Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH SUMBER KARBON PADA SINTESIS CNT MENGGUNAKAN

Chemical Vapor Deposition (CVD)


Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sintesis Anorganik
Dibimbing Oleh Bapak Pardoyo, M.Si.

Disusun oleh Kelompok IV :


Zahwa Mayasafira

(24030113120021)

Dika Merdekawati Hadi S

(24030113120022)

Bonita Ariestiani

(24030113120023)

Mustomah

(24030113120024)

Gloria Anastasia Imanuella

(24030113120025)

Safiatur Rohmah

(24030113120027)

Lina Fuji Agustin

(24030113120028)

Yuni Wulandari

(24030113120029)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

PENGARUH SUMBER KARBON PADA SINTESIS CNT MENGGUNAKAN


Chemical Vapor Deposition (CVD)

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Carbon Nanotube (CNT) adalah selembar karbon yang digulung membentuk silinder,
yang disebut sebagai single-walled nanotubes (SWNTS), atau banyak silinder yang salah
satunya berada dalam silinder yang lain disebut sebagai Multi-walled nanotubes (MWNTS).
Umumnya, panjang tabung CNT adalah 100 nm sampai beberapa micrometer. Diameternya
bergantung pada jumlah dinding akan biasanya kurang dari 100 nm. Carbon nanotubes
merupakan salah satu bentuk nanoteknologi dengan daya rentang 100 kali lebih kuat,
konduktivitas termal yang lebih baik dripda seluruh bahan kecuali intan murni, dan
konduktivitas listrik yang serupa dengan tembaga tetapi dengan kemampuan membawa arus
yang lebih tinggi (Holister et al,2003).
Kesadaran terhadap ilmu dan teknologi nano di dunia akademik dan industri dimulai
dengan pandangan inspiratif ilmuwan fisika dan penemuan alat-alat karakterisasi, dan bahan
berskala nano. Pada tahun 1981, dua peneliti IBM, Grg K Binnig dan Heinrich Rohrer
(pemenang nobel Fisika th 1986) menemukan scanning Tunneling Microscope (STM) yang
memungkinkan pengamatan topografi permukaan dengan format atom demi atom. Pada
akhirnya penemuan bahan C60 buckeminsterfullerence oleh H.W. Kroto dan karbon
nanotube (CNT) oleh Sumino Ijima semakin meningkatkan kesadaran masyarakat
akademik, industri, dan pemerintahan untuk lebih serius mengembangkan ilmu dan
teknologi nano.
Carbon nanotube dibentuk oleh sekumpulan atom karbon.CNT memiliki bentuk silinder
dengan diameter kurang daro 100 nm.CNT memiliki sifat super kuat dan sifat kelistrikan
yang khas serta konduktor panas yang baik.Sifat yang luar biasa ini menjadikan CNT
berpotensi diberbagai bidang seperti nanoteknologi, elektronik, optic bahan dan arsitektur.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian CNT
Carbon nanotube merupakan turunan dari struktur carbon.Carbon nanotube dapat
dideskripsikan sebagai lembaran grafit setebal 1 atom yang digulung menyerupai silinder
dan memiliki struktur seperi sarang lebah (honeycomb) yang terdri dari ikatan-ikatan atom
carbon. Carbon nanotube merupakan salah satu bagian dari nanoteknologi. Carbon nanotube
ditemukan pada tahun 1991 oleh Sumio Iijima dari NEC, bentuknya panjang, berupa
silinder tipis dari grafit. Grafit terbuat dari lembaran atom atom karbon yang disusun
dalam kisi heksagonal sebagaimana tampak pada gambar 1 di bawah ini (Holister et
all.,2003).

Carbon naotube memiliki sifat fisis dan kimia yang khas.Salah satu sifat fisis dari
Carbon nanotube adalah carbon nanotube merupakan sebuah lembaran setebal 1 atom. Hal
ini menyatakan bahwa Carbon nanotube memiliki ketebalan 1/50.000 kali ketebalan rambut
manusia. Salah satu sifat yang menarik dari Carbon Nanotube adalah ketika terdapat dua
carbon nanotube yang memiliki struktur fisis yang berbeda kemudian digabungkan, maka
persambungan antara keduanya dapat berfungsi sebagai devais elektronik. Carbon nanotube
memiliki ikatan sp3 menyerupai struktur garfit. Ikatan ini lebih kuat dibandingkan dengan
struktur ikatan sp2 yang dimiliki oleh intan. Dengan demikian secara alami carbon nanotube
akan membentuk ikatan yang sangat kuat.
Karbon terjadi secara alami sebagai grafit atau bahan lembut, jitam seperti ujung dari
sebuah pensil dan sebagi berlian. Satu-satunya perbedaan diantara keduanya adalah susunan
dari atom karbon tersebut. Ketika para ilmuwan menerapkan dan mengatur atom karbon
yang sama kedalam pola chiken wire dan menggulung mereka ke tabung yang berukuran

