Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL VI

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176

SIMULASI MODIFIKASI REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG


DENGAN BAHAN BAKAR JENIS PELAT
Gede Ardana Mandala1
1

BAPETEN, Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat, Kode Pos 10120
Magister Sistem & Teknologi Energi, Fak. Teknik, Univ. Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta

Abstrak
SIMULASI MODIFIKASI REAKTOR TRIGA 2000 BANDUNG DENGAN BAHAN BAKAR
JENIS PELAT. Latar belakang penelitian, yaitu bahan bakar di TRIGA Mark 2000 akan habis, dan PT.
Batan Teknologi mampu memproduksi bahan bakar reaktor penelitian dan PLTN, serta mengekspor radiasi
yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien (tracer). Tujuan penelitian adalah menghitung parameter
neutronik dan termal hidrolik (konveksi alami). Metode penelitian berupa simulasi menggunakan software
SRAC dalam sistem operasi Windows Vista, ukuran teras tetap, reflektor (Grafit) tidak diganti, bahan bakar
berbentuk pelat, komposisi UMo kerapatan 8,5 gram U.cm-3, batang kendali Boron Karbida (B4C), daya 2
MWth, pembuangan panas secara konveksi alami. Hasil penelitian menyatakan, reaktor kritis k-eff > 1,071,
fluks neutron lambat 1,61E+12 n.cm-2.s-1, dengan koefisien reaktifitas void pendingin -5,4E-3 dk.k-1/%,
koefisien reaktifitas suhu bahan bakar -2,0E-5 dk.k-1.Celcius-1, koefisien reaktifitas suhu pendingin -6,0E-5
dk.k-1.Celcius-1, batang kendali empat buah, pembuangan panas secara konveksi alami, DNBR > 2.
Katakunci: TRIGA, SRAC, UMo, konveksi alami

Abstract
SIMULATION OF MODIFICATION TRIGA 2000 REACTOR IN BANDUNG USING PLATE
TYPE FUEL. Background of this research are Uranium-235 inventory in nuclear fuel at TRIGA MARK 2000
Bandung will reach its usage limit, and PT. Batan Teknologi able to produce fuel for research reactor and
nuclear power plant, also export radiation for tracer. Aim of the research are computing neutronic and
termal hydraulic parameter (natural convection). Method of the research are simulation using SRAC operate
in Windows Vista, core dimension does not change, Grafit as reflector, fuel type is plate, meat composition
UMo 8,5 g U.cm-3, control rod Boron Carbida (B4C), operating power 2 MWth, using natural convection.
Result of the research are reactor able to critical with k-eff > 1.071, thermal neutron flux 1,61E+12 n.cm-2.s1, coolant void reactivity coefficient -5,4E-3 dk.k-1/%, fuel temperature reactivity coefficient -2,0E-5 dk.k1.Celcius-1, coolant temperature reactivity coefficient -6,0E-5 dk.k-1.Celcius-1, using four control rod,
DNBR > 2.
Keywords: TRIGA, SRAC, UMo, natural convection

reaktor nuklir produksi Indonesia telah dipakai


selama bertahun-tahun di RSG-GAS dengan hasil
yang sangat memuaskan. Jika bahan bakar TRIGA
2000 Bandung habis, diusulkan dalam penelitian ini
untuk menggunakan bahan bakar produksi dalam
negeri.
Keberhasilan Indonesia dalam penguasaan
IPTEK nuklir telah terbukti, di antaranya:

PENDAHULUAN
Selain mampu memodifikasi 100 % teras reaktor
nuklir di Bandung, Indonesia juga mampu
menghasilkan bahan bakar nuklir. Baik itu berupa
bahan bakar nuklir untuk reaktor daya, maupun
bahan bakar untuk reaktor penelitian. Bahan bakar

Gede A.M.

