NIM
Kelas
Tugas
Hama Tembakau
1. Ulat Pucuk Tembakau (Helicoverpa assulta Genn dan Helicoverpa armigera
Hubner).
Gejala : serangan terlihat dari daun tembakau yang berlubang-lubang karena ulat memakan
pucuk daun dan daun atas. Pada saat serangan terjadi gejala tersebut belum nampak dan
gejala akan nampak jelas setelah daun tembakau membesar. Pengendalian:
Pengendalian mekanis
Memungut atau mengambil telur atau kelompok telur, larva atau ulat atau pupa atau
serangga dewasa pada bagian tanaman yang terserang secara langsung dan membunuhnya.
Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya
1. Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan cara pemakaian
yang dianjurkan
2. Pengaturan pola tanam
3. Penanaman serentak
4. Pengaturan jarak tanam
5. Pergiliran tanaman
Pengendalian Hayati atau Biologis
a. Konservasi musuh alami
Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan oleh
petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan usaha kita untuk
membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan musuh alami terutama
kelompok predator dan parasitoid.
b. Pelepasan musuh alami
Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh alami dari
tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh alami hama
penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur misalnya
Trichogramma japonicum. Dalam 1 (satu) periode dilakukan 8 (delapan) kali aplikasi dan
dilakukan tiap minggu sejak tanaman usia 1,5 bulan. Tiap aplikasi dibutuhkan 50 pias/ha.
2. Kutu Tembakau (Myzus persicae).
Gejala : Kutu ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun tanaman,
menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu
ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur
dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi
kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun. Kutu
daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian
22 - 28 % pada tembakau flue-cured.
pengendalian : hama ini adalah dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan
penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu
tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
3.Ulat grayak (Spodoptera litura F).
Gejala : Serangan terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di
pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang tanaman
memerlukan waktu 22 - 60 hari.
Pengendalianya : Sanitasi lahan, penyemprotan dengan insektisida seperti pada ulat pucuk
atau mengumpulkan masa telur.
Penyakit Tembakau :
Penyakit Rebah Kecambah.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.
Penyakit ini pada umumnya menyerang di pembibitan.
Gejala : serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan
akhirnya bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C,
kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5.
Pengendalian : Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan,
disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan
bibit sebelum tanam dengan fungisida
Penyakit Lanas
Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de
Haan (Semangun 1988).
Gejala : serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang daunnya
masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan
tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2;
daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala
nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat
dibanding daun normal.
Pengendalian : Cara pencegahannya dan Pengendalian adalah melakukan sanitasi
pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang
telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti
Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta
33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991).
Gejala: gejala serangan terlihat setelah 8 - 10 hari. Tanaman menguning, layu, dan
mengering dimulai dari daun sebelah bawah, kemudian diikuti seluruh daun. Rimpang
terlihat masih utuh, tetapi bila dibuka di dalamnya lapuk, seperti gumpalan tanah. Serangan
berat mengakibatkan rimpang keropos dan kering, karena larva (belatung) memakan
seluruh bagian dalam rimpang, kecuali kulit.
Pengendalian:
1. Tidak menanam jahe secara tumpang sari dengan tanaman lain yang merupakan tanaman
inang bagi hama ini
2. Sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman dari sisa-sisa tanaman sakit dan
memusnahkannya
3. Penggunan musuh alami. Di India, musuh alami yang keluar dari pupa M. coeruleifrons
adalah Trichopria sp. (Jacob 1980a). Jamur Beauveria bassiana dapat menginfeksi larva
lalat
4. Penanaman jahe dan tanaman nilam baik sebagai pembatas maupun ditumpangsarikan
dapat menurunkan populasi larva dan pupa M. coeruleifrons serta rumpun yang terserang.
Gejala: Serangan hama tampak pada dari kutu-kutu berbentuk perisai yang menempel di
permukaan rimpang dan di bawah sisik rimpang sehingga nampak kusam. Umumnya
menyerang di pertanaman kemudian dapat berkembang dengan baik di tempat
penyimpanan.
Pengendalian:
1. Perendaman air panas pada rimpang jahe terinfestasi A. hartii pada suhu 50 C selama 10
menit mengakibatkan kematian kutu 50%
2. Tidak menanam jahe secara tumpang sari dengan tanaman lain yang merupakan tanaman
inang bagi hama ini.
3. mengupayakan lingkungan yang menguntungkan bagi parasitoid, berupa penyediaan
tanaman berbunga, menghindari penggunaan insektisida yang memusnahkan parasitoid.