kecil dan hanya 10 atom yang melintasinya. Dan dihasilkan Nanotube. Ciri dari sebuah
nanotube yang sangat luar biasa adalah :
a. Memiliki kekuatan 1000 kali kekuatan tarik baja, tetapi hanya memiliki berat 1/6
berat.
b. 1/6 adalah 40 kali lebih kuat dari serat grafit.
c. Menghantarkan listrik lebih baik dari tembaga.
d. Dapat berupa konduktor atau semikonduktor (seperti sebuah chip komputer)
tergantung pada susunan atom.
e. Dan konduktor panas yang sangat baik
Perilaku kelistrikan ini bergantung pada struktur dari dua tubes. Oleh sebab itu, para
ilmuwan mencoba untuk mebuat Carbon Nanotube dalam jumlah banyak dengan kemurnian
yang tinggi (sedikit atau tanpa cacat bahan), sehingga struktur fisis dari keseluruhan Carbon
nanotube sama. Jika Carbon Nanotube memiliki sifat fisis dan kimia yang sama maka lebih
mudah untuk memprediksi perilakunya (kemungkinan untuk dimanfaatkan sebagai
nanosensor). Nanosensor dapat berperilaku sebagaimana bahan semikonduktor dalam
rangkain mikroelektronik, mendeteksi perubahan kecil dari arus listrik, dan perubhan
tekanan atau temperatur udara (Brown et al,. 2002);(Dai,2002).
2.2 Karakteristik CNT
Berikut adalah beberapa sifat fisik carbon nanotube:
a. Sifat Mekanik (1nm sampai 100 s nm)
Memiliki berat yang ringan
Tahan terhadap Tekanan yang tinggi (130Gpa dibandingkan dengan baja yang

hanya<5 Gpa)
Memiliki kelenturan yang tinggi meski dalam temperatur yang rendah
Tabel perbandingan sifat mekanik bahan.

Carbon nanotube mempunyai modulus Young yang sangat besar pada arah
aksialnya. Nanotube menjadi sangat fleksibel karena ukurannya yang panjang.
Carbon nanotube sangat potensial untuk aplikasi material komposit sesuai dengan
kebutuhan.

b. Sifat Transportasi
Memiliki suhu konduktifitas yang tinggi seperti Daya konduksi elektris,
semikonduksi atau pipa metal.
Memiliki kerapatan arus yang tinggi.
c. Fungsinalisasi
Biasa diaplikasikan dalam Nanocomposites, saluran obat, baterai superelektrik.
d. Sifat optik
Luminescene An

e. Reaktifitas Kimia
Reaktifitas kimia CNT akan meningkat sebanding dengan kenaikkan arah kurvatur
permukaan karbon nanotube. Oleh karena itu, reaktifitas kimia pada bagian dinding
karbon nanotube akan sangat berbeda dengan bagian ujungnya. Diameter karbon
nanotube yang lebih kecil akan meningkatkan reaktivitas.
f. Sifat listrik dan Konduktivitas elektrik
Carbon nanotube dengan diameter yang lebih kecil dapat menjadi semikonduktor
atau metalik tergantung pada vektor khiral.Perbedaan konduktifitas ini disebabkan oleh
struktur molekul.Berdasarkan teori zat padat, para fisikawan berhasil memperoleh fakta
bahwa CNT memiliki kelakuan listrik yang ganda, yaitu sebagai logam atau
semikonduktor. Jika (n-m)/3 merupakan bilangan bulat, maka CNT bersifat logam,
sedangkan jika (n-m)/3 bukan bilangan bulat, maka CNT bersifat semikonduktor.
Menarik sekali karena ternyata kemampuan hantaran listrik CNT, apakah sebagai
logam atau semikonduktor, hanya bergantung pada geometrinya.