769

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
memproduksi bahan bakar, memodifikasi reaktor,
diikuti pula dengan keberhasilan meng-ekspor zat
radioaktif yang akan dimanfaatkan untuk
kedokteran nuklir. Jika daya reaktor makin besar,
maka fluks neutron akan makin besar, akhirnya
produksi zat radioaktif akan meningkat.
TRIGA 2000 dioperasikan oleh BATAN cabang
Bandung.
Reaktor ini digunakan untuk
memproduksi zat radioaktif, analisa aktivasi
neutron, pabrikasi paduan logam, dan penelitian
mengenai reaktor nuklir.
Reaktor TRIGA 2000 Bandung mulai
beroperasi di tahun 1964 dengan daya 250 kW.
Kemudian daya dinaikkan menjadi 1000 kW di
tahun 1971. Modifikasi selanjutnya dilakukan
untuk menaikkan daya reaktor menjadi 2000 kW
pada tahun 2000, yang dimulai dari tahun 1996.
Dengan daya yang lebih besar, maka reaktor
TRIGA 2000 Bandung makin mampu menjadi
cadangan untuk Reaktor Serba Guna GA Siwabessi
(RSG-GAS) di Serpong, Jakarta.

reflektor dari Grafit ke Beryllium; (2) jika


penggantian
bahan
reflektor
tetap
tidak
menghasilkan reaktifitas lebih 1,071, maka ukuran
teras harus diperbesar, misal diameter dijadikan
cukup untuk menampung 8 satuan.
Maka akan
didapatkan teras yang sangat mirip dengan RSGGAS.
Konsekuensi dari memperbesar ukuran teras
adalah (1) pembungkus (casing) reflektor harus
diganti; (2) ujung beam port harus dipotong, karena
ujung reflektor mencapai teras aktif. Karena beam
port terbuat dari pipa aluminium dan isinya cuma
udara kosong, diharapkan pemotongan ujung beam
port
tidak
menimbulkan
kesulitan
baru.
Penggantian
reflektor
Grafit
menimbulkan
pekerjaan baru: (1) bagaimana memproduksi Grafit
dengan grade nuklir; (2) apakah teknologi
pengelasan di dalam negeri mampu menghasilkan
kualitas hasil yang sesuai syarat tertentu. Kedua
pekerjaan baru ini tidak akan dibahas di penelitian
ini.

METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Modifikasi di teras TRIGA 2000 diusahakan


seminimal mungkin. Dengan diameter teras 53 cm,
dan ukuran bundel bahan bakar pelat 8,1 cm, maka
diameter teras dibagi menjadi 53 cm/8,1 cm = 6
satuan.
Karena penampang teras berbentuk
lingkaran, dan di pusat teras tetap menyediakan 4
posisi kosong, maka jumlah bahan bakar yang
mungkin dimasukkan ke teras menjadi 20 buah,
sebagaimana tampak pada Gambar 1.

Aspek Neutronik
Konfigurasi Teras Terbaik
Target dari konfigurasi teras ada dua, pertama k-eff
< 0.987 di saat satu batang kendali macet, dan tujuh
batang kendali yang lain semuanya masuk (fully
down). Kedua, k-eff < 1,071 di saat semua batang
kendali ditarik (fully up). Jika semua batang kendali
ditarik, maka akan didapatkan reaktifitas lebih.
Dengan batas tingkat muat U7Mo 8,5 gram
U.cm-3 , TRIGA 2000 standard dapat dibuat kritis.
Riset U7%Mo di laboratorium di luar negeri sudah
hampir selesai, yang perkembangannya dapat
dilihat di www.euronuclear.org.
Batang kendali yang digunakan berjumlah
empat buah.
Kurva S yang menggambarkan
pengaruh kedalaman pemasukan batang kendali
terhadap k-eff tampak pada Gambar 2.

Gambar 1. Konfigurasi teras dengan 4 posisi


batang kendali

Setelah dihitung dengan CITATION, jika kemudian


teras tidak bisa mempunyai reaktifitas lebih 1,071,
maka akan ada 2 pilihan: (1) mengganti bahan
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

770

Gambar 2. Perubahan k-eff terhadap posisi batang


kendali, dengan 4 batang kendali

Gede A.M.

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Perkiraan Burnup
Fraksi bakar yang digunakan di dalam usulan
modifikasi ini terdiri dari dua, yaitu fraksi bakar ke1 dan ke-8. Karena adanya fisi, maka bahan bakar
akan menyusut, fraksi bakar akan berubah, yaitu
dari fraksi ke-1 menjadi ke-3. Hal ini akan
menurunkan k-eff. Diasumsikan batas yang masih
dianggap mampu mengatasi pengaruh peningkatan
suhu pendingin dan Xenon k-eff > 1,052.
Untuk perhitungan burnup yang sederhana,
maka dicari fraksi bakar yang akan menyebabkan keff < 1,052. Didapatkan hasil reaktor mampu
beroperasi selama 7 tahun 1 bulan 25 hari.

