Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN DAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM
Posted by Nur HibatullahSelasa, 14 Januari 20140 komentar

BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dengan siswa dalam
upaya membantu siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran. Proses pendidikan
dapat berlangsung baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga interaksi terjadi antara orang tua dengan
anaknya, dilingkungan sekolah terjadi interaksi antara pendidik dengan siswa,
sedangkan dilingkungan masyarakat terjadi interaksi antar warga masyarakat yang
berbeda latarbelakangnya.
Interaksi antara orangtua dengan anaknya di rumah berjalan tanpa adanya
rencana yang tertulis. Orangtua umumnya memepunyai harapan agar anaknya menjadi
anak yang saleh, pintar, sehat dan sebagainya. Mereka hanya bisa berencana tanpa
tahu apa yang harus diberikan dan bagaimana memberikan pendidikan supaya anakanak tersebut sesuai dengan harapan mereka. Orangtua dalam mendidik anaknya
sering tanpa dipersiapkan secara formal, karena interaksi antara orangtua dengan anak
sering tidak disadari. Setiap saat bertemu, bergaul, berdialog dan banyak perilakuperilaku spontan yang diberikan kepada mereka yang kemungkinan terjadi kesalahankesalahan dalam mendidik.
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua tanpa dipersiapkan secara formal tetapi
mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai ayah dan ibu. Karena sifatnya yang
tidak formal, tidak memerlukan rancangan ynag konkret dan kadang tidak disadari
maka pendidik dalam hal demikian disebut pendidik informal.
Pendidikan yang lebih jelas bersifat formal terdapat dalam lingkungan sekolah.
Dilingkungan sekolah telah dipersiapkan guru sebagai pendidik oleh lembaga
pendidikan guru. Sebagai seorang pendidik, guru telah dibina atau memiliki kepribadian
sebagai pendidik. Secara legitimasi guru telah diberi kewenangan oleh pejabat dengan
surat keputusan untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dengan rencana dan
persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan yang telah
disusun dalam pembelajaran yang dirancang secara cermat, guru melaksanakan
pendidikan di sekolah secara formal. Ciri pendidik formal antara lain adanya kurikulum
yang jelas dan rinci, dilaksanakan secara formal, terencana, diawasi, dinilai, diberikan
oleh guru yang mempunyai keterampilan dalam lingkungannya dengan aturan tertentu.
Dari ciri-ciri tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidik formal adalah pendidik
yang memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis yang tersusun secara
sistematis, jelas dan rinci, dilaksanakan secara formal, terencana, diawasi dan dinilai,
diberikan oleh guru yang memiliki ilmu dan keterampilan khusus di dalam bidang
pendidikan, berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan fasilitas dan alat serta
aturan-aturan tertentu pula.
Menurut Nana Syaodih (1997:2), terdapat beberapa kelebihan pendidikan formal
dibanding pendidikan informal. pertama memiliki lingkup pendidikan yang lebih luas
bukan hanya pembinaan dari segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Kedua pendidikan disekoalh dapat memberikan pengetahuan yang lebih