Keunikan sifat listrik CNT pada dasarnya merupakan turunan sifat dari
struktur elektronik yang tidak bisa dari graphene dengan ikatan karbon sp2.Graphene
memiliki keadaan yang mampu menghantarkan listrik dengan tingkat energi yang ada
di perbatasan struktur elektronik. Keadaan ini biasa disebut zero bandgap
semiconductor atau semimetal karena bersifat logam (konduktor) pada arah tertentu dan
semikonduktor pada arah lainnya.
g. Sifat termal (suhu)
Memiliki konduktifitas termal yang sangat baik sepanjang tabung, menunjukkan
sifat yang dikenal sebagai konduktifitas balistik, tapi bahan isolator yang baik secara
menyamping menuju sumbu tabung.

2.3 Macam-macam CNT


Berdasarkan jumlah dindingnya, CNT secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu :
a. CNT berdinding tunggal (single-walled CNT atau SWNT)
Sifat-sifat CNT yang luar biasa itu kemudian dapat diturunkan secara spesifik
dengan menganalisis lembaran penyusun dinding tersebut, yaitu graphene (grafit
berbentuk lembaran) yang digulung menjadi silinder. Ada banyak cara untuk
menggulung lembaran graphene menjadi sebuah CNT, persis seperti ketika kita ingin
menggulung selembar kertas. Arah dari penggulungan lembaran tersebut akan
menentukan arah ikatan heksagonal pada CNT, yang kemudian sangat menentukan sifat
listrik CNT dengan geometri tersebut. Untuk mengkarakterisasi sebuah CNT dengan
geometri tertentu, diberikan parameter bilangan bulat (n, m), yang disebut dengan
vektor chiral. Panjang dari vektor chiral ini akan menjadi keliling CNT, yaitu bagian
panah vektor harus bertemu dengan bagian ekornya ketika diputar menjadi lingkaran.
SWNT sangat penting dari berbagai nanotube karena sebagian besar sifat mereka
berubah secara signifikan dengan nilai (n, m) dan ketergantungan ini bersifat non-

monoton. Khususnya, Rentang Energi nanotube dapat bervariasi dari nol sampai sekitar
2 eV dan konduktivitas listrik mereka dapat menunjukkan perilaku logam atau
semikonduktor.
Silinder yang dibentuk dikarakterisasi berdasarkan diameter dan sudut kiralnya
(chiral angle), atau oleh nilai indeks (n,m). Struktur CNT bernilai indeks (n,0) disebut
struktur zigzag. Jika nilai indeksnya (n,n), strukturnya disebut struktur armchair.
Struktur- struktur lainnya disebut struktur intermediate (antara zigzag dan armchair) .

b. CNT berdinding banyak (multi-walled CNT atau MWNT).

MWNT dibentuk dari beberapa lapisan struktur grafit yang digulung membentuk
silinder.Atau dapat juga dikatakan MWNT tersusun oleh beberapa SWNT dengan
berbeda diameter.MWNT jelas memiliki sifat yang berbeda dengan SWNT.
Pada MWNT yang hanya memiliki 2 lapis dinding (DoubleWalled Carbon
Nanotubes / DWNT memiliki sifat yang penting karena memiliki sifat yang menyerupai
SWNT dengan chemical resistance yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pada SWNT
hanya memiliki 1 lapis dinding sehingga bilamana terdapat ikatan C=C yang rusak
maka akan menghasilkan lubang di SWNT dan hal ini akan mengubah sifat mekanik
dan elektrik dari ikatan SWNT tersebut. Sedangkan pada DWNT masih terdapat 1
lapisan lagi di dalam yang akan mempertahankan sifatnya.

2.4 Metode Sintesis CNT


CNT dapat diperoleh dari beberapa teknik yaitu sebagai berikut:

2.4.1 Pancaran Elektroda


Metode ini awalnya digunakan untuk memproduksi fullerence, yang diperkenalkan
oleh professor Iijima tahun 1991. Dalam teknik ini, uap karbon dihasilkan oleh lecutan
listrik diantara dua elektrode karbon yang sudah dilapisi katalis logam seperti besi
maupun nikel. Dengan pengaturan tekanan dan katalis secara hati-hati akan diperoleh
CNT berdinding tunggal maupun yang berdinding banyak.

2.4.2 Pencahayaan Kuat oleh Laser


Dalam teknik ini, digunakan sebuah sinar laser berdaya tinggi yang mengenai
grafit dalam tungku bersuhu tinggi. Sebelum ditembak oleh laser, grafit tersebut
haruslah dilapisi logam katalis. Metode ini, bisa menghasilkan CNT berdinding tunggal
yang memiliki diameter cukup besar untuk ukuran CNT, yaitu>1,2 nanometer.

