PEMBAHASAN
TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
(CLEAN GOVERNANCE & GOOD GOVERNANCE)
1. Pengertian Good Governance
Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu
politik dan muncul pada awal 1990-an. Secara umum, istilah good and clean governance
memiliki pengetian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang
bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian good governance tidak sebatas
pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua lembaga baik
pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadya masyarakat) dengan istilah good
corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih adalah model pemerintahan yang
efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.
2. Prinsip-prinsip Pokok Good and Clean Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan akuntabel yang bersandar
pada prinsip-prinsip good governance. Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan
sembilan aspek fundamental (asas) dalam good governance yang harus diperhatikan, yiatu:
a) Partisipasi (Participation)
b) Penegakan hukum (rule of law)
c) Transparansi (transparency)
d) Responsif (responsive)
e) Oreintasi kesepakatan (consensus orientation)
f) Kesetaraan (equity)
g) Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h) Akuntabilitas (accountability)
i) Visi strategis (strategic vision)
a) Partisipasi
Asas partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah
yang mewakili kepentingan mereka. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam
seluruh aspek pembangunan, termasuk dalam sektor-sektor kehidupan sosial lainnya
selain kegiatan politik, maka regulasi birokrasi harus diminimalisasi.
b) Penegakan Hukum
Asas penegakan hukum adalah pengelolaan pemerintahan yang profesional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Sehubungan dengan hal tersebut,
realisasi wujud good and clean governance, harus diimbangi dengan komitmen
pemerintah untuk menegakkan hukum yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Supremasi hukum, yakni setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada
hukum dan aturan yang jelas dan tegas, dan dijamin pelaksanaannya secara benar
serta independen. Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan
pemerintah atas dasar diskresi (tindakan sepihak berdasarkan pada kewenangan yang
dimilikinya).
b. Kepastian hukum, bahwa setiap kehidupan berbangsa bernegara diatur oleh hukum
yang jelas dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan antara suku dengan
lainnya.
c. Hukum yang responsif, yakni aturan-aturan hukum disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat luas, dan mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan publik secara adil.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, yakni penegakan hukum
berlaku untuk semua orang tanpa pandang bulu. Untuk itu, diperlukan penegak
hukum yang memiliki integritas moral dan bertanggung jawan terhadap kebenaran
hukum.
e. Independensi peradilan, yakni peradilan yang independen bebas dari pengaruh
penguasa atau kekuatan lainnya.
c) Transparansi
Asas transparansi adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Akibat tidak adanya prinsip transparan ini, Indonesia telah terjerembab de
dalam kubangan korupsi yang sangat parah. Dalam pengelolaan negara terdapat delapan
unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan.
b. Kekayaan pejabat politik.
c. Pemberian penghargaan.
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan.
e. Kesehatan.
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik.
g. Keamanan dan ketertiban.
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
Dalam hal penetapan posisi jabatan publik harus dilakukan melalui mekanisme
test and proper test (uji kelayakan) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga independen
yang dilakukan oleh lembaga legislatif maupun komisi independen, seperti komisi
yudisial, kepolisian dan pajak.
d) Responsif
Asas responsif adalah dalam pelaksanaan prinsip-prinsip good and clean
governance bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat.
Sesuai dengan asas responsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni
etika individual dan sosial. Kualifikasi etika individual menuntut pelaksana birokrasi
pemerintah agar memiliki kriteria kapabilitas dan layolitas profesional. Adapun etik
sosial menuntut mereka agar memiliki sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
e) Konsensus
Asas konsensus adalah bahwa keputusan apa pun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan konsensus, selain dapat
memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, cara ini akan mengikat sebagian
besar komponen yang bermusyawarah dan memiliki kekuatan memaksa terhadap semua
yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
3
akuntabilitas
adalah
pertanggungjawaban
pejabat
publik
terhadap
i) Visi Strategis
5. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
Pelayanan publik kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun
disertai dengan pembayaran. Pelayanan publik yang bersifat cuma-cuma sebenarnya
merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Adapun,
pemberian pelayanan publik yang disertai dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya
didasarkan pada harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau bukan
berdasarkan ketentuan sepihak aparat atau instansi pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis untuk memulai
pengembangan dan penerapan good and clean governance di Indonesia, yaitu:
1. Pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara yang diwakili pemerintah
berinteraksi dengan lembaga nonpemerintah. Keberhasilan dalam pelayanan publik akan
mendorong tingginya dukungan masyarakat terhadap kerja birokrasi.
