penurunan
volume
plasma
yang
dapat
ini menyebabkan jantung memompa lebih cepat sebagai respons ortostatik untuk
mempertahankan tekanan darah (Cheuvront et al., 2012).
Berikut ini adalah definisi dari beberapa ahli :
1. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani
puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial
atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).
2. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar
lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003).
3. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai
dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh
berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3).
4. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan
antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha
dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan
berpindahnya cairan atau hilang dari tubuh.
Klasifikasi dehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis :
a. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga
kepekatannya tetap
2.
3.
e.
Penurunan kesadaran
b.
Lemah, lesu
c.
Takikardi
d.
Mata cekung
e.
f.
Hipotensi
g.
h.
Ekstremitas dingin
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):
1.
2.
5.
Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk
mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi
ginjal normal.
2. Retensi Cairan/ Oedema
Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasa yunani
yaitu dropsy atau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormal cairan di
bawah kulit atau dalam satu atau lebih rongga tubuh. Oedema (bengkak) adalah
pembengkakan karena penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ
dalam tubuh.
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler
dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan
rongga-rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
Oedema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (ascites),
rongga dada (hydrothorax) (Wheda, 2010).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang
encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Oedema bisa bersifat lokal dan bisa menyebar. Oedema lokal bisa terjadi pada
kebanyakan organ dan jaringan-jaringan, bergantung pada penyebab lokalnya edema
yang menyebar mempengaruhi seluruh bagian tubuh tapi yang paling parah mungkin
tubuh bagian bawah karena adanya gravitasi yang menarik air ke bawah sehingga
terakumulasi di bagian bawah tubuh misalnya oedema pada exstremitas bawah,
terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada
(hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium
jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum).
Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di
banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Kenaikan tekanan
hidrostatik terjadi pada gagal jantung, penurunan tekanan osmotic terjadi sindrom
nefrotik dan gagal hati. Hal ini biasanya mengajarkan bahwa fakta-fakta ini
menjelaskan terjadinya oedema dalam kondisi ini. Penyebab oedema yang umum
seluruh tubuh dapat menyebabkan oedema dalam berbagai organ dan peripherally.
Sebagai contoh, gagal jantung yang parah dapat menyebabkan oedema paru, efusi
pleura, asites dan oedema perifer, yang terakhir dari efek yang dapat juga berasal dari
penyebab kurang serius.
a. Organ Spesifik oedema
Oedema akan terjadi pada organ tertentu sebagai bagian dari peradangan seperti
pada faringitis, tendonitis atau pankreatitis, misalnya organ-organ tertentu
mengembangakan jaringan oedema melalui mekanisme khusus.
Contoh oedema pada organ tertentu yaitu :
Cerebal oedema adalah akumulasi cairan ekstraseluler dalam otak. Ini dapat
terjadi pada metabolik beracun atau tidak normal dan kondisi negara seperti
lupus sistemik. Ini yang menyebabkan mengantuk atau pulmonary oedema
terjadi ketika tekanan di pembuluh darah di paru-paru dinaikkan karena
obstruksi untuk penghapusan darah melalui vena paru-paru. Hal ini biasanya
disebabkan oleh kegagalan ventrikel kiri jantung dapat juga terjadi pada
penyakit ketinggian atau menghirup bahan kimia beracun, menghasilkan
oedema paru dan sesak nafas. Efusi pleura dapat terjadi ketika cairan juga
b.
exstremitas bawah.
Mekanisme terjadinya oedema
1) Adanya kongesti
suatu
daerah
pada
scrotum
dan
tungkai
(penyakit
filariasis
atau
kaki
gajah/elephantiasis).
3) Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat
dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya
dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar
dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang
mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat
pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat
bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan
osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan
interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang
meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas
kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan
rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan
plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi
hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh
cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa
5)
Asites, Efusi pleura, Edema paru akut (dispnea, takipnea, ronki basah di
6)
7)
bertanggung jawab untuk tanda dan gejala hiponatremia dan juga komplikasi yang
terjadi selama pengobatan dengan adanya faktor risiko tinggi. Bila hipernatremia
selalu menunjukan hipertonisitas, hiponatremia dapat dikaitkan dengan tonisitas
rendah, normal, atau tinggi. Hiponatremia adalah gangguan elektrolit yang paling
umum ditemui pada pasien rawat inap.
50% anak-anak baru memperlihatkan gejala-gejala ketika Na serum tingkat jatuh
dibawah 125mEq/L, tingkat yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan orang
dewasa. Meskipun morbiditas bervariasi secara luas, komplikasi serius dapat timbul
dari hiponatremia dan juga dapat terjadi selama pengobatan.
