PROSEDUR KLINIS
SOP ISPA (2)
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:
Dibuat oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 012
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Dr. Dina Ari Fepta L.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan ISPA dan mencegah terjadinya komplikasi.
2.
Ruang Lingkup
Semua Pasien Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-5tahun dan
menderita ISPA.
3. Uraian umum
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang mengandung 3 unsur:
INFEKSI : masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
SALURAN PERNAFASAN : Organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti: sinus-sinus, rongga telinga telinga tengah, pleura.
Dengan demikian ISPA secara anatomi mencakup saluran pernafasan bagian atas dan
saluran pernafasan bagian bawah.
AKUT : Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari
PNEUMONIA : Proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang ditandai dengan
nafas cepat.Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut pada bronchus disebut bronchopneumonia.
4.
Prosedur
012
SOP ISPA 2
012
PROSEDUR KLINIS
OBSTIPASI ( 1 )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 013
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan konstipasi dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami
konstipasi.
3. Uraian Umum
Sering terjadi pada pasien yang mendapat keluhan sulit buang air besar dengan
frekwensi kurang dari tiga kali seminggu disertai perubahan pola defekasi normal
menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4. Prosedur
4.1 Perawat menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status.
Dokter menganamnesa pasien: sulit buang air besar dengan frekwensi kurang dari
tiga kali seminggu sisertai perubahan pola defekas normal menjadi sulit /keras/
disertai nyeri
4.2 Dokter memberikan penyuluhan makanan tinggi serat
4.3 Pemberian obat dulkolac 1x 2 tab, anusol 1x1 peranal
Klisma di ruang tindakan Bila diperlukan
5.Catatan mutu
SOP Puskesmas SINE
5.1
013
PROSEDUR KLINIS
OBSTIPASI ( 2 )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 014
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan konstipasi dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami
konstipasi.
3. Uraian Umum
Sering terjadi pada pasien yang mendapat keluhan sulit buang air besar dengan
frekwensi kurang dari tiga kali seminggu disertai perubahan pola defekasi normal
menjadi sulit /keras/ disertai nyeri
4. Prosedur
4.4 Perawat menanyakan umur pasien serta mencatatnya dalam status.
Dokter menganamnesa pasien: sulit buang air besar dengan frekwensi kurang
dari tiga kali seminggu sisertai perubahan pola defekas normal menjadi sulit
/keras/ disertai nyeri
4.5 Dokter memberikan penyuluhan makanan tinggi serat
4.6 Pemberian obat dulkolac 1x 2 tab, anusol 1x1 peranal
Klisma di ruang tindakan Bila diperlukan
5.Catatan mutu
SOP Puskesmas SINE
5.2
014
PROSEDUR KLINIS
THYPUS ABDOMINALIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 015
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan tifus abdominalis dan mencegah terjadinya
komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita tifus
abdominalis.
3. Uraian Umum
Penyakit tifus abdominalis masih bersifat endemic di Indonesia, dijumpai sepanjang tahum
tanpa prevalensi seks tertentu dan sering menyerang kelompok usia sekolah dan dewasa
muda. Etiologi tifus abdominalis atau sering kita demam tifoid adalam Salmonella typhii.
Ada 2 sumber penularan yaitu pasien dengan penyakit tersebut dan carrier. Transmisi
biasanya terjadi melalui air dan makanan yang tercemar.
Masa tunas 10 14 hari, gejala yang timbul amat bervariasi. Dalam minggu pertama
penyakit keluhan dan gejala serupa dengan keluhan pada penyakit infeksi akut lainnya
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, nyeri otot, muntah muntah, obstipasi,
diare, perasaan tidak enak di ulu hati, batuk dan epistaksis.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status .
4.2 Dokter menganamnesa pasien : demam > 5 hari, nyeri kepala, pusing, anoreksia, nyeri
otot, mual muntah, obstipasi, diare, perasaaan tidak enak di ulu hati, batuk dan
epistaksis
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik, demam, lidah yang kotor ( coated tongue )
sampai pada hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikotis.
4.4 Dokter memberikan rujukan untuk pemeriksaan Penunjang laboratorium darah
4.4.1 Leukopenia, peningkatan titer widal 4 kali lipat selama 2 sampai 3 minggu
memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antybody
0 1 : 320 atau titer antibody H 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid.
4.5 Dokter menegakkan diagnosa kerja berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium
4.6 Dokter memberikanPengobatan, berupa :
4.6.1 Perawatan
4.6.2 Diet, beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah serat dapat diberikan dengan aman pada pasien.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
THYPHUS ABDOMINLAIS
SOP Puskesmas SINE
015
PROSEDUR KLINIS
VARICELLA
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 016
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman penatalaksanaan Varicella
2. Ruang Lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Varcella
3. Uraian Umum
Penyakit ini merupakan infeksi akut primer oleh virus Varcella Zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh, Disebut juga cacar air, chicken
pox. Tersebar kosmoplit, menyerang terutama anak anak. Transmisi penyakit ini
secara aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari terhitung dari timbulnya gejala
kulit.
4. Prosedur
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan
umur pasien serta mencatatnya dalam status
Dokter menganamnesa pasien :
Ada tidaknya gejala prodromal berupa demam tidak terlalu tinggi, malaise, dan nyeri
kepala. Menanyakan penyebaran vesikel yang dimulai dari dibadan, kemudian
menyebar ke wajah dan ektermitas, selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas atas.
016
016
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 017
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit DM agar terhindar dari
komplikasinya.
2.
Ruang lingkup
Semua pasien Poli Gizi dan DM di Puskesman SINE Kecamatan SINE yang menderita
penyakit DM atau TGT ( Toleransi Glukosa Terganggu )
3.
Uraian Umum
3.1 DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang
berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat ,edukator & ahli gizi tapi
lebih penting lagi adalah keikutsertaan pasien dan keluarganya.
3.2 DM atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatannya kadar gula ( glukosa ) dalam darah atau ditemukannya glukosa dalam
urine akibat kurangnya hormon insulin atau fungsi hormon insulin berkurang.
3.3 Keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
3.4 Keluhan lain adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impoten, serta pruritus vulvae
3.5 Penentuan diagnosa DM berdasarkan keluhan dan kadar glukosa darah sebagai berikut
( Konsensus 2006 )
Kadar GDS
Plasma Vena
Darah Kapiler
Kadar GDP
Plasma Vena
Darah Kapiler
Bukan DM
Belum Pasti DM
DM
<100
<90
110 199
90 199
200
200
<100
<90
110 125
90 - 99
126
110
017
4.Prosedur
4.1 Perawat / Ahli Gizi membuat pengantar pemeriksaan laboratorium glukosa darah
puasa dan 2 jam sesudah makan
4.2 Perawat / Ahli Gizi melakukan pengukuran.
4.2.1 Tinggi Badan
4.2.2 Berat Badan
4.2.3 Tekanan Darah
4.3 Perawat / Ahli gizi mencatat hasil pemeriksaan jasmani dan pemeriksaan
laboratorium ( TB, BB, TD, GD ) dalam status.
4.4 Dokter menganamnesa keluhan dan gejala hiperglikemia maupun keluhan dan
gejala komplikasi ( gatal yang tidak sembuh sembuh, kesemutan, poliuni,
polidupsia, polifagia )
4.5 Dokter melakukan pemeriksaan jasmani, misalnya :
4.6 Tanda Neuropati dicari
4.7 Pemeriksaan keadaan kaki, kulit, kuku.
4.8 Pemeriksaan TT 60 ( TB Tolerasi Glukosa ) dilakukan bila perlu.
4.9 Dokter dan Ahli Gizi memberikan anjuran sebagai berikut :
4.10 Penyuluhan kesehatan tentang apa itu DM, Komplikasi yang dapat terjadi dan
penanggulangannya
4.11 Perencaan makan: Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi seimbang, jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi, umur, stress akut, kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan
BB idaman.
4.12 Latihan jasmani, sebagai contoh adalah olah raga ringan berjalan kaki biasa
selama 30 menit.
4.13 Pemberian obat hipoglikemik oral ( OHO ) jika perlu
4. Catatan Mutu
Status pasient dalam rekam medik
015
PROSEDUR KLINIS
GASTROENTERITIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 018
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. TUJUAN :
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan diare dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. RUANG LINGKUP :
Semua pasien anak umur 0 5 Tahun yang menderita diare
3. URAIAN UMUM
3.1 Definisi diare :
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
dan atau lendir dalam tinja.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Diare persisten adalah diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih.
