Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan penyebabnya, nyeri kepala digolongkan menjadi nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala
yang tidak jelas kelainan anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri
kepala tipe tegang, dan nyeri kepala klaster, dan nyeri kepala primer lainnya.
Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan
anatomi maupun kelainan struktur dan bersifat progresif, antara lain meliputi
kelainan non vaskuler (Boru et al., 2005).
Nyeri kepala menjadi sebuah keluhan utama yang sering diutarakan
pasien yang datang mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan. Sekitar 2%
dari seluruh kunjungan pasien ke pelayanan kesehatan, pasien datang dengan
mengeluhkan nyeri kepala. Rata-rata pasien dengan keluhan nyeri kepala
didiagnosis sebagai kelainan nyeri kepala primer, antara lain migrain dan nyeri
kepala tipe tegang. Pasien dengan nyeri kepala primer biasanya sudah
memiliki riwayat nyeri kepala yang bersifat kronis dan membuat pasien sering
mengunjungi pelayanan kesehatan ketika terjadi eksaserbasi akut berulang
(Goldstein et al., 2006).
Tantangan bagi para klinisi, terutama yang bertugas di layanan primer
atau IGD adalah dokter harus memiliki kemampuan untuk dapat membedakan
jenis nyeri kepala yang dialami pasien, apakah itu nyeri kepala primer atau
sekunder yang disebabkan oleh hal-hal seperti adanya infeksi, lesi massa, atau
perdarahan intrakranial. Hal ini penting untuk dapat menentukan jenis terapi
yang akan diberikan agar dapat memberikan outcome yang baik pada pasien .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui informasi mengenai nyeri kepala primer
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis dan perbedaan nyeri kepala primer
b. Mengetahui penegakan diagnosis nyeri kepala primer
c. Mengetahui penatalaksanaan nyeri kepala primer
BAB II
ISI
II.1. Tension Type Headache (TTH) (Waldie, 2015; Chowdhury, 2012)
A Definisi
TTH adalah episode berulang dari nyeri kepala yang berlangsung
beberapa menit hingga beberapa minggu. Rasa nyeri khasnya yaitu seperti
ditekan atau diikat, dari yang intensitas ringan hingga sedang dan
lokasinya bilateral serta tidak diperburuk dengan aktivitas fisik rutin. Mual
dan muntah biasanya tidak ada tapi fotofobia atau fonofobia mungkin ada.
Nyeri kepala ini sebelumnya disebut sebagai nyeri kepala psikogenik,
nyeri kepala stres, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri kepala kontraksi otot
dan lainnya. Kata tension dan type menggarisbawahi patogenesis yang
tidak pasti dan mengindikasikan beberapa jenis ketegangan mental atau
otot yang memainkan peran sebagai penyebabnya. Namun, sejumlah besar
studi klinis dan neurofisiologis meninggalkan sedikit keraguan tentang
dasar neurobiologis dan mengambilnya dari alam penyakit psikologis.
Klasifikasi TTH
TTH adalah jenis nyeri kepala yang paling umum. Sebagian besar
penderita dengan TTH akut tidak pernah berkonsultasi dengan dokter. Jika
perlu mereka akan mengobati nyeri yang mereka derita dengan obat
analgetik yang dijual bebas. Namun, nyeri kepala yang sering atau kronik
bahkan dirasa sangat berat menyebabkan masalah kesehatan utama dan
penderitaan yang hebat hingga mempengaruhi individu tersebut.
B Klasifikasi
Dalam ICHD II, TTH dibagi menjadi dua jenis yaitu TTH episodik
dan TTH kronik. TTH episodik dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu TTH
episodik frekuen dan TTH episodik infrekuen. Semua tipe TTH ini
memiliki ciri klinis yang sama kecuali untuk frekuensinya. Pada
pemeriksaan fisik, dokter juga seharusnya memeriksa nyeri tekan
perikranial pada pasien dengan TTH dan membagi TTH lagi menjadi yang
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial dan yang tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
Karakteristik Frekuensi TTH
C Epidemiologi
Studi di Denmark, prevalensi TTH tinggi yaitu 78% dan mayoritas
adalah TTH episodik infrekuen (1 hari dalam sebulan atau kurang) tanpa
memerlukan pengobatan yang spesifik. Sekitar 24-37% adalah penderita
yang mengalami TTH beberapa kali dalam sebulan, 10% mengalami TTH
setiap minggu dan 2-3% mengalami TTH kronik, biasanya berlangsung
selama sebagian besar waktu dari hidupnya.
D Insidensi
Kejadian TTH sulit diukur. Di Denmark, kejadian tahunan untuk
TTH yaitu 14,2 per 1000 orang dalam setahun yang mengalami TTH
frekuen (rasio wanita : pria 3:1), menurun sesuai dengan usia. Faktor
risiko berkembangnya TTH yaitu kesehatan diri yang kurang, kurang
mampu bersantai setelah bekerja dan tidur beberapa jam tiap malam.