Penyebab hiponatremi antara lain:
1. Cairan bebas yang berlebihan (banyak pada pasien rawatan yang sering menerima
cairan hipotonik.
2. Kehilangan Na pada renal dan extra renal yang berlebihan, retensi cairan bebas
ginjal.
3. Kurangnya intake Na (jarang).
Pada keadaan sehat tubuh manusia dapat mempertahankan serum Na pada level
normal (135-145 mEq/L) walaupun ssering terjadi fluktuasi cairan. Mekanisme tubuh
dalam mempertahankan kadar normal hiponatremi adalah kemampuan ginjal dalam
menghasilkan urine yang encer dan mengeluarkan air bebas sebagai respon terhadap
perubahan pada osmolalitas serum dan volume intravaskuler. Penyebab hiponatremi
pada anak adalah hiponatremi yang didapat dirumah sakit. Bisa disebabkan oleh
penggunaan cairan hipotonik yang berlebihan, pelepasan ADH yang berlebihan yang
banyak terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit baik yang disebabkan oleh
respon normal terhadap rangsangan hemodinamik dan atau rangsangan osmotic. ADH
juga disekresikan sebagai respon terhadap nyeri, mual, untah, dan penggunaan obatobat tertentu seperti morphine. Penggunaan cairan hipotonik saat ADH dalam
sirkulasi dapat menyebabkan retensi cairan bebas sehingga menyebabkan
hiponatremi.
b. Patofisiologi Hipernatremi
Hipernatremi adalah konsentrasi Na serum lebih dari 145 mEq/L. Hal ini ditandai
oleh deficit air tubuh total (TBW) relative terhadap kadar natrium tubuh total baik
karena hilangnya air bebas, atau pemberian larutan natrium hipertonik.
Pada orang sehat ada 2 mekanisme dalam mengatasi hipernatremi yaitu mekanisme
haus, dan stimulasi pelepasan vasopressin. Hipernatremi menandakan deficit cairan
menyebabkan
menyebabkan
perpindahan
dehidrasi
sel. Tiga
cairan
melewati
mekanisme
membrane
berikut
dapat
sel
sehingga
menyebabkan
hipertnatremi:
1. Deplesi air murni (misalnya: diabetes insipidus)
2. Deplesi air melebihi deplesi Na (misalnya: diare)
3. Kelebihan Na (keracunan garam)
Hipernatremi berkelanjutan dapat terjadi bila mekanisme haus dan akses terhadap air
terganggu. Kelompok yang berisiko tinggi adalah bayi dan pasien yang diintubasi.
Bayi memiliki surface area yang lebih besar dibandingkan orang dewasa sehingga
lebih banyak menguapkan air. Pada bayi hipernatremi biasanya disebabkan oleh diare
dan kadang-kadang dari formula bayi yang tidak disiapkan secara benar atau interaksi
yang kurang antara ibu dan bayi saat menyusui.
Hipernatremi dapat menyebabkan turunnya volume sel otak oleh karena cairan sel
keluar karena mempertahankan osmolalitas yang seimbangan antara dalam dan luar
sel. Dehidrasi hipernatremi yang berat dpat menyebabkan penciutan sel otak yang
bisa merusak pembuluh darah otak sehingga bisa terjadi perdarahan otak, kejang,
paraisme, dan ensefalopati. Pada pasien dengan prolong hipernatremi, rehidrasi cepat
dengan cairan hipotonis dapat menyebabkan adema serebri, koma, kejang, dan
kematian.
c. Patofisiologi Hipokalemi
Hipokalemi secara umum didefinisikan sebagai tingkat kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L pada anak-anak, meskipun nilai-nilai yang tepat untuk rentang referensi
kalium serum adalah tergantung usia dan bervariasi antara laboratorium. Hal ini
sering terjadi pada pasien anak-anak yang sakit kritis dan mencerminkan kekurangan
kalium total tubuh atau, lebih umum, mencerminkan kondisi yang memperlihatkan
pergeseran kalium keruang ekstraseluler ke intraseluler.
Hipokalemi dapat terjadi karena kekurangan total kalium tubuh, yang mungkin
disebabkan oleh asupan kalium yang kurang memadai yang berkepanjangan, atau
kehilangan yang berlebihan (termasuk diantaranya yaitu penggunaan diuretic jangka
lebih).
Hamil.
Menjadi 65 tahun atau lebih.
Makan diet tinggi lemak.