2.4.3 Chemical Vapour Deposition (CVD)


Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan dalam sintesis CNT.
Sintesis dicapai melalui pemecahan molekul karbon gas seperti metana, karbon
monoksida dan asetilen menjadi karbon atom reaktif di dalam sintesis CNT. Sintesis ini
dicapai melalui pemecahan molekul karbon gas seperti metana,karbon monoksida dan
asetilen menjadi karbon atom reaktif dalam tungku bersuhu tinggi, dan kadang-kadang
dibantu dengan plasma untuk meningkatkan pembentukan karbon atom. Karbon
kemudian akan berdifusi menuju substrat dilapisi partikel katalis. Salah satu proses
CVD terbaik untuk penumbuhan CNT adalah proses CoMoCAT yang menggunakan
proses pemecahan karbon monoksida dan dibantu oleh penggunaan katalis kobalt dan
molibdenum. Proses CoMoCAT menghasilkan banyak CNT yang cenderung memiliki
diameter hampir seragam.
2.2.4 Spray Pyrolysis
Penggunaan metode spray-pyrolysis
dilakukan

dalam

penelitian

untuk

sebelumnya,

sintesis

seperti

CNT

yang

sudah banyak

dilaporkan

oleh

Kamalakaran (2000), sintesis dilakukan dengan menggunakan sumber karbon


berupa benzena, xylena, toluena, cyclohexanae, cyclohexanone, n-hexane, n-heptane,
n-octane

dan

n-phentane.

Sedangkan

katalis

yang

bisa

digunakan adalah

metallocene (ferrocene, cobaltocene, dan niclelocene) namun hasilnya menunjukkan


bahwa diameter hasil sintesis yang didapatkan masih cukup besar yaitu di atas 100 nm.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana mengembangkan metode spray-

pyrolysis pada temperatur 900oC dengan variasi komposisi ferrocene-benzena supaya


menghasilkan CNT yang berdiameter lebih kecil dan jumlah yang maksimal.
Sintesis dengan menggunakan metode ini dilakukan pada temperatur 900 oC
dengan menggunakan aliran rata-rata gas argon sebesar 500 liter/jam sebagai gas
yang membersihkan pengotor (oksigen) dangan variasi komposisi ferrocene-benzena
masing-masing sebesar 0,03 g/ml, 0,06 g/ml dan 0,09 g/ml. Namun hasil sintesis yang
didapatkan dirasa masih terlalu sedikit yaitu 1,53 gram, 2,16 gram dan 2,45 gram
untuk masing-masing komposisi. (Abdullah M., et al., 2004). Adapun kelebihan dari
metode ini yaitu Bahan-bahan yang tidak bersifat toksik seperti benzen (C 6H6) yang
berfungsi sebagai sumber karbon dan dibantu katalis ferrocene ((C5H5)2Fe) yang
merupakan kelompok dari metallocenes ((C5H5)2M), tidak perlunya substrat katalis
maupun gas hidrogen sebagai pembawa (carrier), suhu yang relatif rendah, tidak perlu
pemvakuman sehingga merupakan metode yang sederhana untuk diterapkan, dapat
digunakan untuk memproduksi material CNT dalam skala yang besar dalam bentuk
serbuk, material CNT dalambentuk serbuk dapat dijadikan sebagai material komposit
yang mempunyai sifat lebih ringan, konduktivitas listrik yang tinggi maupun modulus
elastisitas sampai orde TPa.

2.5 Manfaat CNT


CNT dapat dimanfaatkan sebagai :
a. Aplikasi dari strukturnya (space elevator)
Space elevator atau tangga menuju luar angkasa ini memang sungguh di luar akal
pemikiran manusia pada umumnya. Konsep lift luar angkasa berawal dari ide seorang
ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky, yang pada tahun 1985 mengajukan struktur
kompresi atau yang disebut Menara Tsiolkovsky. Lift luar angkasa juga kadang-kadang
disebut jembatan luar angkasa, tangga menuju luar angkasa, menara orbit, atau elevator
orbit. Space Elevator berfungsi untuk mengirim material dari permukaan bumi ke luar
angkasa melibatkan sebuah perjalanan yang sangat jauh jaraknya melalui struktur dan
bkan menggunakan roket.

