Anda di halaman 1dari 3

Hari Sabtu tanggal 3 Oktober 2015, diadakan kunjungan lapang ke PTPN

XII Banjarsari. Kunjungan lapang tersebut merupakan aplikasi dari mata kuliah
Teknologi Pengolahan Komoditi Perkebunan Hulu. Komoditi yang menjadi tujuan
kunjungan lapang ini adalah lateks dan kakao. Perjalanan ditempuh menggunakan
bis dengan lama perjalanan sekitar 45 menit. Setelah sampai di perkebunan,
peserta kunjungan lapang di bagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama melihat
proses pengolahan buah kakao menjadi biji kakao yang siap dipasarkan dan
kelompok kedua melihat proses pengolahan lateks menjadi RSS atau Ribbed
Smoked Sheet. Setelah itu diadakan rolling, sehingga seluruh kelompok dapat
melihat pengolahan kakao dan lateks.
Perkebunan Banjarsari terletak di 2 kecamatan yakni kecamatan Bangsalsari
dan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Luas perkebunan sebesar 4776,46
Ha, dengan rincian 2235,9 Ha merupakan areal tanaman, 152,33 Ha merupakan
areal lain-lain dan 2388,23 nerupakan konsensi.
Jenis tanaman pada areal konsesi yakni karet, kakao edel, kakao bulk dan
tebu. Lahan untuk tanaman karet seluas 968,89 Ha, dengan 670,24 Ha berisi
tanaman karet yang menghasilkan dan 316,65 berisi tanaman karet yang belum
menghasilkan. Kemudian untuk tanaman kakao edel, lahan yang digunakan seluas
227,6 Ha, dengan 146,28 Ha berisi kakao edel yang sudah menghasilkan dan
81,32 Ha berisi kakao edel yang belum menghasilkan. Luas lahan untuk kakao
bulk yakni seluas 163,38 yang keseluruhannya merupakan tanaman yang
menghasilkan. Dan untuk tebu jumlah lahan yang digunakan seluas 427,31 Ha
yang keseluruhannya merupakan tanaman yang menghasilkan. Komoditi karet,
oleh pihak PTPN XII Banjarsari diolah menjadi RSS (Ribbed Smoked Sheet). Rss
yang dihasilkan yakni mulai dari mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan Cutting.
Selain komoditi di atas, dalam areal konsesi juga terdapat tanaman kayu,
yakni sengon seluas 97,33 Ha dan jabon seluas 2,7 Ha. Namun keduanya masih ke
dalam tanamna yang belum menghasilkan.
Komoditi yang produksinya paling banyak yakni karet, dengan produksi
pada tahun 2015 sebanyak 1.050.000 kg. Sedangkan kakao bulk produksinya pada
tahun 2015 sebanyak 150.000 kg dan kakao edel sebanyak 80.500 kg.

Komposisi tanaman karet di perkebunan, 36% berkategori tua, 36% remaja,


15% termasuk dewasa dan 13% termasuk muda. Sedangkan untuk tanaman kakao
baik kakao bulk maupun kakao edel seluruhnya berkategori remaja.
Pada tahun 2015 harga pokok karet yakni Rp 11.516/kg, sedangkan kakao
bulk Rp 21.227/kg dan kakao edel sebesar Rp 32.345/kg. Kakao edel memang
memiliki harga jual yang palinmg tinggi, tetapi produktivitasnya masih rendah.
Sedangkan karet produktivitasnya tinggi tetapi harganya masih relatif rendah
dibandingkan komoditi yang lain, bahkan harganya semakin turun dari tahun
2012.
PTPN XII Banjarsari memiliki kapasitas tertentu untuk pengolahan karet
dan kakao. Untuk karet, bak pembekuan maksimal dapat menampung 4500 ton,
sedangkan yang terpakai sebanyak 4.000 ton. Kemudian untuk ruang pengasapan
maksimal dapat menampung sebanyak 4.500 ton, sedangkan yang terpakai
sebanyak 4.00 ton. Dan untuk ruang sortasi dan pengemas dapat menampung
sebanyak 4.500 ton tetapi yang terpakai sebanyak 4.000 ton.
Untuk komoditas kakao, untuk bak fermentasi, penjemuran dan pengeringan
masing-masing dapat menampung maksiman 8.000 ton, tetapi yang terpakai
sebanyak 4.000 ton, dan untuk tempat sortasi dan pengemas memiliki kapasitas
sebesar 4.000 ton dan keseluruhannya telah terpakai.
Dalam

pengolahan

setiap

komoditi,

PTPN

Banjarsari

pengolahan agar produk yang dihasilkan dari komoditi-komoditi

melakukan
tersebut

memiliki kualitas yang telah di standarkan oleh pemerintah dan sesuai dengan
permintaan pasar luar negeri. Untuk komoditas karet, paling banyak diekspor ke
negara Jepang yakni 21,56%. Untuk komoditas kakao, baik kakao edel maupun
kakao bulk, paling banyak diekspor ke negara Jerman yakni sebanyak 41,03%
untuk kakao edel dan 75% untuk kakao bulk.
PTPN XII Banjarsari memiiki pendapatan sampingan selain dari komoditas
utama yang ditanam di perkebunan, yakni berasal dari lump limbah karet, biji PJ,
gula kelapa, kelapa butir, sapi integrated farming system, kayu bakar polok,
rencek dan boongkot dan yang terakhir dari kerjasama usaha (KSU).

Dari kunjungan lapang tersebut peserta (mahasiswa) dapat mengetahui


secara langsung pengolahan lateks dan kakao di lapang, tidak hanya dari teori
yang diberikan di kelas.

Anda mungkin juga menyukai