Penyakit Jahe :
Penyakit Layu Bakteri
Penyakit layu pada tanaman jahe disebabkan oleh bakteri yang diberi nama Ralstonia
solanacearum.
Gejala : pada umumnya muncul pada saat tanaman jahe berumur 2 atau 3 bulan, terutama
pada musim hujan yang lembap dan panas. Tanaman jahe yang sakit daun-daunnya menjadi
menguning, menggulung dari bagian tepinya dan layu mendadak. Pada umumnya kelayuan
daun dimulai dari satu atau beberapa batang saja pada suatu rumpun jahe. Selanjutnya
kelayuan terjadi pada daun-daun pada batang-batang lainnya dan akhirnya seluruh rumpun
menjadi layu, busuk, dan mati. Tanaman yang sakit batangnya akan mudah dicabut dan
terlepas dari bagian rimpangnya seperti halnya tanaman yang diserang oleh rayap. Rumpun
jahe yang sudah mati sering tumbuh kembali membentuk rumpun baru, namun
pertumbuhannya kurang bagus (kerdil). Bagian pangkal batang dan rimpang jahe yang
terinfeksi menjadi busuk kebasahan.
Pengendalian:
1. Pengelolaan lingkungan. Dengan mengatur jarak tanam, menyiangi gulma disekitar
tanaman jahe, karena ada beberapa jenis gulma yang bisa menjadi inang dari R.
Solanacearum seperti babadotan, meniran, krokot dan lainnya. Selain itu irigasi kebun
harus diperhatikan agar lahan mempunyai drainase yang baik.
2. Sanitasi dan eradikasi. Sanitasi dapat dilakukan dengan mencabut tanaman jahe yang
terserang di lahan dan segera dimusnahkan. Alat- alat pertanian yang digunakan memotong
tanaman yang sakit perlu dibersihkan atau disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Pengendalian secara bologis. Dengan menggunakan agen hayati yaitu, Bacillus sp.,
Pseudomonas fluorescens.
a. Penyakit busuk rimpang (Fusarium oxysporium)
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi cendawan Fusarium
oxysporium.
Gejala : ditandai adanya daun tanaman jahe yang menguning pada bagian tepinya,
kemudian layu dan tanaman jahe akan mati. Bagian batang tanaman yang mati masih cukup
kuat menempel pada rimpang jahe, sedangkan tunas akan mudah dicabut. Bagian dalam
batang semu berwarna kecokelatan membentu cincin. Rimpang jahe yang terserang akan
mengerut dengan bagian dalam yang berwarna gelam kecokelatan atau kehitaman.
Pengendalian : ini sangat sulit dikendalikan, dan menjadi patogen yang sangat ditakuti
oleh petani. Selain menyerang tanaman jahe, Fusarium oxysporium. Aplikasi pestisida
kimia hampir tidak bisa mengendalikan serangan penyakit ini. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi serangan Fusarium oxysporium adalah dengan pengendalian
secara organik, yaitu dengan aplikasi agensia hayati dari golongan fungi, Trichoderma sp.
dan Gliocladium sp. yang dicampurkan dalam pupuk organik. Perendaman bibit dengan
kedua agensi hayati tersebut sebelum ditanam di lahan. Jika terjadi serangan di lahan, dapat
diaplikasikan pestisida organik dengan cara pengocoran. Pestisida organik yang bisa
digunakan adalah wonderfat. Dapat juga dilakukan pengocoran menggunakan kedua agensi
hayati tersebut dengan interval 14 hari sekali.
cokelat dan mengering. Pada serangan parah dan tidak terkendali, warna bercak akan
berubah menjadi abu-abu dengan titik-titik hitam pada bagin tengahnya yang merupakan
koloni dari miselium cendawan. Daun akan berubah mengecil, dan daun muda tampak
klorosis. Pada serangan yang berat, tanaman akan mati.
Pengendalian serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe
dapat dilakukan dengan merendam benih dengan agensia hayati Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp. seperti penanganan pada penyakit busuk rimpang. Penanganan terhadap
tanaman yang terserang di lahan menggunakan pestisida kimia. Sejauh ini belum ada
pestisida organik yang cukup efektif mengendalikan penyakit ini. Penyemprotan
menggunakan pestisida fungisida berbahan aktif benomil, metil tiofanat, klorotalonil, dan
mankozeb, secara berseling dengan interval 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi larutan
sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.
