PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu
memahami
persiapan
proses
fermentasi,
mampu
Teori
Fermentasi berasal dari bahasa latin yaitu fevere artinya mendidih. Peristiwa
senyawa
Sifat-sifat Proses
Sifat-sifat proses harus disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan oleh
ataupun anaerob, sedangkan bentuk medium dapat cair ataupun padat. Dalam
proses produksi dapat digunakan proses tertutup atau pun kontinu. Perbedaan kondisi
yang dibutuhkan oleh mikroba dalam proses industri juga akan menentukan :
1. Tipe Fermentor
2. Optimasi lingkungan: pH, aerasi, suhu, kadar nutrien
3. Macam alat bantu: sumber air, listrik, kompresor dan sebagainya
4. Cara pengunduhan hasil, sterilisasi
1.4
Berbagai makanan dan minuman seperti roti, tape, tempe, wine dan yoghurt
dibuat melalui proses fermentasi. Sebagai bahan pangan tambahan beberapa produk
fermentasi telah umum digunakan. Sebagai contoh, gum xanthan merupakan
polisakarida dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan melalui proses fermentasi
menggunakan bakteri Xanthomonas campestris dengan gula sebagai substrat. Gum
gellan adalah polisakarida yang larut dalam air dan dihasilkan dari fermentasi dengan
kultur murni Sphingomonas elodea. Kedua hidrokoloid ini umum digunakan dalam
industri pangan sebagai pengental, penstabil, dan pembentuk tekstur.
Akhir-akhir ini dikembangkan pula isoflavon kedelai untuk digunakan dalam
makanan, minuman, dan farmasi. Isoflavon kedelai seperti genistein, daidzein, dan
glycitein memiliki manfaat penting bagi kesehatan dan proses fermentasi dapat
menghasilkan komponen-komponen tersebut.
1.5
cair (liquid state fermentation, LSF) dan fermentasi media padat (solid state
fermentation, SSF). Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau
substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau suspensi sebagai partikelpartikel dalam fase cair. Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang
berlangsung dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air cukup sekalipun
tidak mengalir bebas. Dalam fermentasi tradisional baik fermentasi medium cair
maupun medium padat telah lama dikenal. Fermentasi cair dapat meliputi fermentasi
minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yoghurt dan kefir. Fermentasi
media padat seperti fermentasi tape, oncom dan kecap.
a. Fermentasi Media Cair
Komponen tambahan yang diperlukan pada pakan generasi baru seringkali
disintesa secara terpisah dan ditambahkan kemudian. Cara yang digunakan biasanya
dengan cara fermentasi media cair, yang dapat mensitesa asam-asam amino, asamasam organik, enzim-enzim dan beberapa vitamin. Fermentasi cair dengan teknik
tradisional dilakukan pengadukan, berbeda dengan teknik fermentasi cair modern
melibatkan Fermentor yang dilengkapi dengan pengaduk agar medium tetap
homogen, aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan pemanasan) dan hasil lebih
homogen dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan,
perebusan dan pengukusan mematikan banyak mikroba kompetitor.
b. Fermentasi Media Padat
Fermentasi media padat mempunyai kandungan nutrien per volume dapat lebih
besar. Produksi protein mikroba untuk pakan ternak dari keseluruhan hasil fermentasi
dapat dilakukan dengan pengeringan sel-sel mikroba dan sisa substrat. Fermentasi
substrat padat dengan kapang mempunyai keuntungan, yaitu:
1. Medium yang digunakan relatif sederhana
2. Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil, karena air yang
digunakan sedikit.
3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana.
4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat alaminya.
5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap partikel
substrat.
6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.
Faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat diantaranya:
1. Kadar air
Kadar optimum tergantung pada substrat, organisme dan tipe produk akhir.
Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volume gas,
tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.
2. Temperatur
Temperatur berpengaruh pada laju reaksi biokimia selama proses fermentasi.
3. Pertukaran Gas
Pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat mempengaruhi proses
fermentasi.
1.6
1.7
Proses Transformasi
Sel mikroba dapat digunakan untuk mengubah senyawa menjadi senyawa lain
yang secara struktur berkaitan, yang mana senyawa yang dihasilkan mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Reaksi yang dapat mengkatalisis misalnya dehidrogenasi,
oksidasi, hidroksilasi, dehidrasi dan kondensasi, dekarboksilasi, aminasi, deaminasi
dan isomerasi. Contoh proses transformasi adalah mengubah alkohol menjadi asam
asetat. Proses transformasi dapat juga digunakan untuk produksi antibiotik. Sel yang
amobil juga merupakan usaha proses transformasi yang dapat digunakan berulang.
