Anda di halaman 1dari 28

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/p/all-article.

html
DP (Diagnosa Keperawatan):
(16) Resiko penyebaran infeksi b/d penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen
Trauma
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
Ruptur membran amnion
Agen farmasi (imunosupresan)
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan imum buatan
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
NOC (Nursing Outcome Classification):
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC (Nursing Intervention Classification):
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan<
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat


Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing <
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC<
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
nstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

DP (Diagnosa Keperawatan):
(23) Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
Definisi : Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
Batasan karakteristik :
ketidakmampuan untuk mandi,
ketidakmampuan untuk berpakaian,
ketidakmampuan untuk makan,
ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan :
kelemahan,
kerusakan kognitif atau perceptual,
kerusakan neuromuskular/ otot-otot saraf
NOC (Nursing Outcome Classification):
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC (Nursing Intervention Classification):
Self Care assistane : ADLs
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

DP (Diagnosa Keperawatan):
24 Resiko gangguan integritas kulit b/d keterbatasan mobilitas
Definisi : Perubahan pada epidermis dan dermis
Batasan karakteristik :
Gangguan pada bagian tubuh
Kerusakan lapisa kulit (dermis)
Gangguan permukaan kulit (epidermis)
Faktor yang berhubungan :
Eksternal :
Hipertermia atau hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban udara
Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan Internal :
Perubahan status metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang berhubungan dengan perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan)
Perubahan status cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor (elastisitas kulit)
NOC (Nursing Outcome Classification):
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami
gangguan
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang
Mampumelindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC (Nursing Intervention Classification):


Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

DP (Diagnosa Keperawatan):
(28) Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas
Batasan karakteristik :
Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak
Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)
Perubahan gaya berjalan (Misal : penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai jalan,
langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
Penurunan waktu reaksi
Bergerak menyebabkan nafas menjadi pendek
Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan ketidakmampuan aktivitas)
Pergerakan yang lambat
Bergerak menyebabkan tremorFaktor yang berhubungan :
Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik
Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia
Kerusakan persepsi sensori
Tidak nyaman, nyeri
Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler
Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

Depresi mood atau cemas


Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup yang menetap, tidak digunakan, deconditioning
Malnutrisi selektif atau umum
NOC (Nursing Outcome Classification):
Joint Movement :
Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)
NIC (Nursing Intervention Classification):
Exercise therapy : ambulation
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

7. Diagnosa: INTOLERANSI AKTIVITAS


Definisi:Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk menyelesaikan aktivitas
sehari hari
Batasan karakteristik:
- Laporan verbal mengenai kelelahan
- Nadi atau tekanan darah yang abnormal setelah beraktivitas
- Perubahan gelombang EKG merefleksikan iskemi atau aritmia, dyspnea
- Ketidaknyamanan saat beraktivitas
Faktor yang berhubungan:
- Bed rest atau immobilitas
- Kelemahan umum
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Gaya/pola hidup yang menetap
Tujuan (Nursing Outcome Classification/NOC)
- Tolerance activity (toleransi aktivitas)
Definisi: respon terhadap konsumsi energi dari gerakan tubuh yang dilibatkan dalam
kegiatan sehari hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
- Energy conservation (konservasi energi)
Definisi : mengembangkan manajemen aktif energi untuk memulai dan mempertahankan
aktivitas
- Defence (ketahanan)
Definisi: meningkatkan energi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas
- Self care (perawatan diri): ADL
Definisi: kemampuan untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan untuk berfungsi di
rumah ataupun masyarakat
Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diperbolehkan dengan peningkatan denyut jantung,
tekanan darah, dan frekuensi nafas yang relevan, EKG dalam batas normal.
- Menyatakan gejala efek samping latihan dan melaporkan serangan gejala secepatnya.
- Mempertahankan warna kulit normal, kulit tetap hangat dan kering saat aktivitas.
- Mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

Nursing Intervention Classification (NIC):


- Energy management (manajemen energi)
Definisi : mengatur energi yang digunakan untuk menangani atau mencegah kelelahan
dan mengoptimalkan fungsi.
- Activity therapy (terapi aktivitas)
Definisi : anjuran dan bantuan dalam aktifitas spesifik baik fisik, kognitif, sosial dan
spiritual untuk meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi dari aktivitas individu atau
grup
Intervensi :
1. On going assesment (pengkajian terus menerus)
- Menentukan penyebab intoleransi aktivitas (lihat faktor yang berhubungan) dan
tentukan apakah penyebabnya fisik, psikologis, atau motivasi
- Kaji pasien setiap hari terhadap kesesuaian aktivitas dan program bed rest
- Monitor dan catat kemampuan klien dalam mentoleransi aktivitas, catat nadi, TD,
monitor pola nafas, dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan dan warna kulit sebelum
dan setelah aktivitas.
2. Nursing terapheutic intervention (intervensi terapeutik keperawatan)
- Mimimalkan penurunan kondisi kardiovaskuler dengan memposisikan pasien mendekati
posisi tegak jika memunngkinkan beberapa kali dalam sehari.
- Jika mungkin, tingkatkan aktivitas bertahap, memberikan kesempatan pada klien untuk
berpartisipasi dalam pengaturan posisi, berpindah dan perawatan diri
- Pastikan klien merubah posisi secara perlahan
- Ketika klien bangun, observasi gejala intoleransi seperti nausea, pucat, pusing,
penglihatan kabur, dan perubahan kesadaran atau lebih baik di cek tanda vitalnya
- Lakukan latihan rang of motion (ROM) jika klien tidak mampu mentoleransi aktivitas
- Rujuk klien ke fisioterapi untuk membantu meningkatkan tingkat aktivitas dan kekuatan
- Instruksikan klien untuk menghentikan aktivitas secepatnya dan laporkan kepada dokter
jika ada gejala sbb: munculnya atau peningkatan frekuensi ketidaknyamanan, tekanan
pada dada, punggung, leher, dagu, bahu, atau lengan
- Berikan periode istirahat sebelum dan sesudah periode latihan yang direncanakan
seperti: makan, mandi, pengobatan, dan aktivitas fisik
- Observasi dan catat integritas kulit beberapa kali sehari
- Kaji adanya inkontinensia urin berhubungan dengan kemampuan fungsional. Kaji
kemampuan kemandirian untuk pergi ke toilet dan mengganti dan mengatur pakaian
- Kaji adanya konstipasi
- Rujuk ke ahli gizi untuk mengkaji kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intoleransi
aktivitas
- Rujuk klien jantung ke rehabilitasi jantung untuk bantuan dalam mengembangkan
pedoman latihan yang aman berdasarkan tes dan pengobatan
- Pastikan bahwa pasien dengan masalah pernafasan kronis dilakukan tes saturasi oksigen
saat latihan
- Monitor respon klien COPD terhadap aktivitas dengan mengobservasi gejala intoleransi

