Anda di halaman 1dari 80

1

PEMILIHAN DIKSI DALAM


KALIMAT
Universitas Negeri Semarang

Ingat-ingat materi tentang ejaan

Kemubaziran kata

Kata baku

Praktik atau praktek?

Kata-kata asing

Kata serapan

Kata yang diucapkan oleh anak kecil


yang cadel tidak perlu dikoreksi

larangan

Cermat kata

Pemilihan diksi

Hati-hati

Penalaran dan
Pengembangan Paragraf
Universitas Negeri Semarang
1

MENGINGAT TATA BENTUK ISTILAH, PEMILIHAN DIKSI,


DAN KALIMAT

BAHASA ALAT BERNALAR?


1.

2.

Bahasa adalah alat bagi manusia untuk


mencerap informasi.
Bahasa digunakan manusia untuk
mengungkapkan gagasan.

PENALARAN DALAM KARYA ILMIAH


Hubungan antara penalaran, pikiran dan
bahasa.
1. Adanya Inner speech = suatu ujaran,yakni
pikiran yang berkaitan dengan kata, dan
external speech = pikiran itu terwujud dalam
kata-kata.
2. Menurut Pieget adanya dua macam modus
pikiran yaitu pikiran terarah (directed)/ pikiran
intelegen (intelligent ) . Pikiran tak terarah/
austitik.

JENIS PENALARAN
Penalaran Induktif
Yaitu suatu proses berpikir yang bertolak
belakang dari hal-hal khusus menuju sesuatu
yang bersifat umum.
Ada 3 cara yang digunakan dalam penalaran
induktif.
- Generalisasi: bertolak dari gejala khusus
- Analogi: proses penalaran bermula dari dugaan
khusus
- Hubungan Kausal: hubungan antara sebabakibat, akibat-sebab, akibat-akibat.

POLA PENALARAN DEDUKTIF


Pola sudah diketahui kebernarannya kemudian
ditarik kesimpulan menuju hal-hal yang bersifat
khusus.

Dapat dikelompokan menajdi dua silogisme dan


entimem (simpulan dari silogisme).

SILOGISME
Silogisme atu proses penalaran yang
menghubungkan dua proporsi dalah suatu
penalaran yang bersifat umum dan berlainan
untuk menarik kesimpulan yang merupakan
proporsi ketiga yang bersifat khusus.
Terdiri dari tiga premis mayor, premis minor dan
simpulan.
Rumus Silogisme Mutlak
A B = premis mayor
C A = premis minor
CB = simpulan

CONTOH
Premis Mayor = Semua cendikiawan adalah pemikir
A
B
Premis Minor = Habibi adalah cendikiawan
C
A
Simpulan = Jadi habibi adalah pemikir
C
B
Premis Mayor: Bulan mengelilingi bumi dan matahari.
Premis Minor: Mei adalah bulan.
Simpulan: ?

Premis Mayor = Semua cendikiawan adalah pemikir


A
B
Premis Minor = Habibi adalah pemikir
C
B
Simpulan = ?

BEBERPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Silogisme hanya terdiri dari tiga proporsi yaitu
premis mayor, minor dan simpulan.
Jika salah satu premis negatif makan simpulan
juga harus negatif.
Jika kedua premis negatif maka tidak dapat
ditarik kesimpulan.
Jika premis mayor dan minor benar, tidak
otomatis simpulannya juga benar, msih
bergantung pada kebenaran cara menarik
simpulan.
Jika term penengah bermakna ganda, simpulan
yang diambil harus berhati-hati

SALAH NALAR
Salah nalar adalah kekeliruan dalm proses
berfikir karena kekeliruan menafsirkan atu
menarik kesimpulan.
Ada 5 jenis salah nalar :
1. Generalisasi yang terlalu luas.

Dikarenakan kurangnya data yang menjadi dasar


generalisasi . Bila data yang menjadi dasar
generalisasi tidak memadai disebut Generalisasi
sepintas.
Bila generaliasasi dilakukan atas dasar dalam data
yang belum teruji kebenarnnya disebut generalisasi
apriori.

Kerancuan Analogi merupakan salah nalar yang


terjadi karena penggunaan analogi yang tidak tepat.
Kekeliuran Kausalitas merupakan salah nalar yang
terjadi sebagai akibat kekeliruan menentukan gejala
atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat.
Kesalahan relevansi merupakan jenis salah nalar
yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa atau
alasan yang diajukan tidak berhubungan atau
menunjang sebuah kesimpulan.
Penyadaran pada prestise seorang tanpa
memperhatikan keahlian seseorang.