tinggi, lebih luas dan mendalam. Ketiga Karena memiliki kurikulum, maka pendidikan di
sekolah dilaksanakan secara terencana, sistematis dan lebih disadari.
Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa kurikulum dan pendidik merupakan
syarat terjadinya pendidikan di sekolah formal, karena kurikulum merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pendidik atau pengajar di sekolah. Kedudukan kurikulum
dalam pengajaran sangat penting karena kurikulum merupakan pedoman untuk
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dalam kurikulum terdapat komponenkomponen kurikulum yang harus dikuasai oleh pengajar antara lain tujuan, bahan ajar,
alat, metode dan penilaian (Nana Syaodih, 1997:3).
Menurut pandangan lama kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang
harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan demikian sekarang sudah
tidak berlaku lagi seiring dengan terus diadakannya pembaharuan dan pengembangan
kurikulum. Kurikulum yang berkembang sekarang adalah kurikulum yang telah beralih
dari menekankan pada isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar.
Konsep pengembangan kurikulum saat ini yang lebih penting adalah konsep
pengembangan tentang kurikulum sebagai substansi, sebagai subyek, dan sebagai
bidang studi. Sebagai Substansi kurikulum merupakan suatu rencana kegiatan belajar
bagi siswa di sekolah atau sebagai suatu perangkat yang tujuan yang ingin dicapai.
Kurikulum sebagai system adalah bahwa kurikulum merupakan bagian dari system
persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat. Kurikulum sebagai
suatu bidang studi merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran.
BAB II PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih
mengambangkan pikiran, menambah wawasan, sera mengambangkan pengetahuan
yang dimiliki. Kurikulum lebih mempersiapkan peserta siswa dalam memecahkan
masalah individualnya maupun masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Oleh
karena itu kurikulum merupakan usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa agar
mereka dapat belajar dengan baik di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
lingkungan sekolah sehingga mereka menjadi pribadi yang diharapkan.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sifatnya berkesinambungan.
Kurikulum tersebut didesain sedemikian rupa sehingga tidak menjadi jurang pemisah
antara pendidikan dasar dengan pendidikan selanjutnya. Beberapa pengertian
kurikulum, (Syaeful Sagala, 2009 : 233), sebagai berikut :
1. Dalam UU No. 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Pengertian kurikulum menurut pandangan lama bahwa, kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh ijazah. Kurikulum
lama berorientasi pengalaman lampau tidak berdasarkan suatu filsafat pendidikan yang
jelas, mengutamakan perkembangan pengetahuan akademik dan keterampilan terpusat
pada mata pelajaran, teks book, dan dikembangkan oleh guru secara perorangan.

3. Pendapat yang baru/modern tentang kurikulum bahwa kurikulum diartikan secara luas
bukan saja terdiri dari mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman
yang menjadi tanggung jawab sekolah.
4. Konsep kurikulum menurut Tanner and Tanner (1980), kurikulum sebagai modus
mengajar, sebagai pengetahuan yang diorganisasi, sebagai arena pengalaman,
sebagai pengalaman yang terbimbing, mencakup kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
masih harus dikaji oleh guru, jalan meraih ijazah yang merupakan syarat mutlak dalam
pendidikan formal.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.
B. DIVERSIFIKASI KURIKULUM
Dalam implementasi kebijakan otonomi daerah kewenangan pemerintah
menurut PP No. 25 tahun 2000 tentang kebijakan kurikulum adalah menetapkan
standar nasional, kemudian dijelaskan GBHN 1999 pemerintah melakukan
pembaharuan system pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan
kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta
diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. Diversifikasi kurikulum tersebut antara
lain :
1. Kurikulum Nasional
UUSPN NO. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 9 menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Prinsip-prinsip umum kurikulum dan pengajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekan perilaku sesuai dengan tujuan,
pengalaman belajar memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengadapai isi
pelajaran, siswa memperoleh kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa dilibatkan
secara nyata dalam pengalaman belajar sehingga memberikan hasil yang nyata.
Dengan demikian pada prinsipnya kurikulum di desain untuk diterima siswa dengan
baik. Untuk memenuhi kurikulum yang bermutu dalam rangka pemberdayaan
penddikan, kebijakan kurikulum haruslah memberi ruang kreativitas tinggi kepada
instansi yang berkaitan dengan pendidikan di daerah, sekolah-sekolah maupun LPTK.
Kreativitas tersebut meliputi pengaturan kurikulum dan mengelaborasinya menjadi
bahan ajar, evaluasi belajar mengacu pada standar yang dipersyaratkan, penyelesaian
studi semua jenjang sekolah tepat waktu, standar materi pada setiap buku pelajaran
pokok pada semua bidang studi, dan pengembangan teknologi komunikasi serta
informasi. Kurikulum nasional akan memberi arti yang penting bagi sekolah disuatu
daerah, jika daerah itu mampu memberi ruang kreativitas yang tinggi pada tim ahli yang
dimilikinya bersmaa sekolah.
2. Muatan Lokal
Kewenangan pemerintah provinsi menurut PP No. 25 tahun 2000 tentang
pengembangan kurikulum diarahkan untuk menggali potensi adalan daerah secara
optimal. Cara yang efektif untuk pengembangannya adalah dengan menyusun menjadi
mata pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah. Kantor pendidikan tingkat provinsi