pernafasan seperti: peningkatan dispnea, hilangnya kemampuan untuk mengontrol


pernafasan teratur, penggunaan otot bantu nafas, perubahan kulit seperti pucat dan
sianosis
- Instruksikan dan bantu pasien COPD dengan menggunakan tehnik pernafasan terkontrol
seperti : mengerucutkan bibir dan pernafasan diafragma
- Ciptakan dukungan emosional dan dukungan kepada klien untuk meningkatkan
aktivitas bertahap
- Rujuk klien COPD ke program rehabilitasi pulmonal
- Observasi nyeri sebelum aktivitas. Jika mungkin terapi nyeri sebelum aktivitas, dan
pastikan klien tidak tersedasi berat
- Sediakan peralatan bantu yang dibutuhkan sebelum memindahkan pasien seperti walker,
kruk, kursi roda, dan lain lain
- Gunakan walking belt ketika memindahkan pasien yang tidak dapat berdiri
- Diskusikan dengan klien untuk menciptakan tujuan yang menguntungkan yang dapat
meningkatkan tingkat aktivitas
3. Health education (pendidikan kesehatan)
Instruksikan klien tentang rasional dan teknik untuk menghindari intoleransi
aktivitas
Ajarkan klien penggunaan tehnik mengontrol pernafasan dengan aktivitas
Ajarkan klien pentingnya dan metode batuk, membersihkan sekresi
Instruksikan klien penggunaan teknik relaksasi selama aktivitas
Bantu klien dengan konservasi energi dan teknik kerja dalam ADL
Ajarkan klien pentingnya nutrisi seimbang
Jelaskan pada klien tanda intoleransi aktivitas, mencakup gejala yang harus
dilaporkan ke dokter
Jelaskan pada klien bagaimana menggunakan alat bantu atau obat sebelum
atau selama aktivitas
Bantu klien membuat catatan aktivitas untuk mencatat aktivitas dan toleransi
aktivitas

12. Diagnosa: RESIKO INFEKSI


Definisi:Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko:Prosedur infasifKetidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan patogenTraumaKerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkunganRuptur membran amnionAgen farmasi
(imunosupresan)MalnutrisiPeningkatan paparan lingkungan patogenImonusupresiKetidakadekuatan imum buatanTidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan
tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)Penyakit kronik
Tujuan (Nursing Outcome Classification/NOC)Immune Status (status
imun)Definisi: kecukupan ketahanan tubuh alami maupun didapat terhadap antigen
internal maupun eksternal.Knowledge: Infection Control (pengetahuan: kontrol
infeksi)Definisi: meningkatnya pengetahuan tentang pencegahan dan pengontrolan
infeksi.Risk Control (kontrol risiko)Definisi: tindakan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman kesehatan aktual dan personal yang dapat diubah.
Kriteria Hasil :Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMenunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah sel darah putih dalam batas
normalMenunjukkan perilaku hidup sehat (menjaga kebersihan) seperti mencuci
tangan, perawatan mulut, dan lain-lain
Nursing Intervention Classification (NIC)Infection Control (kontrol infeksi)Definisi:
Meminimalkan mendapatkan infeksi dan transmisi agen infeksi.Infection Protection
(perlindungan infeksi)Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien yang
beresiko.Interevensi:1. Ongoing assesment (pengkajian terus menerus)Amati
dan laporkan tanda infeksi seperti kemerahan, panas, peningkatan dan penurunan suhu
tubuhUkur suhu pasien yang menglami neutropenia setip 4 jam, laporkan bila
suhu lebih dari 38,5 derajat selsius atau lebih dari 38 derajat selsius dalam 24 jamGunakan termometer elektronik atau air raksa utuk mengukur suhu2.
Nursing
Terapheutic Intervention (intervensi terapeutik keperawatan)Catat dan laporkan
hasil laboratorium (misal jumlah WBC dan diff, serum protein, albumin, dan
perubahannya)Pindahkan pasien yang mengalami granulositopenia dari daerah
yang terkena debu sehingga pasien tidak akan menghirup spora jamur. Pindahkan semua
tanaman dan bunga dari ruangan pasienNilai warna, kelembaban, tekstur serta
turgor kulit. Catat perubahan tersebut secara berkelanjutan dan akuratCuci
tangan dan bersihkan kulit kering secara hati hati, termasuk daerah lipatan kulit. Gunakan
hidrasi dan pelembab pada semua permukaan yang beresikoAnjurkan diet
berimbang, terutama protein untuk memberikan sistem kekebalanGunakan
strategi untuk mencegah nosokomial pneumonia : nilai bunyi paru, dahak, dan kemerahan
atau pengeluaran caira di sekitar stoma, gunakan air steril daripada air ledeng untuk
perawatan mulut bagi pasien yang mengalami imunosupresi, sediakan kantong resusitasi
manual yang bersih bagi setiap pasien, gunakan tehnik steril saat melakukan suksion.