PENGEMBANGAN GAGASAN

Pengembangan paragraf:
1. deskriptif- menggambarkan
2. Ekspositorif- memaparkan
3. Naratif-menceritakan
4. Persuasif-mengajak
5. Argumentatif-memberi
pendapat

EJAAN BAHASA
INDONESIA
Universitas Negeri Semarang
1

Huruf Abjad
Huruf Vokal
Huruf Konsonan

Huruf Diftong
Huruf Kapital
Huruf Miring

Huruf Tebal
Penulisan Kata
Bentuk Ulang
Partikel

EJAAN BAHASA INDONESIA


1.

Pemakaian Huruf.
Huruf Abjad.

Masalah penggunaan huruf abjad


dalam bahasa Indonesia selama ini
berkaitan dengan pelafalan.
1.
c = ce -- se
2.
q = ki -- qi / kyu
3.
x = eks -- eks
4.
y = ye -- ay

Huruf

vokal.
Huruf vokal: a, e, i, o dan u.
Masalah penggunaan huruf abjad
dalam bahasa Indonesia selama ini
berkaitan dengan pelafalan e.
Anak-anak bermain di teras.
Upacara itu dihadiri pejabat teras
Bank Indonesia.
Seri
kecap

Huruf

Konsonan.
Huruf konsonan: b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf k melambangkan bunyi
hamzah.
Contoh: rakyat dan bapak
Huruf q dan x khusus dipakai sebagai
nama diri dan keperluan ilmu.
Contoh: Taufiq, Xerox, status quo,
dan sinar-x.

Huruf Diftong
Huruf diftong: ai, au, dan oi.
Tidak terdapat kata dengan diftong oi pada posisi
awal.
Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan: kh, ng, ny, dan sy yang
masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang
lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
Adanya gabungan huruf konsonan yang tidak
melambangkan satu bunyi konsonan, dan
Adanya gabungan konsonan lain.

Contoh:

Desy

= sy -- si (melambangkan
bunyi konsonan dan bunyi vokal).
Cholik = ch (tidak dikenal dalam
konsonan bahasa Indonesia).
Madrasah Tsanawiyah = ts (tidak
dikenal gabungan konsonan ts,
tetapi dengan alasan sejarah
terdapat gabungan konsonan
tersebut).

Huruf
1.

2.

3.

Kapital
Huruf pertama pada awal kalimat.
Dia membaca buku.
Huruf pertama petikan langsung.
Adik bertanya, Kapan kita pulang?
Huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci,
dan Tuhan (termasuk kata ganti untuk
Tuhan).
Islam, Kristen, Hindu
Quran, Alkitab, Weda
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha
Pengasih

4. Huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
Contoh: Sultan Hasanuddin
5. a. Huruf pertama unsur nama jabatan yang
diikuti nama orang, nama instansi, nama
tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu.
Contoh: Wakil Presiden Adam Malik
Sekretaris Jendral Departemen
Pertanian

b. Huruf pertama nama jabatan atau nama


instansi yang merujuk kepada bentuk
lengkapnya.
Contoh: Sidang itu dipimpin oleh Presiden
Republik Indonesia.
Sidang itu akan dipimpin oleh
Presiden.
6. a. Huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: Amir Hamzah
Pengecualian pada nama bin, binti, de, van,
der, von, atau da.

b. Huruf pertama singkatan nama orang yang


digunakan sebagai nama jenis atau satuan
ukuran.
Contoh: Pas = pascal second, N = newton
7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Contoh: bangsa Amerika, suku Sunda, dan
bahasa Indonesia.
Tidak digunakan sebagai bentuk dasar kata
turunan.
Contoh: pengindonesiaan, keinggris-inggrisan.

8. a. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari,


dan hari raya.
Contoh tahun Hijriah, bulan Mei, hari Selasa,
dan hari Natal.
b. Huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa
sejarah.
Contoh: Perang Candu, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
9. a. Huruf pertama unsur-unsur nama diri
geografi.
Contoh: Banyuwangi, Eropa

b. Huruf pertama nama geografi yang diikuti


nama diri geografi.
Contoh: Bukit Barisan, Jalan Diponegoro
c. Huruf pertama nama diri atau nama diri
geografi jika kata yang mendahuluinya
menggambarkan kekhasan budaya.
Contoh: ukiran Jepara, tari Melayu, sate Cak
Madur.
Tidak digunakan apabila unsur geografi yang
diikuti oleh nama diri geografi atau
digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Contoh: berlayar ke teluk, kunci inggris.