3.2 Penyebab diare.
3.2.1 Infeksi : Virus ( Rotavirus , Adenovirus ) Bakteri ( Shigella, Salmonella,
Eschericia Coli, Vibrio ), Parasit ( Protozoa : E Histolytica, G , Lamblia,
Balantidium coli, cacing perut /askaris )
3.2.2 Malabsorbisi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ) Lemak atau protein.
3.2.3 Makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
3.2.4 Imunodefisiensi.
3.2.5 Psikologis : rasa takut dan cemas.
3.3 Manifestasi Klinis.
Anak cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada,dapat disertai muntah,dehidrasi dan komplikasi lainnya
Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena tercampur empedu.
SOP Puskesmas SINE
GASTROENTERITIS
018
Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Bila diserati muntah dapat terjadi
dehidrasi, berat badan turun. Pada bayi ubun ubun besar cekung,tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering
4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan penimbangan BB, dan menuliskan ke dalam status umur, BB dan
keluhan utama.
4.2 Dokter melakukan anamnesa tentang perjalanan penyakit.
4.2.1 Frekuensi diare.
4.2.2 Lamanya diare.
4.2.3 Informasi tentang tinja.
Yaitu Volume, warna, bau, sisa makanan, lendir, darah.
4.2.4 Juga perlu ditanyakan hubungan dengan makanan atau
minuman
terdahulu, hubungan dengan kejiwaan ( Psikis )
4.2.5 Menanyakan tanda- tanda dehidrasi
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan .
4.3.1 Pemeriksaan fisik.
4.3.2 Pemeriksaan juga mencari kemungkinan adanya gangguan di luar
saluran cerna
4.3.3 Pemeriksaan terhadap adanya tanda-tanda dehidrasi
GEJALA
KLASIFIKA
SI
TINDAKAN/PENGOBATAN
DIARE
DEHIDRASI
RINGAN/SE
DANG
GASTROENTERITIS
Nasihati
kapan
kembali
segera
Kunjungan ulang 5 hari 018
jika
tidak ada perbaikan
Beri cairan&makanan sesuai
rencana terapi A dan tablet
Zinc
Nasihati
kapan
kembali
segera
Kunjungan ulang 5 hari jika
tidak ada perbaikan
Ada dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
DIARE
BERAT
PERSISTEN
DIARE PERSISTEN
Atasi
dehidrasi
sebelum
dirujuk,kecuali ada
klasifikasi berat lain
RUJUK
Nasihati pemberian
makan untuk diare
persisten
Kunjungan ulang 5
hari
4.4 Penatalaksanaan
Terdiri dari :
4.4.1.RENCANA TERAPI A : Penanganan diare di rumah
Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan dirumah
1.Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperolah ASI ekslusif,berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
SOP Puskesmas SINE
Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif,berikan 1 atau lebih cairan berikut ini:
oralit,cairan makanan(kuah sayur,air tajin) atau air matang.
GASTROENTERITIS
018
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau C dalam kunjungan ini
Anak tidak dapat kembali keklinik jika diarennya bertambah parah
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
Tunjukan kepada ibu berapa banyak oralit/cairan lain yang harus
diberikan setiap kali anak BAB
Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100ml setiap kali BAB
Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200ml setiap kali BAB
Katakan kepada ibu:
Agar meminumkan sedikit2 tapi sering dari mangkuk / cangkir / gelas
Jika anak muntah,tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat
Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
2. Beri tablet Zinc selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan.
4. Kapan harus kembali
SAMPAI 4
BULAN
< 6Kg
200-400
4-12
BULAN
6-10 Kg
400-700
12-24
BULAN
10-12Kg
700-900
2-5 TAHUN
12-19Kg
900-1400
Dapatkah saudara
segera memberi cairan
intravena
y
a
Tidak
y
a
1.Beri cairan intravena secepatnya,jk anak bias minum,beri oralit melalui mulut
sementara invus disiapkan.Beri 100ml/Kg cairan Ringer Laktat(atau jika tdk tersedia
gunakan cairan NaCl) yg dibagi sebagai berikut
UMUR
Pemberian pertama
Pemberian pertama
30ml/kg selama :
70ml/Kg selama
Bayi(dibawah umur 12
1 jam*
5 Jam
bln)
Anak(12 bln- 5 tahun)
30 Menit*
2,5 Jam
*Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
2. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba,beri tetesan lebih
cepat
3. Beri oralit (kira-kira 5ml/Kg/jam)segera setelah anak mau minum:biasanya sesudah
3-4 jam(bayi) atau 1-2 jam(anak) dan beri juga tablet zinc.
4.Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.Klasifikasikan
dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Tidak
Tidak
y
a
1.Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastric atau mulut:beri
20 ml/Kg/Jam selama 6 jam (total 120ml/Kg)
2. Periksa kembali anak setiap 1- 2 jam :
Jika anak muntah terus atau perut makin kembung,beri cairan lebih lambat
Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik,rujuk anak untuk
pengobatan intravena
3. Sesudah 6 jam periksa kembali anak.Klasifikasikan dehidrasi.Kemudian tentukan
rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan pengobatan
Tidak
Rujuk segera untuk
pengobatan IV/NGT/OGT
CATATAN
Jika mungkin,amati anak sekurang kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk
meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian larutan
oralit peroral
4.4.4. Medikamentosa.
4.4.4.1 Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
GASTROENTERITIS
018
Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai dosis
dan waktu yang telah ditentukan,kecuali bayi muda.
Dosis tablet zinc (1Tablet= 20mg)
Umur 2-6 Bulan : Tablet
Umur lebih sma dengan 6 bulan : 1 tablet
Cara pemberian tablet zinc
4.4.4.2. Antibiotik
Untuk disentri :beri antibiotic yang dianjurkan untuk shigella
- Antibiotik pilihan pertama : KOTRIMOKSAZOL
- Antibiotik Pilihan kedua : ASAM NALIDIKSAT
Untuk Kolera beri antibiotic yang dianjurkan untuk kolera selama 3 hari
-Antibiotik pilihan pertama : tetra siklin
- Antibioyik pilihan kedua Kotrimoksazol
umur
kotrimoksa
zol
Tab
dewasa
2xsehari
selama
5 hari
Tab
anak
< 2 bulan
(4-6Kg)
4bln-<12 Bln
(6-10Kg)
12 bln-<3
Thn
(10-<16Kg)
3 thn-<5thn
(16-<19Kg)
Asam
Nalidiksat
Sirup per
5ml
Tablet
500mg(4xs
elama 5 hr)
2,5ml(sete
ngah
sendok
takar)
5ml(1
sendok
takar
7,5ml(11/2
sdk takar)
1/8
10ml(2
sdk takar)
Metronidazol Tetrasiklin
Tablet
500mg(3xse
hari selama
10 hari utk
amuba)
50mg(1/8
tablet)
Kapsul
250mg 4x
sehari
selama 3
hari
Jangan
diberi
100mg(1/4
tablet)
200mg(1/2
tablet)
200mg(1/2
tablet)
4.5 Pasien dengan diare dehidrasi sedang dan diare dehidrasi berat , juga pasien dengan
komplikasi dilakukan rujukan ke rumah sakit yang lebih lengkap dan mempunyai fasilitas
rawat inap.
5. CATATAN MUTU
SOP Puskesmas SINE
018
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 019
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit batuk kronik berulang
2. RUANG LINGKUP
2.1 Semua pasien BP Umum ( 1 bulan 4 th 11 bulan )
2.2 Pasien Batuk kronik berulang yang bukan TBC, Asma
3. URAIAN UMUM
3.1 Batuk kronik berulang pada anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang- kurangnya 2
minggu berturut-turut dan/atau berulang paling sedikit 3 kali
dalam 3 bulan
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya. BKB
merupakan titik tolak untuk mencari penyakit atau
penyakit-penyakit
dasarnya dan untuk mencari cara mengatasinya
3.2 Diagnosa banding BKB :
3.2.1 Bronkhitis:
3.2.2 Asma
3.2.3 Infeksi spesifik
3.2.4 Penyakit paru supuratif :
- Fibrisis kistik
- Bronkiektasis
- Infeksi sekunder pada atelektasis,kista atau benda asing
3.2.5 Lesi fokal
- Benda asing
- Tumor,kista atau kelenjar di mediastinum atau paru
- Trakeomalasia
SOP Puskesmas SINE
019
PROSEDUR KLINIS
KEJANG DEMAM
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 020
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam
komplikasi
Paraf
2. Ruang Lingkup
Semua pasien anak umur 0-4 tahun yang menderita kejang demam
3. Uraian Umum
3.1
Kejang demam yaitu kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38C
disebabkan oleh proses ekstrakranial.
