Makalah B3
Makalah B3
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
2.
3.
4.
C.
Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
A.
Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Bahan Kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (Pasal 5 ayat 1
Pemerintah) sebagai berikut:
1.
2.
Pengoksidasi (oxidizing).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Korosif (corrosive).
9.
1.
pH
Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang lebih
sama dengan 12,5, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai golongan
limbah B3 karena bersifat korosif.
2.
Reaktifitas Air
Pengoksidasi
Mudah Terbakar
Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah mudah
meledak atau mudah terbakar. Sehingga ketika suatu limbah didekatkan pada suatu
nyala api , apabila sampel langsung terbakar maka dapat diindintikasi limbah
tersebut memiliki karakteristik mudah terbakar.
5.
Kandungan Amonia
Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun. Apabila
suatu limbah mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut
kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan
suatu basa maka akan bersifat reaktif.
6.
Kandungan Sianida
Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun dan
mematikan. Apabila suatu limbah mengandung sianida positif, maka dapat
dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3,
karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan bersifat reaktif.
7.
Kandungan Sulfida
Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu limbah
mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut
B.
Sumber Limbah B3
C.
Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan / biota
yang mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika,
teratur dan tidak teratur. Limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui rantai
makanan sehingga menyebabkan organisme (tumbuhan, hewan dan manusia)
terpapar oleh zat-zat beracun.
Limbah B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara
langsung (akibat ledakan, kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak
langsung (toksik akut dan kronis) bagi manusia. Zat toksik (racun) yang dihasilkan
oleh limbah B3 masuk ke tubuh manusia melalui :
a.
Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai
peredaran darah.
b.
Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki
peredaran darah.
c.
Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah.
d.
Dampak limbah B3 terhadap kesehatan manusia salah satu contohnya yaitu kasus
Penyakit Minamata : Dipinggir teluk Minamata di Jepang bermukim rakyat nelayan.
Para nelayan rupanya telah terbiasa mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk
tersebut. Akan tetapi teluk tersebut sudah tercemar limbah, yang diakibatkan oleh
beberapa industri membuang limbah ke teluk Minamata. Para ahli kimia pabrik
mengatakan bahwa limbah pabrik mengandung methylmercury yang tidak
D.
Toksikologi Limbah B3
Menurut PP No. 85 tahun 1999, selain berdasarkan sumber dan uji karakteristik,
suatu limbah B3 dapat juga diidentifikasi berdasarkan uji toksikologi. Uji toksikologi
digunakan untuk mengetahui sifat akut atau kronik limbah yang dimaksud.
Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur hubungan
dosis - respons antara limbah dengan kematian hewan uji, untuk menetapkan nilai
LD50.
LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat Badan) yang dapat
menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji. Nilai tersebut
diperoleh dari analisis data secara grafis dan atau statistik terhadap hasil uji hayati
tersebut. Sifat kronis limbah B3 (toksik, mutagenik, karsinogenik, teratogenik)
ditentukan dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam
limbah dengan cara mencocokkan zat pencemar tersebut dengan lampiran III PP
85/1999.
E.
Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar
meningkat. Dengan beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi kasuskasus kecelakaan, keracunan, atau gangguan kesehatan serta lingkungan yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : penanganan dan penggunaan
pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran bahan kimia berbahaya yang
sudah dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan dan penandaan
(simbol/label yang tidak memadai), sistem penyimpanan yang tidak memenuhi
persyaratan teknis.
Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 yang baik
dan benar. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan
pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut (PP No.18
& 85 tahun 1999). Dengan Pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka
mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3
sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi.
Penanganan limbah B3 secara umum dapat dilakukan dengan cara, diantaranya :
1.
Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku dengan
metoda daur ulang atau recovery.
2.
Pembakaran (Insinerator) yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada
alat pembakar khusus.
3.
4.
Penimbunan / penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan
dilakukan terhadap limbah padat dan residu dari proses solidifikasi, sisa dari proses
daur ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis, ter, lumpur padat (sludge) dan
berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses lagi.
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan dapat dengan
melakukan uji kualitatif dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif dapat menggunakan
parameter pH, reaktifitas air, pengoksidasian, mudah terbakar, kandungan amonia,
kandungan sianida dan kandungan sulfida.
Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga yang
dibuang ke lingkungan sangat berbahaya dan dapat merusak lingkungan. Maka dari
hal tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga bagi
kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah dampak negatif dari limbah
B3, yang salah satu caranya yaitu dengan pengelolaan limbah B3 yang baik sesuai
dengan Peraturan Pemerintah : PP No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999. Dan
penanganan limbah B3 harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat umum, guna mencegah peredaran limbah B3 yang berbahaya ini.
DAFTAR PUSTAKA