E Usia dan Jenis Kelamin
Berbeda dengan migren, pada TTH, wanita lebih sering terkena
daripada pria (rasio wanita : pria pada TTH yaitu 5:4) dan rata-rata onset
usia yaitu 25-30 tahun. Puncak kejadian TTH yaitu antara 30-39 tahun dan
menurun sesuai dengan usia.
F Hendaya
Beberapa studi di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa orang
yang tidak masuk kerja akibat dari TTH cukup tinggi dan dapat 3 kali
lebih besar daripada akibat migren. Biaya pengobatan nyeri kepala nonmigren (penyebab utama adalah TTH) juga lebih besar dibandingkan
migren. Hendaya juga lebih besar pada pasien dengan komorbid penyakit
kejiwaan.
G Patofisiologi
Meskipun banyak studi klinis dan neurofisiologi, penyebab TTH
masih tetap sulit dipahami. Mekanisme miofasial perikranium mungkin
sangat penting pada TTH episodik, sedangkan sensitisasi dari jalur nyeri di
sistem saraf
berkepanjangan
pusat
dari
yang
disebabkan
jaringan
dari
miofasial
rangsangan
perikranium
nosiseptif
tampaknya
Gambaran klinis
1
Nyeri
Nyeri pada TTH biasanya digambarkan seperti nyeri tumpul, terasa
seperti ditekan, diikat atau terasa berat pada kepala. Cukup banyak pasien
yang menggambarkan nyeri kepala mereka seperti memakai topi yang
ketat atau pita yang terikat kuat disekitar kepala atau seperti ada beban
berat di kepala. Aktivitas fisik tidak mempengaruhi intensitas nyeri kepala
pada sebagian besar pasien. Hal tersebut berkebalikan dengan migren
dimana nyeri kepala memburuk ketika melakukan aktivitas fisik rutin dan
hal tersebut dipertimbangkan menjadi satu dari kriteria terbaik untuk
membedakan antara TTH dan migren. Lokasi nyeri kepala pada TTH
biasanya bilateral pada 90% pasien. Bagaimanapun lokasi nyeri kepala
bervariasi dan dapat berupa nyeri kepala dalam atau nyeri kepala belakang.
2
Gejala Penyerta
Mual dan muntah bisa ada pada penderita TTH. Sekitar 20% pasien
K Variasi Diurnal
TTH sering dilaporkan mulai terjadi pada siang hari dan secara
perlahan semakin parah. Nyeri kepala tetap berlangsung sepanjang hari
dan sering tidak berubah selama menjalani kegiatan yang sangat beragam
meskipun beberapa orang mungkin terganggu seiring dengan semakin
larutnya malam.
L Pemeriksaan Fisik
Untuk
mendiagnosis
TTH
memerlukan
penyingkiran
dari
penyebab lain, anamnesis yang baik dan cermat serta pemeriksaan fisik
dan neurologis yang teliti sangat diharuskan. Pemeriksaan fisik seharusnya
termasuk pemeriksaan palpasi manual pada otot perikranial untuk
menentukan tender points dan trigger points. Tender points adalah
daerah dimana tekanan manual menginduksi nyeri lokal sedangkan
trigger points di daerah nyeri dalam dimana tekanan terus-menerus juga
menginduksi nyeri lain pada daerah lain yang masih satu regio.
M Diagnosis Banding
Meskipun TTH terjadi pada hampir 78% pasien nyeri kepala, TTH
merupakan jenis nyeri kepala yang paling berbeda. Diagnosis klinisnya
terutama berdasarkan pada ciri negatif (tidak adanya gejala yang menjadi
ciri nyeri kepala primer atau sekunder lainnya). Seperti tidak adanya sifat
unilateral, tidak adanya sifat berdenyut, tidak dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, tidak ada mual dan muntah, tidak ada foto dan fonofobia.
Namun, harus dipahami bahwa sebagian kecil pasien TTH dapat
memiliki beberapa ciri tersebut. Misalnya 18% mungkin memiliki nyeri
kepala berdenyut, 10% nyeri kepala bersifat unilateral, 28% nyeri kepala
diperberat oleh aktivitas fisik rutin, 18% anoreksia, 4% mual, dan 11%
fotofobia. Selanjutnya, banyak jenis nyeri kepala sekunder dapat meniru
TTH di beberapa tahap perkembangan klinis mereka.
Oleh karena itu, riwayat atipikal atau pemeriksaan klinis abnormal
pada pasien yang dicurigai TTH menunjukkan perlunya pemeriksaan lebih
pasien dengan nyeri kepala telah ditekankan. Hal ini sangat penting untuk
menyingkirkan nyeri kepala sekunder, untuk mengenali kondisi komorbid
dan akhirnya untuk menentukan apakah TTH hadir bersamaan dengan
migrain. Hal ini juga sangat penting untuk mendeteksi apakah nyeri kepala
diperburuk oleh terlalu seringnya menggunakan obat-obatan. Sebagian
besar pasien dengan riwayat nyeri kepala khas dengan pemeriksaan
normal, diagnosis TTH dapat dibuat tanpa pemeriksaan khusus; pada saat
yang bersamaan, jika dirasa perlu pemeriksaan seperti neuro-imaging
maka tidak boleh dilakukan untuk menyingkirkan penyebab sekunder.