Merokok.
pada : akibat luka bakar pada kulit ; pada radang yg mengenai tulang atau
jaringan lemak ; pada perlemakan hati akibat gizi buruk atau alkoholisme
4. Embolus cairan amnion
Keadaan ini jarang ditemukan, gejala-gejalanya adalah:
a. Sesak nafas
b. Shock
c. Kematian mendadak yg tidak disangka-sangka pada wanita yang sudah
melahirkan atau dalam masa nifas
Embolus dalam a. pulmonalis mengandung carik-carik jaringan epitel kulit
bayi, verniks caseosa, lendir dan lanugo
5. Embolus Gas
Gelembung-gelembung gas masuk kedalam susuna sirkulasi sehingga
menyumbat dan dapat menimbulkan kematian misalnya pada tindakan vaginal
douche. Dapat juga disebabkan oleh pembedahan thoraks akibat vena besar
terpotong atau sobek. Dapat juga disebabkan oleh transfusi darah atau infus
cairan intravena.
Emboli berasal dari :
a.) Emboli pada manusia yang paling sering dijumpai berasal dari trombus
dan dinamakan tromboemboli.
b.) Pecahan jaringan dapat menjadi emboli bila memasuki sistem pembuluh
darah, biasanya dapatterjadi pada trauma.
c.) Sel-sel kanker dapat menjadi emboli, cara penyebaran penyakit yang
sangat tidak diharapkan.
d.) Benda asing yang disuntikkan ke dalam sistem kardiovaskular.
e.) Tetesan cairan yang terbentuk dalam sirkulasi akibat dari berbagai
keadaan atau yang masuk ke dalam sirkulasi melaui suntikan dapat
menjadi emboli.
f.) Gelembung gas juga dapat menjadi emboli.Emboli dalam tubuh terutama
berasal dari trombus vena, paling sering pada vena profunda ditungkai
atau di panggul. Karena keadaan anatomis, emboli yang berasal dari
trombus vena biasanya berakhir sebagai emboli arteri pulmonalis.
Akibat dari emboli
a. Jika fragmen trombus yang sangat besar menjadi emboli maka sebagian besar
suplai arteri pulmonalis dapat tersumbat dengan mendadak. Hal ini dapat
menimbulkan kematian mendadak.
b. Sebaliknya, emboli arteri pulmonalis yang lebih kecil dapat tanpa gejala,
mengakibatkan perdarahan paru-paru sekunder karena kerusakan vaskular
atau dapat mengakibatkan nekrosissebagian dari paru-paru.
c. Menurunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas,
menggunakan kombinasi olahraga teratur dan diet kalori terkontrol.
d. Berhenti merokok bila Anda merokok.
e. Berolahraga selama minimal 30 menit sehari, lima kali seminggu
3. Thrombus
Defenisi
Trombus adalah bekuan darah yang tetap menempel pada dinding pembuluh
darah. Sedangkan proses pembentukan bekuan darah atau koargulum dalam sistem
vaskular (yaitu pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup disebut
trombosis. Hal ini terjadi setelah di dahului oleh berlangsungnya arterio sterosis.
Trombosis jelas memiliki nilai adaptif yang berharga dalam kasus perdarahan,
trombus bekerja sebagai sumbatan hemostasis yang sangat efektif. Namun ,
trombosis dapat juga terjadi jika mekanisme pengaturan normal terganggu dan
keadaan ini terbukti sangat berbahaya.
Etiologi dan Patogenesis
Pembentukan trombus dapat terjadi apabila aliran darah melalui suatu pembuluh
berlangsung lambat, yang merupakan penyebab mengapa sebagian besar trombus
terbentuk di bagian vena yang bertekanan rendah, tempat di mana trombosit dan
faktor faktor pembekuan dapat berkumpul dan melekat ke dinding pembuluh.
Tiga kelompok faktor biasanya mencegah pembentukan trombus yang tidak normal,
yaitu :
a. Sistem pembuluh normal mempunyai lapisan sel endotel yang lunak dan licin
sehingga trmbosit dan fibrin tidak mudah melekat
b. Aliran darah normal dalam sistem pembuluh merupakan aliran yang sangat
deras sehingga trombosit tidak terlempar kepermukaan dinding pembuluh.
c. Mekanisme pembekuan mempunyai sejumah pengaturan dan keseimbangan
kimia yang mengatur pembentukan bekuan.
Terdapat tiga keadaan dasar dimana bekuan terbentuk secara tidak normal, yaitu :
a. Adanya kelainan dinding dan lapisan pembuluh.
b. Kelainan aliran darah.
c. Peningkatan daya koagulasi darah sendiri.