3.2
Usia tersering 3 bln-5 thn
3.3
Proses ekstrakranial yang sering adalah Infeksi Saluran Nafas Akut, Infeksi
telinga, Infeksi Saluran kemih dan Gastrointestinal
3.4
Pembagian :
3.4.1 Kejang demam kompleks
3.4.2 Kejang fokal, kejang lama > 15 mnt, kejang multiple
3.4.3 Kejang demam simplek
3.4.4 Kejang demam umum yang berlangsung singkat
3.5 Umumnya pasien panas sekitar 40C, kejang berlangsung singkat berupa klonik,
tonik atau tonik klonik bilateral, seringkali kejang berhenti sendiri. Beberapa
detik atau menit kemudian anak terbangun atau sadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang fokal yang lama dapat diikuti
parese yang menetap.
SOP Puskesmas SINE KEJANG DEMAM
020
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan penimbangan BB
Kemudian menuliskan kedalam status umur, BB, dan keluhan utama
4.2 Dokter Melakukan anamnesa:
Riwayat kejang
Infeksi sebagai pencetus
Kejang umum/lokal, lamanya, interval
4.3 Dokter menegakkan diagnosa
4.4 Dokter memberikan terapi
Diazepam : BB <10 Kg
= 0,5-0,75 mg
BB 10-20 Kg
= 0,5 mg/KgBB
BB > 20 Kg
= 0,5 mg/KgBB
4.5 Jika kejang berlangsung ditempat berikan diazepam rektal / intravena, dapat diulang
dengan cara yang sama
4.6 Bila kejang berhenti berikan dosis awal phenobarbital, lihat 4 jam kemudian,bila
tidak ada perbaikan dirujuk
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien didalam rekam medik
KEJANG DEMAM
020
PROSEDUR KLINIS
KLINIS MORBILLI ( 1 )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 021
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit morbili agar terhindar dari komplikasi.
2.
Ruang Lingkup
Semua pasien i Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-4 tahun yang
menderita penyakit morbili
3.
Uraian Umum
3.1
Yang tersering adalah otitis media akut, bronchopneumonia dan ensefalitis yang
timbul pada minggu kedua-keempat.
3.2 Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3
stadium:
3.2.1 Stadium kataral
Muncul setelah masa tunas 10-20 hari ditandai dengan panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjunctivitis dan pilek yang berlangsung selama 4-5 hari
3.2.2 Stadium Erupsi
Ditandai dengan batuk pilek yang bertambah. Kemudian timbul bercak merah
(eritema) berbentuk makula papula mulai dari belakang telinga. Kadang dapat
dijumpai bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah
disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah. Tanda lain : rasa
gatal dan muka bengkak.
021
3.2.3Stadium Konvalesens
Ditandai dengan berkurangnya ruam yang meninggalkan bercak berpigmen,
kadang bersisik. Terjadi hiperpigmentasi, ini khas untuk morbili. Suhu
kemudian normal kembali, kecuali ada komplikasi.
4.
Prosedur
4.1 Perawat menimbang BB pasien
4.2 Perawat mencatat BB, umur, dan keluhan utama dalam status
4.3 Dokter menganamnesa : adanya demam, batuk, mata merah, lemah, lesu, lekas lelah
dan pilek
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Timbul bercak merah (eritema) berbentuk makula
papula mulai dari daerah belakang telinga. Kadang dapat juga timbul bercak koplik yang
berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan
geraham bawah.
4.5
Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
021
PROSEDUR KLINIS
MORBILLI ( 2 )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 022
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan penyakit morbili agar terhindar dari komplikasi.
2. Ruang Lingkup
Semua pasien Anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0-5 tahun yang
menderita penyakit morbili
3. Uraian Umum
.
3.1 Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium:
3.1.1 Stadium kataral
Muncul setelah masa tunas 10-20 hari ditandai dengan panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjunctivitis dan pilek yang berlangsung selama 4-5 hari
3.1.2 Stadium Erupsi
Ditandai dengan batuk pilek yang bertambah. Kemudian timbul bercak merah
(eritema) berbentuk makula papula mulai dari belakang telinga. Kadang dapat
dijumpai bercak koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah
disekitarnya pada mukosa pipi dihadapan geraham bawah. Tanda lain : rasa
gatal dan muka bengkak.
3.1.3Stadium Konvalesens
Ditandai dengan berkurangnya ruam yang meninggalkan bercak berpigmen,
kadang bersisik. Terjadi hiperpigmentasi, ini khas untuk morbili. Suhu
kemudian normal kembali, kecuali ada komplikasi.
022
4. Prosedur
4.1 Perawat menimbang BB pasien
4.2 Perawat mencatat BB, umur, dan keluhan utama dalam status
4.3 Dokter menganamnesa : adanya demam, batuk, mata merah, lemah, lesu, lekas lelah
dan pilek
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik : Timbul bercak merah (eritema) berbentuk
makula papula mulai dari daerah belakang telinga. Kadang dapat juga timbul bercak
koplik yang berwarna keabuan dengan warna merah disekitarnya pada mukosa pipi
dihadapan geraham bawah.
4.6
Dokter memberikan terapi:
4.6.1
Vitamin A
4.6.2
Obat-obatan simptomatik untuk gejala yang timbul.
4.6.3
Jika mata bernanah bubuhi tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin tanpa
kortikosteroid
4.6.4
Jika ada luka dimulut ajari cara mengobati dengan gentian violet
4.6 Dokter dapat memberikan rujukan bila terdapat komplikasi
Dosis Vitamin A
UMUR
< 6 bulan
6bulan-11 bulan
12bulan-59 bulan
DOSIS
50 000 IU
(1/2 Kapsul biru)
100 000 IU
(1 Kapsul biru)
200 000IU
(1 kapsul
merah)
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
MORBILLI ( 1 )
022
PROSEDUR KLINIS
PAROTIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 023
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1.
Paraf
TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan parotitis epidemika dan mencegah terjadinya komplikasi
2. RUANG LINGKUP
Semua pasien anak di Puskesmas Kecamatan SINE yang berusia 0 4 tahun dan
menderita parotitis epidemika
3.
URAIAN UMUM
Parotitis Epidemika ialah penyakit akut, menular dengan gejala khas pembesaran
kalenjer ludah terutama kalenjer parotis
Disebabkan oleh virus
Penyakit tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik.
Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah
mungkin urin.
Virus dapat disolasi dari faring dua hari sebelum sampai enam hari setelah
terjadinya pembesaran kalenjer parotis
Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai enam hari setelah
terjadinya pembesaran kelanjer parotis
Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari ke empat belas
setelah terjadi pembesaran kalenjer parotis. Infeksi klinis maupun subklinis
menyebabkan imunitas seumur hidup
Bayi sampai umur 6 8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit parotitis epidemika
karena dilindungi oleh antibodi yang dialirkan secara transplasental dari ibunya.
Gejala klinis : Masa tuntas 14 24 hari dengan gejala, demam, anoreksia, sakit
kepala, muntah dan nyeri otot.
SOP Puskesmas SINE PAROTIS
023
4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan penimbangan berat badan, kemudian menuliskan ke dalam status
umur, berat badan, dan keluhan utama.
4.2 Dokter melakukan anamnesa
Adakah demam
Kapan timbulnya pembengkakan kalenjer parotis
Nyeri di daerah pembengkakan, spontan atau pada perabaan.
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik :
Di daerah parotis, kulit tampak berwarna merah kecoklatan, nyeri pada tekanan
Bagian bawah daun telingga terangkta keatas
Di rongga mulut pada muara duktus stenson tampak kemerahan dan edema
Kadang kalenjer submandibularis dan sublingualis juga dapat terkena.
4.4 Dokter memberikan therapi ;
4.4.1 Istirahat
4.4.2 Simptomatis di berikan kompres panas atau dingin dan analgetika
4.4.3 Diet makanan cair atau lunak
4.4.4 Kortikorterdid selama 2 4 hari dan globulin gama diperkirakan dapat
mencegah terjadinya orkitis.
4.5 Dokter memberikan rujukan bila terdapat komplikasi
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
023
PROSEDUR KLINIS
PENANGANAN KERACUNAN
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 024
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
A. PENGERTIAN
: masuknya zat berbahaya ke dalam tubuh yang bermanifestasi berlebihan
dan membahayakan jiwa.
B. TUJUAN
: mencegah zat berbahaya masuk lebih banyak lagi, membuang/menghilangkan
zat berbahaya yang ada di dalam tubuh, menetralkan efek zat berbahaya dengan antidotum,
menjaga kondisi penderita dalam keadaan stabil.
C. PERLENGKAPAN: suction, oksigen, cairan kristaloid, susu,NGT, diuretic, antidotum
tergantung kasus (Sulfas atropine, Na tiosulfat, bicnat, )
D. PROSEDUR:
1. resusitasi untuk mempertahankan ABC
2. eliminasi bahan berbahaya dengan emesis (untuk racun yg tidak korosif),
katarsis, kumbah lambung, diuresis paksa
3. Supportif,dengan pemasangan infuse untuk menjaga keseimbangan cairan,
elektrolit.
