Disusun Oleh :
AHMAD HAKIM BINTANG KUNCORO
NIM: 20110110184
TUGAS AKHIR
ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI SUNGAI PROGO
SETELAH LETUSAN GUNUNG MERAPI 2010 MENGGUNAKAN
APLIKASI HEC-RAS 4.1.0
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai
Jenjang Strata-1 (S1), Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
AHMAD HAKIM BINTANG KUNCORO
NIM: 20110110184
HALAMANPENGESAHAN
TUGASAKHIR
Disusun oleh :
Tim Penguji
Pembimbing I
Pembimbing II
Su
Penguji
Y ogyakarta,
2015
2.
3.
4.
Budhe Sri Hangraeni dan Pakdhe Mardjuki yang selalu mendoakan dan
memberi motivasi agar dapat meraih sukses di masa depan dan menjadi
kebanggaan keluarga.
iii
5.
Kakak tercinta Mbak Retno Dewi Promodia Ahsani, S.IP., M.PA. dan
Mas Yogi Mahespati, S.T. yang selalu mendoakan dan memberi motivasi
agar dapat meraih sukses di masa depan.
6.
7.
8.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puja puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Taala. Tidak
lupa sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad Shallahualaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabat. Setiap
kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya akhirnya saya
selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisis
Karakteristik Sedimentasi Sungai Progo Setelah Letusan Gunung Merapi
Menggunakan Aplikasi HEC-RAS 4.1.0. sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat
membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saransaran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :
1. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta selaku dosen pembimbing II.
Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta serta selaku dosen
pembimbing I. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta
petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.
4. Bapak Surya Budi Lesmana, S.T., M.T. sebagai dosen penguji. Terima kasih
atas masukan, saran dan koreksi terhadap Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Kedua orang tua saya yang tercinta, Ayah dan Ibu, serta keluarga besarku.
7. Para staf dan karyawan Fakultas Teknik yang banyak membantu dalam
administrasi akademis.
8. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2011, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya, kalian istimewa.
Demikian semua yang disebut di muka yang telah banyak turut andil
dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan tugas akhir ini,
semoga menjadikan amal baik dan mendapat balasan dari Allah Taala. Meskipun
demikian dengan segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat
kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk
penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.
Akhirnya hanya kepada Allah Taala jugalah kami serahkan segalanya,
sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan
akan penyusun terima segala saran dan kritik yang membangun demi baiknya
penyusunan ini, sehingga sang Rahim masih berkenan mengulurkan petunjuk dan
bimbingan-Nya.
Amien.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.. i
.. ii
Halaman Pengesahan
. iii
.............................................................................................. v
.................................................................................................... vii
Daftar Gambar
Daftar Tabel
............................................................................................. ix
................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran
.......................................................................................... xvii
.. xix
...................................................................................................... xxii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
... 1
B. Rumusan Masalah .. 3
C. Tujuan Penelitian
.. 3
... 4
D. Manfaat Penelitian
E. Batasan Masalah
... 4
..... 6
.... 11
.. 17
17
.. 19
.. 78
.. 110
.. 113
B. Saran .. 114
Daftar Pustaka
. 115
Lampiran .. 117
viii
DAFTAR GAMBAR
.. 6
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 3.1
.. 10
form dan struktur sedimen dalam sistem arus traksi (Simon dkk.,
1965) .. 14
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
. 22
angkut . 24
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Grafik Shield .. 28
Gambar 3.8
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
.. 41
42
47
. 53
56
. 60
.. 69
. 71
Gambar 5.61 Mengolah data debit AWLR menjadi data sediment load 71
Gambar 5.62 Save sediment data . 72
Gambar 5.63 Perform a sediment transport simulation 72
Gambar 5.64 Run sediment transport analysis 73
Gambar 5.65 Proses Computations
. 73
. 77
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Gambar 6.3
.. 79
Gambar 6.4
Gambar 6.5
Gambar 6.6
Gambar 6.7
Gambar 6.8
Gambar 6.9
. 86
xii
... 88
. 88
.... 93
Gambar 6.31 Agradasi pada area Jembatan Kebonagung setelah letusan Gunung
Merapi 2010 .... 93
Gambar 6.32 Perubahan agradasi di area Jembatan Kebonagung pada tanggal
07 Januari 2015 ... 94
Gambar 6.33 Kondisi awal slope dasar sungai di Daerah III pada tanggal
26 Oktober 2010 ..... 95
Gambar 6.34 Perubahan pada daerah peralihan 28 Oktober 2010 ... 95
Gambar 6.35 Kondisi Daerah III pada tanggal 04 November 2010 .. 96
Gambar 6.36 Kondisi Daerah III pada tanggal 18 Desember 2010 .. 96
Gambar 6.37 Kondisi Daerah III pada tanggal 28 Januari 2011 ... 97
xiii
Gambar 6.38 Kondisi Daerah III pada tanggal 02 Februari 2011 ..... 97
Gambar 6.39 Kondisi Daerah III pada tanggal 15 Maret 2011 ..... 97
Gambar 6.40 Kondisi Daerah III pada tanggal 13 April 2011 .. 98
Gambar 6.41 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Mei 2011 ... 98
Gambar 6.42 Kondisi Daerah III pada tanggal 10 Juni 2011 ... 98
Gambar 6.43 Kondisi Daerah III pada tanggal 29 Juni 2011
.. 99
Gambar 6.44 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir pada
Daerah III
.. 99
Gambar 6.45 Grafik kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi Daerah III.100
Gambar 6.46 Penampang memanjang cross section 518.975*
.... 100
.... 101
.... 103
Gambar 6.52 Penampang eksisting area degradasi dan agradasi pada Daerah I
hasil pencitraan Google earth ... 104
Gambar 6.53 Area Degradasi I pada Daerah I 104
Gambar 6.54 Area Agradasi I pada Daerah I
Gambar 6.55 Area Degradasi II pada Daerah I
105
. 105
. 108
108
Gambar 6.61 Penampang eksisting area degradasi dan agradasi pada Daerah III
hasil pencitraan Google earth ... 109
Gambar 6.62 Area Degradasi pada Daerah III 110
xiv
. 110
Gambar 6.55 Grafik debit rata-rata per bulan AWLR Duwet .... 111
Gambar 6.56 Grafik volume sedimen terdegradasi dan teragradasi .. 111
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
............................................................................. 16
Tabel 6.1
Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah I ... 102
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah III . 103
Tabel 7.1
Hasil analisis sedimen dan letak area rawan degradasi dan agradasi
pada Sungai Progo Hilir
.. 108
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2010 (m3/dt) .............. 117
Lampiran 1b. Debit pengamatan AWLR Duwet tahun 2011 (m3/dt) .............. 118
Lampiran 2a. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung
Hulu
................................................................................... 119
Lampiran 2b. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung
Hilir
.................................................................................... 120
Lampiran 2c. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hulu ..... 121
Lampiran 2d. Distribusi ukuran butiran pada area Jembtan Srowol Hilir ..... 122
Lampiran 3a. Area pengambilan sempel 1 dan 2 pada daerah Jembatan
Srowol
................................................................................. 123
............................................ 126
Lampiran 6a. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 05 .... 127
Lampiran 6b. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 04 .... 128
Lampiran 6c. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 03 .... 129
Lampiran 6d. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 02 .... 130
Lampiran 6c. Peta landuse Sungai Progo potongan memanjang lembar 01 .... 131
Lampiran 7.
...................................................... 132
Lampiran 8.
Lampiran 9a. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Oktober 2010
Desember 2010 menggunakan HEC-RAS 4.1.0 ...................... 139
Lampiran 9b. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Januari 2011 Maret
2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
xvii
...................................... 140
Lampiran 9c. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan April 2011 Juni
2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
..................................... 141
Lampiran 10a. Pengambilan sampel sedimen di area hilir Jembatan Srowol ... 142
Lampiran 10b. Pengambilan sampel sedimen di area hulu Jembatan Srowol ... 142
Lampiran 10c. Pengambilan sampel sedimen di area Jembatan Kebon
Agung II
.......................................................................... 143
.......................................................................... 143
Lampiran 10e. Kondisi sedimen pada area Jembatan Kebon Agung II .......... 144
Lampiran 10f. Kondisi sedimen pada area Jembatan Kebon Agung II .......... 144
Lampiran 10g. Persiapan pengambilan data kedalaman dan kecepatan di area
Jembatan Kebon Agung II
................................................... 145
................................................... 145
............................................................................. 146
............................................................................. 147
Lampiran 10k. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar.. 147
Lampiran 10l. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar.. 148
Lampiran 10m. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan
Bantar
.............................................................................. 148
Lampiran 10n. Kondisi penambangan pasir pada area hiir Jembatan Kebon Agung
I (Ngapak)
........................................................................... 149
Lampiran 10o. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)
................................................................ 149
xviii
Y1
Y2
Z1
Z2
V1
V2
: panjang ruas sungai antar kedua tampang yang diberi bobot menurutdebit
:representative friction slope antar kedua tampang,
Qc
: Kc / (Kc + Kf)
Kf
Ib
Vcr.b
Is
Vcr.s
Ib
Vcr.b
: kemiringan saluran
vs
Ct
d50
Vcr
U*
Qs
: tegangan
Qs
qs
geser (kg/m2)
xxi
INTISARI
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di
dunia, khususnya di pulau Jawa, Indonesia. Pada tanggal 26 Oktober 2010
Gunung Merapi mengalami letusan yang sangat besar. Material letusan yang
keluar menjadi lahar dingin ketika terjadi hujan di area sekitar Gunung Merapi.
Air hujan akan melarutkan dan menghanyutkan material letusan dan mengalir
menuju Sungai Progo. Sungai Progo merupakan sungai alami yang memiliki
salah satu hulu yang bersumber di Gunung Merapi. Kondisi tersebut
mengakibatkan Sungai Progo menerima dampak dari material yang terbawa oleh
lahar dingin. Upaya untuk mempertahankan fungsi dan umur rencana bangunan
penting di sepanjang Sungai Progo khususnya bagian hilir. Perlu pemodelan
transportasi sedimen untuk mengetahui siklus dan area rawan degradasi beserta
agradasi setelah terjadinya letusan yang dilanjutkan dengan banjir lahar dingin
Gunung Merapi tahun 2010. Pemodelan transportasi sedimen dalam penelitian
ini menggunakan software HEC-RAS 4.1.0.
Metode penelitian dilakukan dengan melakukan perbandingan antara
kondisi eksisting dan hasil simulasi menggunakan HEC-RAS untuk mendapatkan
nilai kekasaran Manning, dan volume angkutan sedimen.
Hasil penelitian menunjukkan pada Daerah I nilai degradasi dengan
kedalaman terbesar adalah 3,03 m dan terletak di Jangkang, Karangtalun,
Ngluwar, Magelang, Jateng, sebelah kiri saluran. Daerah II agradasi terbesar
terjadi di Ngemplak, Kembang, Nanggulan, Kulon Progo, D.I.Y. sebelah kanan
saluran dengan niali ketebalannya adalah 1,81 m. Sedangkan pada Daerah III
degradasi terdalam berada di Cawan, Argodadi, Sedayu, Bantul, D.I.Y. sebelah
kiri saluran dengan kedalaman 0,58 m.
