalur aliran akan dibandingkan
dengan gambar pencitraan Google earth. Hasil pencitraan keadaan existing
menggunakan satelit melalui aplikasi Google earth dapat dilihat pada Gambar
6.51.

Gambar 6.49 Penampang memanjang cross section 378

Gambar 6.50 Penampang atas cross section 378

103

Gambar 6.51 Penampang existing area cross section 378 pencitraan Google earth

D. Tabel dan Gambar Letak Area Degradasi serta Agradasi


Tabel 6.1 Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah I
Area

Deg
I

3,03 m

Landuse ROB

Landuse LOB

Pemukiman,

Pemukiman,

Sawah tadah

Sawah tadah

hujan

hujan

Letak ROB

Letak LOB

Gajagan,

Jangkang,

Banjaroya,

Karangtalun,

Kalibawang, Kulon

Ngluwar,

Progo, D.I.Y.

Magelang, Jateng

Duwet Dua,
Agr
I

1,93 m

Sawah,

Pemukiman,

Banjarharjo,

Pemukiman

Sawah

Kalibawang, Kulon
Progo, D.I.Y.

Deg
II

Agr
II

Sawah, Sawah
1,92 m

tadah hujan,

Sawah

Kebun

2,30 m

Sawah

Gudikan, Bligo,
Ngluwar,
Magelang, Jateng

Kembang,

Plataran,

Banjarharjo,

Banyurejo,

Kalibawang, Kulon

Ngluwar,

Progo, D.I.Y.

Magelang, Jateng

Sawah, Tanah

Kisik, Banjararum,

ladang,

Kalibawang, Kulon

Pemukiman

Progo, D.I.Y.

Kisik Minggir,
Sendangsari,
Minggir, Sleman,
D.I.Y.

104

Gambar 6.52 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah I hasil
pencitraan Google earth

Gambar 6.53 Area Degradasi I pada Daerah I

105

Gambar 5.54 Area Agradasi I pada Daerah I

Gambar 6.55 Area Degradasi II pada Daerah I

106

Gambar 5.56 Area Agradasi II pada Daerah I

Tabel 6.2 Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah II
Area

Landuse ROB

Landuse LOB

Letak ROB
Kisik,

Agr

1,74

Banjararum,
Sawah, Kebun

Pemukiman

Kalibawang,
Kulon Progo,
D.I.Y.

Letak LOB
Kisik Minggir,
Sendangsari,
Minggir, Sleman,
D.I.Y.

Ngemplak,

Jitar,

Agr

1,81

Kebun,

Pemukiman,

Kembang,

Sendangmulyo,

II

Pemukiman

Kebun

Nanggulan, Kulon

Minggir, Sleman,

Progo, D.I.Y.

D.I.Y.

Kebun,

Bantar Kulon,

Agr

1,24

Pemukiman,

Kebun,

Banguncipto,

III

Tanah Ladang,

Pemukiman

Sentolo, Kulon

Sawah

Progo, D.I.Y.

Klangon,
Argosari, Sedayu,
Bantul, D.I.Y.

107

Gambar 6.57 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah II
hasil pencitraan Google earth

Gambar 6.58 Area Agradasi I pada Daerah II

108

Gambar 6.59 Area Agradasi II pada Daerah II

Gambar 6.60 Area Agradasi III pada Daerah II

109

Tabel 6.3 Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah III
Area

Landuse ROB

Landuse LOB

Letak ROB
Mentobayan,

Deg

0,58

Pemukiman,

Kebun,

Salamrejo,

Kebun

Pemukiman

Sentolo, Kulon
Progo, D.I.Y.

Letak LOB
Cawan, Argodadi,
Sedayu, Bantul,
D.I.Y.

Wonobroto,

Plambongan,

Agr

0,20

Pemukiman,

Kebun,

Tuksono, Sentolo,

Triwidadi,

Kebun

Pemukiman

Kulon Progo,

Sendangsari,

D.I.Y.

Bantul, D.I.Y.

Gambar 6.61 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah III
hasil pencitraan Google earth

110

Gambar 6.62 Area Degradasi pada Daerah III

Gambar 6.63 Area Agradasi pada Daerah III

111

E. Pembacaan Volume Sedimen Berdasarkan Musim


Dari data debit harian didapat rata-rata perbulan dari debit tersebut (lihat
Gambar 6.64). Rata-rata debit per bulan menjadi acuan sebagai pembacaan
kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi untuk perwakilan setiap bulan.

Debit (m3/s)

Grafik Debit Rata-rata per Bulan AWLR Duwet


180.00
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

Debit

Bulan

Gambar 6.64 Grafik debit rata-rata per bulan AWLR Duwet


Kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi setiap bulan dirata-rata
kembali dan dibagi menjadi 3 daerah. Rata-rata kedalaman dan ketebalan
dikalikan jarak dan lebar dan didapatlah volume sedimen seperti pada Gambar
6.65.

25000000

Grafik Volume Sedimen Terdegradasi dan Teragradasi

20000000

Volume (m3)

15000000

Musim Hujan

Musim Kemarau

10000000

Daerah I

50000000

Daerah II

Daerah III

-5000000
-1E+08
-1.5E+08
-2E+08

Bulan Oktober 2010 - Juni 2011

Gambar 6.65 Grafik volume sedimen terdegradasi dan teragradasi

112

Pembagian grafik diatas dibagi menjadi 3 daerah dan 2 musim. Dilihat dari
grafik menunjukan terjadi degradasi maksimum di Daerah I pada bulan Desember
2010. Agradasi tertinggi di Daerah II pada bulan Desember 2010. Dari grafik
debit hujan rata-rata per bulan AWLR Duwet menunjukkan bulan Oktobr 2010
yang mamiliki debit tertinggi. Kondisi saat itu aliran debris mulai memasuki
saluran utama Sungai Progo namun dengan angkutan sedimen yang masih sedikit.
Ketika bulan Desember 2010, aliran debris Sungai Progo mengakibatkan
degradasi yang sangat sebesar 165.535.188 m3 pada Daerah I, dan hasil degrasasi
tersebut teragradasi pada Daerah II pada bulan yang sama sebesar 199.929.250
m3 .
Volume sedimen terdiridari input sedimen dari lahar dingin dan gerusan
dasar sungai. Agradasi Daerah I didapat dari input sedimen lahar dingin dan
sedikit hasil degradasi Daerah I. Agradasi II didapat dari input sedimen
lahardingi, hasil dari degradasi Daerah I, dan degradasi Daerah II. Untuk Daerah
III agradasi didapat dari sedikit input sedimen, sedikit degradasi Daerah I dan II,
dan hasil degradasi Daerah III. Daerah II cenderung banyak terdapat agradasi
karena daerah tersebut telah dibangun beberapa groundsill yang mampu menehan
sedimen load. Daerah III akan cenderung lebih besar terjadi degradasi akibat
aliran yang berkonsentrasi sedimen rendah yang cenderung akan menggerus dasar
sungai walaupun tidak sebesar aliran debris. Agradasi lebih besar dari degradasi
ketika musim hujan dan dalam kondisi aliran debris. Namun akan berbalik ketika
musim kemarau yang terjadi degradasi yang lebih besar dari agradasi, ini terjadi
karena aliran tetap mengalir dan karena konsentrasi sedimen aliran telah rendah.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Kesimpulan dari simulasi sediment transport menggunakan HEC-RAS


4.1.0 adalah sebagai berikut:
1.

Terjadi perubahan morfologi secara signifikan pada aliaran Sungai Progo


pada bagian yang disimulasikan, yaitu daerah tengah hinggi hilir Sungai
Progo. Perubahan morfologi diakibatkan terjadinya degradsi dan agradasi
pada area-area tertentu. Pada pembagaian daerah, Daerah I dengan
kemiringan yang curam cenderung terjadi degradasi. Daerah II yang
memiliki kemiringan yang landai dan memiliki bangunan groundsill
mendominasi terjadinya agradasi. Sedangkan pada Daerah III hanya
sedikit mengalami perubahan karena efek lahar dingin telah banyak
tertampung pada Daerah II yang memiliki bangunan groundsill.