4. Antidotum SA untuk keracunan organofosfat, Na tiosulfat untuk keracunan
sianida, nalokson untuk keracunan sedative hipnotik.
5. Sulfas atropine 2,6 mg (4 ampul) dilanjutkan 0,5-1 mg tiap 5-10 menit sampai
terjadi atropinisasi ditandai pupil midriasis, muka merah, mulut kering,
palpitasi, suhu meningkat,dan gelisah
6. Pengurangan dosis SA setiap 1-2-4-6 12 jam dan dihentikan setelah 2x24 jam
Antidotum spesifik untuk beberapa bahan racun
Opium
: nalokson
Parasetamol : asetilsistein, metionin
Sianida
: Na tiosulfat
Organofosfat : atropine
Logam besi : desferal
PENANGGANAN KERACUNAN
Arsen
: dimerkaprol
SOP Puskesmas SINE
024
Methanol
: etanol
Antidepresan : fisostigmin
PENANGGANAN KERACUNAN
024
PROSEDUR KLINIS
PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 025
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
A. PENGERTIAN
Paraf
: reaksi renjatan alergi yang terjadi akut, segera dan hebat akibat
025
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 026
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
026
UMUR
Dibawah 1 thn
Dibawah 5 thn
Diatas 5 thn
Dewasa
SETIAP MENCRET
gelas
1 gelas
1 gelas
2 gelas
026
DALAM 24 JAM
2 bungkus
3-4 bungkus
4-5 bungkus
6-10 bungkus
6. Patuhi petunjuk minum obat dari dokter dan kontrol ke Puskesmas jika tidak ada perbaikan
7. Segera bawa anak ke tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) jika terdapat tandatanda kekurangan cairan, sebagai berikut :
1. Anak gelisah dan rewel
2. Mata cekung
3. Air mata tidak ada
4. Mulut dan bibir kering
5. Terlihat haus dan ingin banyak minum
026
PROSEDUR KLINIS
DIABETES MELITUS ( PTM )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 027
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1.
Tujuan
Sebagai pedoman
komplikasinya.
dalam
penatalaksanaan
Paraf
penyakit
DM
agar
terhindar
dari
2.
Ruang lingkup
Semua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita penyakit DM atau TGT
( Toleransi Glukosa Terganggu )
3.
Uraian Umum
3.1 DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga
yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat ,edukator & ahli
gizi tapi lebih penting lagi adalah keikutsertaan pasien dan keluarganya.
3.2 DM atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
peningkatannya kadar gula ( glukosa ) dalam darah atau ditemukannya glukosa
dalam urine akibat kurangnya hormon insulin atau fungsi hormon insulin berkurang.
3.3 Keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
3.4 Keluhan lain adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impoten, serta pruritus
vulvae
3.5 Penentuan diagnosa DM berdasarkan keluhan dan kadar glukosa darah sebagai
berikut ( Konsensus 2006 )
027
Kadar GDS
Plasma Vena
Darah Kapiler
Kadar GDP
Plasma Vena
Darah Kapiler
Bukan DM
Belum Pasti DM
DM
<100
<90
110 199
90 199
200
200
<100
<90
110 125
90 - 99
126
110
027
makan pagi), evaluasi dalam 10 hari. Jika sasaran tercapai teruskan terapi
hingga 1 bulan.
4.11.3 Jika sasaran belum tercapai, naikkan dosis OHO salah satu obat yang telah
diberikan, evaluasi 10 hari. Jika sasaran tercapai teruskan terapi hingga 1
bulan.
4.11.4 Jika sasaran belum tercapai, naikkan kedua dosis OHO yang telah ada atau
kombinasikan dengan OHO ketiga dari golongan glitazone atau penghambat
glukosidase, sambil evaluasi penyebab kegagalan turunnya kadar gula
pasien (stress, pola makan, olahraga).
4.11.5 Bila masih belum dapat ditangani, kasus akan dirujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medis
027
PROSEDUR KLINIS
DISLIPIDEMIA ( PTM )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 028
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan gangguan dislipidemia, agar terhindar dari
komplikasi.
2.
Ruang lingkup
Semua pasien dengan kadar cholesterol total atau trigliserida yang lebih dari nilai normal.
3.
Uraian umum
Kolesterol merupakan lemak yang dipergunakan tubuh untuk memproduksi hormon sel luar,
membentuk vit D, membentuk jaringan serat serat otot serta pembentukan garam empedu
yang membantu usus menyerap lemak.
Kolesterol dapat berasal dari luar tubuh, yakni melalui makanan yang tinggi kandungan
kolesterolnya dan dibuat sendiri oleh organ hati di dalam tubuh.
Kolesterol dalam darah diangkut oleh lipoprotein, yaitu HDL ( High Density Lipoprotein )
yang baik karena fungsinya mengangkut kolesterol dari jaringan tubuh ke hati untuk
dibuang, sedangkan LDL(Low Density Lipoprotein) dan Trigliserida adalah lemak yang jahat
karena fungsinya menyebarkan kolesterol ke jaringan jaringan tubuh.
3.1 Beberapa
adalah :
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.1.5
3.1.6
028
3.2
3.3 Komplikasi :
3.3.1 Penyakit Jantung.
3.3.2 Penyempitan Pembuluh Darah
4.
Prosedur
4.1 Perawat / Ahli Gizi melakukan pengukuran.
4.1.1 Tinggi Badan
4.1.2 Berat Badan
4.1.3 Tekanan Darah.
4.2 Perawat / Ahli Gizi mencatat TB, BB, TD, Umur dalam status, serta hasil
pemeriksaan laboratorium, Cholesterol, Trigliserida, HDL & LDL.
4.3 Dokter menganamnesa pola makan dan gaya hidup.
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
4.5 Dokter memberikan terapi / anjuran.
4.5.1 Istirahat.
4.5.2 Edukasi gizi dengan diet rendah cholesterol dan lemak terbatas. Lebih rinci
diberikan oleh Ahli Gizi yaitu dengan pengaturan gaya hidup sehat pedoman
sebagai berikut :
4.5.2.1 Mempertahankan pola makan sehari hari yang sehat dan seimbang,
yaitu :
4.5.2.1.1 Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah buahan
sebagai sumber serat, sehingga dapat mengurangi
absorpsi lemak di usus halus.
4.5.2.1.2 Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan KH
sederhana.
4.5.2.1.3 Melakukan kegiatan jasmani yang cukup sesuai dengan
umur dan kemampuan.
4.5.2.1.4 Mempertahankan berat badan normal.
4.5.2.1.5 Tidak merokok
4.5.3 Terapi obat diberikan jika target kadar kolesterol total dan/atau trigliserida tidak
tercapai dengan perbaikan pola makan dan kegiatan jasmani:
4.5.3.1 Obat untuk menurunkan kadar kolesterol dari golongan penghambat
enzim HMG ko-A reduktase (statin): simvastatin 5 40 mg/hari,
pravastatin (10-40 mg/hari), lovastatin (20-80mg/hari), fluvastatin (540 mg/hari).
4.5.3.2 Obat untuk menurunkan kadar trigliserida dari golongan asam fibrat:
gemfibrozil (300-1200mg 1-2x sehari, jam sebelum makan),
bezafibrat (3x200mg atau 1x400mg/hari), fenofibrate (3x100mg atau
1x300mg/hari).
SOP Puskesmas SINE DISLIPIDEMIA ( PTM )
028
Catatan mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medik
028
PROSEDUR KLINIS
HIPERTENSI ( PTM )
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 029
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksaan penyakit hipertensi agar terhindar dari komplikasi
2. Ruang Lingkup
Semua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita penyakit Hipertensi
3. Uraian Umum
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang
tidak dalam pengobatan hipertensi.
Klasifikasi berdasarkan JNC VII sebagai berikut:
Sistolik
Normal
Pre-Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
<120
120-139
140-159
160
Diastolik
dan
atau
atau
atau
<80
80-89
90-99
100
029
4.2
4.3
Perawat / Ahli Gizi mencatat TB, BB, TD, Umur dalam status .
Dokter menganamnesa
4.3.1
Adanya kondisi cemas, pegal di leher bagian belakang atau keluhan fisik
yang lain.
4.3.2
Pendeteksian hipertensi dari skrining tekanan darah.
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
4.5 Dokter memberikan terapi / anjuran:
4.5.1
4.5.2
4.5.3
4.5.4
4.5.5
4.5.6
4.5.7
4.5.8
4.5.9
Istirahat.
Edukasi Gizi
4.5.2.1 Membatasi konsumsi garam yodium
4.5.2.2 Membatasi konsumsi lemak dan kolesterol
4.5.2.3 Mempertahankan berat badan ideal
Olah raga / latihan fisik.