Aliran darah pada daerah arteri merupakan aliran tekananan tinggi dengan kecepatan
tinggi dan arteri sendiri bertanding agak tebal dan tidak mudah berubah bentuk.
Karena alasan inilah maka penyebab tersering trombosis arteri adalah penyakit pada
lapisan dan dinding arteri atau biasa disebut aterosklorosis. Pada daerah vena, aliran
vena merupakan aliran bertekanan rendah dan kecepatannya relatif rendah, dan vena
berdinding cukup tipis sehingga mereka dengan mudahnya dapat berubah bentuk
oleh tekanan-tekanan dari luar.karena alasan ini, maka penyebab tersering trombosis
vena berkaitan dengan berkurangnya aliran darah.
Morfologi
Thrombus terdiri dari berbagai kombinasi antara agregasi trombosit, endapan
fibrin, dan sel darah merah serta leukosit yang terjaring. Konfigurasi yang tepat dari
trombus bergantung pada keadaan dimana thrombus tersebut terbentuk. Jika thrombus
mulai terbentuk dalam aliran darah, unsur pertama yang paling penting adalah
gumpalan trobosit yang melekat pada endotel. Hal ini dapat terjadi karena aliran
daerah yang abnormal memungkinkan trombosit berdiam pada endotel atau terlempar
ke endotel. Hal ini dapat terjadi karena lapisan endotel menjadi kasar, sehingga
menimbulkan nidus untuk agregasi trombosit.
Sewaktu trombosit mengalami agregasi, mereka melepaskan zat-zat yang
menimbulkan pengendapan fibrin, sehingga dengan segera agregasi trombosit
dikelilingi oleh fibrin dan menjaring sel darah merah. Gelombang peristiwa yang
berturut semacam ini dapat mengakibatkan struktur trombus yang komplek dan
bertulang. Sebaliknya, jika thrombus terbentuk dalam pembuluh dimana aliran
darahnya telah berhenti, maka gumpalan darahnya hanya terdiri dari jalinan difus
fibrin yang menangkap unsur-unsur darah kurang lebih secara homogeny. Tetapi
berbeda dengan proses yang baru saja dijelaskan, bekuan postmortem terjadi dengan
agak lambatsehingga unsur-unsur darah yang terbentuk berlapis-lapis sebelum bekuan
mengeras, sehingga sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan fibrin terpisah.
Bekuan postmortem semacam itu cenderung elastis dari trombus sejati dan jauh lebih
jarang melekat pada dinding pembuluh. Perbedaan ini dapat menjadi penting pada saat
otopsi.
Secara harfiah trombus dapat terjadi dalam tiap bagian system kardiovaskuler
akibat berbagai sebab, yakni:
1. Menurunnya laju aliran melalui vena-vena, selanjutnya sekunder akibat kehilangan
daya pompa aktifitas otot yang diperberat oleh penyumbatan sirkulasi parifer
berkaitan dengan kegagalan jantung kronik.
segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga
terjadi defisiensi akut oksigen akut di tingkat selular (Tash Ervien S, 2005). Suatu
bentuk sindroma dinamik yang akibat akhirnya berupa kerusakan jaringan sebab
substrat yang diperlukan untuk metabolisme aerob pada tingkat mikroseluler dilepas
dalam kecepatan yang tidak adekuat oleh aliran darah yang sangat sedikit atau aliran
maldistribusi (Candido, 2006).
Tanda Dan Gejala
1. Sistem Kardiovaskuler Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin.
Kurangnya pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan
tekanan darah, Nadi cepat dan halus, Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa
menjadi pegangan, karena adanya mekanisme kompensasi sampai terjadi
kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah Vena perifer kolaps. Vena leher
merupakan penilaian yang paling baik, CVP rendah.
2. Sistem Respirasi Pernapasancepat dan dangkal.
3. Sistem saraf pusat Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan
darah rendah sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah
sampai tidak sadar. Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin
bahwa gelisahnya pasien memang karena kesakitan.
4. Sistem Saluran Cerna Bisa terjadi mual dan muntah.
5. Sistem Saluran Kencing
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah
60 ml/jam (1/51 ml/kg/jam).
Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi klinis syock yang muncul antara lain : pucat, bingung,
coma tachicardy, Sianosis, Arithmia, gagal jantung kongestif, Berkeringat, takipneu,
Perubahan suhu, Oedem paru, Gelisah, Disorientasi.
Sedang manifestasi klinis lain yang dapat muncul
1.
2.
3.
4.