perlu membentuk tim ahli profesional untuk menyusun kurikulum muatan lokal yang
siap diajarkan dan dimanfaatkan disemua daerah lingkungan provinsi dimana satuan
pendidikan tersebut berada. Pemerintah provinsi bersama Kabupaten/Kota
menyediakan tenaga ahli kurikulum untuk mempermudah desain pengembangan yang
sesuai dengan potensi lokal, terlebih lagi kurikulum muatan lokal.
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam perkembangannya untuk mempersiapkan para siswa menghadapi tantangan
masa depan, Depdiknas menerbitkan model kurikulum berbasis kompetensi yang
merupakan refleksi pemikiran atau pengkajian ulang penilaian terhadap kurikulum
pendidikan dasar 1994 beserta pelaksananya. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
kurikulum yang ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kempeten dan cerdas dalam
membangun identitas budaya dan bangsanya. Kompetensi menurut McAshan, (1981 :
45) dalam Syaeful Sagala diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasasi oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilkau kognitif, afektif dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya. Kurikulum berbasis kompetensi memberi gambaran bahwa para siswa
yang telah mengikuti kegiatan belajar menguasai konsep pengetahuan, mampu
menganalisis kebutuhan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya di sekolah setelah mengikuti berbagai materi pelajaran. Kompetensi yang
dimaksud memiliki tiga dimensi yakni memiliki nilai dan sikap menghargai dan
menyenangi materi pelajaran, penguasan onsep dengan menguasai ilmu
pengetahuan sehingga mampu berpikir secara rasional, kemampuan dan kecakapan
berkomunikasi, serta mampu mmecahkan masalah secara sistematis dalam hidupnya,
kecakapan mengaplikasikan dengan menggunakan teknologi dan pengukuran yang
tepat dalam kehidupanya.
C.
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu
dikembangkan dan dinilai secara terus menerus dan berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada di masyarakat. Pengembangan kurikulum adalah suatu
proses yang menentukan bagaimana kurikulum akan berjalan. Pengembangan
kurikulum menurut Hilda Taba (1926 :6) adalah proses yang meliputi banyak hal
diantaranya:
1. Kemudahan suatu analisis tujuan;
2. Rancangan suatu program;
3. Penerapan serangkaian pengalaman yang berhubungan;
4. Peralatan dalam evaluasi proses.
Singkatnya pengembangan kurikulum adalah perbuatan komplek yang menyangkut
berbagai jenis keputusan, yaitu tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran yang terukur,
waktu yang disediakan,media pendidikan yang diperlukan, kompetensi guru yang
diperlukan, dan sarana belajar yang mendukung.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan
kurikulum. Faktor penyebab perubahan kurikulum tersebut antara lain :
1. Faktor filosofis, yaitu kebijakan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang
digariskan oleh GBHN menuntu implementasi yang sesuai dengan formulasi dan
evaluasi. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan dalam Tap MPR No. IV/MPR?
1973 tentang pendidikan dan pembinaan generasi muda.