Saran mengubah gaya hidup yang memperburuk kondisi hipertensi seperti
merokok, stres, alcohol, obat
Melakukan pemeriksaan lanjutan untuk melihat sejauh mana perkembangan
penyakit atau komplikasi yang terjadi:
Laboratorium untuk evaluasi awal dan pengelolaan
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan RO Thoraks.
Obat, anti hipertensi bila perlu.
Yang tersedia di Puskesmas:
4.5.9.1 Captopril 12,5-25mg 2-3x sehari, jangan diberikan jika
pasien batuk
atau ada gangguan fungsi paru.
4.5.9.2 HCT 25 mg 1x sehari
4.5.9.3 Furosemid 40 mg 1x sehari
4.5.9.4 Reserpin.0,25 mg 2-3x sehari
Pemberian obat anti hipertensi
Mulai dosis rendah yang tersedia , naikan bila respons belum
optimal
Kombinasi dua obat , dosis rendah lebih baik daripada satu obat
dosis tinggi.
Bila tidak ada respons satu obat, respons minim, atau ada efek
Samping ganti obat hipertensi yang lain.
4.5.10
Kontrol berobat sebelum obat habis, menekankan pentingnya
patuh berobat demi menjaga kestabilan tekanan darah pasien.
5. Catatan Mutu
5.1 Status pasient dalam rekam medik
029
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 030
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan :
Sebagai pedoman untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan
kadar asam urat dalam darah.
2. Ruang lingkup :
Semua pasien di Puskesmas Kecamatan SINE dengan kadar asam urat dalam
tinggi
darah yang
3. Uraian umum :
Asam urat adalah hasil metabolisme protein berupa purin. Asam urat tidak boleh berlebihan.
Karena dapat menyebabkan penimbunan rasa sakit diberbagai sendi dan dapat menyebabkan
pembentukan batu ginjal
Cara agar asam urat tidak berlebihan yaitu dengan mengatur konsumsi makanan dengan cara
diet rendah purin dan bila perlu konsumsi obat penurun asam urat.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran Tinggi badan, Berat badan
4.2 Perawat mencatat Tinggi badan, berat badan, umur, hasil pemeriksaan, lab asam urat dalam
status
4.3 Dokter menganamnesa keluhan pasien, berupa nyeri sendi, kaku atau terjadi pembengkakan
serta mempelajari kebiasaan pola makan pasien
4.4 Dokter melakukan pemeriksaan fisik
4.5 Dokter memberikan anjuran pengaturan diet rendah purin:
Banyak cairan
Lemak sedang
SOP Puskesmas SINE HIPER URICEMIA ( PTM )
030
030
PROSEDUR KLINIS
SERUMEN
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 031
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1.
Paraf
Tujuan.
Sebagai pedoman cara mendiagnosa dan terapi serumen sehingga tidak menimbulkan kesalahan
dengan suatu pengelupasan kulit yang biasanya terdapat pada orang tua dan menghindarkan
efek sampingan a.l:
Gangguan pendamping dan rasa tertekan menggangu liang telinga.
2. Ruang Lingkup
Unit Rawat Jalan Puskesmas Kecamatan SINE mencakup semua golongan umur.
1. Uraian Umum.
Serumen adalah hasil produksi kelenjer serumen dan kelenjer sebasea yang terdapat di kulit 1/3 luar
liang telinga.
Serumen bisa berbentuk lunak dan padat, dalam keadaan normal serumen tidak tertumpuk di
liang telinga. Bila konsistensi lunak cukup dibersihkan dengan kapas yang telah dililit aligator dan
bila konsistensi padat dapat di keluarkan dengan pengait serumen, bila serumen sukar
dikeluarkan dapat diberi cairan melunakkan serumen a.l Karboglyserin 10 %
Indikator performance : Serumen dinyatakan tidak ada & pemeriksaan selesai bila liang telinga
bersih ( pengambilan / pengeluaran serumen yang padat kurang lebih 5 menit ).
031
4. Prosedur.
4.1. Perawat mempersiapkan :Alat alat :
4.1.1
Lampu kepala
4.1.2
Serumen Hak
4.1.3
Kapas dan pelilit kapas
4.1.4
Corong telinga
4.1.5
Alat penghisap / suction
4.1.6
Cairan ( Betadine, Rivanol, Karbogliserin 10 % )
4.1.7
Kursi Pasien
4.1.8
Buku laporan
4.1.9
Pencucian alat alat
4.2 Dokter melakukan tindakan pengeluaran serumen dengan cara :
4.2.1 Terlebih dahulu memeriksa telinga pasien dan melihat bila serumen lunak cukup dibersihkan
sedangkan bila keras di kait atau dilunakkan dengan cairan
4.2.2 Setelah serumen dapat dikeluarkan dilihat kembali ke dalam liang telinga.
4.2.3 Bila ada trauma bisa diberikan tampon betadine 1 jam- 2 jam
4.3 Bila konsistensi padat dan lebih dalam, sulit dikeluarkan, bisa diberi cairan karbol gliserin 10 %
selama 3 hari kemudian pasien kontrol kembali ke dokter.
5. Catatan Mutu.
5.1 Status pasien dalam rekam medik
031
PROSEDUR KLINIS
SINUSITIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 032
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman penatalaksanaan Sinusitis
2.
Ruang lingkup
Semua pasien Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Sinusitis
3.
Uraian umum
Penyakit Sinusitis ( biasa disebut juga dengan Sinusitis paranasalis ) merupakan suatu peradangan
di sinus paranalis. Bila prosesnya terjadi pada beberapa sinus di sebut Pansinusitis
3.1 Yang paling sering terkena adalah sinus maxillaris karena:
3.1.1 Dasar sinus lebih rendah dari dasar hidung.
3.1.2 Ostium sinus maxillaris relatif lebih tinggi dari dasarnya.
3.1.3 Ada hubungan yang erat antara sinus maxillaris dengan akar gigi P1, P2,
M1,M2
3.2 Berdasarkan lamanya proses perjalanan penyakitnya dapat dibedakan menjadi 3 macam:
3.2.1 Sinusitis akut , bila infeksi terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu, atau bila
masih ada tanda tanda infeksi akut.
3.2.2 Sinusitis sub akut, bila infeksi berlangsung beberapa minggu sampai 3 bulan.
3.2.3 Sinusitis kronis, bila infeksi berlangsung lebih dari 3 bulan
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa
Pasien biasanya mengeluh badannya lesu, demam yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala
karena cairan tidak dapat keluar, nyeri lokal yang sesuai dengan sinur yang terinfeksi.
4.2 Dokter melakukan pemeriksaan fisik
032
4.2.1
4.2.2
4.2.3
4.2.4
Pada sinusitis maxillaris, nyeri di pipi sinus tersebut dan menjalar ke infra orbita.
Pada sinusitis ethmuidalis , nyeri dipangkal hidung dan dalam bola mata
Pada sinusitis Frontalis, nyeri di daerah frontal
Pada sinusitis sphenoidalis, nyeri di daerah occipital.
4.3 Dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang yaitu Transiluminasi di kamar gelap dan
permintaan rongent posisi waters PA dan Lateral
4.4 Dokter memberikan pengobatan
4.4.1 Biasanya konservatif
4.4.2 Vasokonstriletor lokal untuk melancarkan pengaliran sekret sinus, terutama sinus
maxillaris seperti , efedrin, 0,5 2 % semprot / tetes.
4.4.3 Anti Histamin.
4.4.4 Anti Biotik
4.4.5 Analgetik
4.4.6 MucolitiK
4.4.7 Dan dokter melakukan rujukan untuk penatalaksanaan leebih lanjut
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
032
PROSEDUR KLINIS
SOP RHINITIS ALERGIKA
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 33
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan rhinitis alergika dan upaya mencegah
serangan kembali
2. Ruang lingkup
Pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita rhinitis alergika
3. Uraian umum
Penyebab utama rhinitis alergika adalah terjadinya reaksi Antigen Antibody
3.1 Antigen dapat berupa:
3.1.1 Inhalan ( debu , bulu )
3.1.2 Ingestan ( makanan, kuman )
3.1.3 Injektan ( Suntikan )
3.1.4 Kontaktan ( obat tetes )
Akibat terjadinya reaksi antigen antibody menimbulkan pelepasan histamin, bradikimin
dll yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah serta peningkatan permeabilitas
kapiler menjadi edema
4. Prosedur
4.1 Dokter melakukan anamnesa
Keluhan sering bersin,. Gatal pada rongga hidung, dan disertai dengan keluarnya
ingus yang encer
4.2 Dokter melakukan Pemeriksaan Fisik.
Dengan melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior menggunakan spekulum hidung
terlihat mukosa hidung bengkak dan sensitif. Berwarna livid dan terdapat sekret yang
mucoid.