2. Kakao (Theobroma cacao L.)
Hama
Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerell)
Morfologi: Panjang larva sekitar 1,2 cm dan berwarna ungu muda hingga putih, lama
hidup dalam buah kakao antara 14 18 hari. Pada fase ini larva membuat lubang keluar
dengan benang-benang sutra yang keluar dari mulutnya. Imago (serangga dewasa) dari
hama PBK ini panjangnya 7 mm dan lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam
bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna
hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing. Serangga ini aktif pada malam hari
pukul 18 : 00 20 : 30. Pada siang hari biasanya berlindung di tempat lembab dan tidak
terkena sinar matahari. Daya terbangnya pun tidak terlalu tinggi namun mudah terbawa
oleh angin. Serangga dewasa ini sendiri hanya berumur 5 7 hari, jadi setelah bertelur dia
akan mati.
Gejala: Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Hama kakao ini sangat
merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah Kakao dapat
menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8
cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan
saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika
digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling
melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.
Pengendalian:
1. Sanitasi, Cara sanitasi penting untuk mematikan PBK yang ada dalam buah yang sudah
dipanen. Jika tidak dimatikan, PBK tersebut dapat berkembangbiak dan menyerang
buah yang masih ada di pohon.
cerah dengan panjang 3 sd 5 mm. Ulat tersebut dapat menggerek cabang bahkan batang
tanaman dan menyebabkan cabang atau batang yang terserang menjadi kopong dan
menyisakan sedikit lapisan xilem dan floemnya saja.
Ulat bermetamorfosis menjadi kepompong umumnya pada usia 81 sd 151 hari setelah
ditetaskan. Ulat berkepompong di dalam kamar kepompong yang panjangnya 7 sd 12 cm
yang dibuat dalam liang gerekan. Kepompong menjadi ngengat (imago) setelah 21 sd 30
hari setelah dimulainya fase kepompong. Untuk menjadi ngengat jantan, lama stadium
kepompong memerlukan waktu 27 sd 30 hari, sedangkan untuk menjadi ngengat betika
memerlukan waktu 21 sd 23 hari.
Gejala: Ulat hama ini merusak bagian batang/cabang dengan cara menggerek menuju
empelur (xylem) batang/cabang. Selanjutnya gerekan membelok ke arah atas. Menyerang
tanaman muda. Pada permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran
kotoran dengan serpihan jaringan. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang
gerekan akan merana, Serangan hama ulat penggerek batang dapat diidentifikasi melalui
adanya liang gerekan pada batang disertai dengan adanya kotoran berbentuk silindrik dan
berwarna merah kehitam-hitaman yang keluar dari liang gerekan.
Pengendalian:
1. Lubang gerekan dibersihkan dan ulat yang ditemukan dimusnahkan.
2. Cara mekanis yang lain adalah memotong batang/ cabang terserang 10 cm di bawah lubang
gerekan ke arah batang/ cabang, kemudian ulatnya dimusnahkan/ dibakar.
3. Cara hayati bisa dipakai, misalnya dengan Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.
Penyakit Kakao
Antraknose (Colletotrichum gloeosporioides)
Penyebab: Penyakit antraknose disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides.
Gejala Penyakit ini menyerang buah, pucuk/daun muda dan ranting muda. Pada daun muda
nampak bintik-bintik coklat tidak beraturan dan dapat menyebabkan gugur daun. Ranting
gundul berbentuk seperti sapu dan mati. Pada buah muda nampak bintik-bintik coklat yang
berkembang menjadi bercak coklat berlekuk (antraknose). Buah muda yang terserang
menjadi layu, kering, dan mengeriput. Serangan pada buah tua akan menyebabkan gejala
busuk kering pada ujungnya. Penyakit ini tersebar melalui spora yang terbawa angin
ataupun percikan air hujan. Penyakit cepat berkembang terutama pada musim hjan dengan
cuaca panas dan kelembaban tinggi.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:
1. memangkas cabang & ranting yang terinfeksi, mengambil buah-buah yang sakit
dikumpulkan dan ditanam atau dibakar.
2. Melakukan pemupukan (N,P,K) satu setengah kali dosis anjuran.
3. Pengaturan naungan sehingga tajuk pohon kakao tidak terkena sinar matahari langsung.
4. Perbaikan drainase tanah untuk menghindari genangan air di dalam kebun.
Jamur akar
Penyebab: Ada tiga jamur yaitu Ganoderma philippii, Rigidoporus lignosus dan Fome
lamaoensis.