2. Faktor sosiologis, yaitu adanya inovasi dan gagasan-gagasan baru yang memasuki
dunia pendidikan mempengaruhi system pendidikan nasional sebagai dampak dari
pembinaan dan pembaharuan pendidikan, hasil analisis dan penelitian pendidikan
nasional telah mendorong Departemen Pendidikan Nasional untuk melakukan
perubahan kurikulum dan keluhan-keluhan masyarakat tentang mutu lulusan
pendidikan mendorong lembaga pendidikan untuk melakukan perubahan dan
pengembangan kurikulum yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian praktek pelaksanaan pendidikan termasuk kurikulum perlu ditinjau
kembali atau dilakukan perbaikan secara terus-menerus.
3. Faktor psikologis, yaitu inovasi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang
efisien dan efektif telah langsung berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Inovasi
tersebut menggambarkan antara lain hasil proyek penulisaan buku pelajaran, hasil
proyek perubahan kurikulum dan metode belajar (peningkatan kualitas lulusan),
berlakuknya sistem pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas output pendidikan,
dan motivasi metode belajar mengajar terutama prosedur pengembangan system
instruksional (PPSI).
Adapun faktor penentu dalam pengembangan kurikulum adalah :
1. Landasan filosofis : Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat, sehingga
apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui
pendidikan dalam arti seluas-luasnya (Raka Joni, 1983 : 3)
2. Landasan social budaya : Realita social budaya yang ada dalam masyarakat
merupakan bahan kajian pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai landasan
pengembangan kurikulum.
3. Landasan Pengetahuan teknologi dan Seni : Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
nilai-nilai yang bersumber pada pikiran atau logika, sedangkan seni bersumber pada
perasaan atau estetika. Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa
menghadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, maka pengembangan kurikulum haruslah
berlandaskan pada pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS)
4. Landasan kebutuhan masyarakat : pengembangan kurikulum juga harus ditekankan
pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat, maka pada hakekatnya pengembangan kurikulum adalah kebutuhan
masyarakat yang dilayani melalui kurikulum yang dikembangkan
5. Landasan perkembangan Masyarakat : Ciri utama masyarakat adalah selalu
berkembang. Perkembangan ini bisa terjadi dengan cepat atau lambat bahkan sangat
cepat. IPTEKS sangat mendukung perkembangan masyarakat. Perkembangan
masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, maka diperlukan perancangan berupa kurikulum yang
landasannya berupa perkembangan masyarakat itu sendiri.
Pengembangan kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum merupakan
dasar untuk mengkaji pembelajaran dan pengembangan kurikulum lebih lanjut.

D.

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBAGAN KURIKULUM

1.
2.

3.

4.
5.
E.

1.

2.

3.

Terdapat beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Prinsipprinsip umum pengembangan kurikulum yang diuraikan oleh Nana Syaodih, (2009 :
150) adalah sebagai berikut :
Prinsip Relevansi, artinya kesesuaian antara komponen tujuan, isi/pengalaman belajar,
organisasi dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik
dalam pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat yang diidealkan.
Prinsip Fleksibilitas, kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum
mempersiapkan siswa untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang dengan
berbagai latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang solid yang dalam hal pelaksanaannya memungkinkan penyesuaianpenyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar
belakang siswa.
Prinsip Kontinuitas, perkembangan dan proses belajar siswa berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti. Oleh karenanya pengalamanpengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan
antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan
jenjang pendidikan lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu komunikasi
dan kerja sama antara para pengembang kurikulum tingkat SD dengan SMPT, SMTA
dan Perguruan Tinggi.
Prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya
juga murah. Betapapun bagusnya kurikulum bila menuntut keahlian dan peralatan serta
biaya yang mahal maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
Prinsif Efektivitas, walaupun kurikulum itu harus mudah, sederhana,dan murah tetapi
keberhasilannya tetap harus diperhatikan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Keberhasilan kurikulum akan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pendidikan.
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Terdapat depalan macam model pengembangan kurikulum, yaitu :
The Administrative model (merupakan model lama) , dinamakan demikian karena
inisiatif dan gagasan pengembangannya datang dari para administrator pendidikan dan
menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator
pendidikan (dirjen, direktur atau kepalan kantor wilayah pendidkan dan kebudayaan)
membentuk suatu komisi atau tim pengarah dan pengembang kurikulum. Digunakan
dalam system pengelolaan pendidian /kurikulum yang bersifat sentralisasi.
The Grass rooth model, bersifat desentralisasi. Pada model ini seorang guru,
sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya
pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan
dengan suatu komponen atau secara keseluruhan komponen kurikulum.
Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah
perencana, pelaksana, dan penyempurna dari pengajaran dikelas. Gurulah yang tahu
kebutuhan kelas, oleh karenanya gurulah yang paling kompeten menyusun kurikulum
bagi kelasnya.
Beauchamps system, Model ini dikembangkan oleh Beauchamps seorang ahli
kurikulum. Beauchamp mengemukakan lima hal dalam pengembangan suatu kurikulum
, yaitu :

Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi,maupun seluruh
Negara.
b.
Menetapkan personalia, yaitu siapa saja yang turut serta terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Ada empat kategori yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum antara lain para ahli
pendidkian. Kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli
bidang ilmu dari luar, para ahli dari perguruan tinggi atau sekolah dari guru-guru terpilih,
para profesional dalam system pendidikan, profesional lain dan tokoh-tokoh
masyarakat.
c.
Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini
berkenaan dengan prosedur yang akan ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, kegiatan evaluasi dan dalam menentukan
keseluruhan desain kurikulum.
d.
Implementasi kurikulum, yaitu melaksanakan kurikulum. Dalam
implementasi ini bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang
menyeluruh baik kesiapan guru-guiru maupun siswa, fasilitas, bahan, biaya, juga
manajerial dari pimpinan sekolah.
e.
Evaluasi Kurikulum, terdapat empat hal ynag harus diperhatikan dalam
evaluasi kurikulum yaitu evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi desain
kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa dan evaluasi dari keseluruhan system kurikulum.
Data-data tersebut nanti akan digunakans sebagai penyempurna dalam system dan
desain kurikulum berikutnya.
4. The demonstrational model, Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru yang
bekerjasama dengan para ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum.
Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan
kurikulum model ini sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5. Tabas inverted model, Terdapat lima langkah pengembangan kurikulum menurut model
taba yaitu :
Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru
Menguji unit eksperimen
Mengadakan revisi dan konsolidasi
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Implementasi dan desiminasi
6. Rogers interpersonal relations model, Terdapat empat langkah pengembangan model
kurikulum menurut Rogers, yaitu :
a. Pemilihan target dari system pendidikan
b. Partisifasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
c. Pengembangan pengalaman kelompokyang intensif untuk satu kelas atau unit
pelajaran
d. Partisifasi orang tua dalam kegiata kelompok
7. The systematic action-research model, Pengembangan model kurikulum ini
berdasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan
sosial. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa,
guru, struktur system sekolah, pola hubungan pribadi kelompok dari sekolah dan
masyarakat. Model ini menekankan pada tiga hal yaitu hubungan insan, sekolah dan
a.

a.
b.
c.
d.
e.

organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyusunan


kurikulum menurut model ini dengan prosedur action research dengan langkah yang
pertama adalah mengadakan penelitin secara seksama tentang masalah-masalah
kurikulum, berupa pengumpulan data yang menyeluruh, mengidentifikasi faktor-faktor
kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Langkah kedua adalah
implementasi dari keputusan yang diambil dalam tiundakan pertama. Tindakan ini diikuti
oleh penyiapan data-data bagi evaluasi tindakan, sebagai bahan pemahaman tentang
masalah yang dihadapi, sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan
modifikasi, dan sebagai bahan untuk menetukan tindakan lebih lanjut.
8. Emerging technical models, Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilainilai efisiens iefektivitas dalam bisnis, mempengaruhi perkembangan kurikulum.
Perkembangan kurikulum model ini didasarkan atas :
a. The behavioral Analisys Model, menekankan perilaku atau kemampuan
b. The System Analisys Model, berasal; dari efisiensi bisnis
c. The Computer-Based Model, suatu model pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan komputer
F.
GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Guru sebagai pendidik profesional
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Komponen utama pendidikan tersebut tidak bisa terpisahkan satu
dengan lainnya karena merupakan triangle, jika hilang salah satunya maka hilang
pulalah hakikat pendidikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru
sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional. Sebagai pendidik
profesional guru tidak saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional tetapi
juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional.
Terdapat tiga dimensi umum kemampuan sebagai pendidik yang harus dimiliki
oleh guru antara lain adalah kemampuan profesional, kemampuan sosial dan
kemampuan personal. Menurut PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan
Nasional, terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang agen
pembelajaran. Kompetensi tersebut antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum
Dari berbagai model pengembangan kurikulum yang telah diuraikan sebelumnya,
sebagaian besar model melibatkan guru dalam pengembangan kurikulum. Keterlibatan
guru dalam pengembangan kurikulum bukanlah kebetulan belaka tetapi karena guru
adalah orang yang tahu persis situasi dan kondisi diterapkannya kurikulum yang
berlaku. Selain itu guru bertanggungjawab atas terciptanya hasil belajar yang diinginkan
(Raka Joni, 1983 : 26).
Berdasarkan kenyataan bahwa guru tahu situasi dan kondisi serta
bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar, maka sudah sewajarnya guru
berperan dalam pengembangan kurikulum. Peran guru dalam pengembangan
kurikulum diwujudkan dalam bentuk-bentuk kegiatan :
a.
Merumuskan tujuan khusus pembelajaran berdasarkan tujuan-tujuan
kurikulum diatasnya dan karakteristik siswa, mata pelajaran/bidang studi, dan
karakterisrik situasi kondisi sekolah/kelas.

