Pushover analisis memang bukan hal yang baru, metode ini sudah banyak dikenal
akhir tahun 90an dan banyak dipakai sekitar awal tahun 2000an, tentu setelah
software sudah banyak yang memberikan fasilitas nonlinearitas.
Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan mengenai modal pushover dimana
yang saya jelaskan hanya general saja (garis besar). Untuk detailnya bisa dicoba
sendiri dengan mencari source yang lain mengenai dasar dasar analisisnya
(terutama modelisasi nonlinearitas).
Untuk yang mau belajar metode pushover dari awal, jujur saya rasa tidak perlu,
bahkan kalau bisa skip saja langsung belajar metode Nonlinear Time History.
Mengapa ?, sekarang prakteknya analisa nonlinearitas lebih sering digunakan
metode Nonlinear Time History Analysis (NLTH) untuk analisis Performance-Based
Design (PBD) atau yang lebih advanced yaitu Performance Based Earthquake
Engineering (PBEE). Analisa pushover memang sudah diramalkan hanya akan
menjadi analisis transisi saja sebelum NLTH dapat dengan mudah digunakan.
Sekarang dengan majunya industri computer sehingga analisa NLTH tidak sesulit
masa lalu. Selain itu, karena banyaknya teknik simplifikasi, analisa pushover malah
menjadi lebih menyulitkan namun akurasinya tidak lebih baik dari NLTH.
Berikut simple step step yang digunakan, tentu penulis tidak menjamin analisis ini
sudah benar 100 % karena saya juga baru baru ini belajar metode pushover
setelah sebelumnya kurang berminat karena hal hal yang saya sampaikan
sebelumnya. Yang akan saya jelaskan menggunakan bantuan software
ETABS/SAP2000 (selanjutnya etabs saja). Selain dari software tersebut banyak
dipakai di kantor kantor konsultan di Indonesia, tutorialnya juga banyak.
Modelisasi struktur
Tentu model pada software harus sesuai dengan realnya. Beban beban gravity
perlu dimasukkan (LL, SIDL, SW, Partisi dan lainnya). Dimensi dimensi elemen
struktur juga harus sudah fix (setelah sebelumnya didesain dengan metode
konvensional). Selanjutnya, pemodelan nonlinearitas pada elemen struktur
dibedakan menjadi struktur baja dan beton.
a. Baja
Untuk elemen struktur baja, section harus sudah fix untuk setiap lantai.
Modelisasi nonlinearitas pada balok baja dan kolom melalui plastic hinge method.
Metode modelisasi dengan fiber hinge juga bisa digunakan, namun umumnya
metode plastic hinge lebih direkomendasikan. Untuk SAP2000 modelisasinya masih
menggunakan FEMA 356. Namun untuk ETABS versi terbaru sudah bisa
menggunakan ASCE/SEI 41-06.
Untuk balok, nonlinear hinge yang dimodelkan hanya M3 saja, namun untuk kolom
harus P-M2-M3. Perlu diperhatikan khusus untuk kolom, klasifikasi component class
nya bisa force-controlled element atau deformation-controlled element bergantung
dari nilai Pu yang terjadi. Jadi mohon diperhatikan lagi petunjuk di ASCE 41.
b. Beton
Mirip dengan baja, pemodelan juga bisa dengan FEMA 356 atau ASCE/SEI 41-06.
Untuk balok dan kolom beton, kapasitasnya dihitung oleh software SAP2000/ETABS
jika nilai tulangan sudah diberikan sebagai input atau sudah dilakukan proses
design terlebih dahulu. Jika tidak, software akan menggunakan tulangan minimum
sebagai input tulangan saat melakukan perhitungan kekuatan.
Analisis Pushover
Sebelum melakukan analisa pushover, definisikan dulu load case nonlinear gravity
load dimana nonlinearitas P-Delta diaktifkan, lalu di load case pushover pilih opsi
melanjutkan menggunakan kekakuan dari analisa nonlinear gravity load. Hal ini
dilakukan untuk memberikan pengaruh P-Delta ketika menganalisis analisa
pushover.
Pada load case pushover, pilih load pattern berdasarkan mode yang digunakan.
Misalnya untuk load case pushover mode 1 menggunakan load pattern mode 1 dan
load case pushover mode 2 menggunakan load pattern mode 2 dan seterusnya.
Perhatikan untuk memilih displacement control pada opsi load application dan
menyimpan data sebanyaknya (minimal 10 step). Joint monitoring juga harus
memperhatikan joint yang dipilih dan estimasi awal target deformasi (target
deformasi ini yang nantinya akan dicari).
Umumnya 3 mode load case sudah cukup, namun bisa juga dikurangi atau
ditambahkan sesuai target. Perlu diperhatikan bahwa analisa pushover berbeda
dengan analisa respon spectrum yang membutuhkan 90% partisipasi massa.
Nilai target deformasi bisa didapatkan dari output pushover curve. ATC 40 Capacity
Spectrum atau FEMA 440 Equivalent Linearization bisa digunakan (FEMA 440
Equivalent Linearization lebih dianjurkan). Parameter parameter juga perlu diinput yaitu respon spektra (tanpa reduksi R) dan damping (lihat dokumen FEMA
440). Perlu diketahui bahwa SAP2000/ETABS tidak otomatis memunculkan kurva
Family Design Spectra (MADRS) dan constant periode line sesuai dengan output
curve pushover sa-sd. Jadi insinyur perlu mengambil nilai tersebut dari show table
pada curve dan memasukkan nilai daktalitas dan periode bersesuaian dengan
output tersebut. Hal ini sesuai dengan metode 3 FEMA 440 Equivalent Linearization.
Target deformasi didapatkan dari performance point deformation output software.
Kombinasi Respon
Kombinasi respon untuk tiap tiap mode bisa menggunakan metode SRSS atau
CQC. Karena software SAP2000/ETABS hanya dapat memfasilitasi metode kombinasi
SRSS, maka metode ini akan digunakan. Perlu di-ingat bahwa setiap respon perlu
dikurangi dulu responnya akibat gaya gravitasi, yaitu dengan cara misalnya
membuat combo pushover mode tertentu dikurangi gravitasi, lalu untuk tiap tiap
mode baru dilakukan kombinasi SRSS.
Okay, sekian dulu tulisan part1 ini, analisanya sengaja dibikin general agar
pembaca dapat lebih mendalaminya detailnya dari makalah makalah dan jurnal
jurnal yang ada.