10. Huruf pertama semua unsur resmi negara,


kecuali kata tugas seperti dan, oleh atau, dan
untuk.
Contoh: Republik Indonesia, Departemen
Keuangan, Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 1972.
11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dokumen resmi, dan judul karangan.
Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian,
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.

12. Huruf pertama semua kata (termasuk


semua unsur kata ulang sempurna) di dalam
judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah. Kecuali kata tugas seperti di, ke,
dari, dan yang dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Contoh: Saya telah membaca buku Dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma.
13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan
nama diri.
Contoh: Dr. = doktor, S. E. = sarjana ekonomi,
Sdr. = saudara.

14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan yang digunakan dalam
penyapaan atau pengacuan.
Contoh: Adik bertanya, Itu apa, Bu?
Besok Paman akan datang.
15. Huruf pertama kata anda yang digunakan
dalam penyapaan.
Contoh: Sudahkah Anda tahu?
16. Huruf pertama pada kata seperti
keterangan, catatan, dan misalnya yang
didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan
pernyataan lengkap itu.

Huruf

Miring
1. Menulis nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Berita itu muncul dalam surat kabar
Suara Merdeka.
2. Menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh: Dia bukan menipu, melainkan
ditipu.
3. Menuliskan kata/ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia.
Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah
Carcinia mangostana.

Huruf

Tebal
1. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang,
daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh: Judul : Habis Gelap Terbitlah
Terang
2. Dalam cetakan kamus dipakai untuk
menuliskan lema dan sublema serta
menuliskan lambang bilangan yang
menyatakan polisemi.
Contoh: kalah v 1 tidak menang ...; 2
kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus

PENULISAN KATA

Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu


kesatuan.
Contoh: Kantor pajak penuh sesak.

Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)


ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya dan dirangkaikan dengan
tanda hubung jika ditambahkan pada
bentuk singkatan/kata dasar yang
bukan bahasa Indonesia.
Contoh: berjalan, dipermainkan, memPHK-kan, di-upgrade.

2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata,


awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung
mengikuti/mendahuluinya.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar
luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: dilipatgandakan, menggarisbawahi,
menyebarluaskan.

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya


dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh: antibiotik, narapidana, pascasarjana.
a. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalannya huruf kapital, tanda hubung (-)
digunakan di antara kedua unsur itu.
Contoh: non-Indonesia, pro-Barat.
b. Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk
kepada Tuhan yang diikuti oleh kata
berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan
unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Contoh: Mari kita bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih.

c. Jika kata maha, sebagai unsur gabungan,


merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata
dasar (kecuali kata esa) gabungan tersebut ditulis
serangkai.
Contoh: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan
arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha
Esa melindungi kita.
d. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang
diserap ke dalam bahasa Indonesia (seperti pro,
kontra, dan anti) dapat digunakan sebagai bentuk
dasar.
Contoh: Mereka memperlihatkan sikap anti
terhadap kejahatan.

e. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam


peristilahan ditulis serangkai dengan
bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi
ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk
berimbuhan.
Contoh: taktembus cahaya, tak bersuara.
Bentuk Ulang
1. Ditulis dengan menggunakan tanda
hubung di antara unsur-unsurnya.
Contoh: anak-anak, modar-mandir, tukarmenukar.

Bentuk ulang gabungan kata ditulis


dengan mengulang unsur pertama saja.
Contoh: surat kabar -- surat-surat kabar
b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur
keduanya adjektiva ditulis dengan
mengulang unsur pertama/unsur
keduanya dengan makna yang berbeda.
Contoh: orang besar -- orang-orang besar
orang besar-besar
a.

2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk


ulang.
Contoh: kekanak-kanakan, perundang-undangan,
memata-matai.
Gabungan Kata
1.
Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, meja tulis.
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalah
pengertian dapat ditulis dengan menambahkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Contoh: anak-istri Ali -- anak istri-Ali.

3. Gabungan kata yang dirasakan sudah


padu benar ditulis serangkai.
Contoh: adakalanya, kacamata,
sediakala, waralaba, sukacita.
Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar.
a. Jika di tengah kata ada huruf vokal
yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal
tersebut.
Contoh bu-ah, ni-at, sa-at, ma-in.

b. Huruf diftong tidak boleh dipenggal.