Gejala: Ada tiga jenis penyakit jamur akar pada tanaman kakao, yaitu: (1) Penyakit jamur
akar merah; (2) Penyakit jamur akar coklat; (3) Penyakit jamur akar putih. Ketiganya
menular melalui kontak akar, umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman baru bekas
hutan. Pembukaan lahan yang tidak sempurna, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar
sakit dari tanaman sebelumnya tertinggal di dalam tanah akan menjadi sumber penyakit.
Ketiga jenis penyakit ini mempunyai gejala: daun menguning, layu dan gugur, kemudian
diikuti dengan kematian tanaman. Untuk mengetahui penyebabnya, harus melalui
pemeriksaan akar. Inspeksi pertama kali terjadi pada sisi bagian bawah cabang dan ranting.
Jamur mula-mula membentuk miselium tipis mengkilat seperti sutera atau perak, sangat
mirip dengan sarang laba-laba. Pada fase ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit.
Jamur kemudian membentuk kerak yang berwarna merah jambu seperti warna ikan salem,
kerak tersebut terdiri atas lapisan basidia, kulit cabang dibawah kerak menjadi busuk.
Jamur akan berkembang terus dan akan membentuk piknidia yang berwarna merah tua dan
biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering. Pada bagian ujung dari cabang yang sakit,
daun-daun layu mendadak dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah
kering.
Pengendalian:
Membongkar semua tunggul pada saat persiapan lahan terutama yang terinfeksi jamur akar.
Lubang bekas bongkaran diberi 150gr belerang dan dibiarkan minimal 6 bulan.
Pada saat tanam diberi 100 gr Trichoderma sp. per lubang.
Pada areal pertanaman, pohon kakao yang terserang berat dibongkar sampai ke akarnya dan
dibakar di tempat itu juga.
5. Lubang bekas bongkaran dibiarkan terkena sinar matahari selama 1 tahun.
6. Minimal 4 pohon di sekitarnya diberi Trichoderma sp. 200 gr/pohon pada awal musim
hujan dan diulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan gejala penyakit akar di
areal pertanaman kakao tersebut.
1.
2.
3.
4.
untuk mengendalikan jamur ini dan tumbuhnya bunga pada ranting dan cabang kecil tidak
kita harapkan. Serangan dimulai dengan adanya benang-benang jamur tipis seperti sutera,
berbentuk sarang laba-laba. Pada fase ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit. Pada
bagian ujung dari cabang yang sakit, tampak daun-daun layu dan banyak yang tetap
melekat pada cabang, meskipun sudah kering. Jamur ini menyebar melalui tiupan angina
atau percikan air. Keadaan lembab dan kurang sinar matahari sangat membantu
perkembangan penyakit ini.
Pengendalian:
1. Dengan cara mekanis, yaitu memotong cabang/ranting sakit sampai 15 cm pada bagian
yang masih sehat; membersihkan /mengeruk benangbenang jamur pada gejala awal dari
cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungisida.
2. Cara kedua adalah dengan kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk
mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman
kakao.
Hama Pada Tanaman Kelapa Sawit
Ngengat
jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar. Sayap depan berwarna coklat
dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap. Ngengat aktif pada senja dan malam hari,
sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah tua atau pada tumpukan daun yang
telah dibuang dengan posisi terbalik.
Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan mengikis daun
mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta meninggalkan epidermis daun bagian
atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun,
sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Mulai
instar ke 3 biasanya ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan
sering disebut gejala melidi.
Gejala : ini dimulai dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah tanaman akan
kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan dapat menurunkan
produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua Ambang ekonomi dari hama ulat
api untuk S. asigna dan S. nitens pada tanaman kelapa sawit rata-rata 5 - 10 ekor perpelepah
untuk tanaman yang berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang
lebih muda.
Pengendalian Beberapa teknik ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengendalian secara mekanik yaitu :
pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan kemudian dimusnahkan
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan :
Pengendalian:
1. Pengendalian Kimiawi
Dahulu, ulat api dapat dikendalikan menggunakan berbagai macam
insekisida dengan efektif. Insektisida tersebut adalah monocrotophos,
dicrotophos, phosmamidon, leptophos, quinalphos, endosulphan, aminocarb
baik agar bibit sehat dan kuat, pemberian air yang cukup dan naungan pada musim
kemarau.