Kata kunci : Erupsi Gunung Merapi, lahar dingin, kemiringan, energi, degradasi,
agradasi, HEC-RAS 4.1.0
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di
dunia, khususnya di pulau Jawa, Indonesia. Aktivitas vulkanik yang terjadi sering
kali mengakibatkan getaran dan letusan yang akan berdampak pada area di sekitar
Gunung Merapi. Dampak langsung yang terjadi adalah gempa vulkanik yang
mengakibatkan getaran yang mampu merusak bangunan pada frekuensi tertentu.
Munculnya awan panas atau sering disebut Wedhus Gembel oleh warga setempat,
yang merusak flora dan fauna pada area di sekitar Gunung Merapi. Keluarnya
material vulkanik berupa abu, pasir, bebatuan yang akan tertampung sementara
pada sungai-sungai di sekitar Gunung Merapi dan akan larut menjadi banjir lahar
dingin ketika hujan turun disekitar sungai tersebut.
Pada bulan Oktober 2010, terjadi beberapa kali getaran yang ditimbulkan
oleh aktivitas vulkanik Gunung Merapi, dan akhirnya pada tanggal 26 Oktober
tahun 2010 terjadi letusan yang cukup besar. Pada letusan tersebut Gunung
Merapi mengeluarkan awan panas atau Wedhus Gembel yang sangat tebal,
sehingga terjadi hujan abu yang pekat di daerah sekitar Gunung Merapi. Bahkan
daerah yang berada jauh dari Gunung Merapi juga merasakan adanya hujan abu,
karena tingginya awan panas dan hembusan angin yang meniup abu ke daerahdaerah yang jauh dari Gunung Merapi. Kejadian tersebut sangat banyak memakan
korban, baik manusia, harta, hewan ternak, ladang perkebunan dan pertanian.
Yang paling menarik perhatian adalah meninggalnya juru kunci Gunung Merapi
dengan posisi sujud yang ditemukan meninggal akibat letusan gunung Merapi
pada saat itu. Tidak hanya itu saja, diperkirakan 150 juta meter kubik material
vulkanik keluar dari Gunung Merapi dan tertampung sementara pada sungaisungai disekitar area letusan. Dampak meletusnya Gunung Merapi tidak sampai
disitu saja, beberapa hari setelah erupsi/letusan terjadi, hujan deras turun di daerah
Gunung Merapi. Akibat hujan deras tersebut, material-material yang tertampung
pada sungai-sungai disekitar letusan, larut dan terjadilah banjir lahar dingin
menuju ke hilir-hilir sungai tersebut.
Ada beberapa sungai yang mengalirkan banjir lahar dingin dari Gunung
Merapi menuju sungai-sungai besar. Salah satu sungai besar yang menerima
aliran lahar dingin Gunung Merapi adalah Sungai Progo. Sungai Progo adalah
sungai yang berhulu di daerah Gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah dan
hilirnya berada di Samudra Hindia yang berbatasan langsung dengan Daerah
Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Progo memiliki panjang
sungai utama sepanjang 138 km, luas DAS Progo sekitar 2380 km2, sisi barat
dibatasi oleh Gunung Sumbing, sisi timur oleh Gunung Merbabu dan Merapi.
Sungai Progo juga sebagai batas alami yang membatasi Daerah Administrasi
Kabupaten Kulonprogo dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Ada
beberapa anak Sungai Progo yang berhulu di Gunung Merapi yaitu, Kali Batang,
Kali Krasak, Kali Bedog, Kali Pabelan, dan Kali Blongkeng.
Dilihat dari kondisi alam, Gunung Merapi masuk kedalam DAS Progo.
Dari kondisi tersebut mengakibatkan Sungai Progo sebagai salah satu daerah yang
menerima dampak lahar dingin dari letusan Gunung Merapi. Dampak yang
diterima akan berpotensi merubah keadaan morfologi Sungai Progo. Material dari
lahar dingin akan berpotensi merubah siklus sedimen sepanjang Sungai Progo,
khususnya pada bagian hilir. Perubahan tersebut berpotensi mengakibatkan
terjadinya degadrasi dan agadrasi pada daerah-daerah tertentu secara signifikan.
Tidak hanya aliran Sungai Progo saja yang menerima dampak dari lahar
dingin Gunung Merapi, namun bangunan-bangunan di sepanjang Sungai progo
juga berpotensi mengalami dampak akibat lahar dingin yang masuk ke aliran
Sungai Porgo. Seperti intake Kalibawang dan intake Selokan Mataram yang
mengalami penambahan material pasir yang berpotensi menyumbatan saluran
akibat terjadinya agradasi disekitar saluran utamanya. Kemudian gerusan-gerusan
lokal yang terjadi pada pilar-pilar jembatan. Lalu terjadi kekurangan debit air pada
intake Kamijoro serta tidak berfungsinya intake Sapon akibat degradasi dasar
sungai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
2.
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
2.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
2.
E. Batasan Masalah
Untuk mempertajam hasil penelitian maka perlu adanya batasan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Elevasi (m)
Jarak (km)
tersebut maka dengan kemiringan seperti itu sudah dipastikan aliran akan
mengalir deras dengan membawa material yang tertampung. Energi yang
dihasilkan oleh aliran debris tersebut dipastikan sangat besar dan memiliki daya
rusak yang sangat tinggi.
Schumm (1971) mengklasifikasikan sungai dalam dua grup mayor. Grup
pertama adalah grup sungai dengan dasar sungai bebatuan dan grup kedua adalah
sungai sungai alamiah (alluvial). Pada grup pertama perubahan layout plan sungai
sangat lambat karena tebing dan dasar sungai umumnya bebatuan. Sedangkan
grup yang kedua adalah sungai dengan potensi perubahan geometri sungai besar.
Dari peta karakteristik topografi DAS Sungai Progo, Manonama (2003)
menyebutkan bahwa karakteristik anak Sungai Progo adalah termasuk dalam
kategori grup pertama, yaitu sungai dengan dasar bebatuan (bedrock controlled
channel). Alur sungai mulai dari Sungai Progo bagian tengah sampai dengan
muara adalah tergolong dengan sungai alluvial, yaitu sungai dengan material
dasar dan tebing sungai terbentuk oleh material endapan yang mudah tererosi.
Erosi tebing sungai dapat terjadi akibat adanya tiga proses, yaitu proses
geologi, geomorfologi, dan hidrolika. Dari ketiga proses tersebut sangat erat
kaitannya dengan proses sedimen transpor. Sehingga sedimen transpor menjadi
proses yang juga akan berpengaruh pada proses erosi tebing. Dengan dengan
demikian perlu diperhatikan pengaruh hidrolika dan sedimen transpor untuk
membangun konstruksi penahan tebing yang biasanya dibuat hanya memikirkan
kekokohan konstruksi saja. Sebagai contoh sederhana adalah pembangunan
dinding penahan tebing dengan pasangan batu. Bangunan tersebut terletak pada
geometri saluran yang berkelok dengan dasar saluran berupa pasir. Aliran
membentuk sandbar pada tengah saluran yang merubah alur aliran. Perubahan
aliran tersebut berubah menjadi aliran yang memiliki energi dan menggerus dasar
bangunan penahan tebing. Akhirnya bangunan tersebut mengalami kegagalan
konstruksi (lihat Gambar 2.2)
(a) Sandbar
Proses erosi tebing sungai dari sungai alluvial diteliti oleh Osman dan
Thorne (1988). Dalam perkembangannya konsep erosi tersebut dikembangkan
oleh Darby dan Thorne (1996) serta Duan, (2005). Pada konsep ini erosi pada
kaki tebing sungai menyebabkan tinggi relative awal (Ho) menjadi bertambah (H)
dan menjadikan energi potensial dari material tebing dengan berat (W) bertambah.
Sehingga ketika gaya geser (Fr) kurang dari gaya yang ditimbulkan oleh (W)
maka tebing sungai akan longsor dan terjadilah proses erosi tebing sungai.
Dengan kata lain proses terjadinya degradasi dasar sungai akan memicu terjadinya
erosi tebing sungai.
Gambar 2.3 Proses terjadinya erosi tebing sungaioleh Osman and Thorne (1988)
Gambar 2.4 Material endapan dari lahar Gunung Merapi di Kali Putih
10
(a)
(b)
Gambar 2.6 Erosi pada jembatan Srowol (a) Erosi pada sisi abutmen jembatan,
(b) Putusnya jembatan Srowol (http://sekilasberita.blogspot.jp/2010/12/jembatansrowol-jalur-alternatif.html)
11
B. Keaslian Penelitian
Permasalahan erosi tebing di sungai vulkanik merupakan hal yang perlu
dimengerti dengan benar oleh para praktisi. Pemahaman fenomena degradasi dan
agradasi pada sungai menjadi penting untuk diketahui dalam mengelola
konstruksi di sungai vulkanik. Sungai Progo yang melintas dari sisi Utara sampai
sisi Selatan Yogyakarta merupakan sungai vulkanik yang morfologinya berubah
dengan cepat setelah terjadinya letusan Gunung Merapi. Jembatan yang melintang
pada sungai di antaranya, Jembatan Srandakan, Jembatan Bantar, Jembatan rel
kereta Bantar, Jembatan Kebon Agung I dan II. Konstruksi jembatan yang
terdapat pada sungai tersebut harus dikelola dengan baik untuk keberlangsungan
struktur. Proses degradasi sungai menjadi infromasi penting dalam hal
pemeliharaan insfrastruktur jembatan. Belum adanya informasi tentang proses
degradasi dan agradasi sungai secara potongan memanjang sungai, maka perlu
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperkirakan kedalaman erosi dan
ketinggian endapan sedimen.
BAB III
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Umum
B.
Cairan
vs L
vs L
Gaya inersia
(3.1)
Gaya viskos
dengan:
12
13
vs
= kecepatan fluida,
= panjang karakteristik,
garis aliran sejajar dengan batas permukaan. Sebaliknya bila angka Reynold besar
aliran akan berubah menjadi turbulen. Angka Reynold, pada aliran dalam tabung
batas antara aliran laminer dan turbulen ini adalah 2000. Sedangkan angka itu
untuk suatu partikel dalam cairan adalah satu.
Angka Froud pada hakekatnya perbandingan antara kekuatan untuk
menghentikan gerakan partikel dan gaya gravitasi.
Fr =
gL
(3.2)
dimana:
V
= kecepatan partikel
= percepatan gravitasi
= kedalaman channel
Ada hubungan yang sangat signifikan antara mekanisme aliran cairan dan
struktur sedimen yang dibentuknya, terutama silang siur (ripple). Dalam beberapa
percobaan di dalam tabung aliran searah (unidirectional flow) silang siur sudah
mulai terbentuk pada sedimen pasir setelah kecepatan kritis dilewatinya. Pasir
yang berukuran butir 0,25 0,7 mm dalam Gambar III.1 mulai terbentuknya
silang siur kemudian apabila kecepatan terus bertambah akan berubah menjadi
dune. Kalau kecepatan aliran terus bertambah dune akan tererosi kembali dan
berubah menjadi mendatar dan selanjutnya berubah menjadi antidune.
Dalam Gambar 3.1 jelas bahwa pengaruh hidrodinamika dapat membentuk
dua jenis silang siur dan dune yang berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana
mulai terbentuk silang siur, kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune
dirusak tererosi kembali (lihat Gambar 3.1) disebut rejim alir bawah (lower flow
14
regim). Sedangkan mulai dari sini bila kecepatan aliran terus bertambah disebut
rejim alir atas (upper flow regim).