2.

Daerah yang berpotensi terjadinya degradasi maupun agradasi dapat


ditampilkan dalam tabel 7.1 dibawah ini :

Tabel 7.1 Hasil analisis sedimen dan letak area rawan degradasi dan agradasi pada Sungai
Progo hilir
Daerah

II

Area

Posisi

Landuse

Letak

Deg
I

3,03
m

LOB

Pemukiman, Sawah
tadah hujan

Jangkang, Karangtalun,
Ngluwar, Magelang, Jateng

Agr
I

1,93
m

LOB

Pemukiman, Sawah

Gudikan, Bligo, Ngluwar,


Magelang, Jateng

Deg
II

1,92
m

ROB

Sawah, Sawah tadah


hujan, Kebun

Agr
II

2,30
m

ROB

Sawah

Agr
I

1,74
m

ROB

Sawah, Kebun

113

Kembang, Banjarharjo,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.
Kisik, Banjararum,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.
Kisik, Banjararum,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.

114

Agr
II

1,81
m

ROB

Kebun, Pemukiman

Ngemplak, Kembang,
Nanggulan, Kulon Progo,
D.I.Y.

Agr
III

1,24
m

ROB

Kebun, Pemukiman,
Tanah Ladang, Sawah

Bantar Kulon, Banguncipto,


Sentolo, Kulon Progo, D.I.Y.

Deg

0,58
m

LOB

Kebun, Pemukiman

Cawan, Argodadi, Sedayu,


Bantul, D.I.Y.

Agr

0,20
m

ROB

Pemukiman, Kebun

Wonobroto, Tuksono, Sentolo,


Kulon Progo, D.I.Y

III

B.

Saran

1. Saluran yang memiliki kemiringan curam sangat rawan terjadi degradasi,


dengan kondisi tersebut bisa dikendalikan dengan dibangunnya bangunan
groundsill pada daerah-daerah tersebut. Dengan dibangunnya groundsill
diharapkan dapat mengurangi degradasi pada daerah-daerah yang rawan
akan degradasi dan juga akan mengurangi dampak hasil degradasi yang
akan berdampak pada daerah hilir.
2. Perlu adanya studi khusus terhadap pengaruh sedimen terhadap aliran
sungai. Studi ini harus diperhatikan bagi para engineer perencana untuk
merencanakan bangunan yang akan dibangun pada aliran sungai.
3. Dengan jumlah materil yang teragradasi cukup banyak pada daerah hilir,
mengakibatkan adanya kegiatan penambangan / pengambilan material
tersebut. Namun dengan tidak adanya input sedimen pada lairan sungai
juga berakibat terjadinya degradasi oleh aliran itu sendiri. Jadi dihimbau
agar adanya kontrol terhadap aktivitas penambangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), HEC-RAS River Analysis System Users Manual, Washington
DC: Hydrologic Engineering Centre.
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Carbonneau, P.E., and Bergeron, N.E.: The effect of bed-load transport on mean
and turbulent flow properties, Geomorphology, Vol. 35, pp. 267-278,
2000.
Darby, S.E., and Thorne, C.R.: Development and testing of riverbank stability
analysis, Journal of Hydraulic Engineering, ASCE, Vol. 122, No. 8, pp.
443-454, 1996.
Duan, J.G.: Analytical approach to calculate rate of bank erosion, Journal of
Hydraulic Engineering, ASCE, Vol. 131, pp. 980-990, 2005.
Engelund, F., and Hansen, E., 1967. A Monograph on Sediment Transport in
Alluvial Streams. Teknisk Vorlag, Copenhagen, Denmark.
Hjulstrom, F. 1935. Studies Of The Morphological Activity Of Rivers As
Illustrated By The River Fyris. Bulletin of The Sweden.
Kamphuis, J.W.: Influence of sand or gravel on the erosion of cohesive sediment,
J. of Hyd. Research, Vol. 28, No. 1, pp. 43-53, 1990.
Legono, D.: Flood Phenomena in Yogyakarta, Indonesia, Discussion Handout,
Gadjah Mada University, 2008.
http://djokolegono.staff.tsipil.ugm.ac.id/files/2008/06/fenomena-banjirdiy.pdf
Manonama, Tiny. 2003, Fenomena Alamiah Erosi Dan Sedimentasi Sungai Progo
Hilir, UGM.
Osman, A.M., and Thorne, C.R.: Riverbank stability analysis I: Theory, Journal
of Hydraulic Engineering, Vol. 114, No. 2, pp. 134-150, 1988.
Schumm, S.A.:Fluvial geomorphology in river mechanics, Water Resources
Publication, Fort Collins, Co., pp. 365-395, 1971.

115

Selley, R.C., 1988, Applied Sedimentology, London: Academic Press


Shields, A.F., 1936, Sediment Movement Conducted, Technischen Hochschule,
Berlin.
Yang, Chi Ted. 2003. Sediment Transport. Krieger Publishing Company. Florida.

116

Lampiran 1a. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2010 (m /dt)


Nama Pos
No kode Pos
No In Database
Lintang Selatan
Bujur Timur

Duwet
2-82-3-2

Sungai
Progo
Luas DAS
1762 km2

Persamaan Garis Lengkung Debit


untuk H <

1m,Q=

44.4 ( H -

0.1 ) ^

1.8

m,Q=

44.4 ( H -

0.1 ) ^

1.8

0742'00''
11016'00''

Aliran ekstrim yang pernah terjadi selama tahun berjalan


max
min

MA
5.00
1.12

Q
775.78
46.01

Aliran Extrim yg pernah terjadi s/d thn


max
min

Thn
1995
1971

MA
7.11
0.18

Q
1122.00
0.36

Tahun

2010

Tanggal

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

154.61
140.97
136.99
105.81
100.00
131.76
151.84
114.18
182.05
179.06
139.64
134.37
153.22
188.08
219.52
153.22
183.55
163.06
165.92
173.17
192.65
226.07
214.67
261.83
231.03
232.70
185.05
185.05
201.96
234.37
227.72

192.65
142.31
121.58
158.81
222.78
286.97
277.87
244.51
195.73
183.55
197.28
195.73
217.90
224.42
201.96
232.70
234.37
263.59
253.11
244.51
206.68
208.27
197.28
167.36
163.06
164.49
195.73
217.90

179.06
149.09
179.06
200.39
260.08
143.66
158.81
303.66
270.69
274.27
251.38
265.36
182.05
168.80
179.06
200.39
165.92
217.90
254.84
260.08
286.97
279.68
254.84
192.65
188.08
194.19
185.05
165.92
174.63
237.73
194.19

171.71
163.06
138.31
145.01
189.60
163.06
154.61
151.84
174.63
150.46
221.15
201.96
185.05
180.55
197.28
203.53
185.05
188.08
186.56
167.36
198.84
227.72
208.27
188.08
192.65
161.64
149.09
157.40
161.64
153.22

145.01
145.01
145.01
135.68
167.36
174.63
134.37
134.37
167.36
147.72
153.22
247.93
307.43
290.64
526.33
279.68
294.33
219.52
205.10
260.08
234.37
205.10
197.28
270.69
229.37
tad
tad
tad
tad
tad
tad

189.60
171.71
163.06
163.06
tad
tad
222.78
265.36
tad
tad
tad
tad
tad
tad
191.12
143.66
153.22
153.22
145.01
126.62
129.18
122.83
103.47
98.86
96.59
tad
tad
tad
tad
114.18

tad
tad
tad
104.63
83.46
83.46
83.46
81.36
81.36
81.36
81.36
81.36
84.53
83.46
63.51
68.27
tad
tad
61.65
52.71
48.48
46.01
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad

tad
tad
tad
76.21
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
51.00
47.65
51.85
47.65
60.72
88.83
67.31
tad
tad
tad
tad
127.90
104.63
101.15
157.40
81.36
68.27
59.81
57.10
112.96

