Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta yang terus mengembang ini berisi obyek-obyek kosmologis
yang jumlahnya tidak dapat dihitung dengan mudah dan masih banyak obyek
tersebut yang luput dari pengkajian peneliti dan astronom karena luasnya alam
semesta ini. Manusia sudah lama berfikir dan mengamati benda-benda langit yang
mereka lihat pada malam hari selagi berkelana salah satunya adalah yang sekarang
kita sebut sebagai bintang, selama mereka melihat bintang itu pula ada yang
memanfaatkannya sebagai penunjuk dan penanda arah dan ada pula yang berfikir
bahwa benda langit yang mereka lihat tersebut merupakan dewa-dewi yang selalu
menyertainya. Kemudian filsuf-filsuf dari yunani ribuan tahun yang lalu juga
berpendapat mengenai sistematika alam semesta seperti posisi bumi, bintang dan
benda langit lainnya di alam semesta dan yang sebagainya.
Pada akhirya banyak ilmuwan dan astronom seperti yang telah penulis
sebutkan di paragraf sebelumnya, yang telah menemukan dan membahas hukumhukum fisika yang berlaku di alam semesta, kemajuan ini mengoreksi
miskonsepsi manusia mengenai cara mereka memahami alam semesta. Salah satu
kemajuan adalah ketika Galileo Galilei mengamati langit malam dengan alat baru
yang ia ciptakan pada saat itu yaitu teropong. Berkat Galileo kini kita tahu bahwa
tata surya kita memiliki bintang yang menjadi pusat yaitu matahari, kemajuan
besar lain yang membuat pengkajian mengenai benda-benda langit menjadi sangat
maju adalah penemuan gaya gravitasi oleh Sir Isaac Newton pada 1687 melalui
karyanya Principia. Berkat Newton kini kita tahu bahwa matahari dan planet
planet memiliki gaya gravitasi masing masing.
Gaya gravitasi yang membuat kita tetap berpijak di bumi ini, yang
membuat laut pasang dan surut, juga yang menumpahkan segelas kopi kita pada

pagi hari, ternyata memegang peranan paling penting di alam semesta yaitu
menjaga benda benda langit pada kondisi yang stabil.1
Penemuan gaya gravitasi ini membuat astronom dan ilmuwan menduga
bahwa setiap obyek di alam semesta pastilah terpengaruh oleh gravitasi, termasuk
bintang yang pada akhirnya ditemukanlah bahwa gravitasi berperan sangat besar
dalam akhir dari proses evolusi bintang. Akhir dari bintang dapat berubah menjadi
apapun baik itu menjadi ledakan yang besar, sebuah bintang kecil, atau menjadi
lubang hitam obyek yang memiliki gaya gravitasi yang maha kuat di alam semesta
ini.
Asumsi mengenai obyek yang memiliki medan gravitasi yang maha kuat
sekarang kita kenal dengan nama Lubang Hitam (Black Hole). Teori mengenai
black hole diperkuat setelah teleskop ruang angkasa Hubble diluncurkan, data
berupa foto yang di dapat dari Teleskop Hubble membuktikan bahwa lubang
hitam dapat berada dimana pun di alam semesta, dari foto-foto tersebut banyak
galaksi spiral yang tersebar di alam semesta di tengah-tengahnya terdapat
supermassive black hole.2 Juga dengan ditemukannya lubang hitam yang dinamai
Cygnus X-1, pada tahun 1965 dan ditemukan berada pada jarak 2,5 kiloparsec
dari bumi.3
Bagaimanapun lubang hitam merupakan salah satu dari obyek alam
semesta yang keberadaannya cukup rumit untuk dipahami dan masih diselubungi
oleh misteri dan miskonsepsi dalam aspek astrofisika, namun seorang Lucasian
Professor

of

Mathematics

Universitas

Cambrige,

Stephen

Hawking

mengemukakan hasil penelitiannya yang mampu menjelaskan keberadaan lubang


hitam yang memiliki singularitas dengan kerapatan dan kelengkungan ruangwaktu tak terhingga di dalam suatu lubang hitam. 4 Lubang hitam juga merupakan
Trishna Knowledge Systems. The IIT Foundation Series - Physics Class.
(India; Dorling Kindersley, 2012) hal.163
2
R. Zimmerman. The Universe In A Mirror. (New Jersey; Princeton
University Press, 2008) hal. 168
3
D. Raine. Black Holes: An Introduction. (London; Imperial College
Press, 2010) hal. 154
4
S. Hawking. Sejarah Singkat Waktu. (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama,
2013) hal.86
1

salah satu dari segelintir kasus dalam sains dimana suatu teori dikembangkan
hingga sangat terperinci sebagai suatu model matematika sebelum ada bukti dari
pengamatan, yang pada akhirnya keberadaannya dapat dibuktikan oleh banyak
astronom dan ilmuwan termasuk Stephen Hawking.5 Oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengulas lebih lanjut mengenai keberadaan lubang hitam pada
evolusi tahap akhir bintang di alam semesta menurut teori Stephen Hawking.
Alasan penulis menganalisa lubang hitam, salah satunya adalah untuk
memberikan informasi yang mudah dipahami kepada pembaca dan juga sebagai
sarana untuk meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas ciptaan-Nya yang maha agung.
B. Pembatasan Masalah
Batasan masalah berguna agar penelitian ini dapat tetap fokus dan tidak
melenceng dari sub-tema yang telah ditentukan oleh penulis. Batasan masalah
dalam karya tulis ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan demikian pada
pembahasan di dalam karya tulis ini berusaha untuk menjawab pertanyaan
tersebut, yaitu:
1. Apa yang membuat sebuah bintang berevolusi menjadi lubang hitam menurut
Stephen Hawking?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi sebuah obyek sehingga bisa disebut sebagai
lubang hitam ?
3. Apa yang terjadi jika suatu obyek jatuh ke lubang hitam menurut Stephen
Hawking?
4. Apakah lubang hitam memiliki akhir atau dapat musnah ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan usaha yang direncanakan dalam rangka
untuk menjawab masalah dalam suatu karya tulis. Oleh karena itu, penulis
5

Ibid. Hal 91

memiliki beberapa tujuan penelitian yang didasarkan pada batasan masalah yang
telah ditentukan sebelumnya, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan bintang berevolusi menjadi lubang
hitam.
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi sebuah obyek sehingga ia bisa
disebut sebagai lubang hitam.
3. Untuk mengetahui apa yang akan terjadi jika suatu obyek jatuh ke lubang
hitam menurut Stephen Hawking.
4. Untuk mengetahui kemusnahan lubang hitam menurut Stephen Hawking.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan data dan informasi metode penelitian studi
kepustakaan, yakni metode dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
macam buku6 yang berhubungan dengan lubang hitam, karena studi mengenai
lubang hitam cukup banyak di buku-buku mengenai astronomi.
E. Sistematika Uraian
Secara sistematis, karya tulis ini terdiri dari empat bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab satu ini, penulis akan membahas mengenai latar belakang penulis
membuat karya tulis ini, batasan-batasan masalah, tujuan penulisan, metode yang
digunakan dalam pengambilan data, dan sistematika uraian.

BAB II : KAJIAN TEORI


Pada

bab

ini,

penulis

akan

memaparkan

definisi-definisi

yang

berhubungan dengan subjek utama penelitian yaitu lubang hitam, terutama


Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta; Balai Pustaka, 2002) hal. 1270
6

definisi lubang hitam beserta teori yang menyertainya itu sendiri dan definisi
bintang, dan evolusi bintang.
BAB III : PEMBAHASAN MASALAH
Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan analisa data sesuai dengan
masalah yang sudah ditentukan. Dalam bab ini pula penulis akan menjawab
pertanyaan pertanyaan yang sudah dijadikan pembatasan masalah pada bab I,
berdasarkan data yang sudah didapat dari studi kepustakaan.
BAB IV : PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menyampaikan kesimpulan berdasarkan dari
data yang telah penulis dapatkan dan telah dibahas di bab III. Pada bab ini pula
akan disampaikan hal lain berupa lampiran.

Anda mungkin juga menyukai