Gambar 3.1 Hubungan antara tenaga sungai (stream power), fall diameter, bed
form dan struktur sedimen dalam system arus traksi (Simon dkk., 1965)
Flow regim Lower flow regim (F<1): Menghasilkan struktur sedimen
cross-lamination dan cross-bed. Sedangkan Upper flow regim (F>1): Akan
menghasilkan silang siur, planar-antidune.
Gambar 3.2 Bed form dan struktur sedimen dalam perbedaan flow regime (Harms
dan Fahnestock, 1965 dan Simon dkk., 1965).
15
C.
16
endapan lempung pelagik pada laut dalam. Selley (1988) membuat hubungan
antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hubungan antara proses sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan
Cairan
Endapan traksi
Endapan suspensi
lempung
Lempung nepheloid
Udara
Endapan traksi
Endapan suspensi
Loess
Glasial
17
Gambar 3.3 Ragam gerakan sedimen dalam media cairan dan angin
E.
Gravitasi
Sedimen yang bergerak karena hanya pengaruh gaya gravitasi ini, ada 3
macam sedimen, yaitu Debris flows (umumnya mud flows), Grain flows,
Fluidized flows. Mud flows (interparticle interaction) ada 2 yaitu di bawah air dan
di darat, Ciri sedimen hasil mud flows adalah dikuasai matrik (matrix-dominated
sediment), sortasi jelek, pejal (tak berlapis). Grain flows (grain interaction)
memiliki ciri sedimen seperti dikuasai kepingan (fragment dominated-sediment),
dan terpilah baik dan bebas lempung. Fluidized flows ciri sedimennya adalah
tebal, non-graded clean sand, batas atas dan bawahnya kabur, umumnya terdapat
struktur piring (dish structures).
18
penting (berpengaruh) jika pada kondisi ekstrem (d95/d50 > 5). Untuk gradasi
sedang (rata-rata) ukuran partikel relatif memberikan suatu kesamaan pada
tegangan geser kritik untuk berbagai fraksi. Dalam menyatakan derajat ketidak
seragaman butiran (Yang, 1996) ada beberapa istilah yang biasa digunakan untuk
menggambarkan distribusi ukuran partikel / butiran sebagai berikut :
1.
2.
dg
dg=(d15.9 d84.1)1/2
3.
(3.3)
g =( 84.1 )
4.
(3.4)
G= 2
15.9
5
+ 84.1
(3.5)
19
aliran sampai ke laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang atau
pada air yang tergenang.
50
50
- 0.457 log
(3.6)
Gw = . W . D . V
(3.7)
Qs = Ct . Gw
(3.8)
Dimana :
Ct
d50
Vcr
U*
Qs
20
qs = 0.05sV2[
] [
] 3/2
Qs = W . qs
(3.9)
(3.10)
Dimana :
0 = . D . S
(3.11)
Qs
qs
bertambah atau berkurang. Ketika sloope curam maka kecepatan aliran grafitasi
akan bertambah. Kecepatan aliran juga menjadi indikator bahwa aliran memiliki
energi yang besar atau kecil. Energi aliran yang besar dihasilkan oleh kecepatan
aliran yang deras. Energi inilah yang mampu mengakibatkan adanya proses
sediment transport.
I.
21
permanen (unsteady flow). Contoh dari aliran tidak permanen adalah perubahan
debit di dalam pipa atau saluran, aliran banjir di sungai dan aliran di muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut.
J.
1. Persamaan Energi
HEC-RAS menghitung profil muka air di sepanjang alur urut dari satu
tampang lintang ke tampang lintang berikutnya. Prosedur perhitungan didasarkan
pada penyelesaian persamaan aliran satu dimensi melalui saluran terbuka. Aliran
satu dimensi ditandai dengan besarnya kecepatan yang sama pada seluruh
penampang atau digunakan kecepatan rata-rata. Profil muka air dihitung dari
suatu penampang dengan Persamaan Energi melalui prosedur iterative yang
disebut dengan Standard Step Method. Persamaan Energi yang dimaksud adalah
(Ven Te Chow, 1997 : 243) :
22
2 + 2 +
2 2 2
2
= 1 + 1 +
1 1 2
2
+ +
(3.12)
dengan :
Y1, Y2 = kedalaman air penampang 1 dan 2 (m)
Z1, Z2 = elevasi dasar saluran pada penampang 1 dan 2 (m)
V1, V2 = kecepatan rata-rata aliran pada penampang 1 dan 2 (m/dt)
1 , 2 = koefisien energi pada penampang 1 dan 2
2 2 2
2
1 1 2
2
(3.13)
23
Panjang ruas sungai antar dua tampang yang diberi bobot sesuai dengan
debit dinyatakan dengan persamaan berikut :
=
+ +
+ +
(3.14)
dengan :
, , = panjang ruas sungai di sisi kiri (left overbank), alur
utama (main channel), di sisi kanan (right overbank),
, , = debit yang mengalir melalui left overbank, main
channel dan right overbank.
= 2/3
dimana :
K
(3.15)
(3.16)
24
25
112 222
+
2
2
1 + 2
(3.17)
dengan demikian :
=
1 1 2 + 2 2 2
(1 +2 ) 2
(3.18)
1 1 2 + 2 2 2 ++ 2
2
(3.19)
(3.20)
26
2 2 2
2
1 1 2
2
(3.21)
(3.22)
27
()
( 2 2 / )
(1)
=0
[ 1 2 2 / ]
(3.23)
+
+ +
+ = 0
(3.13)
Dalam kedua persamaan di atas, subskrip c mengacu pada alur utama dan
subskrip f
K.
Bila air mengalir dalam sebuah saluran, maka pada dasar saluran akan
timbul suatu gaya bekerja searah dengan arah aliran. Gaya ini yang
merupakangaya tarik pada penampang basah disebut gaya seret atau tegangan
geser (tractive force).
Butiran pembentuk alur sungai harus stabil terhadap aliran yang terjadi.
Karena pengaruh kecepatan, aliran dapat mengakibatkan gerusan pada talud dan
dasar sungai. Aliran air sungai akan memberikan tegangan geser (0) pada
penampang sungai yang besarnya adalah :
0 =
(3.24)
dimana :
28
Erosi dasar sungai terjadi jika 0 lebih besar dari tegangan geser kritis (cr)
pada dasar dan tebing sungai. Tegangan geser kritis adalah tegangan geser yang
terjadi tepat pada saat butiran akan bergerak. Besarnya tegangan geser kritis
didapatkan dengan menggunakan Grafik Shield (dapat dilihat pada Gambar 3.7)
dengan menggunakan data ukuran butian tanah dasar sungai.
(3.25)
(3.27)
0,97
. =
(3.26)
(3.28)
29
2.
(3.29)
Erosi dasar sungai juga dapat terjadi jika lebih besar dari
tegangan geser kritis pada lereng sungai ( . ). tegangan geser
kritis pada lereng sungai tergantung pada besarnya sudut lereng.
. =
=
(3.30)
1
(3.31)
(3.33)
0,75
1
. =
dimana :
, =
Ib
(3.32)
(3.34)
30
Ib
31
L.
(3.35)
dimana :
V = kecepatan rata-rata (m/dt)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran
n = kekasaran dari Manning.
Rumus ini dikembangkan dari tujuh rumus berbeda, berdasarkan data
percobaan Bazin yang selanjutnya dicocokkan dengan 170 percobaan. Akibat
sederhananya rumus ini dan hasilnya yang memuaskan dalam pemakaian praktis,
rumus Manning menjadi sangat banyak dipakai dibandingkan dengan rumus
aliran seragam lainnya untuk menghitung aliran saluran terbuka.
Angka kekasaran manning adalah suatu nilai koefisien yang menunjukkan
kekasaran suatu permukaan saluran atau sungai baik pada sisi maupun dasar
saluran atau sungai. Nilai kekasaran manning memiliki hubungan terhadap
kecepatan aliran yang terjadi pada suatu penampang. Semakin besar nilai angka
kekasaran manning, maka kecepatan aliran pada suatu penampang akan semakin
kecil, begitu pula sebaliknya semakin kecil angka kekasaran manning maka
kecepatan aliran yang terjadi pada suatu penampang akan semakin besar.
Nilai angka kekasaran manning berbeda-beda tergantung dari tipe saluran.
Adapun nilai angka kekasaran manning tersebut disajikan pada Lampiran Angka
Kekasaran Manning.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Studi literatur
Pada langkah ini peneliti melakukan kajian tentang pustaka atau literatur yang
berkaitan dengan angkutan sedimen yang berasal letusan Gunung Merapi. Beberapa
penelitian yang berkaitan dengan Sugai Progo sebagai referensi. Pengaruh dari lahar
dingin sebagai bedloadtransport dalam kaitannya dengan proses terjadinya erosi tebing,
infrastruktur yang ada di sungai, parameter-parameter lapangan juga tentukan pada tahap
ini.
2.
3.
data sekunder, seperti data layout sungai untuk keperluan trase, lebar, kontur
sungai, dan data debit harian rata-rata pada bulan Oktober 2010 sampai Juni 2011
yang diukur pada AWLR Duwet . Data layout sungai diambil dari peta rupa bumi
yang
dikeluarkan
oleh
Badan
Koordinasi
Survei
Tanah
Nasional
32
33
Hydrograph Data
250
Legend
Flow D uration
Flow
200
150
100
50
0
Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2010
2011
Date
Gambar 4.1 Debit harian rata-rata Sungai Progo di stasiun AWLR Duwet.
4.
34
5.
Mulai
Studi Literatur
Rekomendasi manajemen
infrastruktur
Selesai
Gambar 4.3 Diagram langkah penelitian
35
BAB V
SIMULASI MODEL MATEMATIK
aliran
permanen
maupun
tak
permanen
(steady
and
A.
Geometri Model
35
36
Gambar 5.1 Aliran pada peta RBI Daerah Aliran Sungai Progo yang dimodelkan
37
Dari trase autocad didapat data berupa lebar sungai, jarak tengah, jarak
kanan, jarak kiri dan elevasi. Data-data tersebut kemudian diolah menggukan
aplikasi excel (lihat Gambar 5.3)
38
Geometri hasil trase dengan autocad berupa alur sungai kemudian diolah
kembali dengan aplikasi ArcGIS. Menggunakan aplikasi extentions EShape untuk
merubah hasil dari autocad menjadi bentuk shp agar dapat diolah pada arcgis. Alur
sungai akan diolah pada arcgis menggukan aplikasi extension yaitu HECgeoRAS
yang dapat dipasang pada aplikasi ArcGIS. Dari data olaha tersebut barulah alur
sungai dapat digunakan sebagi geometri pada aplikasi HEC-RAS.
Data geometri terlah tersimpan dengan file yang dapat langsung dibuka
pada aplikasi HEC-RAS. Untuk memulai simulasi sebelemunya memastikan
bahwa aplikasi HEC-RAS 4.1.0 terlah terinstal pada PC. Jika telah terinstal maka
terdapat simbol seperti
39
40
Dari New Project akan tampil seperti pada Gambar 5.8. Terdapat beberapa
kolom pada tampilan tersebut. Memilih folder yang untuk penyimpanan file pada
kolom sebelah kanan. Memberi nama file pada kolom Title sebelah kiri. Klik OK
untuk melakukan langkah selanjutnya.