1.8
pembuatan alkohol dan vinegar. Di Arab produksi dalam skala besar dimulai tahun
1700. Pengembangan proses dengan menggunakan termometer dimulai tahun 1757
dan pemindahan panas pada tahun 1801. Pada pertengahan abad 19, fungsi khamir
dalam fermentasi alkohol mulai dikembangkan. Pada akhir abad 19 mulai digunakan
kultur murni khamir pada pembuatan starter.
Vinegar pada mulanya dihasilkan dari oksidasi wine karena perkembangan
mikroba liar. Perkembangan kemudian dengan menggunakan generator yang diikuti
dengan medium penyangga. Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 mulai digunakan
medium yang dipasteurisasi dan ditambah 10% vinegar yang baik untuk menjadikan
asam dan mencegah kontaminasi. Jadi konsep proses mulai dikembangkan pada awal
abad 20.
Tahap ke dua yaitu dari tahun 1900-1940 dengan mulai dikembangkan produk
baru seperti massa sel khamir, gliserol, asam sitrat, asam laktat dan aseton butanol.
Pembuatan ragi roti merupakan proses aerob sehingga sel tumbuh cepat. Jika oksigen
tidak ada maka yang dihasilkan adalah alkohol bukan sel khamir. Masalah pembatas
adalah konsentrasi wort awal, karena pertumbuhan sel dibatasi oleh kemampuan
penggunaan sumber karbon dari pada oksigen. Pertumbuhan sel juga dipengaruhi
oleh penambahan wort dalam jumlah kecil selama proses. Teknik ini sekarang disebut
kultur fedbatch dan secara luas digunakan dalam fermentasi industri dengan oksigen
sebagai pembatas. Perkembangan fermentasi aseton butanol secara aseptis selama
perang dunia II dipelopori oleh Weizmann.
Pada tahap ke tiga mulai dihasilkan penisilin pada kultur submerged secara
aseptis. Produksi penisilin secara aerob sangat mudah mengalami kontaminasi,
terutama pemasukkan udara dalam skala besar. Program pengembangan strain
dilakukan dalam pilot plant. Pada tahap ini (1940 sampai sekarang) banyak
ditemukan proses-proses baru diantaranya antibiotik yang lain, vitamin, gibrelin,
asam amino, enzim dan transformasi steroid.
Tahap ke empat (1960 sampai sekarang), sejumlah perusahaan besar meneliti
tentang produksi protein sel tunggal untuk ternak. Tahap ini merupakan
pengembangan tahap ke tiga dengan skala lebih besar dengan kemungkinan harga
jual yang lebih rendah. Mulai tahap ini semakin diperhatikan kontrol peralatan dan
proses menggunakan kontrol komputer dan mulai dilakukan penelitian strain yang
digunakan melalui rekayasa genetik.
Tahap ke lima (1979 sampai sekarang) mulai diteliti dan diproduksi senyawa
yang tidak umum dihasilkan mikroba seperti interferon, insulin dengan manipulasi
genetik. Produksi konvensional juga dapat ditingkatkan melalui rekayasa genetik.
Perkembangan tahap ini semakin canggih sesuai perkembangan bioteknologi.
Maksimalisasi profit dalam bioteknologi maupun proses industri komersial
umumnya sangat erat kaitannya dengan optimasi pembentukan produk oleh katalis
selular yaitu menghasilkan jumlah maksimum produk pada waktu singkat dengan
biaya yang sangat rendah. Untuk memperoleh tujuan ini, kultur sel harus
diperhitungkan secara kuantitatif. Dengan kata lain kinetika proses harus diketahui.
Dengan menentukan kinetika dari sistem maka dimungkinkan untuk prediksi yield
dan waktu reaksi yang pada akhirnya ditujukan untuk desain ukuran bioreaktor.
Kultivasi mikroba baik skala kecil maupun skala besar dilakukan dalam vessel
reaksi spesial yang disebut bioreaktor atau Fermentor, sehingga prosesnya disebut
dengan fermentasi. Ada tiga model pengoperasian bioreaktor: batch, kontinu dan fed
batch. Pada kultur batch, bioreaktor diisi dengan medium segar kemudian
diinokulasi. Gambar 1.3 adalah salah satu contoh reaktor batch yang dipakai dalam
melakukan reaksi fermentasi yang dilengkapi dengan pengaduk, saluran aerasi, dan
perlengkapan lainnya. Diakhir fermentasi, isi reaktor dikeluarkan untuk proses down
stream reaktor kemudian dibersihkan, disterilkan dan diisi kembali untuk fermentasi
berikutnya. Saat sel ditumbuhkan pada kultur batch mereka akan mengalami
beberapa fase pertumbuhan, yaitu the lag phase, exponential (or log) phase,
stationary phase dan the death phase.
Ket: a) Fasa stationer, b) Fasa pertumbuhan dipercepat, c) Fasa eksponensial, d) Fasa pertumbuhan
diperlambat
dari pada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha
merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi
untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal
mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak
komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat
mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan
hidup.
2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikroba sudah dapat
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak
tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat.
3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju
pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (maks). Nilai maks ini
ditentukan oleh konstanta jenuh/saturasi substrat. Nilai maks untuk setiap
mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat.
4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan
mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Jika
fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan hanya pada
awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang
mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi
kekurangan nutrisi. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah
terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk
metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme.
5. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi mencukupi
kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi produk
metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus menginhibisi
ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu umur sel juga
sudah tua, sehingga pertahanan sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi
biasanya juga berkurang.
Plot ln [Cell] terhadap waktu akan menghasilkan hubungan garis lurus yang
[Cells]
ln[Cells]
slope
Waktu
Waktu
yang mana adalah laju pertumbuhan specific growth rate. Model pertumbuhan
mikroba seperti ini disebut the exponential growth model. Specific growth rate ()
mengambarkan berapa cepat sel bereproduksi. Semakin tinggi nilainya maka semakin
cepat sel melakukan pertumbuhan. Saat sel tidak tumbuh, maka nilai specific growth
ratenya adalah nol/zero. Selama exponential phase, specific growth rate relatif
konstan.
Untuk estimasi specific growth rate, maka persamaan 2 harus diintegralkan
untuk menghasilkan hubungan antara konsentrasi biomass (X) dan waktu (t) pada
interval waktu dari 10 sampai l. Dengan memindahkan variabel pada persamaan 2
maka diperoleh:
X 1 X 0 e ( t1t 0 ) ....................................................(1.3)
Plot ln X vs t akan menghasilkan persamaan garis lurus. Slope garis ini ekuivalen
dengan specific growth rate ().
Biomass biasanya diukur/dinyatakan dalam dry weight yaitu berat sel setelah
air dikeluarkan (setelah pengeringan). Untuk menentukan dry weight, sel pertama kali
harus dipisahkan dari medium fermentasi ini dapat dilakukan dengan filtrasi
membran atau sentrifugasi. Teknik filtrasi membran yaitu liquid fermentasi difilter
melalui
predried,
pre-weighed
membran.
Filter
kemudian
dicuci
untuk
menghilangkan broth yang masih larut. Lalu filter dikeringkan dan ditimbang.
Doubling time (tD) adalah ekspresi yang biasa dipakai mikrobiologis untuk
menyatakan laju pertumbuhan sel yaitu waktu yang dibutuhkan oleh populasi sel
untuk melipat gandakan dirinya. Selama exponensial phase tD akan selalu konstan.
Hubungan antara doubling time dan specific growth rate dapat dituliskan sebagai
berikut:
ln
2X
t D ........................................................(1.4)
X
Jika konsentrasi biomass double time dari X1 menjadi 2 X1 selama doubling time, tD
(= t2 - t1) kemudian persamaan 4 menjadi:
ln 2 t D
.............................................................(1.5)
Sehingga hubungan antara doubling time dan specific growth rate diperoleh:
t D
ln2
...................................................................(1.6)
Yield (atau koefisien yield) didefinisikan sebagai jumlah produk yang dihasilkan
dari sejumlah input tertentu. Contoh: jika 0,6 gram asam sitrat dihasilkan dari 1 gram
glukosa maka yield asam sitrat dari glukosa adalah 0,6 gram/gram. Yield dapat sangat
bervariasi selama fermentasi. Untuk alasan ini, yield rata-rata selalu digunakan untuk
menggambarkan efisiensi produksi. Yield rata-rata disebut koefisien yield. Tipe-tipe
koefisien yield yaitu:
Biomass yields (Yxs) dan
Product yields (Yps).