Gambar 4. Pengaruh suhu pusat bahan bakar


terhadap k-eff

Pengaruh Suhu Terhadap k-eff


Tekanan di dasar teras = 24,4791 psia, sedangkan
suhu jenuh untuk 24,4791 psia adalah 238,8084
Fahrenheit. Maka massa jenis untuk campuran air
dan uap air menjadi
(4-1)
di mana
= massa jenis campuran air dan uap air
= massa jenis air dalam bentuk uap di
tekanan 24,4791 psia = 61,513193
lbm/ft3
= massa jenis air dalam bentuk uap di
tekanan 24,4791 psia =
0,059889
lbm/ft3
= fraksi void di campuran air dan uap air
Dengan variasi fraksi void 0 % sampai dengan
90 %, kemudian dihitung massa jenis campuran air
dan uap air. Pada Gambar 3 tampak pengaruh
fraksi void terhadap k-eff, dan pada Gambar 4 dan 5
tampak masing-masing pengaruh suhu pusat bahan
bakar dan moderator terhadap k-eff.

Gambar 5. Pengaruh suhu pendingin


terhadap k-eff

Dengan koefisien reaktifitas suhu moderator


dan bahan bakar yang negatif, serta koefisien
reaktifitas void yang juga negatif, maka reaktor
akan bersifat stabil. Karena kenaikan suhu yang
timbul akibat fisi, justru menurunkan daya reaktor.
Dari
rumus
k-eff
=
, sebelum terjadi fisi
di energi rendah, neutron disaring oleh faktor p.
Maka secara kronologis, rumus k-eff menjadi k-eff
=
. Dari sini dapat
diterangkan versi sederhana dari umpan balik
negatif, sebagai hasil dari pemuaian fluida
pendingin, yang menyebabkan s =
dari
air itu turun.
(4-2)
SF adalah luas kontak yang mirip dengan wetted
perimeter di saat mencari diameter ekuivalen, MF
adalah massa bahan bakar, yang sebanding dengan
luas. Reaktor di Chernobyl dan CANDU, s
masing-masing disumbangkan oleh air dan grafit
serta air dan D2O. Pemuaian grafit lebih kecil dari
air. Pemuaian D2O tidak spontan, karena air karena
D2O terpisah oleh dinding pipa. Tapi, CANDU
memiliki reaktifitas lebih yang kecil, sehingga tidak
akan punya cukup energi untuk meledak.

Gambar 3.Pengaruh fraksi void terhadap k-eff pada


tekanan jenuh 24,475 psia dan suhu 114,85 oC.

Gede A.M.

771

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Dengan susunan seperti tadi, maka reaktor
Chernobyl dan CANDU memiliki nilai p yang lebih
sulit untuk diubah dari reaktor yang moderator dan
pendingin jadi satu. Sehingga untuk mematikan
reaktor perlu gerakan batang kendali. Tentu saja,
gerakan batang kendali kalah cepat dari pada
pemuaian air. Dengan demikian reaktor yang
moderator dan pendinginnya jadi satu lebih aman
dari reaktor yang moderator dan pendinginnya
terpisah-walaupun masalah ini sudah berhasil
diatasi dengan moderator ganda.
Gambar 7. Distribusi fluks neutron
(a) cepat dan (b) termal

Distribusi Fluks dan Daya


Daya reaktor dibatasi sampai 2 MWth, supaya
radiasi gamma yang sampai di permukaan air tidak
melebihi batas. Gambar 6 menampilkan format 3D
reaktor. Gambar 7 menampilkan fluks neutron
cepat dan termal. Terlihat fluks neutron termal
maksimal 2.8E+13 n.cm-2.s-1di pusat teras.