41
Gambar 5.8 Tampilan memilihan folder penyimpanan dan memberi nama project
42
Untuk membuat geometri pada HEC-RAS, pilih Edit Geometri Data (lihat
Gambar 5.10). Tampilan untuk mengolah geometri dapat dilihat pada Gambar 5.11.
43
Gambar 5.12 Memanggil data geometri yang telah diolah menggunakan ArcGIS
44
45
Gambar 5.15 Memberi nama geometri pada kolom River dan Reach
Gambar 5.16 Hasil memanggil data geometri dari file olahan ArcGIS
46
B.
47
Membuat cross section yang baru dengan memilih Options Add a new
Cross Section, dan akan muncul tampilan yang berintruksi untuk mengisi river
station. Melakukan langkah-langkah diatas hingga menjadi beberapa river station.
48
49
Jika pembuatan river ststion telah, kemudian mengisi data river station
tersebut. Pengisian river station menggunakan data yang diperoleh dari trase
menggukan AutoCAD, dan diolah kembali menggunakan Ms. Excel. Data tersebut
dimasukkan pada setiap river station sesuai dengan posisi river station yang telah
diolah.
50
51
52
Hasil pengisian data River Station, maka hasil yang didapat berupa
geometri yang telah diisi oleh beberapa cross section. Tampilan geometri yang telah
diisi oleh cross section ditampilkan pada Gambar 5.29.
53
Cross section tersebut masih memiliki jumlah dan jarak yang belum
lengkap. Untuk menambah cross section dengan cepat dapat dilakukan interpolasi
dengan cara pilih Tools XS Interpolations Within a Reach dan akan tampil
seperti pada Gambar 5.30.
54
Melakukan interpolasi dengan Upstream Riv Sta dan Downstream Riv Sta
seseuai dengan lebar yang sama dan pilih Interpolate XSs (lihat Gambar 5.31).
setelah setiap rives sta telah di interpolasi maka tampilan geometri akan berubah
menjadi seperti Gambar 5.32.
55
Data interpolasi belum sesuai dengan data yang kita inginkan. Untuk
merubah data sesuai dengan data yang kita inginkan, maka dapat diperbaiki /
dirubah data seperti data LOB, Channel, ROB, angka manning, dan elevasi. Untuk
merubah data LOB, Channel, dan ROB maka pilih Tools Channel
Design/Modification.
Akan muncul tampilan seperti pada pada Gambar 5.34. dalam tampilan
terdapat beberapa kolom yang menunjukkan data-data dari nilai LOB Lenght,
Channel Length, ROB Length, dan Center Station. Kolom nilai tersebut lah yang
dapat diganti sesuai dengan data yang diinginkan. Data dimasukkan sesuai dengan
kolom-kolomnya.
56
Gambar 5.34 Tampilan kolom edit data LOB, Channel, dan ROB
57
58
Begitu juga dengan pengisian data angka manning sesuai dengan yang
diinginkan, maka pilih Tables Mannings or k values (Horizontally Varied).
Tampilan ditunjukkan pada Gambar 5.37 dan Gambar 5.38.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Pada input sedimen ini dilakukan sebagai trial error hingga mendekati
volume sedimen yang mendekati sebenarnya. Data yang digunakan adalah data
hasil analisis gradasi sedimen yang dimbil pada area hulu Jembatan Kebon Agung
II (lihat lampiran 2a). Data tersebut kemudian diprosentasekan dengan perkiraan
volume sedimen yang masuk ke aliran Sungai Progo (lihat Gambar 5.60). Debit
hujan yang diperloeh dari AWLR Duwet diolah lagi dengan mengasumsikan bahwa
pada tanggal 26 Oktober 2010 31 Desember 2010 adalah waktu untuk aliran debis
yang mengangkut sediment load hasil letusan Gunung Merapi. Bulan tersebut
dianggap mengangkut 100% sediment load yang akan diprosentasekan sesuai
dengan debit yang mengalir pada tanggal tersebut (lihat Gambar 5.61). Pada bulan
berikutnya dianggap equilibrium, hingga sediment load dianggap sama hingga
akhir simulasi. Semua data tersebut dimasukkan pada kolom seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.58. Hasil simulasi dimodelkan dengan bentuk seperti
71
pada lampiran 5a, 5b, dan 5c. Menghitung volume sedimen yang untuk kalibrasi
dengan membandingkan volume hasil simulasi dengan perkiraan volume sedimen
yang berada di area Jembatan Kebon Agung II (lihat Lampiran 4). Proses ini
dilakukan hingga volume perbandingan antara hasil simulasi mendekati dengan
kondisi eksisting di lapangan.
Gambar 5.61 Mengolah data debit AWLR menjadi data sedimen load
72
D.
Jika proses pengisiian data telah selesai, maka proses terakhir adalah
melakukan Perform a sediment transport simulation. Pilih seperti tanda pada
Gambar 5.63.
73
Pada Sediment Transport Analysis, isi starting date sesuai dengan data
rencana pada tanggal berapa simulasi akan dimualai. Begitu juga pada ending date
diisi dengan tanggal berapa simulasi akan berhenti. Pada starting time dan ending
time diisi saja dengan 0, yang berarti dihitung dari jam ke 0.
74
75
76
77
78
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah III
Daerah II
Daerah I
78
79
Cekung
Cembung
Cekung
Cembung
Gambar 6.2 Kondisi slope dan morfologi Daerah I tanggal 26 Oktober 2010
80
TAHidraulika
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Gambar 6.3 Kondisi Sungai Progo setelah erupsi dan banjir lahar dingin Gunung
Merapi pada tanggal 28 Oktober 2010
TAHidraulika
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Gambar 6.4 Degradasi dan agradasi di Daerah I pada tanggal 04 November 2010
81
TAHidraulika
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
20
42
44
46
48
40
Daerah Agradasi
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Degradasi
Elevation (m)
120
50
Gambar 6.5 Penambahan tebal endapan dan kedalaman gerusan pada tanggal 18
Desember 2010
Pada simulasi ini diasumsikan bahwa input sediment load hanya hingga
akhir bulan Desember 2010. Pada bulan berikutnya diasumsikan sediment load
yang terjadi lebih kecil atau dapat diasumsikan bahwa aliran lahar dingin sudah
tidak terjadi. Sediment load yang mengalir telah kembali normal seperti sebelum
terjadinya lahar dingin.
Melihat hasil simulasi dengan kondisi aliran sediment transport yang
normal, menunjukkan bahwa degradasi terjadi terus menerus pada area hulu
Daerah I dan membuat dasar sungai semakin dalam. Namun sedimen hasil
degradasi tersebut juga mengendap pada area berbentuk cembung pada hilir
Daerah I.
Kondisi aliran sediment transport yang normal disimulasikan hingga akhir
bulan Juni 2011. Hasil simulasi menunjuk perubahan pada area yang relatif sama
dari bulan ke bulan, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 6.6 hingga 6.7.
82
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 15M ar2011 0000
WS 15M ar2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
83
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 10M ei 2011 0000
WS 10M ei 2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
84
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
160
EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000
140
Ground
LOB
ROB
100
42
44
46
48
20
Daerah Degradasi
40
Daerah Agradasi
60
Daerah Degradasi
80
Daerah Agradasi
Elevation (m)
120
50
Pada gambar 6.12 menunjukkan hasil akhir simulasi pada Daerah I. Hasil
simulasi dengan kondisi normal mengakibatkan area hulu Daerah satu mengalami
degradasi yang cukup dalam. Situasi tersebut dikarenakan input sedimen yang
berkurang mengakibatkan tidak adanya material sedimen yang dapat mengendap
atau menggantikan daerah yang terdegradasi pada area hulu. Sehingga area hulu
terdegradasi dan hasil degradasi tersebut menjadi input sedimen untuk daerah
hilir. Kejadian tersebut dibuktikan dengan adanya endapan yang cukup tebal pada
area hilir walaupun tidak lagi mendapat input sedimen terlalu banyak dari material
erupsi Gunung Merapi.
Jika dilihat lebih cermat lagi, Daerah I pada mulanya memiliki morfologi
yang membentuk cekung dan cembung pada dasar salurannya. Namun sekarang
pada area cekung telah mengalami degradasi dengan kedalaman tertentu.
Sedangkan area cembung pada hasil akhir yang dapat dilihat, menunjukkan bahwa
terjadi agradasi pada area tersebut.
Dilihat secara keseluruhan pada Daerah I, dasar sungai yang memiliki
kondisi awal berupa cekungan dan cembungan sekarang terlihat menjadi garis
yang membentuk yang lebih linier dari area hulu hingga area hilir pada Daerah I
tersebut. Untuk lebih jelas dapat dilihat di grafik perbandingan elevasi awal dan
akhir Daerah I pada Gambar 6.13.
85
Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah I
160
140
100
80
60
Elevasi (m)
120
40
20
0
Awal
Jarak (km)
Akhir
Gambar 6.13 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir Daerah I
3
2
1
0
-1
-2
Degradasi
-3
Agradasi
Dasar
Jarak (km)
86
-4
Gambar 6.14 Grafik Kedalaman Degradasi dan Ketebalan Agradasi pada Daerah I
87
Gambar 6.17 Hasil penampang existing area cross section 1043.08* pencitraan
Google earth
88
pertama adalah Groundsill Ngapak dan yang kedua adalah Groundsill Bantar.
Untuk melihat kondisi morfologi awal Daerah II dapat dilihat pada Gambar 6.18.
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 26Okt2010 0000
WS 26Okt2010 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Gambar 6.18 Kondisi morfologi Sungai Progo pada tanggal 26 Oktober 2010
Daerah II memiliki slope yang landai yaitu 0.002114. Dengan keadaan
slope yang landai maka daerah tersebut relatif stabil. Dalam artian stabil adalah
tidak terjadi perubahan degradasi secara signifikan. Namun agradasi akan terjadi
pada area-area di sekitar bangunan yang berada pada aliran Sungai Progo pada
Daerah II. Gambar dibawah ini adalah kondisi pada tanggal 28 Oktober 2010,
yang mana pada hari itu pasca erupsi gunung merapi. Material lahar dingin juga
telah mulai memasuki aliran Sungai Progo.
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
25
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
30
35
40
Gambar 6.19 Kondisi morfologi Daerah II pasca erupsi Gunung Merapi (28
Oktober 2010)
89
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
25
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
30
35
40
90
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 15M ar2011 0000
WS 15M ar2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
25
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
30
35
40
91
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 10M ei 2011 0000
WS 10M ei 2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
25
30
35
40
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
25
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
30
35
40
92
TAHidraulika
Progo Yogyakarta
120
Legend
EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000
100
Ground
LOB
ROB
60
25
Groundsill Ngapak
Jembatan Ngapak
20
Jembatan Kereta...
40
Groundsill Bant...
Jembatan Bantar...
Elevation (m)
80
30
35
40
Dalam gambar dan data yang dihasilkan simulasi dapat diketahui agradasi
pada Daerah II. Dari grafik menunjukkan agradasi pada area hulu bangunan
groundsill, ini hal yang wajar karena memang fungsi bangunan tersebut adalah
menjaga agar slope pada area hulunya tetap bertahan (lihat Gambar 6.29).
Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah II
80
70
50
40
30
Elevasi (m)
60
20
10
Awal
Akhir
0
Jarak (km)
Gambar 6.29 Grafik perbandingan elevasi awal dan akhir simulasi pada Daerah II
93
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
Degradasi
Agradasi
Dasar
Jarak (km)
-1
Gambar 6.30 Grafik kedalaman degradasi dan ketebalan agradasi pada Daerah II
Tidak hanya pada area hulu bangunan grounsill saja yang mengalami
agradasi, tetapi pada area tikungan sungai bagian dalam juga mengalami agradasi.
Satu contoh agradasi yang terjadi pada Daerah II adalah pada area Jembatan
Kebonagung II yang dapat dilihat pada Gambar 6.31.
Gambar 6.31 Agradasi pada area Jembatan Kebonagung setelah letusan Gunung
Merapi 2010
94
95
degradasi maupun agradasi pada aliran maupun sungai. Bagian Dareah terakhir ini
menunjukkan adanya perubahan penampang potongan melintang atau lebar
saluran.
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 26Okt2010 0000
WS 26Okt2010 0000
Ground
60
LOB
40
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
20
Gambar 6.33 Kondisi awal sloope dasar sungai di Daerah III pada tanggal
26 Oktober 2010
Daerah III mulai berubah sama seperti Daerah yang lain, yaitu ketika input
sediment load atau aliran debris mulai memasuki saluran utama Sungai Progo.
Perubahan mulai terlihat pada bagian peralihan lebar saluran (lihat Gambar 6.34).
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 28Okt2010 0000
WS 28Okt2010 0000
Ground
60
LOB
40
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
20
96
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 04Nop2010 0000
WS 04Nop2010 0000
Ground
60
LOB
40
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
20
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 18Des2010 0000
WS 18Des2010 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
97
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 28Jan2011 0000
WS 28Jan2011 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 02Feb2011 0000
WS 02Feb2011 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
98
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 13Apr2011 0000
WS 13A pr2011 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 10Jun2011 0000
WS 10Jun2011 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
99
TAHidraulika
Plan: TASediment
25/02/2015
Progo Yogyakarta
Legend
80
EG 29Jun2011 0000
WS 29Jun2011 0000
Ground
60
LOB
-40
5
10
15
Daerah Peralihan
-20
Intake Sapon
Daerah Peralihan
20
Groundsill Sranda...
Jembatan Srandaka...
Elevation (m)
ROB
40
20
Grafik Perbandingan
Elevasi Awal dan Elevasi Akhir Daerah III
30
10
Elevasi (m)
20
0.05
0.55
0.945
1.195
1.67
2.17
2.67
3.17
3.67
4.17
4.67
5.17
5.445
5.795
6.145
6.545
6.945
7.445
7.72
8.095
8.395
8.745
9.17
9.62
9.87
10.12
10.37
10.72
11.22
11.72
12.145
12.545
13.045
13.47
13.82
14.07
14.495
14.995
15.445
15.895
16.22
16.645
17.145
17.57
18.02
18.395
18.895
19.395
19.895
20.295
20.72
21.145
21.52
21.82
22.17
22.545
22.795
23.17
0
Awal
Akhir
-10
Jarak (km)
Gambar 6.44 Grafik perbandingan elevasi awal dan elevasi akhir pada Daerah III
100
0.4
Kedalaman dan Ketebalan
(m)
0.2
0.05
0.55
0.945
1.195
1.67
2.17
2.67
3.17
3.67
4.17
4.67
5.17
5.445
5.795
6.145
6.545
6.945
7.445
7.72
8.095
8.395
8.745
9.17
9.62
9.87
10.12
10.37
10.72
11.22
11.72
12.145
12.545
13.045
13.47
13.82
14.07
14.495
14.995
15.445
15.895
16.22
16.645
17.145
17.57
18.02
18.395
18.895
19.395
19.895
20.295
20.72
21.145
21.52
21.82
22.17
22.545
22.795
23.17
-0.2
-0.4
-0.6
Degradasi
Agradasi
Dasar
Jarak (km)
-0.8
Gambar 6.45 Grafik kedalaman degradasi dan kedalaman agradasi Daerah III
101
Gambar 6.48 Hasil penampang existing area cross section 518.975* pencitraan
Google earth
Area agradasi pada Daerah III berada pada cross section 378 dengan
ketebalan agradasi adalah 0,2 m. Keadaan agradasi pada cross section 378 juga
dapat dilihat keadaan existing pada pencitraan satelit. Gambar tampang samping
atau potongan memanjang diambil dari hasil simulasi menggunakan HEC-RAS.
102
103
Gambar 6.51 Penampang existing area cross section 378 pencitraan Google earth
Deg
I
3,03 m
Landuse ROB
Landuse LOB
Pemukiman,
Pemukiman,
Sawah tadah
Sawah tadah
hujan
hujan
Letak ROB
Letak LOB
Gajagan,
Jangkang,
Banjaroya,
Karangtalun,
Kalibawang, Kulon
Ngluwar,
Progo, D.I.Y.
Magelang, Jateng
Duwet Dua,
Agr
I
1,93 m
Sawah,
Pemukiman,
Banjarharjo,
Pemukiman
Sawah
Kalibawang, Kulon
Progo, D.I.Y.
Deg
II
Agr
II
Sawah, Sawah
1,92 m
tadah hujan,
Sawah
Kebun
2,30 m
Sawah
Gudikan, Bligo,
Ngluwar,
Magelang, Jateng
Kembang,
Plataran,
Banjarharjo,
Banyurejo,
Kalibawang, Kulon
Ngluwar,
Progo, D.I.Y.
Magelang, Jateng
Sawah, Tanah
Kisik, Banjararum,
ladang,
Kalibawang, Kulon
Pemukiman
Progo, D.I.Y.
Kisik Minggir,
Sendangsari,
Minggir, Sleman,
D.I.Y.
104
Gambar 6.52 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah I hasil
pencitraan Google earth
105
106
Tabel 6.2 Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah II
Area
Landuse ROB
Landuse LOB
Letak ROB
Kisik,
Agr
1,74
Banjararum,
Sawah, Kebun
Pemukiman
Kalibawang,
Kulon Progo,
D.I.Y.
Letak LOB
Kisik Minggir,
Sendangsari,
Minggir, Sleman,
D.I.Y.
Ngemplak,
Jitar,
Agr
1,81
Kebun,
Pemukiman,
Kembang,
Sendangmulyo,
II
Pemukiman
Kebun
Nanggulan, Kulon
Minggir, Sleman,
Progo, D.I.Y.
D.I.Y.
Kebun,
Bantar Kulon,
Agr
1,24
Pemukiman,
Kebun,
Banguncipto,
III
Tanah Ladang,
Pemukiman
Sentolo, Kulon
Sawah
Progo, D.I.Y.
Klangon,
Argosari, Sedayu,
Bantul, D.I.Y.
107
Gambar 6.57 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah II
hasil pencitraan Google earth
108
109
Tabel 6.3 Area rawan terjadinya degradasi dan agradasi pada Daerah III
Area
Landuse ROB
Landuse LOB
Letak ROB
Mentobayan,
Deg
0,58
Pemukiman,
Kebun,
Salamrejo,
Kebun
Pemukiman
Sentolo, Kulon
Progo, D.I.Y.
Letak LOB
Cawan, Argodadi,
Sedayu, Bantul,
D.I.Y.
Wonobroto,
Plambongan,
Agr
0,20
Pemukiman,
Kebun,
Tuksono, Sentolo,
Triwidadi,
Kebun
Pemukiman
Kulon Progo,
Sendangsari,
D.I.Y.
Bantul, D.I.Y.
Gambar 6.61 Penampang existing area degradasi dan agradasi pada Daerah III
hasil pencitraan Google earth
110
111
Debit (m3/s)
Debit
Bulan
25000000
20000000
Volume (m3)
15000000
Musim Hujan
Musim Kemarau
10000000
Daerah I
50000000
Daerah II
Daerah III
-5000000
-1E+08
-1.5E+08
-2E+08
112
Pembagian grafik diatas dibagi menjadi 3 daerah dan 2 musim. Dilihat dari
grafik menunjukan terjadi degradasi maksimum di Daerah I pada bulan Desember
2010. Agradasi tertinggi di Daerah II pada bulan Desember 2010. Dari grafik
debit hujan rata-rata per bulan AWLR Duwet menunjukkan bulan Oktobr 2010
yang mamiliki debit tertinggi. Kondisi saat itu aliran debris mulai memasuki
saluran utama Sungai Progo namun dengan angkutan sedimen yang masih sedikit.
Ketika bulan Desember 2010, aliran debris Sungai Progo mengakibatkan
degradasi yang sangat sebesar 165.535.188 m3 pada Daerah I, dan hasil degrasasi
tersebut teragradasi pada Daerah II pada bulan yang sama sebesar 199.929.250
m3 .
Volume sedimen terdiridari input sedimen dari lahar dingin dan gerusan
dasar sungai. Agradasi Daerah I didapat dari input sedimen lahar dingin dan
sedikit hasil degradasi Daerah I. Agradasi II didapat dari input sedimen
lahardingi, hasil dari degradasi Daerah I, dan degradasi Daerah II. Untuk Daerah
III agradasi didapat dari sedikit input sedimen, sedikit degradasi Daerah I dan II,
dan hasil degradasi Daerah III. Daerah II cenderung banyak terdapat agradasi
karena daerah tersebut telah dibangun beberapa groundsill yang mampu menehan
sedimen load. Daerah III akan cenderung lebih besar terjadi degradasi akibat
aliran yang berkonsentrasi sedimen rendah yang cenderung akan menggerus dasar
sungai walaupun tidak sebesar aliran debris. Agradasi lebih besar dari degradasi
ketika musim hujan dan dalam kondisi aliran debris. Namun akan berbalik ketika
musim kemarau yang terjadi degradasi yang lebih besar dari agradasi, ini terjadi
karena aliran tetap mengalir dan karena konsentrasi sedimen aliran telah rendah.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
2.
Tabel 7.1 Hasil analisis sedimen dan letak area rawan degradasi dan agradasi pada Sungai
Progo hilir
Daerah
II
Area
Posisi
Landuse
Letak
Deg
I
3,03
m
LOB
Pemukiman, Sawah
tadah hujan
Jangkang, Karangtalun,
Ngluwar, Magelang, Jateng
Agr
I
1,93
m
LOB
Pemukiman, Sawah
Deg
II
1,92
m
ROB
Agr
II
2,30
m
ROB
Sawah
Agr
I
1,74
m
ROB
Sawah, Kebun
113
Kembang, Banjarharjo,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.
Kisik, Banjararum,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.
Kisik, Banjararum,
Kalibawang, Kulon Progo,
D.I.Y.
114
Agr
II
1,81
m
ROB
Kebun, Pemukiman
Ngemplak, Kembang,
Nanggulan, Kulon Progo,
D.I.Y.
Agr
III
1,24
m
ROB
Kebun, Pemukiman,
Tanah Ladang, Sawah
Deg
0,58
m
LOB
Kebun, Pemukiman
Agr
0,20
m
ROB
Pemukiman, Kebun
III
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), HEC-RAS River Analysis System Users Manual, Washington
DC: Hydrologic Engineering Centre.
Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Carbonneau, P.E., and Bergeron, N.E.: The effect of bed-load transport on mean
and turbulent flow properties, Geomorphology, Vol. 35, pp. 267-278,
2000.
Darby, S.E., and Thorne, C.R.: Development and testing of riverbank stability
analysis, Journal of Hydraulic Engineering, ASCE, Vol. 122, No. 8, pp.
443-454, 1996.
Duan, J.G.: Analytical approach to calculate rate of bank erosion, Journal of
Hydraulic Engineering, ASCE, Vol. 131, pp. 980-990, 2005.
Engelund, F., and Hansen, E., 1967. A Monograph on Sediment Transport in
Alluvial Streams. Teknisk Vorlag, Copenhagen, Denmark.
Hjulstrom, F. 1935. Studies Of The Morphological Activity Of Rivers As
Illustrated By The River Fyris. Bulletin of The Sweden.
Kamphuis, J.W.: Influence of sand or gravel on the erosion of cohesive sediment,
J. of Hyd. Research, Vol. 28, No. 1, pp. 43-53, 1990.
Legono, D.: Flood Phenomena in Yogyakarta, Indonesia, Discussion Handout,
Gadjah Mada University, 2008.
http://djokolegono.staff.tsipil.ugm.ac.id/files/2008/06/fenomena-banjirdiy.pdf
Manonama, Tiny. 2003, Fenomena Alamiah Erosi Dan Sedimentasi Sungai Progo
Hilir, UGM.
Osman, A.M., and Thorne, C.R.: Riverbank stability analysis I: Theory, Journal
of Hydraulic Engineering, Vol. 114, No. 2, pp. 134-150, 1988.
Schumm, S.A.:Fluvial geomorphology in river mechanics, Water Resources
Publication, Fort Collins, Co., pp. 365-395, 1971.
115
116
Duwet
2-82-3-2
Sungai
Progo
Luas DAS
1762 km2
1m,Q=
44.4 ( H -
0.1 ) ^
1.8
m,Q=
44.4 ( H -
0.1 ) ^
1.8
0742'00''
11016'00''
MA
5.00
1.12
Q
775.78
46.01
Thn
1995
1971
MA
7.11
0.18
Q
1122.00
0.36
Tahun
2010
Tanggal
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
154.61
140.97
136.99
105.81
100.00
131.76
151.84
114.18
182.05
179.06
139.64
134.37
153.22
188.08
219.52
153.22
183.55
163.06
165.92
173.17
192.65
226.07
214.67
261.83
231.03
232.70
185.05
185.05
201.96
234.37
227.72
192.65
142.31
121.58
158.81
222.78
286.97
277.87
244.51
195.73
183.55
197.28
195.73
217.90
224.42
201.96
232.70
234.37
263.59
253.11
244.51
206.68
208.27
197.28
167.36
163.06
164.49
195.73
217.90
179.06
149.09
179.06
200.39
260.08
143.66
158.81
303.66
270.69
274.27
251.38
265.36
182.05
168.80
179.06
200.39
165.92
217.90
254.84
260.08
286.97
279.68
254.84
192.65
188.08
194.19
185.05
165.92
174.63
237.73
194.19
171.71
163.06
138.31
145.01
189.60
163.06
154.61
151.84
174.63
150.46
221.15
201.96
185.05
180.55
197.28
203.53
185.05
188.08
186.56
167.36
198.84
227.72
208.27
188.08
192.65
161.64
149.09
157.40
161.64
153.22
145.01
145.01
145.01
135.68
167.36
174.63
134.37
134.37
167.36
147.72
153.22
247.93
307.43
290.64
526.33
279.68
294.33
219.52
205.10
260.08
234.37
205.10
197.28
270.69
229.37
tad
tad
tad
tad
tad
tad
189.60
171.71
163.06
163.06
tad
tad
222.78
265.36
tad
tad
tad
tad
tad
tad
191.12
143.66
153.22
153.22
145.01
126.62
129.18
122.83
103.47
98.86
96.59
tad
tad
tad
tad
114.18
tad
tad
tad
104.63
83.46
83.46
83.46
81.36
81.36
81.36
81.36
81.36
84.53
83.46
63.51
68.27
tad
tad
61.65
52.71
48.48
46.01
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
76.21
tad
tad
tad
tad
tad
tad
tad
51.00
47.65
51.85
47.65
60.72
88.83
67.31
tad
tad
tad
tad
127.90
104.63
101.15
157.40
81.36
68.27
59.81
57.10
112.96
79.28
82.41
tad
tad
tad
tad
147.72
186.56
200.39
167.36
149.09
177.58
176.11
161.64
136.99
129.18
tad
tad
tad
117.85
201.96
192.65
174.63
279.68
126.62
135.68
135.68
120.33
102.31
109.36
116.62
101.15
86.67
85.59
122.83
134.37
186.56
157.40
136.99
93.23
76.21
79.28
65.39
85.59
261.83
176.11
214.67
236.05
229.37
174.63
258.33
206.68
185.05
201.96
208.27
188.08
192.65
161.64
149.09
157.40
161.64
111.76
104.63
124.09
146.36
163.06
177.58
160.22
136.99
130.47
130.47
130.47
130.47
130.47
130.47
150.46
125.35
125.35
126.62
122.83
121.58
121.58
154.61
145.01
164.49
186.56
164.49
179.06
189.60
201.96
224.42
192.65
179.06
198.84
191.12
165.92
208.27
209.86
211.46
165.92
157.40
140.97
140.97
136.99
135.68
136.99
129.18
151.84
156.00
156.00
143.66
140.97
121.58
140.97
146.36
109.36
112.96
133.06
183.55
164.49
124.09
115.40
261.83
176.26
100.00
148.81
0.00
202.00
0.00
286.97
207.61
121.58
204.27
0.00
211.47
0.00
303.66
213.50
143.66
211.03
0.00
215.82
0.00
227.72
177.25
138.31
172.55
0.00
181.94
0.00
tad
tad
tad
201.47
0.00
tad
6.00
216.70
tad
tad
tad
tad
8.00
126.08
4.00
152.97
tad
tad
tad
82.78
3.00
tad
11.00
74.73
tad
tad
tad
tad
10.00
90.62
4.00
80.11
279.68
151.79
79.28
151.38
4.00
152.16
3.00
151.79
261.83
157.78
65.39
119.31
0.00
193.85
0.00
157.78
224.42
147.05
104.63
137.20
0.00
156.90
0.00
211.46
154.89
109.36
171.47
0.00
139.34
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Maximum
Rerata bulanan
Minimum
Rerata (1-15)
Jml. data kosong
Rerata (16-31)
Jml. data kosong
600
500
400
Debit (m3/dt)
2010
300
200
100
0
01-Jan
-100
01-Feb
01-Mar
01-Apr
01-Mei
01-Jun
01-Jul
01-Agust
01-Sep
01-Okt
01-Nop
Catatan :
Perhitungan statistik tidak dilakukan bilamana jumlah data kosong dalam setengah bulan >
Tampilan grafik debit harian negatif berarti pada tanggal tersebut tidak ada data debit harian
117
5 hari
01-Des
Duwet
2-82-3-2
Sungai
Progo
Luas DAS
1762 km2
1m,Q=
44.4 ( H -
0.1 ) ^
1.8
m,Q=
44.4 ( H -
0.1 ) ^
1.8
07.41'45"
110.15'57"
MA
5.00
1.12
Tahun
2011
Tanggal
Jan
Feb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
105.81
100.00
131.76
151.84
114.18
182.05
179.06
139.64
134.37
146.36
121.58
97.72
95.46
95.46
115.40
112.96
124.09
151.84
114.18
157.40
139.64
122.83
133.06
135.68
153.22
145.01
126.62
129.18
122.83
103.47
98.86
66.35
69.24
109.36
214.67
109.36
214.67
176.11
0.70
168.80
140.97
109.36
40.48
52.71
52.71
48.48
36.73
40.48
44.40
36.73
46.01
36.73
29.71
29.71
31.75
31.06
40.48
36.73
44.40
Maximum
Rerata bulanan
Minimum
Rerata (1-15)
Jml. data kosong
Rerata (16-31)
Jml. data kosong
182.05
128.44
95.46
127.38
0.00
129.43
0.00
128.44
214.67
73.53
0.70
104.93
0.00
37.30
0.00
Q
775.78
46.01
Mar
max
min
Jun
Jul
Ags
Sep
MA
7.11
0.18
Okt
Nop
Des
Mei
140.97
0.68
136.99
134.37
121.58
115.40
103.47
92.12
154.61
168.80
165.92
161.64
154.61
140.97
147.72
134.37
124.09
115.40
109.36
191.12
154.61
168.80
167.36
168.80
191.12
161.64
157.40
154.61
161.64
154.61
206.68
176.11
168.80
188.08
214.67
176.11
147.72
136.99
140.97
147.72
140.97
127.90
115.40
92.12
81.36
71.20
67.31
61.65
55.15
52.71
48.48
44.40
52.71
57.10
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71
52.71
57.10
64.45
61.65
71.20
140.97
134.37
134.37
127.90
134.37
97.72
81.36
71.20
61.65
52.71
36.73
40.48
36.73
36.73
81.36
140.97
138.31
135.68
140.97
136.99
140.97
138.31
127.90
117.85
103.47
105.81
105.81
92.12
81.36
81.36
81.36
76.21
76.21
71.20
71.20
71.20
54.62
47.65
47.65
47.65
48.48
51.00
50.15
48.48
51.00
50.15
48.48
48.48
44.40
44.40
44.40
42.81
42.81
40.48
36.73
36.73
36.73
48.48
51.85
51.00
44.40
44.40
48.48
44.40
40.48
36.73
44.40
36.73
44.40
44.40
40.48
44.40
44.40
48.48
48.48
40.48
40.48
0.00
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
44.40
40.48
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
36.73
tad
tad
tad
tad
tad
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
8.53
5.08
15.14
16.14
16.14
15.14
14.65
15.14
14.65
10.97
10.55
9.32
8.53
8.15
8.53
18.78
6.04
5.71
6.04
5.71
5.08
5.71
16.14
8.53
7.78
7.42
6.04
5.71
5.71
8.53
3.40
3.40
3.40
3.40
4.78
3.93
10.55
3.66
3.40
3.66
3.66
3.66
3.66
5.71
7.78
4.49
4.21
3.93
3.93
3.93
10.55
27.74
15.64
21.59
32.44
23.97
38.21
80.32
38.21
30.38
38.96
85.59
76.21
56.21
76.21
158.81
130.47
114.18
153.22
117.85
104.63
89.92
115.40
153.22
127.90
75.19
80.32
88.83
108.17
30.38
27.74
26.45
33.14
39.72
50.15
49.31
35.27
38.21
38.96
31.75
25.82
21.59
27.09
79.28
124.09
96.59
84.53
103.47
147.72
112.96
82.41
68.27
81.36
70.22
59.81
70.22
66.35
79.28
93.23
120.33
122.83
126.62
130.47
105.81
176.11
140.97
97.72
95.46
150.46
142.31
119.09
124.09
93.23
134.37
112.96
130.47
206.68
143.92
0.68
129.32
0.00
157.60
0.00
214.67
97.82
44.40
141.74
0.00
53.90
0.00
140.97
98.58
36.73
88.52
0.00
108.02
0.00
92.12
55.52
36.73
66.62
0.00
44.42
0.00
51.85
42.57
0.00
44.34
0.00
40.92
0.00
36.73
25.21
5.08
36.73
0.00
9.51
5.00
18.78
8.81
3.40
11.22
0.00
6.40
0.00
85.59
23.46
3.40
4.73
0.00
41.01
0.00
158.81
76.57
21.59
109.90
0.00
43.24
0.00
176.11
107.73
59.81
89.12
0.00
125.19
0.00
Debit (m3/dt)
200
150
100
50
0
01-Feb
01-Mar
01-Apr
01-Mei
01-Jun
01-Jul
01-Agust
01-Sep
01-Okt
01-Nop
Catatan :
Perhitungan statistik tidak dilakukan bilamana jumlah data kosong dalam setengah bulan >
Tampilan grafik debit harian negatif berarti pada tanggal tersebut tidak ada data debit harian
Q
1122.00
0.36
Apr
250
01-Jan
-50
2011
Thn
1995
1971
118
5 hari
01-Des
Lampiran 2a. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung Hulu
3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total
No.20
1.25117871
8.680543429
20.40215835
12.38780428
12.50130968
14.7242692
6.526560263
10.50012224
6.264624734
6.76142912
No.1
No.
