Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih
meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki
oleh suatu negara berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber
daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya dapat dikatakan usaha
dasar untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih baik
untuk mewariskan masa depan kepada generasi yang akan datang.
Untuk

melaksanakan

pembangunan

yang

berkesinambungan

maka

daerah/kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber


keuangannya seperti pajak, retribusi atau pungutan yang merupakan sumber-sumber
pendapatan asli daerah, seperti yang tertuang dalam undang-undang Nomor 32 tahun
2004, yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah, meliputi:

1. Hasil pajak daerah;


2. Hasil retribusi daerah;
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; dan
4. Lain lain pendapatan daerah yang sah.
b. Dalam perimbangan
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain pendaptan daerah yang sah

Pemberian otonomi daerah dimaksud untuk meningkatkan daya guna dan


hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mengatur dan mengurus
daerahnya sendiri, terutama dalam membiayai pembangunan dewasa ini. Dengan
diberikan hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

tanpa campur tangan pihak lain adalah sangat tepat karena dengan demikian sudah
memiliki kekuatan hukum untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan
daerahnya, meskipun pada dasarnya tetap dikoordinir oleh pemeritah pusat.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, bahwa: Hal hal yang mendasarkan Undang Undang ini adalah
untuk mendorong memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreatifitas serta msyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Oleh sebab itu
Undang-Undang ini menempatkan Otonomi Daerah secara utuh pada daerah
kabupaten dan kota. Retribusi Daerah selain sebagai salah satu sumber penerimaan
bagi pemerintah daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan
kontribusinya untuk menunjang pemarintah daerah.

2.
1)
2)
3)

Identifikasi Masalah
Apa saja yang menjadi subjek dan objek retribusi?
Apa saja yang menjadi prinsip dan sasaran retribusi?
Apa perbedaan pajak dengan retribusi?

3. Maksud dan Tujuan Pembuatan Makalah


1) Mengetahui apa sajakah yang menjadi subjek dan objek retribusi
2) Mengetahui apa saja yang menjadi prinsip dan sasaran retribusi
3) Apa perbedaan pajak dengan retribusi
4.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Retribusi
Retribusi merupakan suatu kata yang sudah familier dan sering didengar dalam
menjalankan suatu aktifitas kehidupan sehari-hari. Retribusi sering dilihat di tempattempat umum seperti di pasar, terminal, tempat rekreasi atau tempat-tempat tertentu
yang digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Secara awam retribusi
merupakan suatu pungutan atas pemakaian dan pemanfaatan suatu fasilitas tertentu.
Namun apakah semua pungutan-pungutan atas fasilitas tertentu merupakan suatu
retribusi atau tidak semua pungutan atas beragam fasilitas yang digunakan merupakan
retribusi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata retribusi adalah pengembalian,
penggantian kerugian, pemungutan uang oleh pemerintah (kotapraja, dsb) sebagai
balas jasa.1 Retribusi menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pengertian retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Sedangkan wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Masa retribusi adalah suatu
jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintahan Daerah yang
bersangkutan.2
1 W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indoensia Edisi Ketiga,
Jakarta: Balai Pustaka, 2003, hlm 1.
2 Aristanti Widyaningsih, Hukum Pajak Dan Perpajakan, Bandung :
Alfabeta, 2013, hlm. 219.

Salah satu ahli hukum Ahmad Yani berpendapat, daerah provinsi, kabupaten/kota
diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan
menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.3
Pada prinsipnya retribusi sama dengan pajak. Unsur-unsur pengertian pajak
sama dengan retribusi. Yang membedaannya adalah bahwa imbalan atau kontraprestasi dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar. Unsur-unsur
yang melekat dalam retribusi antara lain:

1.
2.
3.
4.
5.

Pungutan retribusi harus berdasarkan udang-undang


Pemungutannya dapat dipaksakan
Pemungutannya dilakukan oleh Negara
Digunakan sebagai pengeluaran masyarakat umum
Imbalan atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar
retribusi4

Hal ini dapat dipahami ketika melakukan pembayaran retribusi daerah, maka
pembayaran yang dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa/layanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah, atau bila seseorang ingin menikmati jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ada sebuah pungutan yang dinamakan
retribusi namun tidak terdapat jasa/layanan yang diberikan kepada pembayar
retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran tersebut tidak dapat dikategorikan
sebagai retribusi.
3 Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 77.
4 http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertianretribusi-subjek.html diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 pukul 20.54
WIB.

2.

Subjek dan Objek Retribusi

Subjek retribusi daerah menurut Undang-undang No. 29 Tahun 2009 terdiri dari tiga,
yaitu:
1. Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
Subjek retribusi jasa umum ini dapat ditetapkan menjadi retribusi jasa umum
yaitu orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi jasa umum.
2. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang atau badan yang menggunakan atau
menikmati layanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa usaha, yaitu orang pribadi atau badan yang diwajibkan
unutk melakukan pembayaran retribusi jasa usaha.
3. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa perizinan tertentu, yang orang pribadi atau badan yang
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi perizinan tertentu.