Contoh: pan-dai, au-la, sau-da-ra.
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan
(termasuk gabungan huruf konsonan) di
antara dua buah huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan tersebut.
Contoh: de-ngan, ke-nyang, mu-sya-wa-rah.
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf
konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan
tersebut.
Contoh: Ap-ril, makh-luk, sang-gup.

e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf


konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Contoh: ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men.
(a) Gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Contoh: bang-krut, ba-nyak.
(b) Pemenggalan kata tidak boleh
menyebabkan munculnya satu huruf (vokal)
di awal atau akhir baris.
Contoh: itu -- i-tu; setia -- se-ti-a.

2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau


partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan
imbuhan atau partikel tersebut.
Contoh: ber-jalan, me-rasa-kan, pergi-lah.
a. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk
dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti
pada kata dasar.
Contoh: me-nu-tup, pe-nge-tik
b. Akiran i tidak dipisahkan pada pergantian baris.
c. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti
pada kata dasar.
Contoh: ge-lem-bung, ge-ri-gi
d. Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang
terdiri atas satu vokal.
Contoh: itu, mau

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau


lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsurunsur tersebut. Tiap-tiap unsur gabungan
tersebut dipenggal seperti pada kata dasar.
Contoh: bio-grafi -- bi-o-gra-fi
4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri
lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih
dipenggal pada akhir baris di antara unsurunsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama
yang berupa singkatan tidak dipisah.
Contoh: Dina Oktarina, A.S. Laksana

Kata

Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam penggabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata (kepada
dan daripada).
Contoh: di sini, di mana, di dalam, di
luar, ke tengah, ke sana
Kecuali:
-nya
daripada
keluar
kemari
kesampingkan

Partikel
1. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, apakah, apatah
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Contoh: apa pun
Pengecualian: partikel pun pada gabungan yang lazim
dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya (adapun, bagaimanapun, maupun,
sekalipun, dan walaupun)
3. Partikel per yang berarti demi, tiap, atau mulai ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pengecualian: partikel per dalam bilangan pecahan yang
ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata
yang mengikutinya.

CONTOH

Berikut merupakan tabel perbaikan diksi dan


ejaan.

TERIMAKASIH

TATA BENTUKAN ISTILAH


Universitas Negeri Semarang

Diatur

berdasarkan Keputusan Menteri


Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
146/U/2004 tentang Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.

Tata

istilah (Terminologi) -> perangkat asas


dan ketentuan pembentukan istilah serta
kumpulan istilah yang dihasilkannya.

Kata atau frasa yang yang dipakai sebagai nama


atau lambang yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Umum

Dari bidag
tertentu, menjadi
unsur kosakata
umum

Khusus

Maknanya terbatas
hanya pada bidang
tertentu saja

Istilah

Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang :


1. Paling tepat untuk mengungkapkan konsep
termaksud dan yang tidak menyimpang dari
makna itu.
2. Paling singkat diantara pilihan yang tersedia.
3. Bernilai rasa (konotasi) baik.
4. Sedap didengar (eufonik).
5. Bentuknya seturut kaidah bahasa indonesia.

Bahasa

Indonesia, termasuk unsur serapannya,


dan bahasa Melayu,
Bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk
bahasa Jawa Kuno, dan
Bahasa asing; bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Tidak harus berasas satu kata diterjemahkan dengan


satu kata
Bentuk positif -> positif, negatif->negatif
Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapatdapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk
plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada
istilah Indonesia.

a. Istilah asing yang akan diserap meningkatkan


ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia
secara timbal balik (intertranslatability)
mengingat keperluan masa depan.
b. Istilah asing yang akan diserap mempermudah
pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia
karena dikenal lebih dahulu.

c. Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas


jika dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
d. Istilah asing yang akan diserap
mempermudah kesepakatan antarpakar jika
padanan terjemahannya
terlalu banyak sinonimnya.
e. Istilah asing yang akan diserap lebih cocok
dan tepat karena tidak mengandung konotasi
buruk.

Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan


dan peluasan makna kata yang lazim dan yang tidak
lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah
jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi
lebih sempit atau lebih luas.
1. Penyempitan Makna
2. Perluasan Makna
3. Istilah Homonim

-Homograf
-Homofon

4. Istilah Sinonim

5. Istilah Polisem
6. Istilah Hiponim

Anda mungkin juga menyukai