5. Hyperglikemi.
Jenis Syok
1. Syok Hypovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure
akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul
setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut
akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelainan gastrointestinal
merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling seringditemukan. Syok
hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga
toraks dan rongga abdomen.
a. Faktor Penyebab
Pada umumnya syok hipovolemik disebabkan karena perdarahan, sedang
penyebab lain yang ekstrem adalah keluarnya garam (NaCL). Syok misalnya
terjadi pada: patah tulang panjang, rupture spleen, hematothorak, diseksi
arteri, pangkreatitis berat. Sedang syok hipovolemik yang terjadi karena
berkumpulnya cairan di ruang interstisiil disebabkan karena: meningkatnya
permeabilitas kapiler akibat cedera panas, reaksi alergi, toksin bekteri.
Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan
ruptur pada aneurysme aortic abdomen. Syok hipovolemik bisa merupakan
akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah dalam jumlah yang
banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan lain
ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat.
b. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara
mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh, yaitu sistem hematologi, sistem
kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin. System hematologi
berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh
darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk sumbatan
immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak akan
menbedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan menyebabkan
deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk. Kurang lebih 24
jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang sempurna dan
formasi matur. Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok
hipovolemik
dengan
meningkatkan
denyut
jantung,
meninggikan
2.
3.
kardiogenik
didefinisikan
sebagai
adanya
tanda-tanda
lebih
lanjut
kemampuan
jantung
untuk
memompa,
dan
mengevaluasi
penatalaksanaan
yang
telah
dilakukan.
1. Syok Neorugenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus
simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi
spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat
kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin
atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan
bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya
adalah bradikardi.
2. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang
sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen)
mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik.
3. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang
cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik,
pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan
secara menyeluruh.
D. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis
Asidosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri dibawah 7.4. Asidosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Asidosisrespiratorik dan asidosis metablolik.
a. Asidosis Respiratorik
Pengertian Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik adalah suatu kedaan medis dimana penurunan
respirasi (hypoventilation) menyebabkan peningkatan darah karbondioksida dan
penurunan pH (suatu kondisi yang umumnya di sebut asidosis). Gangguan asam
basa ini di cirikan dengan penurunan ventilasi alveolar dan di manifestasikan
dengan hiperkapnia (tekanan karbondioksida parsial [PaCO2] lebih dari 45 mm
Hg).
Keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida
dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
di badan karotid maupun oleh impuls saraf. Dari paru-paru reseptor peregangan
dan dorongan dari korteks otak. Kegagalan ventilasi cepat meningkatkan PaCO2.
Dalam asidosis pernafasan akut, kompensasi terjadi dalam dua tahap.
Tahapan awal adalah buffering seluler yang terjadi selama dari menit ke
menit. Cellular buffering mengangkat bikarbonat plasma (HCO3) hanya
sedikit, kira-kira 1 mAq /L untuk setiap mmHg peningkatan 10 di PaCO2.
Langkah kedua adalah kompensasi ginjal yang terjadi selama 2-5 hari. Dengan
kompensasi ginjal, ekskresi ginjal asam karbonat meningkat dan reabsorbsi
bikarbonat meningkat
Perkiraan perubahan
Dalam kompensasi ginjal, bikarbonat plasma meningkat 3,5 mEq / L
untuk setiap kenaikan 10mm Hg di PaCO2. Perubahan yang di harapkan dalam
serum kosentrasi bikarbonat dalam asidosis pernafasan dapat di perkiraan
sebagai berikut:
asidosis
bila
dimakan
dianggap
beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang
asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun
bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa
terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
Gagal ginjal
Ketoasidosis diabetikum
Gejala
Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan
penderita tidak memperhatikan hal ini.
yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan.
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk
mengukur pH darah.
Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali.
Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.
Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan
pengobatan terhadap penyebabnya.
membahayakan.
2. Alkalosis
Alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri lebih dari . Alkalosis ini terbagi
menjadi dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.
1. Alkalosis Respiratorik
Definisi
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah.
Penyebab
Pernafasan yang cepat
dan
dalam
disebut
hiperventilasi,
yang
Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara
intravena.
DAFTAR PUSTAKA
Anista. 2013. Jenis-Jenis Syok. https://blogfredakper.wordpress.com/jenis-jenis-syok/.
Diakses pada tanggal 15 Mei pukul 20.00 WITA
Anonym.
2013.
Gangguan
Keseimbangan
Cairan.
Definisi
Asidosis
Metabolik.
Dhara.
2012.
Pengertian
Asidosis
http://dharajuwita.blogspot.com/2012/06/asidosis-respiratorik.html
Respiratori.
Diakses
pada