4.3 Dokter memberikan Pengobatan
SOP Puskesmas SINE RHINITIS ALERGIKA
033
033
PROSEDUR KLINIS
TONSILITIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 34
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Tonsilitis
2.
Ruang lingkup
Pasien di Poli THT dan pasien rujukan dari Poli Umum dan Poli Gigi Puskesmas
Kecamatan SINE yang menderita Tonsilitis
3.
Uraian umum
Tonsilitis dapat menyerang semua golongan umur, pada anak anak tonsilitis akut sering
menimbulkan komplikasi.
3.1 Kuman tersering sebagai penyebab adalah :
3.1 .1 Str. Beta haemolyticus.
3.1.2 Str. Viridans
3.1.3 Str. Pyogenus
3.2 Faktor faktor yang dapat mempengaruhi berulangnya tonsilitis:
3.2.1 Rangsangan menahun ( rokok, makanan tertentu )
3.2.2. Cuaca
3.2.3 Pengobatan tonsilitis yang tidak memadai.
3.2.4 Hygiene rongga mulut yang kurang baik
Pada anak anak yang mengalami tonsilitis kronis sering disertai pembengkokan kelenjer
submandibularis, adeniditis, rinitis dan otitis media.
4.
Prosedur
034
Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu diseluruh tubuh, nyeri sendi dan
kadang otalgia sebagai nyeri alih dari Nervus IX, dan demam yang dirasakan makin tinggi.
4.2 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
4.2.1 Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau membran,
yang pada anak membran pada tonsil mungkin juga disebabkan oleh
tonsilitis difteri.
4.2.2 Pada tonsilitis kronis Hipertofi, biasanya di jumpai tonsil membesar dengan
permukaan tidak rata, kripta melebar terisi detritus. Tonsil melekat ke
jaringan sekitarnya.
4.2.3 Pada bentuk atrofi, tonsil mengecil seperti terpendam dalam fossa tonsilaris.
4.3 Dokter memberikan pengobatan:
4.3.1 Antibiotik :
4.3.1.1 Eritromisin 3 x 500 mg diberikan untuk mengatasi demam dan nyeri
menelan selama 5 hari untuk anak anak, dosis eritomisin 40 mg /
Kg BB / Hari, dosis
4.3.1.2 Amoxilin 30 50 mg / Kg BB / Hari.
4.3.2 Parasetamol 3 x 300 500 mg diberikan untuk mengatasi demam dan nyeri
menelan yang mengganggu
4.3.3 Pada Tonsilitis kronis, penting juga diberikan nasihat agar menjauhi
rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut:
Misalnya : merokok , minuman / makanan yang merangsang, penggunaan
obat kumur yang mengandung desinfektan.
4.4 Dokter dapat memberikan rujukan bila serangan akut sering berulang, tonsil sangat
membesar dan ada kecurigaan terjadi komplikasi di tempat lain.
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien THT FI/Lok-15/00
034
PROSEDUR KLINIS
RHENOPHARINGITIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 35
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan rhinofaringitis dan upaya mencegah serangan kembali
2. Ruang lingkup
Pasien di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita rhinofaringitis
3. Uraian umum
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda : Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok , sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
4. Prosedur
a. Dokter melakukan anamnesa
Keluhan sering bersin,. Gatal pada rongga hidung, dan disertai dengan keluarnya ingus yang
encer
4.2 Dokter melakukan Pemeriksaan Fisik.
Dengan melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior menggunakan spekulum hidung terlihat
mukosa hidung bengkak dan sensitif. Berwarna livid dan terdapat sekret yang mucoid.
4.3 Dokter memberikan Pengobatan
4.3.1 Istirahat dan minum yang cukup, Kumur dengan air hangat, Analgetika jika perlu dan
tablet hisap.
4.3.2 Beri antihistamin ( ctm ) kortiko steroid oral atau local, tetapi pengobatan secara lokal
dapat berbahaya karena dapat timbul rinitis
medika mentosa atau rebound
fenomen dimana terjadi vasodilatasi dosis antihistamin ( ctm ) biasanya 1 2 mg /
kal
5. Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
035
PROSEDUR KLINIS
OTITIS MEDIA AKUT
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 36
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1.
Paraf
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Otitis Media Akut (OMA)
2. Ruang lingkup
2.1 Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba
eustachiusnya pendek.
3.
Uraian umum
O.E Otitis Media Akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan
tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba
eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
STADIUM OMA
3.1 Stadium Oklusi Tuba Eustachius
3.2 Stadium Hiperemis
3.3 Stadium Supurasi
3.4 Stadium Perforasi
3.5 Stadium Resolusi
SOP Puskesmas SINE OTITIS MEDIA AKUT
036
GEJALA KLINIS
Kleuhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya.Terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh
ditelinga atau rasa kurang dengar.
Prosedur
4.1 Dokter memberi penatalaksanaan kepada pasien yang datang ke poli THT dengan cara
4.1.1 Anamnesa : Mendengarkan keluhan pasien.
4.1.2 Setelah dokter memakai lampu kepala maka telinga pasien yang sakit diperiksa.
4.1.3 Tangan kiri pemeriksa memegang telinga yang sakit kemudian kapas yang telah
dililitkan dicelupkan ke dalam betadine solution atau Rivanol lalu dibersihkan
liang telinga.
4.1.4 Dokter menulis resep untuk mengurangi rasa sakit dan bila perlu antibiotik
sistemik
4.1.5 Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali
tuba eustachius. Untuk ini diberikan obat tetes hidung, HCl Efedrin 0,5% atau1
% dalam larutan fisiologik.
4.1.6 Pada stadium presupurasi antibiotik yang dianjurkan ialah dari golongan
penisilin atau ampisilin
4.2 Dokter menulis keluhan dan Pemeriksaan, Diagnosis, Therapi di buku status.
4.2.1 Memfixir kepala pasien supaya tidak goyang karena alat alat ada yang tajam
dan terbuat dari stainless steel ( Agar tidak terjadi trauma alat )
4.2.2 Membersihkan alat / instrumen dengan air mengalir dan menyusun kembali di
meja / Treatment unit Ent.
4.2.3 Perawat melakukan Pencatatan dan pelaporan.
4.
Catatan Mutu.
5.1 Status pasien dalam rekam medis
036
Paraf :
Paraf
1. TUJUAN
Sebagai pedoman penatalaksanaan polimialgia reumatik
2. RUANG LINGKUP
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita
polimialgia reumatik
3. URAIAN UMUM
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu,
dan panggul. Trutama mengenai usia pertengahan atau lanjut usia, sekitar 50
tahun ke atas. Gejala utama adalah nyeri dan kekakuan yang mengenai
leher, bahu, lengan atas, pinggang, pinggul, dan punggung sebelah bawah.
Tidak terdapat kelelahan otot.
4. PROSEDUR
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan
umur pasien serta mencatatnya dalam status
SOP Puskesmas SINE POLIMYALGIA REUMATIK
001
Dokter menganamnesa pasien : ada tidaknya nyeri dan kekakuan pada otototot ekstermitas, lokasi nyeri, intensitas nyeri dan penjalarannya.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik : tidak ditemukan kelainan yang khas.
Dokter memberikan terapi :
Analgetik contoh : Paracetamol, Asam Mefenamat, Piroksikam, Methycobal
dll
Kortikosteroid ; Prednison 10 15 mg sehari selama 3 h ari, bila terdapat
tanda inflamasi
Bila perlu dapat diberikan roborantia, vit B1,B6, dan B1
5. CATATAN MUTU:
5.1
Status pasien dalam rekam medik
001
PROSEDUR KLINIS
ASMA BRONKIALE
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 002
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan.
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Asma dalam mengatasi serangan akut dan
mencegah serangan.
2. Ruang Lingkup
Pasien di poli umum Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Asma Bronkiale.
3. Uraian Umum
Asma adalah penyakit kronik pada saluran napas. Menurut the American Thoracic Society
( 1962 ) Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasikan adanya penyempitan jalan
napas yang luas dan derajatnya dapat berubah ubah. Baik secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan Inflamasi pada saluran napas biasanya disertai hiperreaktivitas
bronkus, obstruksi jalan napas dan gejala pernapasan ( mengi, batuk dan sesak )
Serangan asma sering di cetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik atau rangsangan
yang bersifat allergen.
Menjauhkan penderita dari sumber rangsang sangat penting, misalnya asap rokok,
insektisida, debu dan hewan piaraan. Sesak napas pada asma khas disertai suara
mencicit ( mengi ) akibat kesulitan ekpirasi. Pada auskultasi terdengar wheezing dan
ekspirasi memanjang. Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot otot
pernapasan dan sianosis dikenal dengan giatnya otot otot. Bantu pernapasan dan
sianosis dekenal dengan status asmatikus yang dapat berakibat fatal.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status.