79.28
82.41
tad
tad
tad
tad
147.72
186.56
200.39
167.36
149.09
177.58
176.11
161.64
136.99
129.18
tad
tad
tad
117.85
201.96
192.65
174.63
279.68
126.62
135.68
135.68
120.33
102.31
109.36

116.62
101.15
86.67
85.59
122.83
134.37
186.56
157.40
136.99
93.23
76.21
79.28
65.39
85.59
261.83
176.11
214.67
236.05
229.37
174.63
258.33
206.68
185.05
201.96
208.27
188.08
192.65
161.64
149.09
157.40
161.64

111.76
104.63
124.09
146.36
163.06
177.58
160.22
136.99
130.47
130.47
130.47
130.47
130.47
130.47
150.46
125.35
125.35
126.62
122.83
121.58
121.58
154.61
145.01
164.49
186.56
164.49
179.06
189.60
201.96
224.42

192.65
179.06
198.84
191.12
165.92
208.27
209.86
211.46
165.92
157.40
140.97
140.97
136.99
135.68
136.99
129.18
151.84
156.00
156.00
143.66
140.97
121.58
140.97
146.36
109.36
112.96
133.06
183.55
164.49
124.09
115.40

261.83
176.26
100.00
148.81
0.00
202.00
0.00

286.97
207.61
121.58
204.27
0.00
211.47
0.00

303.66
213.50
143.66
211.03
0.00
215.82
0.00

227.72
177.25
138.31
172.55
0.00
181.94
0.00

tad
tad
tad
201.47
0.00
tad
6.00
216.70

tad
tad
tad
tad
8.00
126.08
4.00
152.97

tad
tad
tad
82.78
3.00
tad
11.00
74.73

tad
tad
tad
tad
10.00
90.62
4.00
80.11

279.68
151.79
79.28
151.38
4.00
152.16
3.00
151.79

261.83
157.78
65.39
119.31
0.00
193.85
0.00
157.78

224.42
147.05
104.63
137.20
0.00
156.90
0.00

211.46
154.89
109.36
171.47
0.00
139.34
0.00

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Maximum
Rerata bulanan
Minimum
Rerata (1-15)
Jml. data kosong
Rerata (16-31)
Jml. data kosong

600
500
400
Debit (m3/dt)

2010

300
200
100
0
01-Jan
-100

01-Feb

01-Mar

01-Apr

01-Mei

01-Jun

01-Jul

01-Agust

01-Sep

01-Okt

01-Nop

Catatan :
Perhitungan statistik tidak dilakukan bilamana jumlah data kosong dalam setengah bulan >
Tampilan grafik debit harian negatif berarti pada tanggal tersebut tidak ada data debit harian

lampiran 1 wlqday-Duwet 2007-2013\2010 ;31/03/2015

117

5 hari

01-Des

Lampiran 1b. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2011 (m3/dt)


Nama Pos
No kode Pos
No In Database
Lintang Selatan
Bujur Timur

Duwet
2-82-3-2

Sungai
Progo
Luas DAS
1762 km2

Persamaan Garis Lengkung Debit


untuk H <

1m,Q=

44.4 ( H -

0.1 ) ^

1.8

m,Q=

44.4 ( H -

0.1 ) ^

1.8

07.41'45"
110.15'57"

Aliran ekstrim yang pernah terjadi selama tahun berjalan


max
min

MA
5.00
1.12

Tahun

2011

Tanggal

Jan

Feb

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

105.81
100.00
131.76
151.84
114.18
182.05
179.06
139.64
134.37
146.36
121.58
97.72
95.46
95.46
115.40
112.96
124.09
151.84
114.18
157.40
139.64
122.83
133.06
135.68
153.22
145.01
126.62
129.18
122.83
103.47
98.86

66.35
69.24
109.36
214.67
109.36
214.67
176.11
0.70
168.80
140.97
109.36
40.48
52.71
52.71
48.48
36.73
40.48
44.40
36.73
46.01
36.73
29.71
29.71
31.75
31.06
40.48
36.73
44.40

Maximum
Rerata bulanan
Minimum
Rerata (1-15)
Jml. data kosong
Rerata (16-31)
Jml. data kosong

182.05
128.44
95.46
127.38
0.00
129.43
0.00
128.44

214.67
73.53
0.70
104.93
0.00
37.30
0.00

Aliran Extrim yg pernah terjadi s/d thn

Q
775.78
46.01

Mar

max
min

Jun

Jul

Ags

Sep

MA
7.11
0.18

Okt

Nop

Des

Mei

140.97
0.68
136.99
134.37
121.58
115.40
103.47
92.12
154.61
168.80
165.92
161.64
154.61
140.97
147.72
134.37
124.09
115.40
109.36
191.12
154.61
168.80
167.36
168.80
191.12
161.64
157.40
154.61
161.64
154.61
206.68

176.11
168.80
188.08
214.67
176.11
147.72
136.99
140.97
147.72
140.97
127.90
115.40
92.12
81.36
71.20
67.31
61.65
55.15
52.71
48.48
44.40
52.71
57.10
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71

57.10
64.45
61.65
71.20
140.97
134.37
134.37
127.90
134.37
97.72
81.36
71.20
61.65
52.71
36.73
40.48
36.73
36.73
81.36
140.97
138.31
135.68
140.97
136.99
140.97
138.31
127.90
117.85
103.47
105.81
105.81

92.12
81.36
81.36
81.36
76.21
76.21
71.20
71.20
71.20
54.62
47.65
47.65
47.65
48.48
51.00
50.15
48.48
51.00
50.15
48.48
48.48
44.40
44.40
44.40
42.81
42.81
40.48
36.73
36.73
36.73

48.48
51.85
51.00
44.40
44.40
48.48
44.40
40.48
36.73
44.40
36.73
44.40
44.40
40.48
44.40
44.40
48.48
48.48
40.48
40.48
0.00
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
40.48
36.73

36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
tad
tad
tad
tad
tad
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
5.08
15.14
16.14

16.14
15.14
14.65
15.14
14.65
10.97
10.55
9.32
8.53
8.15
8.53
18.78
6.04
5.71
6.04
5.71
5.08
5.71
16.14
8.53
7.78
7.42
6.04
5.71
5.71
8.53
3.40
3.40
3.40
3.40

4.78
3.93
10.55
3.66
3.40
3.66
3.66
3.66
3.66
5.71
7.78
4.49
4.21
3.93
3.93
3.93
10.55
27.74
15.64
21.59
32.44
23.97
38.21
80.32
38.21
30.38
38.96
85.59
76.21
56.21
76.21

158.81
130.47
114.18
153.22
117.85
104.63
89.92
115.40
153.22
127.90
75.19
80.32
88.83
108.17
30.38
27.74
26.45
33.14
39.72
50.15
49.31
35.27
38.21
38.96
31.75
25.82
21.59
27.09
79.28
124.09

96.59
84.53
103.47
147.72
112.96
82.41
68.27
81.36
70.22
59.81
70.22
66.35
79.28
93.23
120.33
122.83
126.62
130.47
105.81
176.11
140.97
97.72
95.46
150.46
142.31
119.09
124.09
93.23
134.37
112.96
130.47

206.68
143.92
0.68
129.32
0.00
157.60
0.00

214.67
97.82
44.40
141.74
0.00
53.90
0.00

140.97
98.58
36.73
88.52
0.00
108.02
0.00

92.12
55.52
36.73
66.62
0.00
44.42
0.00

51.85
42.57
0.00
44.34
0.00
40.92
0.00

36.73
25.21
5.08
36.73
0.00
9.51
5.00

18.78
8.81
3.40
11.22
0.00
6.40
0.00

85.59
23.46
3.40
4.73
0.00
41.01
0.00

158.81
76.57
21.59
109.90
0.00
43.24
0.00

176.11
107.73
59.81
89.12
0.00
125.19
0.00

Debit (m3/dt)

200
150
100
50
0
01-Feb

01-Mar

01-Apr

01-Mei

01-Jun

01-Jul

01-Agust

01-Sep

01-Okt

01-Nop

Catatan :
Perhitungan statistik tidak dilakukan bilamana jumlah data kosong dalam setengah bulan >
Tampilan grafik debit harian negatif berarti pada tanggal tersebut tidak ada data debit harian

lampiran 1 wlqday-Duwet 2007-2013\2011 ;31/03/2015

Q
1122.00
0.36

Apr

250

01-Jan
-50

2011

Thn
1995
1971

118

5 hari

01-Des

Lampiran 2a. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung Hulu

No. Sieve Sizes


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total

Weight Retained Each


Cummulative % Weight Cummulative % Weight
% Weight Retainde (%)
Retained (%)
Retained (%)
Sieve (gr)
14.33
99.42
233.67
141.88
143.18
168.64
74.75
120.26
71.75
77.44
1145.32

No.20

1.25117871
8.680543429
20.40215835
12.38780428
12.50130968
14.7242692
6.526560263
10.50012224
6.264624734
6.76142912

No.1

No.