Suksion sekret di atas trakeal tube sebelum suksion, alirkan kondensator yang
terakumulasi dalam selang ventilator menuju penampung cairan sebelum membaringkan
pasien, nilai kejelasan dan penempatan NGT, naikkan kepala pasien (30 derajat untuk
mencegah gastrik refluk atau organisme dalam paru paru, lakukan pemberian makanan
segera mungkin, nilai tanda feeding intolerance-tidak ada bising usus, perut kembung,
penigkatan residu dan mualAnjurkan minum banyakAnjurkan istirahat
yang cukup untuk mendukung imun sistemGunakan tehnik cuci tangan yang
benar sebelum dan sesudah merawat pasien dan saat tangan kotor, meskipun
menggunakan sarung tangan: basahi tangan di bawah air mengalir, gunakan sedikit sabun
atau detergen dan usapkan secara merata pada kedua tangan, dan jari dengan kuat selama
10-15 detik, termasuk punggung tangan dan jari serta kuku bagian bawah, bersihkan
untuk menghilangkan sabun dan keringkan seluruh tanganTangan seharusnya
dikeringkan secara menyeluruh dengan handuk setelah mencucinyaIkuti
kewaspadaan umum (universal precaution) dan gunakan sarung tangan setiap kali
bersentuhan dengan darah, membran mukosa, kulit yang luka, atau sekret tubuh kecuali
keringat. Gunakan kaca mata, sarung tangan dan jubah jika diperlukanIkuti
kewaspadaan umum (universal precaution) berdasarkan penularan partikel lewat udara,
droplet dan kontak dengan mikroorganisme menularGunakan teknik steril saat
memasang kateter urin. Kateter harus di rawat setiap hariGunakan teknik kehatihatian saat mengosongkan kantong kateter urin3.
Health Education (pendidikan
kesehatan)Ajarkan pada pasien dan keluarga tanda tanda infeksi yang harus
dilaporkan secara cepat kepada perawat/dokter seperti kemerahan, panas, bengkak, nyeri,
adanya cairan/discharge, kenaikan suhu tubuhAnjurkan pada orang yangberesiko
tinggi, termasuk pekerja perawatan kesehatan, untuk mendapatkan vaksin influenzaNilai apakah pasien dan keluarga mengetahui bagaimana cara membaca termometer,
berikan instruksi bila perluInstruksikan pada pasien dan keluarga tentang
pentingnya nutrisi yang cukup (terutama protein) dan istirahat yang cukup untyuk
mendukung sistem imunJika pasien terken Aids, diskusikan lebih lanjut perlunya
melakukan seks yang aman menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril, dan
mempertahankan gaya hidup sehat untuk mencegah infeksiRujuk pasien dan
keluarga pada layanan sosial serta sumber sumber masyarakat untuk memperoleh
dukungan dalam mempertahankan gaya hidup yang dapatmeningkatkan fungsi imun
(misal gizi dan istirahat yang cukup, bebas dari stress yang berlebihan)Sebisa
mungkin menghindari penggunaan kursi roda karena dapat menjadi peralatan yang
menghambatLakukan terapi fisik sebagai latihan penguatan dan latihan jalan
untuk melatih gerakan

http://bersamainonk.blogspot.co.id/2012/07/lp-defisit-perawatan-diri.html

LP DEFISIT PERAWATAN DIRI Posted by Rumah Idaman on 15:49 with No comments


I. MASALAH UTAMA Defisit Perawatan Diri II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Menurut Poter. Perry (2005),
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto
dan Wartonah 2000 ). B. Faktor prediposisi 1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. 2. Biologis Penyakit
kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3. Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. C. Faktor
presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya. 2. Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3. Status Sosial
Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4.
Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit
tertentu tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo
dan lain lain. 7. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. D. Tanda dan
Gejala Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah: 1. Fisik Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan
kotor Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi 2. Psikologis Malas, tidak ada
inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3.
Sosial Interaksi kurang. Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara
makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri. 4. Pasien merasa lemah 5. Malas untuk beraktivitas 6. Merasa tidak
berdaya. 7. Rambut kotor, acak acakan 8. Badan dan pakaian kotor dan bau 9. Mulut
dan gigi bau. 10. Kulit kusam dan kotor 11. Kuku panjang dan tidak terawat E. AKIBAT

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak fisik Banyak
gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku. 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. F. Jenis
Jenis Perawatan Diri 1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Kurang perawatan
diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan
diri. 2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas
berdandan sendiri. 3. Kurang perawatan diri : Makan Kurang perawatan diri (makan)
adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan. 4. Kurang perawatan
diri : Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ). III.
Pohon Masalah Perubahan persepsi sensori Perilkau Kekerasan Isolasi social : Menarik
diri menurunnya motivasi perawatan diri Gangguan konsep diri : HDR Waham B.
MASALAH PERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI 1. Defisit perawatan diri Data
subyektif : klien mengatakan malas Data obyektif : badan bau, pakaian kotor, rambut dan
kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai bau mulut, penampilan tidak rapi,
cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri 2. Isolasi sosial : menarik diri Data subyektif : klien mengatakan rendah
diri dan merasa hina Data obyektif : menarik diri, isolasi diri, interaksi kurang, tidak
mampu berperilaku sesuai norma 3. Harga diri rendah. Data subyektif : a.
Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya b. Mengungkaokan tidak ada lagi yang peduli
terhadap dirinya c. Mengungkapkan tidak bisa apa apa d. Mengungkapkan dirinya tidak
berguna e. Mengkritik diri sendiri f. Perasaan tidak mampu Data obyektif : a. Merusak
diri sendiri b. Merusak orang lain c. Ekspresi malu d. Menarik diri dari hubungan social
e. Mudah tersinggung f. Tidak mau makan dan tidak mau tidur 4. Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Data subyektif : Klien mengatakan melihat / mendengar sesuatu,
klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, ruangan. Data obyektif : Tampak bicara dan
termenung sendiri, mulut seperti bicara tapi tidak suara, berhenti bicara seolah mendengar
/ melihat sesuatu, gerakan mata yang cepat. 5. Resiko perilaku kekerasan Data subyektif :
Kilen mengungkapkan apa yang dilihat dan yang didengar mengancam dan membuat
takut Klien mengungkapkan takut Data obyektif : Wajah klien tampak tegang, marah,
mata melotot, rahang mengatup, tangan mengepal, mondar mandir 6. Perubahan proses
pikir : waham Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan. Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada,
tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggungu. IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien defisit perawatan diri, yaitu: 1. Defisit perawatan
diri 2. Isolasi social 3. Harga Diri Rendah 4. Halusinasi 5. Risiko perilaku kekerasan 6.
Perubahan proses pikir : waham V. RENCANA TINDAKAN Diagnosa Keperawatan I :
defisit perawatan diri Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya

untuk memperhatikan kebersihan diri. Tujuan Khusus TUK I : Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien
menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat: a. Wajah cerah, tersenyum b. Mau
berkenalan c. Ada kontak mata d. Menerima kehadiran perawat e. Bersedia menceritakan
perasaannya Intervensi: a. Berikan salam setiap berinteraksi. b. Perkenalkan nama, nama
panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan. c. Tanyakan nama dan panggilan
kesukaan klien. d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e.
Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien. f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati. h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Kriteria evaluasi:
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu
menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien
dapat meningkatkan cara merawat diri. Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. b. Diskusikan bersama klien
pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan
tanda- tanda bersih. c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri. d.
Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang
berhubungan dengan kebersihan diri. e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri
dan tujuan memelihara kebersihan diri. f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri. g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri
seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang. TUK III : Klien
dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Kriteria evaluasi : Klien
berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai
air sampai bersih, mengganti pakaian bersih seharihari, dan merapikan penampilan.
Intervensi : a. Motivasi klien untuk mandi. b. Beri kesempatan untuk mandi, beri
kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari. d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan merapikan rambut. e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi. f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal. TUK IV : Klien
dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Setelah satu
minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa
anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
Intervensi : Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat
mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Klien selalu tampak
bersih dan rapi. Intervensi : Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan
diri. TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi : Keluarga selalu mengingatkan halhal yang berhubungan dengan
kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga
kebersihan diri. Intervensi : a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya
klien menjaga kebersihan diri. b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang
telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah

dialami di RS. c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap


kemajuan yang telah dialami di RS. d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana
yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien. e. Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri. f. Diskusikan bersama keluarga cara
membantu klien dalam menjaga kebersihan diri. g. Diskusikan dengan keluarga mengenai
hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall.2001. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman
Perawatan jiwa. Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC Keliat.
B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada
Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta : EGC Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors
dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, Sudden, 1998. Buku
Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda, 2005 2006. Jakarta : Prima Medika. Stuart, GW. 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta. Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Anatomi Integumen Posted by Rumah Idaman on 23:18 with No comments A. Kulit Kulit

merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus
daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata 2 meter
persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak
atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi
bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan
ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk
secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati),
respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari. Sifat-sifat
anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat
anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak
mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepad
fungsinya masing - masing. Kulit di daerah daerah tersebut berbeda ketebalannya,
keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta
banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat
adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai
daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan,
telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi). 1.
Anatomi Kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit
jangat atau korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang lintang dan
visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada gambar berikut : a. Epidermis
(kulit ari) Gambar : Penampang Lapisan Kulit Ari (Epidermis) Epidermis merupakan
bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit,
karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak
tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada
terdapat pembuluh darah pada epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis karena
secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari
plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada
epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : 1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma
lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena
di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel
pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia
setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit
kasar sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan
memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan
lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan
waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih

kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan
penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan
tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat
efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam
sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya
serap air yang cukup besar. 2) Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan
barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan
tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih
yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus
cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses
keratinisasi bermula dari lapisan bening. 3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di
dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling
jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. 4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan
perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang
terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa
baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah
permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel
halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butirbutir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam
salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi
yang khas; inti inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino
dan glutation 5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan
kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan
bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap
pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan
ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke
lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat
pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin
kulit. b. Dermis Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terusmenerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di
saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui
muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat
membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm
dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak
tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks
interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa
dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar.
Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi

mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga
memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita
mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel
di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri.
Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi
permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara
kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke
permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat
membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH
sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal
berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit.
Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga
agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri
atas sekumpulan serat-serat elastic yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke
bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut
juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit
yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan
kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain
yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini
tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat
permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri
sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam
kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar palit. 1) Kelenjar keringat Kelenjar keringat
terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang
bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh
dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak
tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan
dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis
kelenjar keringat yaitu : a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan mengandung
beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua
juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk
kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung
pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. b) Kelenjar keringat apokrin, yang
hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga
dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif
setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon. 2) Kelenjar
palit (sebasea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan

kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam


kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan
menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali
pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh
terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu
kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit
kepala, kelenjar palit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut
dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan
termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar
sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya
jerawat. c. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung Lapisan ini terutama mengandung
jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju
lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga
benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai
cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh
yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan
mengendur serta makin kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan terdalam banyak mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak
lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel
lemak berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan
tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai
bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energi. 2. Warna Kulit Warna kulit sangat
beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap
warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat
menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama ditentukan oleh : a.
Oxyhemoglobin yang berwarna merah b. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah
kebiruan c. Melanin yang berwarna cokelat d. Keratohyalin yang memberikan
penampakan opaque pada kulit, serta e. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna
putih kekuningan atau keabu-abuan. Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit,
yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin
di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat
dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir
melanin yang berwarna coklat, serta untuk proses ini perlu adanya enzim tirosinase dan
oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih
tinggi atau di bawah sinar ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin
ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia.
Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang
dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam
lapisan benih. 3. Jenis Kulit Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar
dapat menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai,
menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam

perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri : a. Kulit memiliki
kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun b. Kulit senantiasa kenyal dan
kencang c. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya d. Kulit terlihat
mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur e. Kulit terlihat segar dan
bercahaya f. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia. Pada umumnya jenis kulit manusia
dapat dikelompokkan menjadi : a. Kulit Normal Kulit normal cenderung mudah dirawat.
Kelenjar minyak (sebaceous gland) pada kulit normal biasanya tidak bandel, karena
minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan.
Meski demikian, kulit normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut
dan segar. Jika tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat.
Selain itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti keriput
dan tampilannya pun tampak lelah. Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab
berembun, segar dan bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak
terlihat minyak yang berlebihan juga tidak terlihat kering. Meskipun jika dilihat sepintas
tidak bermasalah, kulit normal tetap harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika
tidak dirawat, kekenyalan dan kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi
penumpukan kulit mati dan kotoran dapat menyebabkan timbulnya jerawat. b. Kulit
Berminyak Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena
pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar 20
tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya. Penyebab
kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat produktif,
hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus dikeluarkan.
Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di lapisan dermis, mudah
terpicu untuk bekerja lebih aktif. Pemicunya dapat berupa faktor internal atau faktor
eksternal, yaitu : 1) Faktor internal meliputi : a) Faktor genetis : anak dari orang tua yang
memiliki jenis kulit berminyak, cenderung akan memiliki kulit berminyak pula. b) Faktor
hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi keringat. Karena itulah pada
wanita yang sedang menstruasi atau hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres
dan banyak gerak juga dapat menjadi pemicu keringat berlebihan. 2) Faktor eksternal
meliputi : a) Udara panas atau lembab. b) Makanan yang dapat merangsang keluarnya
keringat seperti makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan yang
terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang putih, makanan yang
terlalu berminyak serta makanan dan minuman yang terlalu panas. Kulit berminyak
memerlukan perawatan khusus dibandingkan kulit normal. Pada jenis kulit ini, minyak
berlebihan yang dibiarkan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang
pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat, radang atau infeksi. Merawat kulit
berminyak bukan berarti membuat kulit benarbenar bebas minyak, karena minyak pada
kulit tetap diperlukan sebagai alat pelindung alami dari sengatan sinar matahari,
bahanbahan kimia yang terkandung dalam kosmetika maupun terhadap polusi. Yang perlu
dilakukan adalah menjaga agar kadar sebum tetap seimbang dan kulit tetap dalam
keadaan bersih agar bakteri penyebab jerawat dapat terhambat. Memiliki jenis kulit
berminyak, memiliki kelebihan yaitu membantu menjaga kelembaban lapisan dermis
hingga memper-lambat timbulnya keriput. Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di
daerah T tampak berlebihan, tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah
menyerap kotoran, mudah berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali
tidak dapat melekat dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul kerutan. c.

Kulit Kering Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi
pemiliknya, karena pada umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada
kulit, dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput. Kulit kering memiliki kadar minyak
atau sebum yang sangat rendah dan cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena
kulit tidak mampu mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit
terasa kaku seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi
dengan krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin,
perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar pipi,
mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit kering.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya : 1) Faktor
genetik Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasuk kondisi kulit
wajah yang kering. 2) Kondisi struktur kulit Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu
memberi cukup lubrikasi untuk kulit, menimbulkan dehidrasi pada kulit. 3) Pola makan
Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan vitamin B
merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering. 4) Faktor lingkungan Pengaruh
lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin, radikal bebas atau
paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci muka pun akan sangat
berpengaruh pada pembentukan kulit kering 5) Penyakit kulit Kondisi lainnya yang
sangat berpeluang menjadi penyebab kulit kering adalah karena kulit terserang penyakit
tertentu seperti eksim, psoriasis dan sebagainya. Kulit kering merupakan bentuk lain dari
tanda tidak aktifnya kelenjar thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering
terjadi jika keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada kulit berminyak terjadi
kelebihan minyak dan pada kulit kering justru kekurangan minyak. Kandungan lemak
pada kulit kering sangat sedikit, sehingga mudah terjadi penuaan dini yang ditandai
keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering memerlukan perawatan
yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak tetap seimbang dan kulit dapat selalu
terjaga kelembabannya. Salah satu keuntungan kulit kering adalah riasan wajah dapat
lebih awet, karena kadar sebum dalam lapisan dermis tidak berlebihan hingga riasan tidak
mudah luntur. Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar,
mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit ari, tidak
terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi
kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya yaitu mudah timbul
kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit dan berkurangnya daya kerut
otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah
luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsanganrangsangan berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak
pucat, suram dan lelah. d. Kulit sensitif Kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala
penambahan warna, dan reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih
tipis dari jenis kulit lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan
alergi (allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak
sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat cepat.
Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal, iritasi
hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan berdampak serius. Warna
kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen memacu pembuluh darah dan
memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit. Berdasarkan sifatnya tadi, perawatan
kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta mengurangi dan menanggulangi

iritasi. Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung, diperlukan bantuan
dokter kulit atau dermatolog untuk memeriksanya dalam tes alergi-imunologi. Dalam
pemeriksaan alergi, biasanya pasien akan diberi beberapa allergen untuk mengetahui
kadar sensitivitas kulit. Kulit sensitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : mudah alergi,
cepat bereaksi terhadap allergen, mudah iritasi dan terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh
darah kapiler dan ujung saraf berada sangat dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit
mudah terlihat kemerahan. Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif
antara lain : makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman
beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna dalam kosmetika,
sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif berbeda dengan kulit reaktif. Meski
timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat penggunaan kosmetika tertentu, belum
tentu menjadi gejala atau tanda kulit sensitif. Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya
menandakan iritasi ringan, yang akan hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat
menjadi sensitif jika iritasi kemudian meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya
perlu dilakukan tes alergi-imunologi oleh dokter kulit. e. Kulit Kombinasi atau Kulit
Campuran Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia.
Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi : keringberminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai kulit sensitifberminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak merata. Pada bagian
tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain tidak, karena itu perawatan
kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area kulit berminyak dirawat dengan
perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit kering atau normal dirawat sesuai
dengan jenis kulit tersebut. Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : kulit di daerah T berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal
atau justru kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni
di area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan lebih
tipis. 4. Fungsi Kulit Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut : a.
Pelindung atau proteksi Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh
luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi
dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh
serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari. b.
Penerima rangsang Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit
sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi. c. Pengatur panas atau
thermoregulasi Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang
sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah
satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan
penguapan keringat. d. Pengeluaran (ekskresi) Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu
keringat dari kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat
dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui
kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air

transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari. e. Penyimpanan. Kulit


dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak. f. Penyerapan terbatas Kulit dapat
menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak dapat diserap ke
dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan
mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui
muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh
lainnya. g. Penunjang penampilan Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan
kulit yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain
dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah,
pucat maupun konstraksi otot penegak rambut. 5. Vaskularisasi Kulit Arteri yang
memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu
arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi
mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur
oleh 2 pleksus, yaitu pleksus superfisialis dan pleksus profunda. B. Kuku Kuku adalah
lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Bagian-bagian
kuku : 1. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru. 2. Dinding kuku
(nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. 3.
Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. 4. Alur kuku (nail
groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. 5. Akar kuku (nail root):
merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. 6. Lempeng kuku (nail
plate) : merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. 7. Lunula :
merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku berbentuk bulan sabit,
sering tertutup oleh kulit. 8. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal,
kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. 9. Hiponikium : merupakan
dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free edge) menebal. Kutikula ialah
stratum komeum yang terbentuk dari lipatan kuku proksimal, yang lengket dengan
lempeng kuku (nail plate). Jari-jari tangan mendapat vaskularisasi pembuluh darah yang
berjalan paralel dan pembuluh darah tersebut beranas- tomosis pada ruangan pulpa di
bawah falangs terminal membentuk lengkungan di sekitar tulang dan mevaskularisasi
jaringan lipatan kuku, di bantalan kuku juga terdapat glomus yang merupakan struktur
vaskuler khusus yang bekerja sebagai arterivenosa untuk mengatur aliran darah pada
cuaca dingin C. Rambut Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari
invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak
tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut
pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak
saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan
hormon tiroid. 1. Anatomi rambut a. Akar Rambut (Hair Folicle) Akar rambut adalah
bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Seperti yang terlihat pada gambar di atas
maka akar rambut terbagi: 1) Bulp yaitu bagian pangkal rambut yang membesar, seperti
bentuk bola, gunanya untuk melindungi papil rambut. 2) Papil rambut adalah bagian yang
terlindungi di dalam bulp atau terletak dibagian terbawah dari folicle rambut. Papil
rambut tidak ubahnya seperti piring kecil yang tengahnya melengkung dan menonjol ke
arah rambut, lengkungan inilah yang menyebabkan ia disebut papil, berasal dari sel-sel

kulit jangat (corium) serta kulit ari (epidermis). Diantara sel-sel papil juga terdapat
melanosit. Melanosit menghasilkan pigmen (zat warna), yang akan disebarkan terutama
ke dalam contek, kemudian ke dalam medulla rambut. Di samping itu juga terdapat di
dalam papil rambut yaitu pembuluh darah dan getah bening, yang berfungsi memberi
makanan kepada rambut (memelihara kehidupan rambut), serta terdapat juga saraf yang
mensarafi folicle rambut. Itu sebabnya rambut tidak mempunyai saraf perasa. Oleh
karenanya kita tidak merasa sakit bila rambut digunting atau dipangkas. 3) Folicle rambut
ialah kandungan atau kantong rambut tempat tumbuhnya rambut. Kantong rambut terdiri
dari 2 lapis. Lapisan dalamnya berasal dari sel-sel epidermis, sedangkan lapisan luarnya
berasal dari sel-sel dermis. Rambut yang panjang dan tebal mempunyai folicle berbentuk
besar, folicle rambut ini bentuknya menyerupai silinder pipa. Kalau folicle bentuknya
lurus, rambut juga lurus dan bila melengkung rambut jadi berombak. Tetapi kalau
lengkungannya itu lebih lengkung lagi, maka rambutnya keriting. Di dalam folicle ini
bermuara kelenjar lemak (palit). 4) Otot penegak rambut ialah yang menyebabkan rambut
halus bulu roma berdiri bila ada sesuatu rangsangan dari luar dan dari dalam tubuh kita.
Misalnya merasa seram, kedinginan, kesakitan, kelaparan dan sebagainya. 5) Matrix,
disebut juga dengan umbi/tombol atau lembaga rambut. Seperti dijelaskan di depan,
bahwa di dalam folicle terdapat rambut. Bagian yang berdekatan dengan papil lebih subur
daripada bagian yang lebih jauh di atasnya. Bagian yang subur itulah yang disebut matrix
atau umbi/tombol atau lembaga rambut. Mengapa pada bagian itu lebih subur ?. Ini
disebabkan karena kelompok sel yang terdapat dibagian itu selalu membelah diri,
membentuk bagian rambut baru. Diantara sel-sel umbi juga terdapat sel-sel melanosit.
Bagian paling dalam atau tengah umbi rambut, sel-selnya berwarna keputih-putihan dan
masih lembek (masih muda). Sel-sel ini masih mengandung parakeratin (sel rambut yang
warnanya sudah lebih mantap, sudah keras, mengandung keratin). Parakeratin adalah zat
pendahulu keratin. Sel-sel rambut yang masih muda ini 19 terdorong ke atas oleh sel-sel
yang terjadi kemudian. Makin ke atas makin mengalami proses keratinisasi penandukan.
b. Lapisan Batang Rambut Batang rambut ialah bagian rambut yang kelihatan di atas
permukaan kulit. Seperti yang dijelaskan oleh Yenes (1984:2) bahwa batang rambut ini
terbagi pula atas 3 bagian, yakni: 1) Cuticula (selaput kulit ari) yang berbentuk seperti
sisik-sisik ikan dan sangat berfungsi untuk melindungi lapisan rambut (berada paling luar
yang merupakan pelindung). Di samping itu ia juga berfungsi untuk menentukan besar
kesilnya daya serap zat cair pada rambut seperti air, shampo, conditioner, obat keriting,
zat/cat pewarna rambut, bleaching. Pada rambut yang kasar lapisan cuticula nya juga
kasar. Sedang pada rambut yang halus lapisan cuticula nya juga halus. 2) Cortex atau
kulit ari rambut, ialah bagian rambut yang terbesar dan merupakan lapisan di bawah
cuticula. Cortex berfungsi sebagai lapisan yang menentukan warna karena pigmen (zat
warna rambut dikandung oleh lapisan ini). Misalnya penyerapan zat cair, obat keriting,
cat rambut, dan lain-lain. Jadi cortex ini berhubungan dengan sifat elastisitas rambut. 3)
Medulla atau sum-sum rambut. Medulla ini terdapat dibagian paling tengah. Rambut
yang halus sekali ada yang tidak terdapat medulla nya. Agar jelasnya perhatikanlah
Gambar di bawah ini, yang menunjukkan penampang dari batang rambut. c. Bentuk
Rambut Berkaitan dengan struktur maka bentuk-bentuk rambut dapat dikelompokkan
sebagai berikut: 1) Lurus, tidak bergelombang dan tidak keriting. Biasanya rambut yang
lurus dapat memberikan beberapa kemudahan kepada si pemakai misalnya dalam hal
tatanan rambut, baik yang dipotong maupun yang disanggul. Mengapa demikian? Karena

rambut lurus ini mempunyai folicle yang lurus dan penampangnya bulat. 2) Berombak
yaitu memperlihatkan gelembung yang besar pada rambut. Hal ini disebabkan karena
folicle nya melengkung dan penampangnya lonjong/oval. Rambut ini juga termasuk
mudah dalam hal penataan, baik yang disanggul atau disasak maupun yang dipotong
pendek. 3) Keriting, biasanya rambut yang keriting berbentuk gelombang kecil-kecil atau
sedang. Ini adalah karena folicle nya amat melengkung sedangkan penampangnya
gepeng. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah struktur rambut pada gambar berikut 2. Jenis
rambut, yaitu: a) Rambut yang panjang dan agak kasar yakni rambut kepala. b) Rambut
yang agak kasar tetapi pendek yang berupa alis. c) Rambut yang agak kasar tetapi tidak
sepanjang rambut dikepala, contohnya rambut ketiak. d) Rambut yang halus yang
terdapat pada pipi, dahi, lengan, perut, punggung dan betis. 3. Terdapat 3 fase
pertumbuhan rambut : a. Fase pertumbuhan (Anagen) kecepatan pertumbuhan rambut
bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6
tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase
pertumbuhan pada satu saat. b. Fase Peralihan (Katagen) Masa peralihan dimulai dari
penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit
dan bagian di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada
(club). berlangsung 2-3 minggu c. Fase Istirahat( Telogen) Berlangsung + 4 bulan, rambut
mengalami kerontokan 50 100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak
merinding jika terjadi trauma , stress, disebut Piloereksi. Warna rambut ditentukan oleh
jumlah melanin. Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hgormon
seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di control oleh H. Androgen.
Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme
(pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita) 4. Fungsi rambut a.
Melindungi Kulit Dari Pengaruh Buruk:Alis Mata Melindungi Mata Dari Keringat Agar
Tidak Mengalir Ke Mata, Bulu Hidung (Vibrissae) b. Menyaring Udara. c. Serta
Berfungsi Sebagai Pengatur Suhu, d. Pendorong Penguapan Keringat Dan e. Indera
Peraba Yang Sensitive. DAFTAR PUSTAKA Heather Brannon, MD. 2007. Skin
Anatomy http://dermatology.about.com/cs/skinanatomy/a/anatomy.html (9 Mei 2010,
19.20) Bardia Amirlak, MD. 2008. Skin Anatomy
http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview ( 10 Mei 2010, 15.11)
Anatomi dan Fisiologi Kulit http://cupu.web.id/anatomi-dan-fisiologi-kulit/ ( 9 Mei
2010, 19.15) Anatomi Fisiologi Kulit http://crayonpedia.org ( 10 Mei 2010, 15.00)
PEMERIKSAAN FISIK INTEGUMEN Posted by Rumah Idaman on 23:16 with No
comments Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup
teknik inspeksi dan palpasi. A. Inspeksi 1. Warna / adanya perubahan pigmentasi Warna
kulit di setiap bagian seharusnya sama, kecuali jika ada peningkatan vaskularisasi. Variasi
normal warna kulit antara lain: Variasi normal Deskripsi a. Tahi lalat Kecoklatan coklat
tua, bisa datar atau sedikit menonjol b. Stretch mark (striae) Keputihan atau pink, dapat
disebabkan karena berat yang berlebih atau kehamilan. c. Freckles (bintik-bintik di tubuh)
Datar dimanapun bagian tubuh. d. Vitiligo Area kulit tak terpigmentasi, prevalensi lebih
pada orang kulit gelap. e. Tanda lahir Umumnya datar, warnanya bisa kecoklatan, merah,
atau cokelat Warna kulit yang abnormal yaitu kekuningan atau jaudis. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadinya kelainan fungsi hati atau hemolisis sel darah merah. Pada

orang berkulit gelap, jaundis terlihat sebagai warna kuning-hijau pada sklera, telapak
tangan, dna kaki. Pada orang berkulit cerah, jaundis terlihat berwarna kuning pada kulit,
sklera, bibir, palatum, dan dibawah lidah. Warna kulit abnormal lainnya yaitu eritema.
Eritema dimanifestasikan sebagai kemerahan pada orang berkulit cerah dan coklat atau
ungu pada orang berkulit gelap. Hal ini mengindikasikan peningkatan temperatur kulit
karena inflamasi (proses vaskularisasi jaringan). 2. Adanya lesi Lesi pada kulit
dideskripsikan dengan warnanya, bentuk, ukuran, dan penampilan umum. Selain itu batas
luka apakah luka datar, menonjol juga harus dicatat. Tipe Lesi Kulit Deskripsi a. Blister
Adanya cairan vesikel terisi atau bullae b. Bulla Blister lebih dari 1 cm. c. komedo
Karena dilatasi pori-pori d. Crust (kerak) Eksudat kering yang merusak epitel kulit, e.
Cyst (kista) Semisolid atau masa berisi cairan, enkapsulasi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. f. Deskuamasi Peluruhan atau hilangnya debris pada permukaan kulit. g. Erosi
Kehilangan epidermis, dapat dikaitakan dengan vesikel, bulae, atau pustula. h. Eksoriasi
Erosi epidermal n=biasanya karena peregangan kulit. i. Fissura Retak pada epidermis
biasanya sampai ke dermis j. Makula Area datar pada kulit dengan diskolorisasi, diameter
kurang dari 5 mm. k. Nodul Solid, peningkatan lesi atau masa, diameter 5 mm- 5 cm l.
Papula Solid, peningkatan lesi dengan diameter kurang dari 5 mm m. Plaque Timbul, lesi
datar diameter lebih besar dari 5 mm n. Pustula Papula berisi eksudat purulen o. Scale
Debris kulit pada permukaan epidermis p. Tumor Masa padat, diameter lebih besar dari 5
cm, biasanya berlanjut ke dermis. q. Ulserasi Kehilangan epidermis, berlanjut sampai
dermis atau lebih dalam. r. Urticaria Timbul wheal seperti lesi berhubungan dengan
reaksi makanan dan obat. s. Vesikel Lesi terisi sedikit cairan, diameter kurang dari 1 cm t.
Wheal Transient, timbul, pink, tidak rata dengan edema disekitarnya. 3. Adanya ruam
Munculnya ruam kulit mengindikasikan adanya infeksi atau reaksi obat. Beberapa jenis
ruam dapat dilihat pada tabel diatas. Keberadaan ruam berhubungan dengan perubahan
farmako terapi yang penting untuk membantu identifikasi adanya reaksi hipersensitivitas
alergi. Perkembangan urtikaria terjadi karena adanya reaksi obat atau makanan. Infeksi
kulit dapat disebabkan oleh jamur atau ragi. Misalnya infeksi oleh Candida Albicans yang
meninvasi jaringan yang lebih dalam. 4. Kondisi rambut Kuantitas, kualitas, distribusi
rambut perlu di catat. Kulit kepala seharusnya elastis dan terdistribusi rambut merata.
Alopesia berhubungan dengan adanya kehilangan rambut dan menyebar, merata, dan
lengkap, biasanya dikarenakan terapi obat seperti kemoterapi. Hirsutism atau
meningkatnya pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, atau pubis merupakan salah satu
penemuan abnormal. Hal ini dapat ditemukan pada wanita menopause, gangguan
endokrin, dan terapi obat tertentu (kortikosteroid, androgenik). 5. Kondisi kuku Kuku
seharusnya berwarna pink dengan vaskularisasi yang baik dan dapat dilakukan tes
kapilari refil. a. Kuku yang membiru dan keunguan dapat mengindikasikan terjadinya
sianosis. b. Jika warnanya pucat, bisa saja terjadi penurunan aliran darah ke perifer. c.
Ketika ditemukan adanya clubbing, sudut kuku 180, mengindikasikan adanya hipoksia
kronik. d. Terrys nail pada sirosis, gagal jantung, dan DM tipe II. e. Kuku berwarna
keputihan dengan bagian distal berwarna coklat kemerahan gelap. Koilonychias anemia
defisiensi zat besi. f. adanya garis garis tipis pada kuku defisiensi protein. adanya spot
putih pada kukudefisiensi zinc. 6. Bau catat bau badan dan adanya bau pada pernapasan,
berhubungan erat dengan kualitas perawatan diri klien. B. Palpasi Palpasi kulit meliputi :
1. Tekstur : palpasi kelembutan permukaan kulit. Kulit kasar terjadi pada pasien
hipitiroidisme. 2. Kelembaban Dideskripsikan dengan kering, berminyak, berkeringat,