Yield koefisien biomass adalah berat rata-rata biomass dihasilkan per berat substrat
digunakan. Contoh untuk kultur batch, Yxs dihitung sebagai:
Y
X X X 0
.............................(1.7)
S
S0 S
yang mana:
X0 dan S0 adalah konsentrasi awal biomass dan substrat.
X1 dan S1 adalah konsentrasi biomass dan substrat pada waktu tertentu (biasanya
pada akhir fermentasi).
Escherichia coli masih merupakan salah satu mikroorganisme yang penting dan
banyak diekploitasi untuk menghasilkan produk-produk dalam bioproses, misalnya
untuk produksi rekombinat protein. Untuk memperoleh produk tersebut perlu untuk
memproduksi biomass Escherichia coli dalam konsentrasi tinggi. Produksi komersial
biomass Escherichia coli secara organik yang lebih sederhana serta air. Misalnya
bahan baku yang mengandung glukosa maka proses fermentasinya adalah sebagai
berikut:
C6H12O6 + O2 Biomass + CO2 + H2O
sesuai dengan pH yang ditetapkan. Senyawa basa yang biasa ditambahkan dalam
proses fermentasi biasanya dengan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu seperti
NaOH 4 N. Dan jika pH proses naik dari pH yang ditetapkan dalam suatu proses
fermentasi atau dengan kata lain pH cairan basa maka untuk penurunan pH sesuai
dengan pH yang ditetapkan ke dalam cairan ditambahkan larutan asam. Larutan asam
yang digunakan pada umumnya adalah larutan H2SO4 atau larutan HCl dengan
konsentrasi sekitar 4 N.
2. Suhu
Suhu mempengaruhi laju reaksi, namun bila suhu terlalu tinggi untuk
pertumbuhan mikroorganisme maka dapat menyebabkan kerusakan pada enzim.
Akibatnya akan mempengaruhi aktivitas enzim terhambat. Oleh karena itu, untuk
mengoptimalisasi pertumbuhan mikroorganisme harus dilakukan proses fermentasi
pada kondisi suhu optimum. Pertumbuhan mikroorganisme yang maksimum
berdasarkan suhu proses dapat digolongkan dalam 3 keadaan yaitu psikhrofilik,
mesofilik, dan thermofilik. Rentang suhu masing-masing keadaan tersebut
ditampilkan dalam tabel 1.2 berikut :
Tabel 1.2 Temperatur Pertumbuhan Mikroorganisme Maksimum
Mikroorganisme
Psikhrofilik
Mesofilik
Thermofilik
Fermentor merupakan wadah
pertumbuhan
harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang dapat menjadi kontaminan.
Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:
digunakan
untuk
mensterilkan alat-
alat
mikroorganisme.
Gambar
contoh
jenis
sederhana. Prinsip
kerja
dengan
kerja
prinsip
sederhana
saja
untuk
memiliki
maupun
1.5
alat
adalah
ini
sama
kukusan
(alat
menanak
tekanan
medium
nasi)
hanya
sehingga
menghasilkan
untuk
lebih
Inokulasi Bakteri
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium
pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah
kotak kaca udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu
jalan agar tekena sinar ultraviolet.
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk
diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi.
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus
juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman
bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup
dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam
nyala.
1.11
Teknik Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni
mikroorganisme yaitu :
1.11.1 Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,
tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum
digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum
pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup
terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya
terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu
untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
1.11.2 Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan
petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi
itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat
menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang
merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang
terpisah-pisah.
1.11.3 Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat
hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
1.11.4 Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung
jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam
media (Winarni, 1997).
1.12
1. Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang. Hifa yang berbentuk
seperti benang mudah diambil dengan jarum ose batang dan mudah sekali tumbuh di
dalam suatu media.
2. Inokulasi bakteri menggunakan jarum ose bentuk bulat. Pada ujung jarum ose yang
berbentuk bulat, bakteri akan dapat terambil dalam jumlah yang relatif banyak.
1.13
Macam-Macam Media
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Kumalaningsih, S. & Hidayat, N. 1995. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Malang: IKIP
Malang.
Prakasham, R. S. & Ramakrishna, S. V. 1998. Microbial fermentations with
immobilized cells, Lecture Handouts. India: Biochemical and Environmental
Engineering, Indian Institute of Chemical Technology.
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II.
Pekanbaru: Program Studi S1 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
Warni. 1997. Teknik Inokulasi Mikroorganisme, http://www.scribd.com/teknikinokulasi-mikroorganisme/d/18656107, diakses pada 10 April 2015