Lift ini awalnya hanya berupa khayalan, tapi ternyata dengan ditemukan sebuah
teknoogi baru, hal ini menjadi sangat memungkinkan diwujudkan. Teknologi itu adalah
Carbon Nanotube, material baru yang dikatakan lebih kuat dari intan dan lebih ringan
dari baja.
b. Pada rangkaian listrik
Carbon nanotubes adalah struktur atom-atom karbon berbentuk silinder yang
50.000 kali lebih tipis dibanding diameter sehelai rambut.Terobosan baru carbon
nanotubes yaitu membentuk nanotubes tersebut menjadi transistor, yang berukuran 500
kali lebih kecil dibanding transistor berbahan silikon yang ada pada saat ini. Selain itu,
peneliti mengaku menemukan cara menumpuk transistor nanotube, sehingga hanya
berukuran 1,4 nanometer atau sekecil deretan 10 atom .
c. Solar Sel
Karbon nanotube dapat digunakan untuk memproduksi untuk memproduksi sel
surya yang menghasilakan arus listrik lebih perfoton daripada teknologi fotovoltaik
yang ada. Peneliti telah menunjukkan bahwa dioda yang terbuat dari karbon nanotube
membuat beberapa pasangan elektron dan hole dalam menanggapi foton tunggal tidak
d.

seperti dioda lainnya, yang menghasilkan hanya satu pasang perfoton.


Sebagai baterai kertas
Baterai kertas adalah baterai hasil rekayasa yang menggunakan kertas-kertas
lembaran tipis selulosa (merupakan unsur utama dari kerta biasa) yang disisipi dengan
blok CNT. Nanotube bertindak sebagai elektroda sehingga memungkinkan perangkat
penyimpanan menghantarkan listrik.

III. Metode Pembuatan CNT dengan CVD


Metode Pembuatan CNT dengan CVD adalah sebagai berikut :
3.1 Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan gas Hidrogen (H2) dan gas argon (Ar). MgO
(Magnesium Oxide), dan Kobalt Nitrat Co(NO3)2 sebagai katalis dan sampah plastik
sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan CNT.
3.2 Penetapan Variabel
Penelitian ini ditetapkan dengan variabel tetap digunakan perbandingan katalis
Mgo : Co(NO3)2 = 1 : 1, dan temperatur operasi yang digunakan sebesar 550oC.
3.3 Peralatan
Dalam penelitian ini digunakan system Chemical Vapour Deposition CVD. Berikut
Gambar 1 merupakan rangkaian alat utama system CVD untuk proses pembentukan
carbon nanotubes (CNT).

3.4 Prosedur Percobaan

Penelitian dimulai dengan preparasi katalis. Katalis yang digunakan adalah MgO
dan Co(NO3)2 sesuai dengan variabel. 20 g MgO dilarutkan dalam 100ml etanol dan
5wt%
kobalt nitrat dilarutkan dalam 100 ml etanol terpisah. Larutan dari MgO dan Cobalt
Nitrat dicampur bersama-sama dan disonikasi selama 20 menit. Lalu larutan disimpan
dalam oven pada suhu 90oC selama 24 jam untuk memastikan katalis bebas air. Lalu
campuran dihaluskan untuk mendapatkan serbuk dengan diameter rata-rata sekitar 56m.

Masuk ke tahap sintesis CNT: Katalis dimuat dalam reaktor kuarsa. Argon
dibersihkan ke dalam reaktor selama 20 menit untuk membuat atmosfer inert, dan
kemudian reaktor itu dipanaskan sampai 550oC dengan aliran hidrogen. Setelah
mencapai 550oC sumber karbon diluncurkan dengan argon sebagai gas pembawa
selama 60 menit. Reaksi dihentikan dengan menutup suplai sumber karbon dan reaktor
yang didinginkan ke suhu kamar dengan gas argon. Produk disintesis diambil dari
reaktor dan sampel dianalisis. Untuk sintesis CNT menggunakan sampah plastik
sebagai sumber karbon, reaktor penuh dengan katalis dan potongan-potongan kecil dari
sampah plastic seperti sampah kantong plastik. Kemudian gas argon itu dibersihkan
untuk mendorong suasana menjadi inert. Reaktor dipanaskan dengan gas hidrogen dan
550oC selama 60 menit. Reaksi diakhiri dengan peralihan aliran hidrogen dan reactor
pada suhu kamar dengan gas argon. Produk yang dihasilkan dikarakterisasi
menggunakan SEM dan Raman spektroskopi.