Lalu objek retribusi menurut Undang-Undang No. 29 Tahun 2009, yaitu:


1. Jasa umum
Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek Retribusi
Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan
tarif retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, dan aspek keadilan. Jenis retribusi ini dapat tidak dipungut

apabila potensi penerimaannya kecil/dan atau atas kebijakan nasional/daerah


untuk memberikan pelayanan secara cuma-cuma (Pasal 110 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009). Terdapat penambahan 4 (empat) jenis retribusi
daerah, yaitu Retribusi Tera/Tera Ulang, Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi, Retribusi Pelayanan Pendidikan,dan Retribusi Izin Usaha
Perikanan. Menurut pasal 110 Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis retribusi jasa umum adalah:
1) Retribusi pelayanan kesehatan
Objek Retribusi Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di
puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan,
dan rumah sakit umum daerah dan tempat pelayanan kesehatan lainnya
yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah,
kecuali pelayanan pendaftaran (Pasal 111 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
2) Retribusi pelayanan persamahan/kebersihan
Objek Retribusi Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi:
a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke

lokasi

pembuangan sementara
b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan
sampah sementara ke lokasi pembuangan akhir sampah
c. Penyediaan ke lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah (Pasal
112 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009)
3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan
sipil
Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan
Akta Catatan Sipil meliputi KTP, kartu keterangan bertempat tinggal,
kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk
musiman, kartu keluarga, akta catatan sipil yang meliputi akta
perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan akta pengakuan anak,
akta ganti nama bagi warga negara asing dan akta kematian (Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4) Retribusi pelayanan pemakaman atau pengabuan mayat


Objek Retribusi Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi
pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurugan,
pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau
pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola pemerintah
daerah (Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
Objek Retribusi Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan
pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 115
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Retribusi pelayanan pasar
Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah
daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang (Pasal 116 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
7) Retribusi Pengujian kendaraan bermotor
Objek Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah
pelayanan pengujian kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermotor di
air sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah (Pasal 117 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

8)

2009).
Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Objek Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah
pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, dan alat
penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam
kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang
dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat (Pasal 118 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

9) Retribusi penggantian biaya cetak peta

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang


dibuat oleh Pemerintah Daerah (Pasal 119 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
10) Retribusi penyediaandan/penyedotan kakus
Objek Retribusi Pelayanan Penyedotan

Kakus adalah

pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakusyang dilakukan oleh Pemerintah


Daerah (Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11) Retribusi pengolahan limbah cair
Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah
cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk
instalasi pengolahan limbah cair (Pasal 121 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
12) Retribusi pelayanan tera/tera utang
Objek Retribusi Pelayanan Retribusi Tera/Tera Ulang adalah pelayanan
pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan
pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan (Pasal 122 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
13) Retribusi pelayanan pendidikan
Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah (Pasal 123
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
Objek Retribusi
Pengendalian
Menara

Telekomunikasi adalah

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan


aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum (Pasal 124 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
2. Jasa Usaha
Dalam Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek Retribusi
Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial yang meliputi:

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang


belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta
Menurut Pasal 127 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 Jenis Retribusi
Jasa Usaha terdiri dari:
1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan
Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah adalah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut (Pasal
128 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan penyediaan fasilitas
pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
(Pasal 129 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3) Retribusi tempat pelelangan
Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan
yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan
pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa
pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan
(Pasal 130 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4) Retribusi terminal
Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir
untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan
fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 131 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
5) Retribusi tempat khusus parkir

Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus


parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah (Pasal 132 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 133 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
7) Retribusi rumah pemotongan hewan
Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan
fasilitas

rumah

pemotongan

hewan

ternak

termasuk

pelayanan

pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang


disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 134
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
8) Retribusi pelayanan kebutuhan
Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

adalah pelayanan

jasa

kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang


disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 135
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga


Objek Retribusi Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi,
pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah (Pasal 136 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10)

Retribusi penyebrangan di air


Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 137 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).


11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah

10

Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah adalah


penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah (Pasal 138 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
3. Perizinan tertentu
Menurut Pasal 140 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah, objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah
pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan
tarif retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruhnya biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Biaya penyelenggaraan izin ini meliputi penerbitan dokumen
izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya
dampak negatif dari pemberian izin tersebut. Menurut Pasal 141 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Daerah Jenis Retribusi
Perizinan Tertentu adalah:
1) Retribusi izin mendirikan bangunan
Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan. Pemberian izin meliputi kegiatan peninjauan
desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai
dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap
memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan
(KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan
penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka
memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut

2)

(Pasal 142 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).


Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol

11

Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah


pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu

3)

tempat tertentu (Pasal 143 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).


Retribusi izin gangguan
Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat
usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan
ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan
pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah
terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum,
memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan

4)

kesehatan kerja (Pasal 144 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).


Retribusi izin trayek
Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi
atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum
pada suatu atau beberapa trayek tertentu (Pasal 145 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).

5) Retribusi izin usaha perikanan


Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
141 huruf e adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk
melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan (Pasal
146 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi


Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut:
1. Retribusi

jasa

umum,

ditetapkan

dengan

memperhatikan

biaya

penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek


keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersenut. Yang

12

dimaksud dengan biaya disini meliputi, biaya operasi dan pemeliharaan,


biaya bunga dan biaya modal;
2. Retribusi jasa usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang diperoleh apabila
pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar;
3. Retribusi perizinan tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemeberian izin yang
bersangkutan. Yang dengan biaya penyelenggaraan pemberian izinn
disini meliputi penertiban dokumen izin, pengawasan di lapangan
penegakan hukum, penata usahaan, dan biaya dampak negative dari
pemberian izin tersebut.5
4. Tata Cara Pemungutan Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)
atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih,
dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan retribusi
terutang sebagaimana didahului dengan surat teguran. Tata cara pelaksanaan
pemungutan retribusi ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.6

5.

Pemanfaatan Retribusi

5 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: C.V. ANDI OFFSET,


2013, hlm. 18
6 Ibid.

13

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk


mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelyanan yang
bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi
ditetapkan dengan peraturan daerah. Hal tersebut tertuang didalam pasal 161 ayat (1)
dan (2) Undang Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi.7

6.

Kedaluarsa Penagihan Retribusi

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluarsa setelah melampaui


waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib
retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. 8 Didalam pasal 176 UU No.28
Tahun 2009 dijelaskan bahwa Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan
kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling
lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi
terutang yang tidak atau kurang dibayar.

7.

Perbedaan Pajak dengan Retribusi


1. Pajak berasal dari dasar hukum undang-undang sedangkan retribusi
berasal dari peraturan pemerintah, peraturan menteri, atau pejabat negara
yang lebih rendah.
2. Balas jasa pada pajak bersifat tidak langsung sedangkan pada retribusi
bersifat langsung dan nyata kepada individu tersebut.
3. Pungutan pajak berlaku untuk umum seperti penghasilan, kekayaan, laba
perusahaan dan kendaraan, sedangkan pungutan retribusi hanya

7 Ibid, hlm. 19.


8 Ibid.

14

ditujukan

untuk

orang-orang

tertentu

yang

menggunakan

jasa

pemerintah.
4. Pajak bersifat dapat dipaksakan (menurut UU). Jadi, wajib dibayar. Jika
tidak, maka akan mendapatkan sanksi, sedangkan retribusi dapat
dipaksakan juga, akan tetapi paksaannya bersifat ekonomis yang hanya
berlaku kepada orang-orang yang menggunakan jasa pemerintah.
5. Lembaga pemungut pajak adalah pemerintah pusat maupun daerah
(negara), sedangkan lembaga pemungut retribusi hanya pemerintah
daerah.
6. Pajak bertujuan untuk kesejahteraan umum, sedangkan retribusi
bertujuan untuk kesejahteraan individu tersebut yang menggunakan jasa
pemerintah.9
7.

9 Kuliah info, http://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-persamaan-danperbedaan.html diakses pada tanggal 3 agustus 2016 pukul 14.04 WIB.

15

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1) Retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Yang
mempunyai subjek dan objek yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha,
dan retribusi perizinan tertentu.
2) Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi terbagi menjadi tiga yaitu
retribusi jasa umum dengan prinsip memperhatikan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, dll. Kemudian retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan
untuk memperoleh keuntungan layak, dll. Dan retribusi perizinan tertentu
didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelerenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
3) Kemudian salah satu perbedaan pajak dan retribusi yaitu Pajak bersifat dapat
dipaksakan (menurut UU). Jadi, wajib dibayar. Jika tidak, maka akan
mendapatkan sanksi, sedangkan retribusi dapat dipaksakan juga, akan tetapi
paksaannya bersifat ekonomis yang hanya berlaku kepada orang-orang yang
menggunakan jasa pemerintah.

16

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. Perpajakan. 2013. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Kuliah info, http://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-persamaan-danperbedaan.html diakses pada tanggal 3 agustus 2016 pukul 14.04 WIB.
Widyaningsih, Aristanti. Hukum Pajak Dan Perpajakan. 2013. Bandung: Alfabeta.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-retribusi-subjek.html
diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 pukul 20.54 WIB.
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai