Anda di halaman 1dari 9

17

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A. Penyebab Sebuah Bintang Berevolusi Menjadi Lubang Hitam Menurut


Stephen Hawking
Seperti yang telah penulis jelaskan pada Bab II lubang hitam memiliki
massa dan laju rotasi, sama seperti bintang memiliki massa dan laju rotasi.
Penyebab utama sebuah bintang menjadi lubang hitam sudah jelas, yaitu karena
pengaruh gravitasinya yang sangat kuat. Sebuah bintang dapat terbentuk karena
adanya reaksi fusi sejumlah besar gas yang sebagian besar terdiri dari hidrogen
dan unsur lain menyatu karena gravitasinya sendiri, dan selagi kumpulan gas
tersebut berkumpul dan menyusut, atom-atom gas bergerak semakin cepat dan
saling bertumbukan dengan atom-atom gas lainnya, pergerakan ini akan membuat
kumpulan gas memamanas. Pada akhirnya suhu gas akan menjadi sangat panas
sehingga hidrogen-hidrogen yang saling bertabrakan akan menyatu menjadi
helium, panas yang dilepaskan reaksi tersebut merupakan cahaya bintang.1
Panas yang dihasilkan reaksi tersebut akan meningkatkan tekanan gas
sehingga dapat mengimbangi tekanan oleh gravitasi. Jadi bintang akan bertahan
seimbang oleh dua gaya yang berbeda, yaitu gaya gravitasi yang membuat bintang
menyusut dan diimbangi oleh reaksi nuklir atau radiasi yang terpancar yang
membuat bintang mengembang.2 Namun pada akhirnya bintang akan kehabisan
hidrogen dan bahan bakar nuklir lain. Makin banyak bahan bakar yang awalnya
dimiliki satu bintang, maka makin cepat habisnya, hal ini dikarenakan pada
bintang yang lebih masif, diperlukan panas lebih banyak untuk mengimbangi gaya
gravitasinya sendiri.3
S. Hawking. Sejarah Singkat Waktu. (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama,
2013) hal. 80
1

F. Cain. How Large Is The Observable Universe ?, Universe Today,


diakses dari http://www.universetoday.com/33454/how-do-black-holes-form/,
pada tanggal 31 Desember 2013 pukul 10.47
2

S. Hawking. Op. Cit, hal.81

18

Ketika bintang kehabisan bahan bakarnya, bintang akan mendingin,


menyusut, dan menjadi redup cahayanya seperti pada bintang kerdil putih, bintang
kerdil hitam, memancarkan gelombang eletromagnet yang teratur seperti pada
bintang neutron dan pulsar, meledak dan melontarkan seluruh materi penyusunnya
ke ruang angkasa seperti supernova, atau menjadi lubang hitam. Namun
bagaimana caranya bintang tahu seperti ia akan berevolusi pada tahap akhir
kehidupannya? Pada 1928, Subrahmanyan Chandrasekhar menggagaskan
seberapa besar ukuran bintang yang masih bisa bertahan menghadapi pengaruh
gravitasinya sendiri sesudah semua bahan bakarnya habis. Hasilnya, menurut
perhitungan Chandrasekhar, suatu bintang dingin yang massanya satu setengah
kali massa matahari tidak akan mampu mengimbangi pengaruh gravitasi bintang
itu sendiri (hasil perhitungan tersebut sekarang dikenal dengan nama batas
Chandrasekhar).4
Itulah sebabnya bintang yang sangat masif yang memiliki massa di atas
batas Chadrasekhar akan mengalami keruntuhan yang akan berakhir menjadi
lubang hitam. Menurut teori relativitas umum sebuah bintang dengan massa
tersebut akan melengkungkan dan mendistorsikan ruang-waktu disekitarnya
ketika mengalami keruntuhan akibat gravitasi, Stephen Hawking mengilustrasikan
bahwa pengaruh gravitasi yang kuat tersebut akan membuat sebuah lubang yang
tidak memiliki dasar dalam bidang ruang-waktu.5 Medan gravitasi bintang
membuat jalur cahaya pada ruang-waktu dari yang seharusnya dijalani oleh
cahaya tersebut jika tidak terpengaruh oleh medan gravitasi bintang. Gravitasi
yang kuat membuat cahaya melengkung sedikit ke arah dalam dekat permukaan
bintang, dan ketika bintang sudah menyusut sampai ukuran kritis tertentu medan
gravitasi akan menjadi sangat kuat dan membuat cahaya melengkung jauh ke
dalam. Menurut teori relativitas, tak ada yang bisa bergerak lebih cepat daripada
cahaya, hal ini dibuktikan dengan eksperimen Morley dan Michelson yang
menunjukkan bahwa cahaya selalu bergerak dengan kecepatan 186.000 mil per
4

Ibid, hal.82

S. Hawking. Into a Black Hole, Hawkings Lecture, diakses dari


http://www.hawking.org.uk/into-a-black-hole.html, pada tanggal 31 Desember
2013 pukul 11.17
5

19

detik, tidak peduli darimana sumber cahayanya. 6 Jadi jika cahaya saja tidak lolos
dari pengaruh gravitasi keruntuhan bintang maka apapun tidak akan bisa lolos
juga. Satu set peristiwa dan satu set daerah pada ruang-waktu, yang mana tidak
ada dari isinya yang terpancar keluar dan tidak ada yang bisa lolos dari pengaruh
gravitasinya adalah lubang hitam.7

B. Cara Mengidentifikasi Sebuah Obyek sehingga Dapat Disebut Sebagai


Lubang Hitam
Seperti yang telah penulis paparkan pada Bab I, lubang hitam adalah kasus
dalam ilmu pengetahuan dimana model matematika dan teori teori mengenai
lubang hitam lebih dulu dikembangkan, sebelum dilakukan pengamatanpengamatan menggunakan instrumen antariksa yang modern, yang kemudian pada
akhirnya teori-teori dan model matematika tersebut dapat diterima secara umum.
Hal ini pada awalnya menjadikan sebuah argumen utama bagi yang meragukan
keberadaan lubang hitam.
Pengamatan mengenai obyek langit pada 1967 dari mahasiswi peneliti di
Cambridge, Jocelyn Bell-Burnell, yang menemukan adanya benda langit yang
memancarkan gelombang radio secara teratur, mereka sampai ke kesimpulan
bahwa benda tersebut merupakan bintang neutron yang berotasi dan memancarkan
denyut gelombang radio karena ada interaksi berkesinambungan antara medan
magnet dan partikel di sekelilingnya. 8 Bintang neutron punya jari-jari sekitar 10
mil, beberapa kali lipat ukuran kritis yang menyebabkan bintang runtuh menjadi
lubang hitam. Stephen Hawking berpendapat jika sebuah bintang dapat runtuh
menjadi sekecil itu, maka tidak mustahil bahwa ada bintang lain yang bisa runtuh
menjadi lebih kecil lagi dari 10 mil dan berubah menjadi lubang hitam. 9 Berkat
kemajuan teknologi dalam bidang astrofisika, prediksi Stephen Hawking
6

Ibid

S.Hawking, Op. cit, hal. 93

M. S. Longair. Our Evolving Universe. (London; Cambridge University


Press, 1996) hal. 71
8

S. Hawking. Loc. cit

20

mengenai keberadaan lubang hitam dapat dibuktikan melalui berbagai cara atau
metode.
1. Mengidentifikasi Gerak Benda Langit di Sekitar Lubang Hitam
Jika ditelaah sedikit tidak mungkin dan tidak masuk akal untuk dapat
mendeteksi dan mengidentifikasi sebuah obyek sehingga dapat disebut sebagai
lubang hitam, yang berdasarkan teorinya saja tidak memancarkan cahaya apapun.
Salah satu cara yang ditunjukkan John Michell dalam makalahnya Philosophical
Transactions of The Royal Society of London, tahun 1783, lubang hitam masih
menimbulkan gaya gravitasi yang menarik benda-benda di dekatnya.
Roeland van der Marel, peneliti di Space Telescope Science Institute,
menjelaskan bahwa karena lubang hitam memiliki massa yang sangat besar,
segala material, contohnya bintang, yang mendekat ke arah lubang hitam akan
terpengaruh oleh gravitasi yang sangat besar.10 Jadi cara untuk mengetahui
keberadaan lubang hitam adalah dengan mengamati pergerakan obyek di dekat
calon lubang hitam, yang memiliki kecepatan lebih besar dibandingkan dengan
memperhitungkan asumsi bahwa tidak ada lubang hitam yang mempengaruhi
pergerakan obyek tersebut.
2. Mendeteksi Sinar X yang Dipancarkan Benda yang Mengorbit ke Arah
Lubang Hitam
Astronom sudah banyak mengobservasi sistem bintang, dimana dua
bintang saling mengorbit, karena pengaruh gravitasi bintang tersebut. Banyak
sistem bintang ganda ini dimana ada satu bintang yang mengorbit pasangan yang
tidak dapat diamati. Tentu saja tidak bisa langsung diambil kesimpulan bahwa
pasangannya itu adalah lubang hitam, banyak kemungkinan lain bahwa
pasangannya bisa saja merupakan bintang yang cahayanya tidak cukup kuat untuk
dapat diamati. Namun sistem bintang ganda di ruang angkasa seperti Cygnus X-I
S. Gourdazi. The Tricky Task of Detecting a Black Hole, Space,
diakses dari http://www.space.com/3457-tricky-task-detecting-black-holes.html
pada tanggal 31 Desember 2013 pukul 11.47
10

21

memiliki pasangan yang tak terlihat dan material-material di permukaan bintang


yang terlihat tersebut, tertiup terbang menuju pasangannya yang tidak terlihat
karena pengaruh gravitasi, gerak material-material yang terbang tersebut
membentuk jalur spiral yang menyerupai huruf S.
Ketika material-material tersebut terhisap ke pasangannya yang tidak
terlihat, material tersebut akan bergerak sangat cepat, menjadi sangat panas dan
ketika memanas material tersebut memancarkan radiasi sinar X. Sinar X dapat
diamati oleh teleskop yang dioperasikan di ruang angkasa, salah satunya Teleskop
Constellation-X-Observatory milik NASA, teleskop ini merupakan gabungan dari
4 teleskop sinar X yang sangat sensitif terhadap sumber sinar X di ruang angkasa.
Dengan teleskop tersebut pengamat dapat melihat perubahan spektrum sinar X
ketika material mengorbit di lubang hitam.11
Untuk

membuat

material-material

bintang

yang

terlihat

tersebut

terpengaruh oleh gravitasi benda yang tidak terlihat hingga memancarkan radiasi
sinar X. Benda yang tidak terlihat itu haruslah sangat kecil dan memiliki massa
yang besar seperti bintang kerdil putih atau bintang neutron, dalam kasus Cygnus
X-I telah diperkirakan berdasarkan pengamatan bahwa pasangan yang tidak
terlihat tersebut memiliki massa 6 kali massa Matahari, yang berdasarkan batas
Chandrasekhar massa tersebut terlalu besar untuk bintang kerdil putih atau
bintang neutron sehingga dapat dipastikan bahwa benda tersebut adalah lubang
hitam.12 Metode ini adalah metode yang secara tidak langsung dapat mendeteksi
dan mengidentifikasi keberadaan lubang hitam.

3. Mendeteksi Gelombang Gravitasi yang Dihasilkan Lubang Hitam


Seperti halnya cahaya, gravitasi membuat gelombang. Gelombang
gravitasi membawa energi menjauhi obyek yang memancarkannya. 13 Seperti
menjatuhkan bola ke sebuah kolam, pada awalnya bola akan bergerak naik-turun,
11

Ibid

12

S.Hawking, Op. cit, hal. 94

13

Ibid, hal 88

22

dan akan menimbulkan riak gelombang pada air yang membawa energi itu pergi
dan membuat bola diam. Efek dari gelombang gravitasi dapat diamati pada sistem
bintang PSR 1913 + 16, sistem tersebut berisi dua bintang neutron yang saling
mengorbit, diperkirakan butuh waktu 300 juta tahun untuk kedua bintang tersebut
agar saling bertabrakan, tepat sebelum tabrakan keduanya akan memancarkan
cukup banyak gelombang gravitasi yang bisa ditangkap oleh LIGO (Laser
Interferometer Gravitational wave Observatory).14 LIGO alat mendeteksi
gelombang gravitasi yang beroperasi di Bumi. Dalam keruntuhan bintang akibat
gravitasi sampai membentuk lubang hitam, gerakannya akan sangat cepat,
gelombang gravitasi yang ditimbulkannya akan sangat besar sehingga laju
kehilangan energi akan lebih besar juga.15
Sama halnya dengan LIGO, LISA (Laser Interferometer Space Antenna)
alat mendeteksi gelombang gravitasi yang beroperasi di ruang angkasa. Ketika
lubang hitam mengorbit bintang neutron atau lubang hitam lain mereka akan
menghasilkan gelombang gravitasi yang sangat besar, dengan alat tersebut peneliti
dapat mendeteksi gelombang gravitasi dari bagaimana gelombang tersebut dapat
menggerakkan dan mempengaruhi obyek langit lainnya.

C. Kondisi Suatu Obyek yang Jatuh ke Lubang Hitam Menurut Stephen


Hawking
Belum ada pengamatan secara langsung mengenai apa yang akan terjadi
jika suatu obyek dijatuhkan ke lubang hitam, mengingat jarak lubang hitam dari
galaksi bima sakti cukup jauh untuk ditempuh, namun banyak ahli yang sudah
memaparkan secara teoritis mengenai nasib dari obyek tersebut. Pada penjelasan
sebelumnya, para ahli dapat mendeteksi bahwa benda yang mengorbit lubang
hitam akan memancarkan sinar X karena kecepatannya yang bertambah besar
akibat pengaruh gravitasi kuat yang berasal dari lubang hitam. Namun bagaimana
jika dilakukan pengamatan untuk kondisi benda yang sengaja dijatuhkan ke
14

Ibid, hal 89

15

Ibid

23

lubang hitam, Stephen Hawking menjelaskannya dengan sangat baik dalam


bukunya A Brief History of Time.
Untuk memahami apa yang akan teramati jika melihat sebuah obyek jatuh
ke lubang hitam, harus digarisbawahi bahwa setiap pengamat memiliki
pengukuran waktu masing-masing dalam teori relativitas. Persepsi terhadap waktu
sebuah obyek yang ada di atas suatu bintang yang sedang runtuh pada tahap akhir
evolusinya akan berbeda dengan pengamat yang jauh dari bintang tersebut, akibat
pengaruh dari gravitasi bintang yang menguat. 16 Oleh karena itu jika dilakukan
pengamatan sesungguhnya, umpamanya ada seorang astronot yang berada dekat
permukaan bintang yang sedang runtuh terbawa masuk ke dalam akibat pengaruh
kuat gravitasi dan mengirim sinyal tiap detik ke pesawat pengamat yang
mengorbit jauh dari bintang. Dikatakan pada waktu tertentu, misalnya 11:00,
bintang yang sedang runtuh tersebut akan sepenuhnya menyusut menjadi lubang
hitam sehingga tidak ada lagi yang bisa lepas dari gravitasinya, dan sinyal dari
astronot tidak akan sampai ke pesawat. Selagi 11:00 makin dekat, pesawat
pengamat akan mendapati bahwa jeda antara sinyal dari astronot akan makin
panjang, pengamat akan butuh lebih dari satu detik antara sinyal 10:59:58 dan
sinyal 10:59:59, pengamat akan butuh waktu selama-lamanya untuk sinyal pada
11:00. Hal ini karena gelombang cahaya yang dipancarkan bintang antara
10:59:58 dan 10:59:59, akan tersebar dalam waktu yang tak terhingga.17 Karena
jarak waktu antara kedatangan gelombang yang berurutan semakin memanjang
cahaya bintang akan semakin meredup, memerah, dan akan sepenuhnya menjadi
lubang hitam, sebagaimana yang diamati dari pesawat. Sedangkan yang akan
dirasakan oleh astronot adalah perbedaan gaya gravitasi yang besar antara yang
terdapat di kakinya dan yang ada di kepalanya (Tidal Force)18. Perbedaan gaya
tersebut akan merentangkan badan astronot seperti spaghetti sampai pada akhirnya

16

Ibid, hal 84

17

Ibid, hal 86

K. Marc. Astronomy: A Physical Perspective. (London; Cambridge


University Press, 2003) hal. 149
18

24

dia menuju singularitas lubang hitam.19 Yang diamati oleh sang astronot, dengan
asumsi Tidal Force tidak mempengaruhi atau belum mempengaruhi tubuh
astronot. Astronot akan bergerak dengan kecepatan cahaya dan akan melihat
segalanya di sekitarnya juga akan bergerak dengan kecepatan cahaya, astronot
tidak akan mampu memahami berjalannya waktu sebagaimana pengamat, sampai
akhirnya ia menjadi bagian dari singularitas. Hal ini disebabkan karena dilasi
waktu yang dialami astronot merupakan akibat dari efek relativitas gravitasi yang
sangat kuat dan kecepatan astronot.20 Ketika semua obyek telah menjadi bagian
dari singularitas yang merupakan kerapatan dan kelengkungan ruang-waktu tak
terhingga di dalam lubang hitam, di singularitas hukum-hukum sains di alam
semesta tidak berlaku (karena tidak ada yang bisa memperhitungkan dan
mengamati lubang hitam dari dalam) dan kemampuan pengamat dalam
memprediksi pergerakan astronot untuk selanjutnya (setelah sinyal 11:00) akan
buyar, pengamat akan melihat sang astronot berhenti di cakrawala peristiwa
lubang hitam hingga cahaya dari astronot tersebut meredup, memerah, karena
cahaya tersebut kehilangan energi akibat pengaruh gravitasi lubang hitam sampai
hilang dari pandangan.21

D. Akhir dari Lubang Hitam Menurut Teori Radiasi Hawking


Pada dasarnya lubang hitam adalah akhir dari bintang yang sudah mati,
namun lubang hitam itu sendiri tidaklah abadi atau juga memiliki akhir
kehidupannya, dan dapat dijawab melalui Radiasi Hawking.
Dalam teori kuantum, setiap partikel memiliki energi positif dan
antipartikel yang memiliki energi negatif, kedua partikel ini saling meniadakan
karena partikel positif memiliki massa positif dan antipartikel memiliki massa

19

S.Hawking, Op. cit, hal. 86

A. Raju. What Happens to Matter Inside a Black Hole?, Nature.


diakses
dari
http://www.nature.com/scitable/blog/thebeyond/what_happens_to_matter_inside
pada tanggal 31 Desember 2013 pukul 13.25
20

21

S. Hawking, Op. cit, hal 86

25

negatif, dan menurut teori ini kedua partikel muncul setiap saat, dimana saja, dan
saling meniadakan tepat saat muncul.22
Tentu saja kedua partikel ini akan muncul di pinggiran lubang hitam,
namun mereka tidak akan menjalani proses peniadaan tersebut seperti di tempat
lain, Stephen Hawking memaparkan bahwa partikel dan antipartikelnya tidak akan
bisa secara otomatis saling meniadakan, hal ini dikarenakan besarnya gravitasi
lubang hitam yang menarik antipartikel ke arah dalam lubang hitam, proses ini
akan membuat partikel menjadi partikel yang sesungguhnya, dan akan terlihat
terpancar dari lubang hitam.23 Fenomena ini dikenal dengan nama Radiasi
Hawking.
Namun bagaimana Radiasi Hawking ini akan membuat lubang hitam
berakhir ? Energi positif radiasi yang keluar diimbangi dengan aliran antipartikel
ke dalam lubang hitam. Stephen Hawking menggunakan persamaan Einstein
untuk membuktikannya, yaitu E=mc,2 dalam persamaan ini energi (E) berbanding
lurus dengan massa(m), oleh sebab itu aliran energi negatif ke dalam lubang hitam
akan mengurangi massa lubang hitam. 24 Yang kemudian akhir dari lubang hitam
disimpulkan oleh Stephen Hawking dalam bukunya A Brief History of Time.
makin rendah massa lubang hitam, makin tinggi
suhunya. Jadi selagi lubang hitam kehilangan massa, suhu dan
laju pemancaran partikelnya meningkat, sehingga lubang hitam
akan kehilangan massa lebih cepat lagi. Yang terjadi ketika massa
lubang hitam akhirnya menjadi sangat kecil tidaklah jelas, tapi
dugaan yang paling masuk akal adalah bahwa lubang hitam
bermassa sangat kecil it bakal lenyap sepenuhnya dalam ledakan
pancaran terakhir, setara ledakan jutaan bom hidrogen25

T. Nguyen. If a Black Hole is a Dead Star, How Does It Die ?, Nature,


diakses dari http://www.nature.com/scitable/blog/realscization/if_a_black_hole_is
pada tanggal 31 Desember 2013 pukul 16.10
22

23

S. Hawking, Op. cit, hal 106

24

Ibid

25

Ibid

Anda mungkin juga menyukai