IV. Hasil dan Pembahasan


Sampah plastik sebagai sumber karbon CNT disintesis dari sampah plastik adalah
sebagai ditunjukkan pada Gbr.3.

Gambar SEM menunjukkan struktur lemah CNT dan derajat tinggi tekuk.
Analisis Spektrum Raman menunjukkan CNT dengan derajat tinggi ketidakmurnian.
Formasi CNT dikonfirmasi dengan dua puncak yang berbeda pada spektrum Raman.
Grafitisasi CNT diamati dengan menggunakan Spektroskopi Raman seperti yang
ditunjukkan pada Gbr.4.

Pita D, diamati pada 1347 cm-1 yang dikenal sebagai pengganggu yang
disebabkan karena gangguan dinding atau adanya karbon amorf diendapkan pada
permukaan luar dari nanotube. Pita G (diamati pada 1588 cm-1) dapat dikaitkan
dengan derajat kristalinitas karbon nanotube. Rasio ID / IG tidak langsung
menunjukkan kristal dengan urutan karbon nanotubes17. Dengan diperoleh ID/IG
pada rasio 1.1 pada sampel karbon menunjukkan bahwa tingkat kecacatan pada
struktur nanotube lebih banyak. Hal ini mungkin karena titik pelunakan LDPE ketika
dimasukkan ke dalam reaktor dan katalis lebih cair. Selama pirolisis, CNT tumbuh
dari permukaan karena degradasi dari LGPE dan pelepasan gas yang mudah menguap.
Derajat tinggi tekuk CNT mungkin karena proses pirolisis 18 tak cukup.
Isopropanol sebagai sumber karbon SEM dalam Gambar 5 menunjukkan bahwa
CNT
diproduksi menggunakan isopropanol dengan katalis cluster logam.

Diameter CNT pada kisaran 61 sampai 132nm. Spektrum Raman ditunjukkan


pada Gambar 6 menunjukkan ID / IG rasio 1,3 yang menunjukkan bahwa produk yang
disintesis memiliki kecacatan tinggi, tidak murni. Diameter CNT yang lebih besar
mungkin disebabkan oleh suhu rendah dari proses pirolisis.

Etanol sebagai sumber karbon gambar SEM pada Gbr.7 menunjukkan CNT
diproduksi dengan diameter dalam kisaran 48 sampai 80 nm.

Grafitisasi CNT diamati dengan menggunakan spektroskopi Raman seperti yang


ditunjukkan pada Gbr.8. Diperoleh ID / IG rasio 0,75 menunjukkan bahwa tingkat
kecacatan dalam struktur nanotube berkurang.

V. Kesimpulan
Pada penelitian ini, telah menunjukkan bahwa CNT dapat disintesis dari sampah
plastik, isopropanol dan ethanol sebagai sumber karbon. CNT diproduksi
menggunakan isopropanol dengan katalis cluster logam dihasilkan diameter CNT (
kisaran 61 sampai 132nm) lebih besar dibanding dengan etanol (kisaran 48 sampai
80 nm). Sampah plastik sebagai sumber karbon menunjukkan CNT dengan derajat
ketidakmurnian tinggi. CNT yang diproduksi menggunakan isopropanol dengan
katalis cluster logam menunjukkan bahwa produk yang disintesis memiliki kecacatan
tinggi, tidak murni. Etanol sebagai sumber karbon tingkat kecacatan dalam struktur
nanotube berkurang. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan
etanol sebagai sumber karbon lebih tepat digunakan untuk sintesis CNT walaupun
diameter yang dihasilkan lebih kecil daripada isopropanol.

DAFTAR PUSTAKA

Brown T et al,2002, Chemistry The Central Science Eight Edition, Prentice Hall: America
C. P. Poole Jr., F. J. Ourens,2003, Introduction to Nanotechnology, New Jersey, pp.1, 116
Dai,H, 2002, Account of Chemical Research ,35.1033
Holister P et all, 2003, Nanotubes, Spanyol: CMP Cientifica
J. P. McKelvey, Solid State And Semiconductor Physics, 1986, Robert E. Kriger Publishing
Company, Inc, Florida,
M. W. Hadi, H. Sudibyo, The Study of Carbon Nanotube FET Inverter, Sensor Device
Research Group, E.E. Department Engineering Faculty University ofIndonesia

Anda mungkin juga menyukai