Fluks neutron cepat lebih besar di daerah bahan


bakar, karena bahan bakar adalah tempat produksi
neutron. Di tengah teras, tidak diisi bahan bakar.
Maka fluks neutron cepat menjadi nol. Sementara
itu, fluks neutron termal di tengah teras menjadi
maksimum, karena ada proses perlambatan
(slowing-down) oleh air.
Tabel 1. Fluks Neutron Termal di Fasilitas Irradiasi

Ujung beam port dan posisi iradiasi ada di


reflektor, maka fluks neutron termal yang bisa
disediakan oleh teras adalah 1.0E+13 n.cm-2.s-1.
Ruang kosong di pusat teras susah untuk
dimasukkan bahan yang akan diiradiasi, karena
terhalang oleh batang kendali.
Tabel 1
menampilkan fluks neutron termal di berbagai
lokasi. Karena fluks neutron termal maksimal
dalam orde 1,0E+13 n.cm-2.s-1 dan k-eff > 1,071,
maka dari aspek neutronik usulan modifikasi
dinyatakan layak untuk diuji.
Gambar 6. Format 3D dari reaktor (MVilla, 2007)

Gambar 8. Distribusi daya di 2,0 MWth

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

772

Gede A.M.

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
Gambar 8 menampilkan distribusi daya reaktor yang
beroperasi di 2 MWth. Karena di tengah teras tidak
ada bahan bakar, maka daya di tengah teras menjadi
nol. Daya secara dominan dihasilkan dari hasil
interaksi neutron termal dan bahan bakar. Dengan
statistik, dihitung simpangan baku dari q (x, y, z)
di mid plane teras aktif

di mana
x =
q di suatu region bahan bakar
=
rata-rata
dari
himpunan
yang
anggotanya berupa x
N =
jumlah bundel bahan bakar
Didapatkan = 16,2313 watt/cm3 dan
3,05.

stepwise. Kemudian, dengan deret Fourier, fluks


panas direkonstruksi, sehingga didapatkan profil
panas berbentuk sinusoidal yang kontinyu. Pada
Gambar 10 tampak distribusi suhu menurut arah
aksial di kanal panas. Terlihat reaktor beroperasi
dengan suhu di bawah 450 oC. Tiga suhu yang
hampir sama, yaitu garis pusat bahan bakar,
antarmuka bahan bakar-kelongsong, permukaan
kontak bahan bakar-pendingin. Maka pada grafik
yang terlihat cuma suhu permukaan kontak
kelongsong dan pendingin. Hal ini menunjukkan,
bahwa panas berhasil disalurkan dengan baik oleh
bahan bakar itu sendiri dan juga oleh kelongsong.
Panas yang diharus dibuang masih kecil, karena
daya reaktor cuma 2,2 MWth. Kenaikan suhu
pendingin di bawah 10 oC berarti dari sisi termal
hidrolik, reaktor masih dalam batas aman.

Aspek Termalhidrolik

Fluks Panas Kritis

(4-5)

Fluks panas di tiap titik menurut arah aksial pada


kanal panas dinormalisasi, sedangkan angka
sebenarnya adalah 10.856,756 watt.cm-2. Fluks
panas kritis sepanjang kanal adalah konstan.
Didapatkan DNBR minimum lebih besar dari 2,
dengan demikian tidak akan terjadi burnout.
Selengkapnya tampak pada Gambar 11.

Profil Suhu Di Kanal Panas


Fluks neutron maksimum di pusat teras 2,88E+13
n.cm-2.s-1. Ini sesuai dengan daya teras 2,0 MWth.
Gambar 9 menampilkan hasil perhitungan
CITATION. Kanal panas terletak di bahan bakar
tanpa batang kendali. Maka, satu pelat bahan bakar
rata-rata menghasilkan daya per satuan panjang

Gambar 11. DNBR di kanal panas

Jika ukuran reaktor itu besar, maka daya per cm3 di


tiap titik akan menjadi lebih kecil. Ini akan
memudahkan proses pengambilan panas. Penelitian
terhadap fluks panas kritis sudah banyak dilakukan,
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik untuk sebuah situasi.
Tentu saja
diharapkan fluks panas kritis yang diizinkan
diharapkan makin besar.
Dengan mengingat kronologi peristiwa
sebelum burnout, yaitu: pembentukan gelembung,
gelembung lepas dari permukaan, pendidihan inti,
pendidihan curah, pendidihan film, burnout, maka
di RSG GAS reaktor dioperasikan sampai kondisi
gelembung lepas dari permukaan. Jadi pada
prakteknya, pendingin hanya ada dalam keadaan
satu fase. Jadi, dari aspek termal hidrolik, usulan

Gambar 9. Contoh hasil running CITATION

Gambar 10. Grarik distribusi suhu arah aksial untuk


aliran konveksi alami

Hasil perhitungan CITATION sesungguhnya bersifat

Gede A.M.

773

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
modifikasi layak untuk diuji.

7.

KESIMPULAN.
1.

2.

8.

Dari aspek neutronik, usulan modifikasi


dinyatakan layak untuk diuji, karena dengan
ukuran teras yang tidak berubah dan komposisi
bahan bakar U7Mo sampai tingkat muat 8,05
gram U.cm-3, menghasilkan k-eff > 1,071,
reaktifitas suhu bahan bakar -2,0E-5 dk.k1.Celcius-1, reaktifitas suhu moderator -6,0E-5
dk.k-1.Celcius-1, reaktifitas void moderator 5,4E-3 dk.k-1/%, fluks neutron termal di
dinding luar reflektor 1,61E+12 n.cm-2.s-1,
burnup 2,61235E+03 hari.
Dari aspek termalhidrolik, usulan modifikasi
dinyatakan layak untuk diuji, karena dengan
daya 2,0 MWth, DNBR > 2, pembuangan
panas dengan cara konveksi alami.

9.

10.

11.

12.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada BAPETEN
(Pak As Natio Lasman, Pak Suhartono Zahir, Pak
Martua Sinaga, Pak Heddy Krishyana, Pak Reno
Alamsyah, Pak Dedik Eko Sumargo, Bu Andajani,
staf), Jurusan Teknik Mesin UGM (Made Suardjaja,
staf), Jurusan Teknik Fisika UGM (Pak Sihana, Pak
Andang Widi Harto, staf), BATAN (Pak Tagor M.
Sembiring, Bu Endiah, staf).

13.

14.

6. DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

15.

Bozic M., Calculation of Neutron Fluxes in


Biological Shield of The TRIGA MARK II
Reactor, International Conference Nuclear
Energy in Central Europe 2001, Slovenia,
(2001).
Cailliere I., LTAs Manufacturing For JHR
Fuel Qualification Program in BR2 Reactor,
Areva-Cerca, France, (2009).
Clark C.R., Update on U-Mo Monolithic and
Dispersion Fuel Development, Argonne
National Laboratory, USA, (2004).
Cooper J.R., Revised Release on the IAPWS
Industrial Formulation 1997 for the
Thermodynamic Properties of Water and
Steam, IAPWS, Swiss, (1997).
Duderstadt, J. J. and Hamilton, L. J., Nuclear
Reactor Analysis, John Wiley and Sons, New
York (1976).
El-Wakil, M. M, Nuclear Power Engineering,
McGraw-Hill Book Company, Inc., New York
(1962).

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

16.

17.

18.

19.

20.

21.

774

Franck N., Cadmium Wires As Burnable


Poison for the BR2 Fuel Element, Areva-Cerca,
France (2009).
Grant C.N., Operation of the SLOWPOKE-2
reactor in Jamaica, University of the West
Indies, Jamaica (2001).
Harto, A. W., Konsep Moderator Ganda Untuk
Menyederhanakan Pengendalian Daya dan
Mencapai Umpan Balik Negatif Pada Reaktor
Nuklir Tipe PHWR-CANDU, Yogyakarta
(2005).
Hong L. P., Depletion Analysis on The Control
Rod Absorber of RSG GAS Oxide and Silicide
Fuel Cores, Center for Multipurpose Reactor
(PRSG), National Atomic Agency (Batan),
Jakarta (1995).
Horiguchi H., Irradiation Growth of Graphite in
Reflector Elements of JRR-4, Department of
Research Reactor and Tandem Accelerator,
JAEA, Japan (2009).
Jaya E. S., Analisis Konfigurasi Teras Kompak
Reaktor RSG-GAS Dengan Pengurangan
Jumlah Posisi Iradiasi, Jurusan Teknik Fisika,
Yogyakarta (2003).
Kamajaya K., The Current Status of Bandung
TRIGA Mark II Reactor-Indonesia, Center fo
Research and Development of Nuclear
Techniques, National Nuclear Energy Agency,
Bandung, Indonesia (2001).
Kaminaga M., Improvement of Critical Heat
Flux Correlation for Research Reactors using
Plate-Type Fuel, JAERI, Japan (1998).
Kaminaga M., EUREKA-2/RR: A Computer
Code for The Reactivity Accident Analyses in
Research Reactors, JAEA, Japan (2008).
Lamarsh, J. R., Introduction to Nuclear Reactor
Theory, Addison Wesley Publishing
Company, Inc., Massachusetts (1966).
Liaquat A. K., Study of Reactor Design
Parameters, Department of Physics University
of The Punjab, Lahore (1999).
Maas L., Development of a Numerical Tool for
Safety
Assessment
and
Emergency
Management of Experimental Reactors, IRSN,
France (2010).
Mosteller R. D., Detailed Analysis of the
Second Zeus Critical Experiment with MCNP,
International Meeting on Mathematical
Methods for Nuclear Applications, Salt Lake
City, UT, USA (2001).
Okumura K., SRAC (Ver. 2002); The
Comprehensive Neutronics Calculation Code
System, JAERI, Japan (2002).
Okumura K., SRAC2006: A Comprehensive
Neutronics Calculation Code System, JAERI,
Japan (2006).