2. Pelayanan publik adalah wilayah di mana berbagai aspek good and clean governance
bisa diartikulasikan secara lebih mudah.
3. Pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur governance, yaitu pemerintah,
maysarakat, dan mekanisme pasar.
Kinerja birokrasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah didtetapkan dengan memperhitungkan elemenelemen indikator sebagai berikut:
1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar birokrasi mampu
menghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang meliputi sumber daya manusia,
informasi, kebijakan, dan sebagainya.
2. Indikator proses, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan proses pekerjaan berkaitan dengan
kegiatan.
5. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan.
6. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif pada
A. Reformasi Birokrasi
1. Pengertian Reformasi Birokrasi
Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif,
dengan tujuan untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik. Good governance (tata
pemerintahan yang baik) adalah sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi
yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Birokrasi menurut pemahamannya sebagai berikut.
a. Birokrasi merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan pegawai
negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Birokrasi adalah struktur organisasi yang digambarkan dengan hierarki yang
pejabatnya diangkat dan ditunjuk, garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur
oleh peraturan yang diketahui (termasuk sebelumnya), dan justifikasi setiap
keputusan membutuhkan referensi untuk mengetahui kebijakan yang pengesahannya
ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur organisasi itu sendiri.
c. Birokrasi adalah organisasi yang memiliki jenjang diduduki oleh pejabat yang
ditunjuk/diangkat disertai aturan kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap
kebijakan yang dibuat harus diketahui oleh pemberi mandat.
d. Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang diselenggarakan berdasarkan aturan,
bagian, unsur, yang terdiri atas pakar yang terlatih. Wujud birokrasi berupa organisasi
formal yang besar, merupakan ciri nyata masyarakat modern dan bertujuan
menjalankan tugas pemerintahan serta mencapai keterampilan dalam bidang
kehidupan. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja
melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Dengan demikian, reformasi birokrasi berarti:
a. perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak);
b. perubahan penguasa menjadi pelayan;
7
c.
d.
e.
f.
Agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik dan menunjukkan cepatnya
keberhasilan, faktor sukses penting yang perlu diperhatikan dalam reformasi birokrasi
adalah:
a. Faktor Komitmen pimpinan; karena masih kentalnya budaya paternalistik dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
b. Faktor kemauan diri sendiri; diperlukan kemauan dan keikhlasan penyelenggara
pemerintahan (birokrasi) untuk mereformasi diri sendiri.
c. Kesepahaman; ada persamaan persepsi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi
terutama dari birokrat sendiri, sehingga tidak terjadi perbedaan pendapat yang
menghambat reformasi.
d. Konsistensi; reformasi birokrasi harus dilaksanakan berkelanjutan dan konsisten,
sehingga perlu ketaatan perencanaan dan pelaksanaan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi
Faktor-faktor yang memperngaruhi kinerja birokrasi antara lain : manajemen
organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya kerja dan
organisasi pada birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang dimiliki birokrasi; dan
kepemimpinan birokrasi yang efektif dan koordinasi kerja pada birokrasi. Faktor-faktor
ini akan menentukan lancar tidaknya suatu birokrasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Selain itu, kinerja birokrasi di masa depan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal, yang berkaitan dengan fungsi yang
menjalankan aktivitas birokasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan, sasaran, dan tujuan dalam
perencanaan strategis pada birokrasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri untuk
bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database dalam
kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi
bagi penyelenggaraan birokrasi pada setiap aktivitas birokrasi.
dilandasi oleh pemikiran bahwa pengawasan intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi
oleh sumberdaya manusia, serta hanya memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan
mutlak.
Penerapan SPI dalam unit kerja dilaksanakan melalui penegakan integritas dan nilai
etika, komitmen kepada kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur
organisasi sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia, perwujudan peran pengawasan intern pemerintah yang efektif serta
hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terdiri dari 5 (lima) unsur yakni :
1. Lingkungan Pengendalian, merupakan kondisi dalam instansi pemerintah yang
mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. Dalam hal ini, pimpinan instansi
pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
2. Penilaian Risiko, adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Dengan demikian, pengendalian
intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik luar
maupun dari dalam.