No.3
No.1
1.25117871
9.931722139
30.33388049
42.72168477
55.22299445
69.94726365
76.47382391
86.97394615
93.23857088
100
No.8
No.4
3/8"1/2" 3/4"
98.74882129
90.06827786
69.66611951
57.27831523
44.77700555
30.05273635
23.52617609
13.02605385
6.76142912
2.13163E-14
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01
0.1
0.075
x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1
1
0.15
0.3
0.6
1.18
y/massa
2.13163E-14
6.76142912
13.02605385
23.52617609
30.05273635
44.77700555
57.27831523
69.66611951
90.06827786
98.74882129
119
10
2.36
4.75
25.4 38.1
9.52
12.7 19.1
Lampiran 2b. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Kebon Agung Hilir
3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total
No.20
No.1
No.
No.3
No.1
No.8
No.4
3/8"
3/4"
1/2"
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01
0.1
0.075
x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1
1
0.15
0.3
0.6
1.18
y/massa
0.00
0.00
5.21
15.91
39.94
46.38
60.64
73.32
77.66
83.92
120
10
2.36
4.75
9.52
19.1
12.7
25.4 38.1
Lampiran 2c. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hulu
3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total
No.20
No.1
No.
No.3
No.1
No.8
No.4
3/8"1/2" 3/4"
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01
0.1
0.075
x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1
0.15
1
0.3
1.18
0.6
y/massa
0
48.91035828
89.09728888
96.37939987
96.91438642
97.70113134
98.96307019
99.82219565
100
100
121
10
2.36
4.75
9.5212.7 19.125.438.1
Lampiran 2d. Distribusi ukuran butiran pada area Jembatan Srowol Hilir
3/4"
3/8"
no. 4
no. 8
no. 16
no.30
no. 50
no. 100
no. 200
pan
total
No.20
No.1
No.
No.3
No.1
No.8
No.4
3/8"1/2"3/4"
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0.01
0.1
0.075
x
0.01
0.075
0.15
0.3
0.6
1.18
2.36
4.75
9.52
19.1
0.15
1
0.3
0.6
1.18
y/massa
0
8.178611317
14.48618284
24.30084816
31.05572204
45.16095144
54.47965852
59.66095697
69.25611792
83.05780098
122
10
2.36
4.75
9.5212.719.125.4 38.1
Lampiran 3a. Area pengambilan sampel 1 dan 2 pada daerah Jembatan Srowol
Lampiran 3b. Area pengambilan sampel 3 dan 4 pada daerah Jembatan Kebon
Agung
123
Lampiran 4. Kalibrasi volume sedimen pemodelan dengan volume sedimen kondisi eksisting
Pemodelan
Jarak (m)
50
50
50
50
50
25
25
25
25
25
27.9514
21.5828
25
25
25
25
25
25
Jarak
Komulatif
(m)
50
100
150
200
250
275
300
325
350
375
402.9514
424.5342
449.5342
474.5342
499.5342
524.5342
549.5342
574.5342
Lebar
Saluran (m)
Elevasi
Awal (m)
88.6710541 64.8224
88.6710541 64.67592
88.6710541 64.52944
88.6710541 64.38297
88.6710541 64.2365
88.6710541 64.16325
88.6710541 64.09002
88.6710541 64.01678
88.6710541 63.94354
88.6710541 63.87031
88.6710541 63.78842
88.6710541 63.7252
88.6710541 63.65196
88.6710541 63.57872
88.6710541 63.50548
88.6710541 63.43224
88.6710541 63.35901
88.6710541 63.28577
Volume Total
Elevasi
Akhir (m)
65.8
65.81
65.37
65.51
65.02
65.26
64.8
65.03
64.72
64.75
64.46
64.58
64.25
64.39
64.09
64.19
63.93
63.97
Tebal
Sedimen
(m)
0.9776
1.13408
0.84056
1.12703
0.7835
1.09675
0.70998
1.01322
0.77646
0.87969
0.67158
0.8548
0.59804
0.81128
0.58452
0.75776
0.57099
0.68423
Volume
Sedimen
(m3)
4334.24112
5028.00345
3726.66706
4996.7469
3473.68854
2431.24946
1573.86687
2246.08214
1721.23817
1950.07599
1664.49767
1635.89028
1325.72093
1798.42632
1295.75011
1679.78445
1265.75713
1516.78488
43664.4715
124
Jarak (m)
600
Kondisi Eksisting
Lebar
Tebal
Lebar Tanah
Sedimen
Sedimen
Asli (m)
Atas (m)
(m)
29
Volume Total
30
Volume
Sedimen
(m3)
43500
43500
600 m
Lampiran 5b. Area kalibrasi sedimen kondisi eksisting pada tahun 2010
125
Sedimen
Tanah Asli
126
PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 05
AGR
AGR
DGR
DGR
DGR
KETERANGAN
160
80
JEMBATAN ANCOL
100
INTAKE KALIBAWANG
120
ELEVASI (m)
140
PEMUKIMAN
KEBUN
SAWAH
TL
TANAH LADANG
STH
SAWAH TADAH
HUJAN
BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR
ELEVASI LOB & ROB
42000
44000
46000
48000
50000
JARAK (m)
S
STH
STH
ROB
P
TL
STH
AGR
AGRADASI
DGR
DEGRADASI
LOB
LEFT OF BANK
ROB
RIGHT OF BANK
LOB
0
2 Km
PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 04
AGR
AGR
KETERANGAN
GROUNDSILL NGAPAK
ELEVASI (m)
100
80
JEMBATAN NGAPAK
120
PEMUKIMAN
KEBUN
SAWAH
TL
TANAH LADANG
STH
SAWAH TADAH
HUJAN
BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
60
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
40
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR
32000
34000
36000
38000
40000
42000
JARAK (m)
K
AGR
AGRADASI
DGR
DEGRADASI
LOB
LEFT OF BANK
ROB
RIGHT OF BANK
ROB
P
STH
LOB
0
2 Km
PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 03
AGR
ELEVASI (m)
60
80
JEMBATAN BANTAR
GROUNDSILL BANTAR
KETERANGAN
P
PEMUKIMAN
KEBUN
SAWAH
TL
TANAH LADANG
STH
SAWAH TADAH
HUJAN
40
BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
20
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR
22000
24000
26000
28000
32000
30000
JARAK (m)
P
TL
TL
AGR
AGRADASI
DGR
DEGRADASI
LOB
LEFT OF BANK
ROB
RIGHT OF BANK
ROB
K
TL
LOB
0
2 Km
PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 02
JARAK 12000 - 22000 m
KETERANGAN
80
ELEVASI (m)
60
PEMUKIMAN
KEBUN
SAWAH
TL
TANAH LADANG
STH
SAWAH TADAH
HUJAN
40
BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
20
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
ELEVASI MUKA AIR
12000
14000
16000
18000
20000
22000
JARAK (m)
TL
K TL
AGR
AGRADASI
DGR
DEGRADASI
LOB
LEFT OF BANK
ROB
RIGHT OF BANK
ROB
P
LOB
0
2 Km
PETA
SUNGAI PROGO
POTONGAN MEMANJANG
LEMBAR 01
JARAK 0 - 12000 m
ELEVASI (m)
BENDUNG SAPON
40
JEMBATAN SRANDAKAN
GROUNDSILL SRANDAKAN
KETERANGAN
20
PEMUKIMAN
KEBUN
SAWAH
TL
TANAH LADANG
STH
SAWAH TADAH
HUJAN
BANGUNAN INTAKE
JEMBATAN
0
GROUNDSILL
BENDUNG
AIR
ELEVASI DASAR
SUNGAI
-20
2000
4000
6000
8000
10000
12000
JARAK (m)
TL
TL
AGR
AGRADASI
DGR
DEGRADASI
LOB
LEFT OF BANK
ROB
RIGHT OF BANK
ROB
K
TL
P TL
TL
TL
TL
TL
TL
LOB
2 Km
Minimum
Normal
Maksimum
Tidak dicat
0,011
0,012
0,014
2.
dicat
0,012
0,013
0,017
0,021
0,025
0,03
b.
a.
Semen
1.
Acian
0,01
0,011
0,013
2.
Adukan
0,011
0,013
0,015
b.
Kayu
1.
0,01
0,012
0,014
2.
0,011
0,012
0,015
3.
Tidak diserut
0,011
0,013
0,015
4.
Papan
0,012
0,015
0,018
5.
0,01
0,014
0,017
0,011
0,013
0,015
c.
Beton
1.
132
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
Normal
Maksimum
2.
Dipoles sedikit
0,013
0,015
0,016
3.
Dipoles
0,015
0,017
0,02
4.
Tidak dipoles
0,014
0,017
0,02
5.
0,016
0,019
0,023
0,018
0,022
0,025
6.
bergelombang
d.
Minimum
7.
0,017
0,02
8.
0,022
0,027
0,015
0,017
0,02
2.
0,014
0,02
0,024
3.
0,016
0,02
0,024
4.
0,02
0,025
0,03
5.
0,02
0,03
0,035
e.
f.
Batu acuan
0,017
0,02
0,025
2.
0,02
0,023
0,026
3.
0,023
0,033
0,036
Bata
133
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
Normal
Maksimum
1.
Diglasir
0,011
0,013
0,015
2.
0,012
0,015
0,018
g.
Pasangan batu
1.
0,017
0,025
0,03
2.
Batu kosong
0,023
0,032
0,035
0,013
0,015
0,017
h.
i.
Aspal
1.
Halus
0,013
0,013
2.
Kasar
0,016
0,016
j.
B.
Minimum
0,03
0,05
0,016
0,018
0,02
2.
0,018
0,022
0,025
3.
0,022
0,025
0,03
0,022
0,027
0,033
0,023
0,025
0,03
0,025
0,03
0,033
4.
Berumput
pendek,
sedikit
tanaman pengganggu
b.
Tanah tetumbuhan
Rumput
dengan
beberapa
tanaman pengganggu
134
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
3.
Minimum
Normal
Maksimum
0,03
0,035
0,04
0,028
0,03
0,035
0,025
0,035
0,04
0,03
0,04
0,05
batu pecah
5.
yang bersih
c.