No.3

No.1

1.25117871
9.931722139
30.33388049
42.72168477
55.22299445
69.94726365
76.47382391
86.97394615
93.23857088
100

No.8

No.4

3/8"1/2" 3/4"

98.74882129
90.06827786
69.66611951
57.27831523
44.77700555
30.05273635
23.52617609
13.02605385
6.76142912
2.13163E-14

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01

0.1
0.075

x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1

1
0.15

0.3

0.6

1.18

y/massa
2.13163E-14
6.76142912
13.02605385
23.52617609
30.05273635
44.77700555
57.27831523
69.66611951
90.06827786
98.74882129

119

10
2.36

4.75

25.4 38.1
9.52
12.7 19.1

Lampiran 2b. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung Hilir

No. Sieve Sizes


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total

Weight Retained Each


Cummulative % Weight Cummulative % Weight
% Weight Retainde (%)
Sieve (gr)
Retained (%)
Retained (%)
97.54
6.1603173
6.1603173
93.8396827
287.42
18.15253638
24.31285368
75.68714632
184.9
11.67769806
35.99055174
64.00944826
113.46
7.16577405
43.15632579
56.84367421
222.33
14.04165825
57.19798403
42.80201597
289.09
18.25800829
75.45599232
24.54400768
117.98
7.451242926
82.90723525
17.09276475
198.05
12.50821039
95.41544563
4.584554365
53.31
3.366890663
98.7823363
1.217663703
19.28
1.217663703
100
7.54952E-15
1583.36

No.20

No.1

No.

No.3

No.1

No.8

No.4

3/8"
3/4"
1/2"

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01

0.1
0.075

x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1

1
0.15

0.3

0.6

1.18

y/massa
0.00
0.00
5.21
15.91
39.94
46.38
60.64
73.32
77.66
83.92

120

10
2.36

4.75

9.52
19.1
12.7
25.4 38.1

Lampiran 2c. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hulu

No. Sieve Sizes


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total

Weight Retained Each


Cummulative % Weight Cummulative % Weight
% Weight Retainde (%)
Retained (%)
Retained (%)
Sieve (gr)
0
0
0
100
0
0
0
100
1.13
0.177804352
0.177804352
99.82219565
5.46
0.859125454
1.036929807
98.96307019
8.02
1.261938854
2.298868661
97.70113134
5
0.786744922
3.085613582
96.91438642
3.4
0.534986547
3.620600129
96.37939987
46.28
7.282110994
10.90271112
89.09728888
255.4
40.18693059
51.08964172
48.91035828
310.84
48.91035828
100
0
635.53

No.20

No.1

No.

No.3

No.1

No.8

No.4

3/8"1/2" 3/4"

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01

0.1
0.075

x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1

0.15

1
0.3

1.18

0.6

y/massa
0
48.91035828
89.09728888
96.37939987
96.91438642
97.70113134
98.96307019
99.82219565
100
100

121

10
2.36

4.75

9.5212.7 19.125.438.1

Lampiran 2d. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hilir

No. Sieve Sizes


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total

Weight Retained Each


Cummulative % Weight Cummulative % Weight
% Weight Retainde (%)
Retained (%)
Retained (%)
Sieve (gr)
308.32
271.7433457
271.7433457
-171.74
251.52
221.6816499
493.4249956
-393.42
175.44
154.6271814
648.052177
-548.05
95.61
84.26758329
732.3197603
-632.32
170.44
150.220342
882.5401022
-782.54
257.01
226.5203596
1109.060462
-1009.06
124.07
109.3513132
1218.411775
-1118.41
179.41
158.1262119
1376.537987
-1276.54
115.98
102.2210471
1478.759034
-1378.76
149.82
132.0465362
1610.80557
-1510.81
1827.62

No.20

No.1

No.

No.3

No.1

No.8

No.4

3/8"1/2"3/4"

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01

0.1
0.075

x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1

0.15

1
0.3

0.6

1.18

y/massa
0
8.178611317
14.48618284
24.30084816
31.05572204
45.16095144
54.47965852
59.66095697
69.25611792
83.05780098

122

10
2.36

4.75

9.5212.719.125.4 38.1

Lampiran 3a. Area pengambilan sampel 1 dan 2 pada daerah Jembatan Srowol

Lampiran 3b. Area pengambilan sampel 3 dan 4 pada daerah Jembatan Kebon
Agung

123

Lampiran 4. Kalibrasi volume sedimen pemodelan dengan volume sedimen kondisi eksisting
Pemodelan
Jarak (m)
50
50
50
50
50
25
25
25
25
25
27.9514
21.5828
25
25
25
25
25
25

Jarak
Komulatif
(m)
50
100
150
200
250
275
300
325
350
375
402.9514
424.5342
449.5342
474.5342
499.5342
524.5342
549.5342
574.5342

Lebar
Saluran (m)

Elevasi
Awal (m)

88.6710541 64.8224
88.6710541 64.67592
88.6710541 64.52944
88.6710541 64.38297
88.6710541 64.2365
88.6710541 64.16325
88.6710541 64.09002
88.6710541 64.01678
88.6710541 63.94354
88.6710541 63.87031
88.6710541 63.78842
88.6710541 63.7252
88.6710541 63.65196
88.6710541 63.57872
88.6710541 63.50548
88.6710541 63.43224
88.6710541 63.35901
88.6710541 63.28577
Volume Total

Elevasi
Akhir (m)
65.8
65.81
65.37
65.51
65.02
65.26
64.8
65.03
64.72
64.75
64.46
64.58
64.25
64.39
64.09
64.19
63.93
63.97

Tebal
Sedimen
(m)
0.9776
1.13408
0.84056
1.12703
0.7835
1.09675
0.70998
1.01322
0.77646
0.87969
0.67158
0.8548
0.59804
0.81128
0.58452
0.75776
0.57099
0.68423

Volume
Sedimen
(m3)
4334.24112
5028.00345
3726.66706
4996.7469
3473.68854
2431.24946
1573.86687
2246.08214
1721.23817
1950.07599
1664.49767
1635.89028
1325.72093
1798.42632
1295.75011
1679.78445
1265.75713
1516.78488
43664.4715

124

Jarak (m)

600

Kondisi Eksisting
Lebar
Tebal
Lebar Tanah
Sedimen
Sedimen
Asli (m)
Atas (m)
(m)

29

Volume Total

30

Volume
Sedimen
(m3)

43500

43500

Lampiran 5a. Area kalibrasi sedimen kondisi eksisting

600 m

Lampiran 5b. Area kalibrasi sedimen kondisi eksisting pada tahun 2010

125

Lampiran 5c. Kondisi sedimen untuk kalibrasi

Sedimen

Tanah Asli

126

PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 05
AGR

AGR
DGR

DGR

JARAK 41000 - 51000 m


DGR

DGR

KETERANGAN

160

80

JEMBATAN ANCOL

100

INTAKE KALIBAWANG

120

INTAKE SELOKAN MATARAM

ELEVASI (m)