002
4.2 Dokter menganamnesa pasien : Gejala gejala asma seperti sesak napas yang
berbunyi, misalnya ngik ngik, kapan serangan timbul, adakah faktor pencetus
serangan, faktor apa saja yang dapat meringankan gejala, misalnya adakah obat
obat yang biasa diminum jika timbul serangan, adakah riwayat asma dalam keluarga.
4.3
Dokter melakukan pemeriksaan fisik antara lain :
4.3.1 Hitung nafas dalam satu menit.
4.3.2 Mengukur suhu badan pasien
4.3.3 Adakah sianosis.
4.3.4 Adakah tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
4.3.5 Adakah terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang pada auskultasi paru.
4.4 Dokter melakukan terapi :
4.4.1 Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting, juga anjuran untuk
menghentikan kebiasaan merokok.
4.4.2 Sedapat mungkin menghilangkan atau setidaknya menghindari
factor pencetus serangan seperti misalnya stress, asap rokok,
insektisida, debu dan hewan piaraan
4.4.3 Bronkodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100 150 mg pada orang
dewasa.
4.4.4 Pilihan lain salbutamol 3 x 2 4 mg.
4.4.5 Prednison hanya dibutuhkan bila obat obat diatas tidak menolong, dan
diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus, namun
pemberiannya tidak boleh terlambat.
4.4.6 Bronkodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100 150 mg pada orang dewasa.
4.4.7 Pilihan lain salbutamol 3 x 2 4 mg.
4.4.8 Prednison hanya dibutuhkan bila obat obat diatas tidak menolong, dan
diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus, namun
pemberiannya tidak boleh terlambat.
4.4..9 Pengobatan simtomatis dapat diberikan untuk menghilangkan gejala
4.4.10 Parasetamol 3 x 500 mg atau asetosal 3 x 300 500 mg untuk
menghilangkan nyeri dan demam
4.4.11 Efedrin 3 x 10 mg, pseudoefedrin 3 x 30 mg, atau
fenilpropanolamin 15
25 mg/ kali diperlukan bila terjadi udem dan ingus yang berlebihan.
4.4.12 Jika batuk berdahak, dapat diberikan Gliseril Guaiokolat 3 x 1 tablet
/ hari
atau ekspectoran lainnya.
4.4.13 Antibiotik diberikan bila perlu saja.
4.4.14 Penderita Status Asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan
perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal
sebagai
berikut
4.4.15 Penderita di infus glukosa 5 %
4.4.16 Aminofilin 5 6 mg / kg BB disuntikan IV, perlahan, bila penderita belum
memperoleh teofilin oral.
4.4.17 Prednison 2 x 10 20 mg sehari untuk beberapa hari, kemudian
diturunkan
dosisnya
5. Catatan mutu : Status pasien dalam rekam medik
002
PROSEDUR KLINIS
BATU SALURAN KENCING
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 003
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan batu saluran kemih dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2. RUANG LINGKUP
Semua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami
Batu pada saluran kemih.
3. URAIAN UMUM
Batu saluran kemih sering terjadi pada pasien yang mempunyai keluhan pinggang
pegal ,nyeri pada saat buang air kecil disertai darah.
4. PROSEDUR
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan
umur pasien serta mencatatnya dalam status.
4.2 Dokter menganamnesa pasien : menanyakan gejala gejala pegal di
pinggang , nyeri saat buang air kecil kadang terdapat darah
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik antara lain :
4.3.1 Nyeri ketok positif
4.3.2 Nyeri tekan perut bagian bawah
4.3.3 Balotemen positif
4.3.4 Menganjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium Urin lengkap,
darah ureum- kreatinin, USG abdomen, BNO-IVP
SOP Puskesmas SINE BATU SALURAN KENCING
003
003
PROSEDUR KLINIS
BRONKITIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 004
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Bronkitis.
2.
Ruang Lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita bronkhitis.
3.
Uraian Umum
Bronkitis akut sebenarnya merupakan bronkopneumoni yang lebih ringan, penyebabnya
dapat berupa virus, mikoplasma, atau bakteri.
Penderita terutama mengeluhkan batuk yang mula mula kering. Batuk kemudian
menjadi berdahak kental dan mukopurulen, makin lama makin banyak.
Mungkin terdapat demam yang berlangsung 3 5 hari, sesak napas, nyeri otot, dan sakit
dada.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki kasar, sedangkan pada pemeriksaan
laboratorium terdapat leukositosis. Diperlukan foto thoraks untuk membantu menegakkan
diagnosisi.
4.
Prosedur.
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status
Dokter menganamnesa BRONKITIS
pasien :
SOP Puskesmas SINE
004
berapa lama telah menderita batuk, batuk kering, atau berdahak, jika berdahak
bagaimana kekentalan, warna dan baunya dan apakah ada pilek, bagaimana
kekentalan, warna dan baunya, dan adakah demam, berapa lama, apakah ada sesak
napas.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
Antara lain :
Hitung nafas dalam satu menit, mengukur suhu badan pasien.
Memeriksa bagaimana keadaan faring dan tonsil pasien.
Adakah tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Adakah terdengar rhonki pada auskultasi paru.
Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
BRONKITIS
SOP Puskesmas SINE
004
PROSEDUR KLINIS
CEPHALGIA
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 005
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan CHEPALGIA dan mencegah terjadinya
komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita CHEPALGIA
3. Uraian Umum
CEPHALGIA
A. Pembagian nyeri kepala ( cephalgia / headache )
I.
Primary headache
1.
Migraine
Classical migraine
Common migraine
Complicated migraine
Cluster headache
2.
3.
combinated headache
4.
Neuralgic pain
N. trigeminus
N. glossopharyngeus
CEPHALGIA
005
II.
Secondary headache
1.
Vascular headacdhe
2.
traction headache
3.
Inflammatory headache
4.
radiating headache
5.
psycogenic headache
005
Patogenesis ;
Akibat stress timbul kontraksi otot kepala, leher, rahang bawah vasokontriksi
exranial iskemia nyeri
Jenis :
1. Episodik : frekkuensi < 15 sebulan
2. kronik : frekuensi > 15 kali sebulan atau hampir setiap hari
Gejala klinis
Rasa berat / kencang seperti diiikat di bagian ke[ala, leher, bahu
Cepat marah / sedih/ tersinggung.
Palpitasi
Imsomnia
Anorexia
SOP Puskesmas SINE
CEPHALGIA
005
Meteorismus
Nyeri bertambah jika banyak orang atau bising
Pemeriksaan fisik ;
Parestesia / hipestesia
Hiperrefleksi
Defisit neurologik tidak ada
Diagnosa differensial ;
kepala
gejala.
005
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
1.
No. Dokumen :
Halaman
: 006
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Tujuan.
Uraian Umum
DBD disebabkan oleh virus denque yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.
Gambaran klinisnya sangat beragam dan kadang kala muncul dengan gejala yang tidak
biasa. Masa tunas berkisar antara 3 sampai 15 hari. Penderita mendadak demam tinggi
berlangsung terus selama 2 7 hari. Tampak tanda perdarahan, uji torniqet positif disertai
petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena atau
hematuria.,hati membesar dan ditemukan nyeri tekan epigastrium. Mungkin terdapat tanda
syok, ( ekstremitas dingin, nadi dan cepat, tekanan sistolik < 90 mm Hg, tekanan nadi
menurun. Pemeriksaan darah memperlihatkan trombositopenia da hemokonsentrasi
4.
Prosedur.
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien serta
mencatatnya dalam status.
Dokter menganamnesa pasien : ( criteria klinis menurut WHO, ) demam tinggi mendadak,
tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 7 menit.
SOP Puskesmas SINE
Hemokonsentrasi (
DEMAMSISTEM
BERDARAH
DENGUEMUTU ( SMM )
MANAJEMEN
006
PROSEDUR KLINIS
DIARE
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 007
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Diare dan mencegah terjadinya komplikasi
2. Ruang lingkup
Semua pasien Poli Umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Diare
3. Uraian umum
Diare dapat diartikan sebagai buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cair. Sebagian besar diare di Indonesia disebabkan oleh bakteri dan
parasit.
3.1 Bakteri penyebab diare antara lain :
3.1.1 Shigela Dysentriae,
3.1.2 Shigella flexneri.
3.1.3 Salmonella typhii.
3.1.4 Salmonella paratyphii A, B, C,
3.1.5 Vibrio cholerae
3.1.6 Vibrio eltor
3.1.7 Vibrio Parahemolitikus
3.1.8 Eschericia coli.
3.1.9 Campilobacter
3.1.10 Yersinia intestinalis
3.2 Diare akut oleh parasit antara lain :
3.2.1 Entamuba Histolityca.
3.2.2 Giardia lamblia.
3.2.3 Trichomonas intestinalis
3.2.4 Trichomonas Hominis.
3.3 Sedangkan akibat keracunan makanan :
3.3.1 Stafilokokus
SOP Puskesmas SINE
DIARE
007
4.1 Dokter melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status.
4.2 Dokter anamnesa perjalanan penyakit
4.2.1 Frekuensi diare.
4.2.2 Lamanya diare.
4.2.3 Perjalanan penyakit.
4.2.4 Informasi tentang tinja, yaitu volume, warna, bau, sisa makanan, lender,darah
abdomen.