b.
c.
d.
e.

Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif


membantu siswa mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menerapakan rencana atau program pembelajaran yang dirumuskan
dalam situasi pembelajaran yang nyata.
Mengevaluasi hasil dan proses belajar.
Mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang
diimplementasikan.
Lima kegiatan tersebut merupakan peran guru dalam pengembangan kurikulum
yang
bersifat sentralisasi. Sedangkan
pengembangan
kurikulum
yang
bersifat desentralisasi, peran guru lebih besar, yakni mencakup pengembangan
keseluruhan
komponen-komponen
kurikulum
dalam
perencanaan,
mengimplementasikan kurikulum yang dikembangkan, mengevaluasi implementasi
kurikulum, dan merevisi komponen-komponen kurikulum yang kurang memadai.
BAB III PENUTUP
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu
kurikulum, dan dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan
kurikulum. Pada satu sisi guru adalah pengembang kurikulum dan pada sisi yang lain
guru adalah pembelajar bagi siswa yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai
dengan kurikulum sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembelajaran
dipersyaratkan agar guru memahami kurikulum.
Guru sebagai pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan
diharapkan memecahkan masalah, masalah belajar siswa, dengan langkah
pengamatan prilaku belajar dalam kegiatan belajar mengajar, analisis hasil belajar
untuk memberi makna pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan yang
direncanakan, dan melakukan tes hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus menyadari betul tentang peran yang
harus dilakukan bahwa dia bukan hanya sekedar pengajar tetapi juga sebagai pendidik,
bukan hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga harus bisa melihat sejauh mana
perubahan sikap yang terjadi pada siswa agar terlihat adanya peningkatan kualitas
pada diri setiap siswa.
Perubahan dan pengembangan kurikulum, tidak hanya sekedar mengubah
materi saja, tetapi ada hal yang lebih penting bagaimana merubah perilaku guru-guru
agar dapat berkiprah dalam merespon perubahan itu. Agar tujuan yang telah ditetapkan
tercapai apabila terjadi perubahan kurikulum hendaknya terjadi perubahan secara
koprehensif termasuk materi, metode, sarana, dan hal lain yang ada kaitannya dengan
kurikulum, belajar, dan pembelajaran sehingga dampak positif dari perubahan akan
dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
E. Mulyasa, 2005. Kurikulum Berbasis Komptensi Konsep, karakteristik, dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Masnur Muslich, 2007. Sertifikasi Guru menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta : Bumi aksara.
Soetjipto, Raflis Kosasi, 2007. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya
Subry Sutikno.2008. Landasan Pendidikan. Bandung : Prospect.

Iskandar, 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta : GP. Press.
Nana Syaodih, 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Syaeful Sagala, 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.,
- See more at: http://nurhibatullah.blogspot.co.id/2014/01/perencanaan-dan-pengembangankurikulum.html#sthash.5UlbsIBX.dpuf

Anda mungkin juga menyukai