140

PEMUKIMAN

KEBUN

SAWAH

TL

TANAH LADANG

STH

SAWAH TADAH
HUJAN

BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR
ELEVASI LOB & ROB

42000

44000

46000

48000

50000

JARAK (m)
S

STH

STH

ROB
P

TL

STH

AGR

AGRADASI

DGR

DEGRADASI

LOB

LEFT OF BANK

ROB

RIGHT OF BANK

LOB
0

2 Km

PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 04
AGR

AGR

JARAK 32000 - 42000 m

JEMBATAN KEBUN AGUNG II

KETERANGAN

GROUNDSILL NGAPAK

ELEVASI (m)

100

80

JEMBATAN NGAPAK

120

PEMUKIMAN

KEBUN

SAWAH

TL

TANAH LADANG

STH

SAWAH TADAH
HUJAN

BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN

60
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR

40

ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR

32000

34000

36000

38000

40000

ELEVASI LOB & ROB

42000

JARAK (m)
K

AGR

AGRADASI

DGR

DEGRADASI

LOB

LEFT OF BANK

ROB

RIGHT OF BANK

ROB
P

STH

LOB
0

2 Km

PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 03
AGR

JARAK 22000 - 32000 m

ELEVASI (m)

60

JEMBATAN REL K.A

80

JEMBATAN BANTAR

GROUNDSILL BANTAR

KETERANGAN
P

PEMUKIMAN

KEBUN

SAWAH

TL

TANAH LADANG

STH

SAWAH TADAH
HUJAN

40

BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN

20
GROUNDSILL
BENDUNG

AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR

22000

24000

26000

28000

32000

30000

ELEVASI LOB & ROB

JARAK (m)
P

TL

TL

AGR

AGRADASI

DGR

DEGRADASI

LOB

LEFT OF BANK

ROB

RIGHT OF BANK

ROB
K

TL

LOB
0

2 Km

PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 02
JARAK 12000 - 22000 m
KETERANGAN

80

ELEVASI (m)

60

PEMUKIMAN

KEBUN

SAWAH

TL

TANAH LADANG

STH

SAWAH TADAH
HUJAN

40

BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN

20
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR

ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR

12000

14000

16000

18000

20000

ELEVASI LOB & ROB

22000

JARAK (m)
TL

K TL

AGR

AGRADASI

DGR

DEGRADASI

LOB

LEFT OF BANK

ROB

RIGHT OF BANK

ROB
P

LOB
0

2 Km

PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 01
JARAK 0 - 12000 m

ELEVASI (m)

BENDUNG SAPON

40

JEMBATAN SRANDAKAN

GROUNDSILL SRANDAKAN

KETERANGAN

20

PEMUKIMAN

KEBUN

SAWAH

TL

TANAH LADANG

STH

SAWAH TADAH
HUJAN

BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN

0
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI

-20

ELEVASI MUKA AIR

2000

4000

6000

8000

10000

ELEVASI LOB & ROB

12000

JARAK (m)
TL

TL

AGR

AGRADASI

DGR

DEGRADASI

LOB

LEFT OF BANK

ROB

RIGHT OF BANK

ROB
K

TL

P TL

TL

TL

TL

TL

TL

LOB

2 Km

Lampiran 7. Nilai kekasaran manning


Tipe Saluran dan Deskripsinya
A.

Minimum

Normal

Maksimum

Saluran, dilapis atau dipoles


A-1 Logam
a.

Baja dengan permukaan licin


1.

Tidak dicat

0,011

0,012

0,014

2.

dicat

0,012

0,013

0,017

0,021

0,025

0,03

b.

Baja dengan permukaan bergelombang


A-2 Bukan Logam

a.

Semen
1.

Acian

0,01

0,011

0,013

2.

Adukan

0,011

0,013

0,015

b.

Kayu
1.

Diserut, tidak diawetkan

0,01

0,012

0,014

2.

Diserut, diawetkan dengan creosote

0,011

0,012

0,015

3.

Tidak diserut

0,011

0,013

0,015

4.

Papan

0,012

0,015

0,018

5.

Dilapis dengan kertas kedap air

0,01

0,014

0,017

0,011

0,013

0,015

c.

Beton
1.

Dipoles dengan sendok kayu

132

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya

Normal

Maksimum

2.

Dipoles sedikit

0,013

0,015

0,016

3.

Dipoles

0,015

0,017

0,02

4.

Tidak dipoles

0,014

0,017

0,02

5.

Adukan semprot, penampang rata

0,016

0,019

0,023

0,018

0,022

0,025

6.

Adukan semprot, penampang

bergelombang

d.

Minimum

7.

Pada galian batu yang teratur

0,017

0,02

8.

Pada galian batu yang tak teratur

0,022

0,027

Dasar beton dipoles sedikit dengan


tebing dari
1.

Batu teratur dalam adukan

0,015

0,017

0,02

2.

Batu tak teratur dalam adukan

0,014

0,02

0,024

3.

Adukan batu, semen, diplester

0,016

0,02

0,024

4.

Adukan batu dan semen

0,02

0,025

0,03

5.

Batu kosong atau rip-rap

0,02

0,03

0,035

e.

f.

Dasar kerikil dengan tebing dari


1.

Batu acuan

0,017

0,02

0,025

2.

Batu tak teratur dalam adukan

0,02

0,023

0,026

3.

Batu kosong atau rip-rap

0,023

0,033

0,036

Bata

133

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya

Normal

Maksimum

1.

Diglasir

0,011

0,013

0,015

2.

Dalam adukan semen

0,012

0,015

0,018

g.

Pasangan batu
1.

Batu pecah disemen

0,017

0,025

0,03

2.

Batu kosong

0,023

0,032

0,035

0,013

0,015

0,017

h.

Batu potong, diatur

i.

Aspal
1.

Halus

0,013

0,013

2.

Kasar

0,016

0,016

j.
B.

Minimum

Lapisan dari tanaman

0,03

0,05

Digali atau dikeruk


a.

Tanah lurus dan seragam


1.

Bersih, baru dibuat

0,016

0,018

0,02

2.

Bersih, telah melapuk

0,018

0,022

0,025

3.

Kerikil, penampang seragam, bersih

0,022

0,025

0,03

0,022

0,027

0,033

0,023

0,025

0,03

0,025

0,03

0,033

4.

Berumput

pendek,

sedikit

tanaman pengganggu
b.

Tanah, berkelok-kelok dan tenang


1.
2.

Tanah tetumbuhan
Rumput

dengan

beberapa

tanaman pengganggu

134

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
3.

Minimum

Normal

Maksimum

0,03

0,035

0,04

0,028

0,03

0,035

0,025

0,035

0,04

0,03

0,04

0,05

Banyak tanaman pengganggu

atau tanaman air pada saluran yang


dalam
4.

Dasar tanah dengan tebing dari

batu pecah
5.

Dasar berbatu dengan tanaman

pengganggu pada tebing


6.

Dasar berkerakal dengan tebing

yang bersih

c.

Hasil galian atau kerukan


1.

Tanpa tetumbuhan

0,025

0,028

0,033

2.

Semak-semak kecil di tebing

0,035

0,05

0,06

d.

Pecahan batu
1.

Halus, seragam

0,025

0,035

0,04

2.

Tajam, tidak beraturan

0,035

0,04

0,05

0,05

0,08

0,12

e.

Saluran tidak dirawat, dengan

tanaman pengganggu dan belukar tidak


dipotong
1.

Banyak tanaman pengganggu

setinggi air

135

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya

Minimum

Normal

Maksimum

2.

Dasar bersih, belukar di tebing

0,04

0,05

0,08

3.

Idem, setinggi muka air tertinggi

0,045

0,07

0,11

4.

Banyak belukar setinggi air banjir

0,08

0,1

0,14

0,025

0,03

0,033

0,03

0,035

0,04

0,033

0,04

0,045

0,035

0,045

0,05

0,04

0,048

0,055

0,05

0,07

0,08

C.

Saluran Alam
C-1 Saluran kecil (lebih atas pada taraf
banjir < 100 kaki)
a.

Saluran di daratan
1.

Bersih lurus, terisi penuh,

tanpa rekahan atau ceruk dalam


2.

Seperti

di

atas,

banyak

batu-batu, tanaman pengganggu


3.

Bersih,

berkelok-kelok,

berceruk, bertebing
4.

Seperti

di

atas,

dengan

batu-batu, tanaman pengganggu


5.

Seperti di atas, tidak terisi

penuh,

banyak

kemiringan

dan

penampang yang kurang efektif


6.

Tenang pada bagian lurus,

tanaman pengganggu, ceruk dalam


b.

Saluran di pegunungan, tanpa

136

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
tetumbuhan
umumnya

di

saluran

terjal,

Minimum

Normal

Maksimum

0,03

0,04

0,05

0,04

0,05

0,07

tebing

pohon

dan

semak-semak sepanjang tebing


1.

Dasar: kerikil, kerakal dan

sedikit batu besar


2.

Dasar: kerakal dengan batu besar

C-2 Dataran Banjir


a.

Padang rumput tanpa belukar


1.

Rumput pendek

0,025

0,03

0,035

2.

Rumput tinggi

0,03

0,035

0,05

1.

Tanpa tanaman

0,02

0,03

0,04

2.

Tanaman dibariskan

0,025

0,035

0,045

3.

Tanaman tidak dibariskan

0,03

0,04

0,05

0,035

0,05

0,07

0,035

0,05

0,06

0,04

0,06

0,08

b.

c.

Belukar
1.

Belukar terpencar, banyak

tanaman pengganggu
2.

Belukar jarang dan pohon,

musim dingin
3.

Belukar jarang dan pohon,

musim semi

137

Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
4.

Minimum

Normal

Maksimum

0,045

0,07

0,11

0,07

0,1

0,16

Belukar sedang sampai rapat,

musim dingin
5.

Belukar

sedang

sampai

rapat,musimsemi
Sumber : Manual HEC-RAS (2010)

Lampiran 8. Hasil kalibrasi nilai kekasaran manning pada pemodelan


Parameter

Nilai

Koefisien Manning (n)


1. Aliran Lurus
a.

LOB

0,045

b. Channel

0,045

c.

0,045

ROB

2. Aliran Berbelok
a.

Sisi Dalam

0,047

b. Channel

0,045

c.

0,046

Sisi Luar

Kecepatan (v)
1. Kecepatan pengukuran di lapangan

1,620 m/dtk

2. Kecepatan hasil model

1,615 m/dtk

Kedalaman aliran (h)


1. Kedalaman pengukuran di lapangan

1,530 m

2. Kedalaman hasil model

1,533 m

138

Lampiran 9a. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Oktober 2010 - Desember 2010 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
Simulasi Sediment Transport Awal
No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

Koordinat Y Elv. Dasar


Sungai (m)
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Slope
Dasar
Sungai (m)

Angka
Froud

0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014

0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03

Simulasi Sediment Transport 28/10/2010

Tegangan Elv. Dasar


Slope
Geser
Kec. (m/s)
Sungai
Dasar
(m)
Sungai (m)
(N/m2)
2.05
2.05
2.05
1.5
1.21
0.64
1.03
0.79
0.64
0.62
0.17
0.16

82.81
82.91
82.71
40.16
24.34
5.66
16.77
9.17
5.65
8.64
0.44
0.37

151.69
150.72
149.14
64.02
50.54
48.68
31.29
30.12
29.38
7.6
2.04
1.85

Simulasi Sediment Transport Awal


No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

Koordinat Y Elv. Dasar


Sungai (m)
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Slope
Dasar
Sungai (m)

Angka
Froud

Kec. (m/s)

0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014

0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03

2.05
2.05
2.05
1.5
1.21
0.64
1.03
0.79
0.64
0.62
0.17
0.16

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

Koordinat Y Elv. Dasar


Sungai (m)
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Slope
Dasar
Sungai (m)

Angka
Froud

Kec. (m/s)

0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014

0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03

2.05
2.05
2.05
1.5
1.21
0.64
1.03
0.79
0.64
0.62
0.17
0.16

139

Kec. (m/s)

1
0.4
0.63
0.39
0.3
0.1
0.22
0.14
0.1
0.23
0.03
0.03

2.62
1.42
1.92
1.41
1.16
0.58
0.97
0.72
0.57
0.58
0.15
0.14

Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
155.13
37.19
75.18
36.37
23.47
4.64
15.26
7.7
4.57
7.88
0.34
0.28

0.37
-0.19
-0.1
0
0.07
0.17
0.02
0
0.08
0
0
0.03

Simulasi Sediment Transport 04/11/2010


Tegangan Elv. Dasar
Slope
Geser
Sungai
Dasar
(m)
Sungai (m)
(N/m2)
82.81
82.91
82.71
40.16
24.34
5.66
16.77
9.17
5.65
8.64
0.44
0.37

151.81
150.51
149.05
64.03
50.65
48.75
31.32
30.14
29.39
7.6
2.04
1.85

Simulasi Sediment Transport Awal


No

0.023124
0.003039
0.008255
0.002945
0.001583
0.000161
0.000861
0.000328
0.000157
0.001285
0.000015
0.000011

Angka
Froud

0.023612
0.00161
0.001997
0.002948
0.001797
0.000154
0.000877
0.000306
0.00014
0.001283
0.000012
0.00001

Angka
Froud

Kec. (m/s)

1
0.3
0.33
0.39
0.31
0.1
0.22
0.14
0.1
0.23
0.03
0.03

2.54
1.13
1.2
1.35
1.16
0.55
0.94
0.68
0.53
0.56
0.14
0.13

Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
148.39
22.4
26.08
34.33
24.21
4.24
14.58
6.91
3.98
7.42
0.29
0.24

0.49
-0.4
-0.19
0.01
0.18
0.24
0.05
0.02
0.09
0
0
0.03

Simulasi Sediment Transport 18/12/2010


Tegangan Elv. Dasar
Slope
Geser
Sungai
Dasar
(m)
Sungai (m)
(N/m2)
82.81
82.91
82.71
40.16
24.34
5.66
16.77
9.17
5.65
8.64
0.44
0.37

151.15
150.53
148.65
64.13
51.22
49.73
31.55
30.41
29.61
7.6
2.04
1.85

0.01301
0.003245
0.001173
0.002964
0.002032
0.000598
0.000993
0.000453
0.000193
0.001284
0.000014
0.000011

Angka
Froud

Kec. (m/s)

0.77
0.41
0.26
0.39
0.33
0.19
0.24
0.17
0.11
0.23
0.03
0.03

2.17
1.43
1.05
1.39
1.24
0.85
1
0.78
0.6
0.57
0.15
0.14

Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
101.38
38.14
18.6
35.78
27.41
11.55
16.54
9.48
5.17
7.71
0.32
0.27

-0.17
-0.38
-0.59
0.11
0.75
1.22
0.28
0.29
0.31
0
0
0.03

Lampiran 9b. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Januari 2011 - Maret 2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

Koordinat Y

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

Koordinat Y

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

Koordinat Y

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Simulasi Sediment Transport 28/01/2011


Simulasi Sediment Transport Awal
Tegangan Elv. Dasar
Tegangan h Sediment (m)
Slope
Slope
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Kec. (m/s) Geser
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
(m)
(N/m2)
(N/m2)
0.008337
0.64
2.05
82.81
150.2
0.008334
0.62
1.76
66.26
-1.12
0.008351
0.64
2.05
82.91
149.78 0.008797
0.63
1.79
68.83
-1.13
0.008323
0.64
2.05
82.71
148.18 0.003102
0.4
1.31
33.05
-1.06
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.09
0.001016
0.24
0.93
15.04
0.07
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.51
0.002262
0.34
1.19
26.45
1.04
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.24
0.001479
0.28
1.04
19.61
1.73
0.000868
0.23
1.03
16.77
31.74
0.001029
0.24
0.94
15.18
0.47
0.00037
0.15
0.79
9.17
30.7
0.000588
0.19
0.79
10.22
0.58
0.00037
0.11
0.64
5.65
29.84
0.000204
0.11
0.57
4.82
0.54
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.00128
0.23
0.53
6.87
0
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.00001
0.03
0.12
0.23
0
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.000008
0.02
0.11
0.19
0.03

Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Simulasi Sediment Transport Awal


Simulasi Sediment Transport 02/02/2011
Slope
Tegangan Elv. Dasar
Slope
Tegangan h Sediment (m)
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Kec. (m/s) Geser
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
(m)
(N/m2)
(N/m2)
0.008337
0.64
2.05
82.81
150.66
0.02761
1
1.98
106.03
-0.66
0.008351
0.64
2.05
82.91
149.83 0.007239
0.55
1.32
41.43
-1.08
0.008323
0.64
2.05
82.71
148.24
0.00324
0.38
1.04
23.55
-1
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.16
0.0009
0.21
0.7
9.56
0.14
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.53
0.002477
0.34
0.96
19.5
1.06
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.26
0.001086
0.23
0.74
10.92
1.75
0.000868
0.23
1.03
16.77
31.75
0.001027
0.23
0.73
10.49
0.48
0.00037
0.15
0.79
9.17
30.73
0.000407
0.15
0.55
5.46
0.61
0.00037
0.11
0.64
5.65
29.86
0.000096
0.08
0.36
1.96
0.56
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.001259
0.21
0.41
4.68
0
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.000003
0.01
0.07
0.07
0
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.000003
0.01
0.06
0.06
0.03

Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Simulasi Sediment Transport Awal


Simulasi Sediment Transport 15/03/2011
Slope
Tegangan Elv. Dasar
Slope
Tegangan h Sediment (m)
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Kec. (m/s) Geser
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
(m)
(N/m2)
(N/m2)
0.008337
0.64
2.05
82.81
150.48
0.01333
0.78
2.14
99.84
-0.84
0.008351
0.64
2.05
82.91
149.89 0.007139
0.58
1.77
64.35
-1.02
0.008323
0.64
2.05
82.71
148.28 0.008418
0.63
1.87
72.26
-0.96
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.18
0.001487
0.29
1.1
21.3
0.16
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.59
0.002331
0.35
1.26
29.24
1.12
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.2
0.001446
0.28
1.09
20.88
1.69
0.000868
0.23
1.03
16.77
31.86
0.001042
0.24
0.99
16.57
0.59
0.00037
0.15
0.79
9.17
30.9
0.000791
0.21
0.91
13.64
0.78
0.00037
0.11
0.64
5.65
30.03
0.000307
0.14
0.68
6.97
0.73
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.001283
0.23
0.56
7.46
0
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.000013
0.03
0.14
0.29
0
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.00001
0.03
0.13
0.24
0.03

140

Lampiran 9c. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan April 2011 - Juni 2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

Elv. Dasar
Koordinat Y
Sungai
(m)
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

Koordinat Y

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

No

Jarak
(Km)

Bangunan Infrastruktur

Koordinat X

Koordinat Y

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095

Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan

418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71

9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24

151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82

Simulasi Sediment Transport Awal


Simulasi Sediment Transport 13/04/2011
Slope
Slope
Tegangan Elv. Dasar
Tegangan
h Sediment (m)
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
2
2
(m)
(N/m )
(N/m )
(m)
(m)
0.008337
0.64
2.05
82.81
148.82 0.010333
0.66
1.65
63.04
-2.5
0.008351
0.64
2.05
82.91
148.35 0.004442
0.45
1.28
34.83
-2.56
0.008323
0.64
2.05
82.71
147.17
0.02603
1
2.18
120.62
-2.07
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.23
0.001531
0.28
0.92
16.46
0.21
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.6
0.002627
0.36
1.09
24.07
1.13
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.18
0.001024
0.23
0.82
12.4
1.67
0.000868
0.23
1.03
16.77
31.99
0.001085
0.24
0.83
12.91
0.72
0.00037
0.15
0.79
9.17
31.01
0.000718
0.2
0.73
9.65
0.89
0.00037
0.11
0.64
5.65
30.29
0.000274
0.13
0.55
4.89
0.99
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.00127
0.22
0.46
5.58
0
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.000006
0.02
0.09
0.13
0
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.000004
0.02
0.08
0.1
0.03

Simulasi Sediment Transport Awal


Simulasi Sediment Transport 10/05/2011
Slope
Slope
Tegangan Elv. Dasar
Tegangan
Elv. Dasar
h Sediment (m)
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Sungai
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
2
2
(m)
(m)
(N/m )
(N/m )
(m)
(m)
151.32 0.008337
0.64
2.05
82.81
149.51 0.018793
0.87
2.02
99.4
-1.81
150.91 0.008351
0.64
2.05
82.91
148.88 0.005252
0.49
1.37
40.58
-2.03
149.24 0.008323
0.64
2.05
82.71
147.15
0.01992
0.9
2.05
103.54
-2.09
64.02
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.42
0.002658
0.36
1.12
25.13
0.4
50.47
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.64
0.002638
0.36
1.12
25
1.17
48.51
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.2
0.001134
0.24
0.86
13.79
1.69
31.27
0.000868
0.23
1.03
16.77
32.02
0.001071
0.24
0.85
13.25
0.75
30.12
0.00037
0.15
0.79
9.17
31.07
0.000789
0.21
0.77
10.67
0.95
29.3
0.00037
0.11
0.64
5.65
30.37
0.000339
0.14
0.6
5.88
1.07
7.6
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.001272
0.22
0.48
5.79
0
2.04
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.000006
0.02
0.1
0.14
0
1.82
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.000005
0.02
0.09
0.12
0.03
Simulasi Sediment Transport Awal
Simulasi Sediment Transport 10/06/2011
Slope
Slope
Tegangan Elv. Dasar
Tegangan
Elv. Dasar
h Sediment (m)
Angka
Angka
Dasar
Dasar
Geser
Sungai
Sungai
Kec. (m/s)
Kec. (m/s) Geser
Froud
Froud
Sungai
Sungai
2
2
(m)
(m)
(N/m )
(N/m )
(m)
(m)
151.32 0.008337
0.64
2.05
82.81
149.43 0.003707
0.4
0.98
22.48
-1.89
150.91 0.008351
0.64
2.05
82.91
149.2
0.025136
0.94
1.75
86.16
-1.71
149.24 0.008323
0.64
2.05
82.71
146.98 0.029166
1.01
1.83
95.64
-2.26
64.02
0.002986
0.4
1.5
40.16
64.48
0.002462
0.33
0.87
16.86
0.46
50.47
0.001469
0.29
1.21
24.34
51.66
0.002933
0.36
0.92
19.07
1.19
48.51
0.000188
0.11
0.64
5.66
50.22
0.000807
0.2
0.62
7.7
1.71
31.27
0.000868
0.23
1.03
16.77
32.08
0.001087
0.23
0.68
9.49
0.81
30.12
0.00037
0.15
0.79
9.17
31.14
0.00069
0.18
0.59
6.89
1.02
29.3
0.00037
0.11
0.64
5.65
30.51
0.000236
0.11
0.43
3.24
1.21
7.6
0.001288
0.24
0.62
8.64
7.6
0.001248
0.21
0.37
4.03
0
2.04
0.000019
0.04
0.17
0.44
2.04
0.000002
0.01
0.06
0.05
0
1.82
0.000014
0.03
0.16
0.37
1.85
0.000002
0.01
0.05
0.04
0.03

141

Lampiran 10a. Pengambilan sample sedimen di area hilir Jembatan Srowol

Lampiran 10b. Pengambilan sample sedimen di area hulu Jembatan Srowol

142

Lampiran 10c. Pengambilan sample sedimen di area Jembatan Kebon Agung II

Lampiran 10d. Pengambilan sample sedimen di area Jembatan Kebon Agung II

143

Lampiran 10e. Kondisi sedimeni pada area Jembatan Kebon Agung II

Lampiran 10f. Kondisi sedimeni pada area Jembatan Kebon Agung II

144

Lampiran 10g. Persiapan pengambilan data kedalaman dan kecepatan di area


Jembatan Kebon Agung II

Lampiran 10h. Perencanaa pengambilan data kedalaman dan kecepatan di area


Jembatan Kebon Agung II

145

Lampiran 10i. Pengambilan data kedalaman di area Jembatan Kebon Agung II

146

Lampiran 10j. Pengambilan data kedalaman di area Jembatan Kebon Agung II

Lampiran 10k. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar

147

Lampiran 10l. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar

Lampiran 10m. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar

148

Lampiran 10n. Kondisi penambangan pasir pada area hilir Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)

Lampiran 10o. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)

149

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA '

PROGRAM STUDI S1. TEKNIK SIPIL


Alamat: JI.