3. Kegiatan Pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta
penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan
mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian membantu
memastikan bahwa arahan pimpinan instansi pemerintah dilaksanakan. Kegiatan
pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Informasi dan komunikasi proses pengolahan data yang telah diolah dan dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan serta tersampaikan informasi harus dicatat dan dilaporkan
kepada pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan
dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan
pimpinan instansi pemerintah secara berjenjang melaksanakan pengendalian dan
tanggungjawab.
12
5. Pemantauan pengendalian Intern, pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik
secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi
hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
D. Pembangunan Zona Integritas
Komitmen Pimpinan dan seluruh jajaran Kemenkes untuk mewujudkan WBBM
diwujudkan dengan pencanangan Zona Integritas pada tanggal 18 Juli 2012 di lingkungan
Kementerian Kesehatan. Pencanangan Zona Integritas merupakan bagian dari Gerakan
Nasional Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan sebagai
bentuk implementasi dari pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi. Pencanangan ZI ini dilanjutkan dengan pencanangan ZI
di seluruh Unit Utama dan Satker di lingkungan Kemenkes.
Dalam upaya pembangunan Zona Integritas menuju WBBM, Kemenkes telah
melakukan penilaian terhadap calon Satker WBK yang memenuhi syarat indikator hasil dan
indikator proses Satker WBK serta pada tanggal 30 Agustus 2013 telah mengusulkan 3
Satuan Kerja ke Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk
ditetapkan sebagai Satker WBK.
Proses pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
dengan melakukan 2 (dua) cara penilaian, yakni sebagai berikut.
1. Penilaian Satuan Kerja Berpredikat WBK
Penilaian Satuan Kerja berpredikat yang berpredikat WBK di lingkungan
Kementerian Kesehatan dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI) yang dibentuk oleh
Menteri Kesehatan. Penilaian dilakukan dengan dengan menggunakan indikator proses
(nilai di atas 75) dan indikator hasil yang mengukur efektivitas kegiatan pencegahan
korupsi yang telah dilaksanakan.
Dalam upaya pencapaian predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) kriteria utama yang harus dipenuhi adalah
pencapaian opini laporan keuangan kementerian/ lembaga oleh BPK-RI, harus
memperoleh hasil penilaian indikator proses di atas 75 dan memenuhi syarat nilai
indikator hasil WBK seperti tabel berikut ini.
13
Tabel 5.1
Unsur Indikator Hasil WBK
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
BOBOT
(%)
5
6
6
5
5
4
6
6
6
6
6
5
4
6
3
3
6
6
3
3
WBK
WBB
M
KETERANGAN
14
1.
>7,0
>7,5
2.
Penilaian
kinerja
unit
pelayanan public
Penilaian kerugian Negara
(KN) yang belum diselesaikan
(%)
Persentase
maksimum
temuan inefektif
Persentase minimum temuan
inefisien
Persentase
maksimum
jumlah pegawai yang dijatuhi
hukuman
disiplin
karena
penyalahgunaan keuangan
Persentase
pengaduan
masyarakat
yang
belum
ditindak lanjuti
Persentase pegawai yang
melakukan tindak pidana
korupsi
>550
>750
0%
0%
3%
2%
3%
2%
1%
0%
5%
0%
Idem
0%
0%
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Skala 0 10 berdasarkan
intrumen KPK
Skala
0
1000
berdasarkan
Penilaian APIP dan BPK
dalam dua tahun terakhir
BAB III
PENUTUP
15
3.1 SIMPULAN
Good and clean governance memiliki pengetian akan segala hal yang terkait dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi
urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian
good governance tidak sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi
menyangkut semua lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadya
masyarakat) dengan istilah good corporate. Dalam praktiknya, pemerintahan yang bersih
adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi good and clean
governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsipprinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan nantinya pembaca dapat memberikan kami
masukan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Selain itu setelah membaca makalah ini
pembaca juga akan lebih memahami mengenai korupsi dan ikut serta membangun
masyarakat yang bebas korupsi
DAFTAR PUSTAKA
16
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014.Buku Ajar Pendidikan dan Budaya
Antikorupsi.Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.2011.Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi.Jakarta: Kemendikbud
Ramadhani,Yola. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good and Clean
Governance).Academia.edu:
http://www.academia.edu/9966363/BAB_9_Tata_Kelola_Pemerintahan_yang_Baik_dan_Bersih
_good_and_clean_governance_ Diakses pada Senin, 11 Mei 2015 Pk. 15.00 WITA
17