atau lembab. Kulit berminyak dengan jerawat dan dengan peningkatan aktivitas kelenjar
minyak dna pada penyakit parkinson. Diaforesis sebagai respon meningkatnya suhu atau
melabolisme tubuh. Hiperhidrosis istilah terhadap perspirasi berlebihan. 3. Temperatur 4.
Mobilitas dan turgor Ketika mengkaji secara terpusat, diatas klavikula, kulit seharusnya
mudah untuk dicubit, dan cepat kembali ke posisi awal. Mobilitas kulit menurun pada
scleroderma atau pada pasien dengan peningkatan edema. Turgor kulit menurun pada
pasien dehidrasi. 5. Edema non pitting atau pitting edema Nonpitting edema, tidak
terdepresi dengan palpasi, terlihat pada pasien dengan respon inflamasi lokal dan
disebabkan oleh kerusakan endotel kapiler. Kulit terlihat merah, keras, dan hangat.Pitting
edema biasanya pada kulit ekstremitas dan dapat menimbulakan depresi ketika dilakukan
palpasi. Skala (1+ to 4+) Pengukuran Deskripsi Waktu kembali 1+/4 2 mm Nyaris dapat
terdeteksi Segera 2+/4 4 mm Pitting Lebih dalam Beberapa detik 3+/4 6 mm Pitting
dalam 10-20 detik 4+/4 10 mm Sangat dalam >20 detik a. Terjadi kehilangan jaringan
lemak bawah kulit dan penurunan vaskularisasi lapisan dermis memicu penipisan kulit,
keriput, kehilangan turgor kulit dan actinic purpura. b. Terpapar matahari dalam waktu
lama memicu kulit menguning dan menebal dan perkembangan solar lentigo. c.
Menurunnya aktivitas kelenjar sebase dan kelenjar keringat memicu pengelupasan kulit
dan kekeringan. d. Menurunnya melanin menyebabkan rambut menjadi abu-abu putih.
e. Menurunnya kadar hormon menyebabkan penipisan rambut kepala. f. Penurunan
sirkulasi perifer menyebabkan pertumbuhan yang lambat pada kuku dan kuku menjadi
rapuh C. Pemeriksaan Fisik Genetalia 1. Inspeksi dan Palpasi genetalia eksterna wanita a.
Memberi kesempatan kepada klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum
pemeriksaan dimulai b. Anjurkan klien membuka celana dan mengatur posisi litotomi dan
menutupi bagian yang tidak dinikmati c. Mengatur pencahayaan sehingga area perineal
mendapatkan sinar dengan baik d. Memakai sarung tangan pada kedua tangan e. Jangan
menyentuh area parineal tanpa memberi tahu klien, atau sentuh paha klien terlebih dahulu
f. Inspeksi kuantitas dan penyebaran dan pertumbuhan bulu pubis dan dibandingkan
dengan usia perkembangan klien g. Observasi kulit dan area pubis, perhatikan adanya
lesi, eritema, fisura, euplakia dan ekoriasi h. Tarik lembut labia minor, orivisium uretra,
selaput darah, orivisium vagina dan pirenium i. Perhatikan setiap adanya pembekakan
alkus, nedula. j. Palpasi pada kelenjar skene untuk mengetahui adanya discarge maupun
kekakuan. k. Palpasi pada kelenjar Bartoli 2. Inspeksi dan palpasi genetalia pria a.
Memakai sarung tangan b. Inspeksi penis mengenai kulit dan ukuran c. Pada pria yang
belum di sirkumsisi/sunat tarik perkusimu/kulup untuk menginfeksi kepala penis dan
meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, edema dan emplamasi d. Inspeksi batang penis
untuk mengetahui adanya lesi, jaringan parut atau edema e. Palpasi lembut batang penis
diantara ibu jari dan jari-jari utuma untuk mengetahui adanya area pengerasan atai nyeri
lokal.

Anda mungkin juga menyukai