4.2.5 Juga perlu ditanyakan hubungan dengan makanan atau minuman terdahulu,
hubungan dengan kejiwaan ( psikis )
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan.
4.3.1 Pemeriksaan fisik harus seksama.
4.3.2 Hanya hanya abdomen.
4.3.3 Banyak pasien diare justru dapat didiagnosa sesudah mendapatkan kelainan di
tempat lainnya ;
4.3.3.1
Kandiditias intestinal dapat didiagnosa dengan
mendapatkan kelainan pada mulut atau sekitar anus.
4.4 Pengobatan.
Pengobatan terdiri dari 3 bagian yaitu :
4.4.1 Penyuluhan, kebersihan harus ditekankan pada penderita mengingat
banyaknya factor predisposisi yang dapat menggagalkan pengobatan dan
menyebabkan timbulnya diare kronis.
4.4.2 Diit, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan lunak dan menghindari makanan
yang dapat merangsang lambung seperti makanan yang pedas dan asam.
Jangan lupa mengganti cairan yang keluar dengan air dan elektrolit serta nutrisi.
4.4.3 Sintomatik seperti antidiare, analgetik, antipiretik, antiemetik, dll.
4.4.4 Antibiotik / anti parasit bila diperlukan.
5.Catatan mutu
5.3 Status pasien dalam rekam medik
007
PROSEDUR KLINIS
HIPERTENSI
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 008
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
TUJUAN
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan Hipertensi dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2.
Ruang lingkup
Semua pasien di poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang mengalami Hipertensi.
3.
Uraian Umum
Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmhg sistolik
Klasifikasi tekanan darah
Optimal
Normal
Normal tinggi
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
4.
Sistolik
Diastolik
<120
<130
130-139
140-159
160-179
> 180
<80
<85
85-89
90-99
90-94
>110
Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan
umur pasien serta mencatatnya dalam status.
a. Dokter menganamnesa pasien : Gejala gejala pusing, pegel pegel, kesemutan,
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik antara lain :
4.3.1 mencari factor resiko hipertensi : merokok, DM, obesitas, jantung
4.3.2 Mengukur suhu badan pasien
4.3.3 menganjurkan untuk pemeriksaan laboratorium : kolesterol HDL,
LDL
asam urat
HIPERTENSI
SOP Puskesmas SINE
008
HIPERTENSI
SOP Puskesmas SINE
008
yang
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 009
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1. Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan mencegah
terjadinya komplikasi.
2.
Ruang lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita infeksi
saluran kemih.
3. Uraian Umum
ISK adalah berkembang biaknya mikro organisme di dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal tidak ada.
Gejala dan tanda ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, gejala yang lajim
ditemukan adalah : disuria, polakisura, dan terdesak kencing ( urgensi ) yang semuanya
sering terdapat bersamaan.
Rasa nyeri sering di dapat di daerah supra pubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau
seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga di luar
waktu kencing.
Polakisuria terjadi akibat kandung kencing tidak dapat menampung kencing lebih dari
500 ml akibat rangsangan mukosa yang meradang akibat sering kencing.
009
Rasa terdesak kencing dapat sampai menyebabkan seorang penderita ISK ngompol,
tetapi gejala ini juga terdapat pada penderita batu atau benda asing di dalam kandung
kemih.
Gejala lain yang juga di dapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing yang susah
dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut, tenesmus yaitu rasa
nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong, nokturia
yaitu kecendrungan buang air kecil lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas
kandung kencing yang menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan
volume urin yang kurang.
Kuman penyebab ISK tersering adalah E. coli.
4.
Prosedur
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status .
Dokter menganamnesa pasien : ditemukan keluhan disuria, polakisuria, dan urgensi,
kadang disertai demam.
Dokter melakukan pemeriksaaan.
Diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya mikriorganisme di dalam saluran
kencing, piuria yaitu leukosit dalam urin > 10 / LPB. Hematuria juga dapat terjadi pada LSK
dan dianggap positif jika jumlahnya lebih dari 5 / LPB, dapat juga ditemukan proteinuria
ringan.
4.4
5.
Catatan Mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
009
PROSEDUR KLINIS
INFLUENSA
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 010
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
1.
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan influensa dan mencegah terjadinya komplikasi
2.
Ruang Lingkup
Semua pasien poli umum di Puskesmas Kecamatan SINE yang menderita Influensa.
3.
Uraian Umum
Influensa tergolong infeksi akut saluran napas ( disingkat secara salah : ISPA ) yang biasanya terjadi
dalam bentuk epidemi. Banyak macam virus penyebabnya antara lain < Rhinovirus, Corona virus,
Virus Influensa A dan para influensa, adenovirus, enterovirus.
Disebut Common Cold atau selesmas bila gejala hidung lebih menonjol. Influensa dimaksudkan untuk
kelainan disertai faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih nyata.
Biasanya penyakit ini sembuh sendiri dalam 3 5 hari.
4.
Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur pasien
serta mencatatnya dalam status .
4.2 Dokter menganamnesa pasien : Gejala sistemik khas berupa infeksi virus akut yaitu
demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nafsu makan hilang. Gejala lokal berupa rasa
menggelitik sampai nyeri tenggorok, kadang batuk kering, hidung tersumbat, bersin dan
ingus encer dan jernih.
SOP Puskesmas SINE INFLUENSA
010
5.
Catatan Mutu
5.1.
Status pasien dalam rekam medik
010
PROSEDUR KLINIS
SOP ISPA (1)
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
Tanggal Terbit : 02 / 11 / 2015
Revisi
:Dibuat oleh :
Sarwanti, Amd. Kep.
No. Dokumen :
Halaman
: 011
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
1.
Paraf
Tujuan
Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan ISPA dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Ruang lingkup
Semua pasien poli umum di puskesmas Kecamatan SINE yang menderita ISPA
3. Uraian Umum
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang mengandung 3 unsur :
Infeksi : masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran Pernafasa : Organ yang dimulai dari hidung hngga alveoli beserta organ
adneksanya seperti : sinus sinus, rongga telingga telinga basah, pleura. Dengan
demikian ISPA secara anatomi mencakup saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pernafasan bagian bawah.
4. Prosedur
4.1 Perawat melakukan pengukuran tekanan darah pasien dan menanyakan umur
pasien serta mencatatnya dalam status.
4.2 Dokter menganamnesa pasien : berapa lama telah menderita batuk, batuk kering
atau berdahak, jika berdahak bagaimana kekentalan, warna atau baunya, dan apakah
pilek, bagaimana kekentalan, warna baunya, dan adakah demam, nyeri atau gatal,
tenggorokan, nyeri menelan.
4.3 Dokter melakukan pemeriksaan fisik.Antara lain :
SOP Puskesmas SINE SOP ISPA (1)
011
4.3.1
Hitung nafas dalam satu menit, mengukur suhu badan pasien.
4.3.2
Memeriksa bagaimana keadaan faring dan tonsil pasien.
4.3.3
Adakah tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
4.3.4
Adakah terdengar wheezing, rhonki pada auskultasi paru.
4.3.5
Lihat apakah kesadaran menurun.
4.4 Dokter melakukan terapi.
4.4.1 Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting.
4.4.2 Pengobatan simtomatis dapat diberikan untuk menghilangkan gejala.
4.4.3 Parasetamol 3 x 500 mg atau asetosal 3 x 300 500 mg untuk
menghilangkan nyeri dan demam.
4.4.4
Efedrin 3 x 10 mg, pseudoefedrin 3 x 30 mg, atau fenilpropanolamin 15
25 mg / kali diperlukan bila terjadi udem dan ingus yang berlebihan.
5.
Catatan mutu
5.1 Status pasien dalam rekam medik
011
PROSEDUR KLINIS
PUSKESMAS SINE
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN NGAWI
No. Dokumen :
Halaman
: 011
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
Suyanto, Amd. Kep.
Dr. Agung Wahyu Hidayat
Paraf :
Paraf :
Paraf
Pengertian
Tujuan
Penjelasan
Kebijakan
Setiap pasien harus diukur suhu badannya.
Persiapan
011
Prosedur
Unit terkait
1.
2.
3.
Dokumen
Laporan.
Kaitan
dengan
prosedur lain
Lampiran
Penatalaksanaan
Referensi
011