Tanpa tetumbuhan
0,025
0,028
0,033
2.
0,035
0,05
0,06
d.
Pecahan batu
1.
Halus, seragam
0,025
0,035
0,04
2.
0,035
0,04
0,05
0,05
0,08
0,12
e.
setinggi air
135
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
Minimum
Normal
Maksimum
2.
0,04
0,05
0,08
3.
0,045
0,07
0,11
4.
0,08
0,1
0,14
0,025
0,03
0,033
0,03
0,035
0,04
0,033
0,04
0,045
0,035
0,045
0,05
0,04
0,048
0,055
0,05
0,07
0,08
C.
Saluran Alam
C-1 Saluran kecil (lebih atas pada taraf
banjir < 100 kaki)
a.
Saluran di daratan
1.
Seperti
di
atas,
banyak
Bersih,
berkelok-kelok,
berceruk, bertebing
4.
Seperti
di
atas,
dengan
penuh,
banyak
kemiringan
dan
136
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
tetumbuhan
umumnya
di
saluran
terjal,
Minimum
Normal
Maksimum
0,03
0,04
0,05
0,04
0,05
0,07
tebing
pohon
dan
Rumput pendek
0,025
0,03
0,035
2.
Rumput tinggi
0,03
0,035
0,05
1.
Tanpa tanaman
0,02
0,03
0,04
2.
Tanaman dibariskan
0,025
0,035
0,045
3.
0,03
0,04
0,05
0,035
0,05
0,07
0,035
0,05
0,06
0,04
0,06
0,08
b.
c.
Belukar
1.
tanaman pengganggu
2.
musim dingin
3.
musim semi
137
Lampiran 7. Lanjutan
Tipe Saluran dan Deskripsinya
4.
Minimum
Normal
Maksimum
0,045
0,07
0,11
0,07
0,1
0,16
musim dingin
5.
Belukar
sedang
sampai
rapat,musimsemi
Sumber : Manual HEC-RAS (2010)
Nilai
LOB
0,045
b. Channel
0,045
c.
0,045
ROB
2. Aliran Berbelok
a.
Sisi Dalam
0,047
b. Channel
0,045
c.
0,046
Sisi Luar
Kecepatan (v)
1. Kecepatan pengukuran di lapangan
1,620 m/dtk
1,615 m/dtk
1,530 m
1,533 m
138
Lampiran 9a. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Oktober 2010 - Desember 2010 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
Simulasi Sediment Transport Awal
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
Slope
Dasar
Sungai (m)
Angka
Froud
0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014
0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03
82.81
82.91
82.71
40.16
24.34
5.66
16.77
9.17
5.65
8.64
0.44
0.37
151.69
150.72
149.14
64.02
50.54
48.68
31.29
30.12
29.38
7.6
2.04
1.85
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
Slope
Dasar
Sungai (m)
Angka
Froud
Kec. (m/s)
0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014
0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03
2.05
2.05
2.05
1.5
1.21
0.64
1.03
0.79
0.64
0.62
0.17
0.16
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
Slope
Dasar
Sungai (m)
Angka
Froud
Kec. (m/s)
0.008337
0.008351
0.008323
0.002986
0.001469
0.000188
0.000868
0.00037
0.00037
0.001288
0.000019
0.000014
0.64
0.64
0.64
0.4
0.29
0.11
0.23
0.15
0.11
0.24
0.04
0.03
2.05
2.05
2.05
1.5
1.21
0.64
1.03
0.79
0.64
0.62
0.17
0.16
139
Kec. (m/s)
1
0.4
0.63
0.39
0.3
0.1
0.22
0.14
0.1
0.23
0.03
0.03
2.62
1.42
1.92
1.41
1.16
0.58
0.97
0.72
0.57
0.58
0.15
0.14
Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
155.13
37.19
75.18
36.37
23.47
4.64
15.26
7.7
4.57
7.88
0.34
0.28
0.37
-0.19
-0.1
0
0.07
0.17
0.02
0
0.08
0
0
0.03
151.81
150.51
149.05
64.03
50.65
48.75
31.32
30.14
29.39
7.6
2.04
1.85
0.023124
0.003039
0.008255
0.002945
0.001583
0.000161
0.000861
0.000328
0.000157
0.001285
0.000015
0.000011
Angka
Froud
0.023612
0.00161
0.001997
0.002948
0.001797
0.000154
0.000877
0.000306
0.00014
0.001283
0.000012
0.00001
Angka
Froud
Kec. (m/s)
1
0.3
0.33
0.39
0.31
0.1
0.22
0.14
0.1
0.23
0.03
0.03
2.54
1.13
1.2
1.35
1.16
0.55
0.94
0.68
0.53
0.56
0.14
0.13
Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
148.39
22.4
26.08
34.33
24.21
4.24
14.58
6.91
3.98
7.42
0.29
0.24
0.49
-0.4
-0.19
0.01
0.18
0.24
0.05
0.02
0.09
0
0
0.03
151.15
150.53
148.65
64.13
51.22
49.73
31.55
30.41
29.61
7.6
2.04
1.85
0.01301
0.003245
0.001173
0.002964
0.002032
0.000598
0.000993
0.000453
0.000193
0.001284
0.000014
0.000011
Angka
Froud
Kec. (m/s)
0.77
0.41
0.26
0.39
0.33
0.19
0.24
0.17
0.11
0.23
0.03
0.03
2.17
1.43
1.05
1.39
1.24
0.85
1
0.78
0.6
0.57
0.15
0.14
Tegangan
h Sediment (m)
Geser
2
(N/m )
101.38
38.14
18.6
35.78
27.41
11.55
16.54
9.48
5.17
7.71
0.32
0.27
-0.17
-0.38
-0.59
0.11
0.75
1.22
0.28
0.29
0.31
0
0
0.03
Lampiran 9b. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan Januari 2011 - Maret 2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
Koordinat Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
Koordinat Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
Koordinat Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
Elv. Dasar
Sungai
(m)
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
140
Lampiran 9c. Hasil simulasi transport sedimen pada bulan April 2011 - Juni 2011 menggunakan HEC-RAS 4.1.0
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
Elv. Dasar
Koordinat Y
Sungai
(m)
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
Koordinat Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
No
Jarak
(Km)
Bangunan Infrastruktur
Koordinat X
Koordinat Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
50.715
50.665
50.465
39.373
34.7489
34.235
25.710
24.845
24.320
10.57
6.295
6.095
Intake Kalibawang
Jembatan Ancol
Intake Selokan Mataram
Jembatan Kebon Agung II
Jembatan Ngapak
Groundsill Ngapak
Jembatan Kereta Api Bantar
Jembatan Bantar
Groundsill Bantar
Intake Bendung Sapon
Jembatan Srandakan
Groundsill Srandakan
418799.47
419217.05
419208.34
415176.39
413932.12
413954.75
415508.65
415534.54
415434.99
417898.36
416509.1
416427.71
9153061.36
9152722.13
9152563.62
9146257.01
9142852.79
9142610.1
9136022.22
9135244.63
9134980
9124177.43
9122325.53
9122119.24
151.32
150.91
149.24
64.02
50.47
48.51
31.27
30.12
29.3
7.6
2.04
1.82
141
142
143
144
145
146
Lampiran 10k. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar
147
Lampiran 10l. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar
Lampiran 10m. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Bantar
148
Lampiran 10n. Kondisi penambangan pasir pada area hilir Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)
Lampiran 10o. Kondisi penambangan pasir pada area hulu Jembatan Kebon
Agung I (Ngapak)
149
y"~"v,,,.,"
55 J 83,
0274-387656 Fax,0274387646
2014/Gasal
M.T.,
Mulai TA
NO
1.
11 Desember 2014
Setelah Letusan
TA
TANGGAL
URAIAN
1"IYt'lAtXP) t"'-4;
2.
3,
4.
J"
11\V/i
{""~
-l
5.
6.
7.
~Q.D~~~
,v{Jk\ Ja~lA(otVtf
,1
Yogyakarra,
Dosen
MT, Ph.D,
II
Alarnal : 11. Lingkar Baral, Tamoillino, Knsihan, Banlul Yogyakartn 55183. Telp. 0274-387(,56 FO :>:.0274-387646
.
20!4!Gasai
M.T.,
: 11 Desember 2014
Muiai TA
NO
TANGGAL
\.
t T0~rv-fi.n- ;ZV I r
2.; .
kJ
URAIAN
~,flW\)'- tvA'\
Batas TA
rp-'\RAF DOSEN
I - P<~ ~(t t~
\(tA J~ \JO~~
'1 --,
V1/~.
j ~
h
5.
311a~~J \~
Y'(\\
~~V\y~'
6.
<
7.
8.
.~
Nu-.~ ?-uIC
r I~~~ ~!~-
\9
9.
r /). Ct', Z~
10.
l~ IV"J.
:2)
I~~
vV "1..{) It
,10
..
~')n '
ti.\,,\t'{'-1
I-.:.-
~~
~. ';'
nlJi
'j'-'\.) V\....~ r'v\J--~ ~. ~i\"~~'\, ~~
oJ
)v :~,-\~~ ~
~~~r
~~
v'"~ I"\.:). )
~~~
A~~,~r.
~lf"" v-t
II.
12.
13 .
\ 4.
15.
Yogyakarta,
sen Pembimbir.g J
Dosen Pembimbing Jl
~~"1
HALAMANPERNYATAAN
LAPORAN
PENELITIAN UNGG ULAN PHODI
TIM PENGUSUL
"'IIDN: 05150.:JnOI
Al1gg0l(1 I:
NIDN: 0513058101
Anggol21 2: M ,lIldiyo Priyo. Ir.. MT
NIDN:0518025 501
Anggol21 3: Senlot H(1rd\\iyol1o. II' .. rvlT. PhD
NIDN: 0523125401
FA\(ULTAS TLf(NI
FcbrUllri 2015
IIALAMAN PENGESAHAN
PENELlTIAN UN
N PHODl
Mctode Anal
Judul Penelitian
Sungai Vul
.iernb8t,m
I<onstl"uksi
ik
nik
KettIn Peneliti:
: Sri A
b. NIDN
.051504
c. J
. Leklol' KepalCl
Fungsiol181
d. Program
. Tekn ik Sipil
e. Nomor HP
: 0815
f. Alamat surel
,Ph
P Rosyidi,
a. Nama Lengk8p
87
11i I. co 111
i I)
(1)
Anggota Pen
a. Nama
b.NIDN
c. J
.MT
Soebnnciono,
10!
. Teknik Sipil
d.
1-1 P
e.
f. Alamat sUl"e!
il)
ld
: M<1l1Cr
Len
Priyo. il".
b. NIDN
c. Jab8t3n
ngsiol1ni
d.
e.
78
HP
f. Alamat sUle!
il)
Anggotn Pellelili
a.
Lengk8p
b. N1DN
Hald\viyollo. 11'.,
: 05231
c. J
. Teknik Sipil
d.
e.
fA
HP
18263683
I) . sento!
11
. PE
Biaya Penelitian :
- diusulkan ke UMY
: Rp. 19.000.000
. Rp.
. Rp.
Yogyakarta, 24-02-2015
Atmaja P Rosyi
:-lID : 0515047801
Laticf, M.A. . P
NIDN: 0512097501