Gede A.M.

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176
22. Pasqualini E., Monolithic UMo Nuclear Fuel
Plates With Non Aluminium Cladding, CNEA,
Argentina (2008).
23. Primm R. T., Analysis of an LEU Fuel with
Spatially-Dependent Thickness in Two
Dimensions, Oak Ridge National Laboratory,
USA (2007).
24. Ravnik M., Description of TRIGA Reactor.
25. Ravnik M., TRIGA Reactor Power Upgrading
Analysis, 2nd Regional Meeting; Nuclear
Energy in Central Europe, Slovenia (1995).
26. Sacristan P., A Full Programme for A World
Wide Qualified UMo Fuel, RRFM, France
(2000).
27. Saha D., Phenomena Associated with Natural
Circulation, IAEA, Trieste (2007).
28. Sang-Hyun L., Thermal Conductivity of UMo/Al Alloy Dispersed with Oxide Materials,
Thermophys Prop, Japan (2005).
29. Sembiring T. M., Core Conversion Study from
Silicide to Molybdenum Fuel in Indonesian 30
MW Multi Purpose Reactor GA Siwabessy
(RSG-GAS), BATAN, Indonesia (2005).
30. Suwardiyono, Analisis Kinematika dan
Dinamika Dismantling Komponen Internal
Reaktor TRIGA Mark II, Pusat Pengembangan
Pengelolaan Limbah Radioaktif, Bandung
(1999).
31. Umar E., Prediction of Mass Flow Rate and
Pressure Drop in the Coolant Channel of The
Triga 2000 Reactor Core, Atom Indonesia,
Jakarta (2001).
32. Utama I., Analisa dan Evaluasi Sistem
Termohidrolik Rancangan Reaktor Penelitian
Dan Produksi Dengan Daya 5 MW,
Departemen Teknik Fisika-ITB, Bandung
(2006).
33. Wiencek T., Development of Technology of
High Density LEU Dispersion Fuel
Fabrication, Argonne National Laboratory,
USA (2007).
34. Yazid P. I, Percobaan Kekritisan Teras Reaktor
TRIGA 200 Bandung Dengan Program MCNP4B, Puslitbang Teknik Nuklir, Batan, Bandung
(2000).
35. Villa M., The TRIGA Mark-II Reactor, Vienna
University of Technology, Austria (2007).

2.

Dengan harga K eff sebesar 1,071, kira-kira


berapa lama waktu operasi yang bisa dicapai
bila beroperasi pada daya 2MeV?

Jawaban:
1.

2.

Dari aspek teknis, simulasi dapat diterapkan,


Dari aspek ekonomis, reaktor Bandung dan
juga reaktor Serpong digunakan untuk
memproduksi radioisotop, jadi sebaiknya
simulasi
diterapkan
direaktor
Kartini
Yogyakarta.
Dengan software COREBW, bahan bakar bisa
dipakai selama satu tahun lima bulan

TANYA JAWAB
Pertanyaan:
1.

Apakah
simulasi
ini
bisa
diterapkan/diaplikasikan
di
lapangan,
mengingat Reaktor Bandung hingga saat ini
sedang mengalami masalah teknis? (Syahrudin
Yusuf)

Gede A.M.

775

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

SEMINAR NASIONAL VI
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010
ISSN 1978-0176

STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA

776

Gede A.M.

Anda mungkin juga menyukai