Barat, Tamantino, Knsihan, Bantul

y"~"v,,,.,"

55 J 83,

0274-387656 Fax,0274387646

2014/Gasal

LEMBAR MONITORING PELAKSANAAN TUGAS AKHIR


Nama'Mahasiswa
Ahmad Hakim Bintang Kuncoro
20110110184
Nomor Mahasiswa
Dosen Pembimbing : L Puji Harsanto,
Ph,D.
II. Jazaul Ikhsan,
MT, Ph.D.
Judul TA
Analisis Perubahan Karakteristik Sedimentasi Sungai
Merap[ 2010 Menggunakan Aplikasi HEC-RAS 4.1,0

M.T.,

Mulai TA
NO

1.

11 Desember 2014

Setelah Letusan

TA

TANGGAL

URAIAN

1"IYt'lAtXP) t"'-4;

2.
3,

4.

J"

11\V/i

{""~

-l

5.

6.
7.

~Q.D~~~

,v{Jk\ Ja~lA(otVtf

,1

Yogyakarra,
Dosen

MT, Ph.D,

II

Jazau\ lkhsan. ST. MT., Ph.D.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI Sl. TEKNIK SIPIL

Alarnal : 11. Lingkar Baral, Tamoillino, Knsihan, Banlul Yogyakartn 55183. Telp. 0274-387(,56 FO :>:.0274-387646
.

20!4!Gasai

LEMBAR MONITORING PELAKSANAAN TUGAS AKHIR


Nama Mahasiswa
Ahmad Hakim Bintang KUllcoro
Nomor Mahasiswa
20110110184
PhD.
Dosen Pembimbing : 1. Puji Harsanto, S.T.,
II. Jazaul Ikhsan, S.T., MT, Ph.D .
Analisis Perubahan Karakteristik Sedimentasi Sungai Progo Setelah Letusan Gunu:1g
Judul TA
Merapi 2010 Menggunakan Aplikasi HEC-RAS 4.1.0

M.T.,

: 11 Desember 2014

Muiai TA

NO

TANGGAL

\.

t T0~rv-fi.n- ;ZV I r

2.; .

kJ

URAIAN

P..Q.;.,.:--~. :-- &"-~

~,flW\)'- tvA'\

3. l2..G \ f<L\~Ili- 7.iJ'S


4.

Batas TA

1f( ~~/'-Cl.(; it) f.S'

rp-'\RAF DOSEN

I - P<~ ~(t t~

\(tA J~ \JO~~

'1 --,

~1~~ ~,,J&1f~ '-1.

V1/~.

j ~
h

.4lI''\ tl~\. Ss:dJ' r~"'\ -l~ h.~':.~[ $.~1vJ,; ~ V\)\fr


t'tM ~ rU)!7) V' .r:; ~ I~MVI'VYVI{l1)~((t~/' ~lJJv;
f~ 'N'''~ ~. ", ~ po 11) v:.1t[~ ,,-; trIA: h' ) (1 VlJ t
~

5.

311a~~J \~

Y'(\\

~~V\y~'

6.

<

7.
8.

.~

Nu-.~ ?-uIC

r I~~~ ~!~-

\9

9.

r /). Ct', Z~

10.

l~ IV"J.

:2)

I~~

vV "1..{) It

,10

..

~')n '

ti.\,,\t'{'-1

I-.:.-

S"; r"'W \.II.S \' rvV)~ \ ~.~~ VV'tI\h~ k

~~
~. ';'

nlJi
'j'-'\.) V\....~ r'v\J--~ ~. ~i\"~~'\, ~~
oJ

)v :~,-\~~ ~

~~~r

~~

v'"~ I"\.:). )

~~~

A~~,~r.

~lf"" v-t

II.
12.

13 .
\ 4.

15.

Yogyakarta,
sen Pembimbir.g J

Dosen Pembimbing Jl

~~"1

Jazaullkhsan, S.T., M.T., Ph.D.

HALAMANPERNYATAAN

Laporan tugas akhir dengan judul :

"Analisis Karakteristik Sedimentasi Sungai Progo Setelah Letusan Gunung


Merapi 2010 Menggunakan Aplikasi Hec-Ras 4.1.0"
Dikerjakan oleh :

Ahmad Hakim Bintang Kuncoro (20110110184)


Merupakan bag ian dari Penelitian Unggulan Prodi Teknik Sipi! Universitas
Muhammadiyah Y ogyakarta , dengan judu! :

"Pengembangan Metode Analisis Dan Tipe Konstruksi Jembatan Pada


Sungai Vulkanik"
Tim Peneliti
1. Sri Atmaja P. Rosyidi, S.T., MSc.Eng., Ph.D., PE
2. Bagus Soebandono, S.T. , M.T.
3. Mandiyo Priyo, Ir., M.T.
4. Sentot Hardwiyono, Ir., M.T., Ph .D

Yang membuat pernyataan

(Ahmad Hakim Bintang Kuncoro)

Nailla RlImplln llmu: Teknik

LAPORAN
PENELITIAN UNGG ULAN PHODI

PENGEMBANGAN ME1'OOE ANALISIS DAN 1'IPE KONSTI{UKSI

JEMI3ATAN PAOA SUNGAI VULKANIK

TIM PENGUSUL

l(etu(1: Sri Almaj(1 P. Rosyicii. ST .. iviSc.[ng ..

"'IIDN: 05150.:JnOI
Al1gg0l(1 I:

E3<1gu s Soebc1l1dol1o. ST .. kiT

NIDN: 0513058101
Anggol21 2: M ,lIldiyo Priyo. Ir.. MT

NIDN:0518025 501
Anggol21 3: Senlot H(1rd\\iyol1o. II' .. rvlT. PhD

NIDN: 0523125401

PI(OG RAM STUD I TCKNI K 51 PI L

FA\(ULTAS TLf(NI

UNIVERSITAS I\1UHAI\1MADIYAII YOGYAKARTA

FcbrUllri 2015

IIALAMAN PENGESAHAN
PENELlTIAN UN

N PHODl

Mctode Anal

Judul Penelitian

Sungai Vul

.iernb8t,m

Nama Rumpull IIrnu

I<onstl"uksi

ik

nik

KettIn Peneliti:

: Sri A

b. NIDN

.051504

c. J

. Leklol' KepalCl

Fungsiol181

d. Program

. Tekn ik Sipil

e. Nomor HP

: 0815

f. Alamat surel

,Ph

P Rosyidi,

a. Nama Lengk8p

87
11i I. co 111

i I)

(1)

Anggota Pen

a. Nama
b.NIDN
c. J

.MT

Soebnnciono,

10!
. Teknik Sipil

d.

1-1 P

e.

f. Alamat sUl"e!

il)

ld

Anggota Peneliti (2)


a.

: M<1l1Cr

Len

Priyo. il".

b. NIDN

c. Jab8t3n

ngsiol1ni

d.
e.

78

HP

f. Alamat sUle!

il)

Anggotn Pellelili

a.

Lengk8p

b. N1DN

Hald\viyollo. 11'.,

: 05231

c. J
. Teknik Sipil

d.

e.

fA

HP

18263683
I) . sento!

11

. PE

Biaya Penelitian :
- diusulkan ke UMY

: Rp. 19.000.000

- dana internal Prodi

. Rp.

dana institusi lain

. Rp.
Yogyakarta, 24-02-2015

Atmaja P Rosyi

:-lID : 0515047801

Laticf, M.A. . P

NIDN: 0512097501

Anda mungkin juga menyukai