2
Edukasi Pasien
Banyak pasien dengan ETTH frekuen dan CTTH memiliki
nyeri kepala dan obat yang digunakan dalam catatan harian nyeri kepala
mereka. Hal tersebut sangat membantu untuk dokter. Dokter dapat
mengukur perkembangan frekuensi dan tingkat keparahan. Kadangkadang pemicu nyeri kepala yang spesifik dan perkiraan yang benar
tentang penggunaan obat yang berlebihan bisa digali melalui catatan
harian tersebut.
4
Pilihan Terapi
Terapi TTH dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu terapi
episodik infrekuen tidak pergi ke dokter dan membeli sendiri obat anti
nyeri. Pasien dengan TTH episodik frekuen, analgesik dan NSAID adalah
obat andalan dalam terapi serangan akut. Aspirin (500 mg dan 1000 mg)
dan acetaminophen (1000 mg) efektif dalam terapi serangan akut untuk
TTH. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara aspirin dan
acetaminophen dalam mengatasi nyeri. NSAID seperti ibuprofen (200-400
mg), naproxen sodium (375-550 mg), ketoprofen (25-50 mg), dan kalium
diklofenak (50-100 mg) terbukti lebih efektif daripada plasebo pada pasien
TTH akut. NSAID ini mungkin lebih efektif daripada asetaminofen dan
aspirin seperti yang ditunjukkan dalam banyak studi meskipun hasilnya
tidak selalu tegas. Kafein, kodein, sedatif, atau transquilizer sering
dikombinasikan untuk meningkatkan efektivitas NSAID namun harus
dihindari karena risiko ketergantungan dan penyalahgunaan. Pemantauan
harus dilakukan untuk menghindari penggunaan obat secara berlebihan.
Opiat harus dihindari. Bukti efektivitas pelemas otot lemah dan ada risiko
untuk habituasi. Oleh karena itu obat tersebut tidak direkomendasikan.
Beberapa pasien dengan ETTH yang juga memiliki migrain mungkin
berespon terhadap triptan. Namun, pasien ini harus secara jelas diajarkan
10
11
Farmakoterapi
Amitriptilin
Amitriptilin antidepresan trisiklik telah dipelajari secara luas dan
telah ditemukan sebagai obat yang paling efektif untuk CTTH. Dosis
amitriptilin hingga 75 mg memiliki manfaat. Mekanisme kerja
amitriptyline pada CTTH belum diketahui pasti. Penjelasan yang mungkin
adalah penghambatan reuptake serotonin, potensiasi opioid endogen,
antagonis reseptor NMDA dan blokade saluran ion.
Amitriptyline harus dimulai pada dosis rendah (10 mg sampai 25
mg per hari) dan dititrasi 10-25 mg per minggu sampai efek terapeutik
atau efek samping muncul. Efek klinis yang signifikan dari amtriptlyline
biasanya terlihat pada akhir satu minggu dan terlihat jelas pada 3-4
minggu sejak pengobatan dimulai. Jika pasien tidak menunjukkan
perbaikan dalam 4 minggu pengobatan, pertimbangan serius harus
dilakukan untuk mencari alternatif. Hal tersebut juga penting untuk
menjelaskan kepada pasien bahwa obat ini diberikan untuk nyeri (dan
bukan sebagai antidepresan) untuk meningkatkan kepatuhan. Efek
samping yang umum dari obat ini adalah mulut kering dan mengantuk.
Efek samping yang serius seperti aritmia jantung, timbulnya glaukoma dan
retensi urin dapat terjadi pada mereka yang memiliki faktor predisposisi
khususnya lansia. Biasanya, amitriptyline dilanjutkan selama 6 bulan
diikuti dengan penghentian obat. Setelah penghentian, beberapa pasien
tetap bebas nyeri kepala sementara yang lain mulai mengalami nyeri
kepala lagi. Pasien-pasien ini biasanya membutuhkan pengobatan jangka
panjang.
b Antidepresan Lain
Antidepresan lain seperti SSRI dan tetracyclic diketahui tidak
begitu bermanfaat. Meskipun studi telah menemukan efek pada
pencegahan CTTH oleh obat-obatan seperti citalopram, sertaline,
mianserine, fluvoxamine, paroxetine, velnaflaxine dan antagonis D2
sulpirid, tidak ada data yang kuat untuk merekomendasikan obat tersebut.
Obat baru yaitu mirtazapine, noradrenergik dan antidepresan serotonergik
12
Pelemas Otot
Peran pelemas otot dalam pencegahan CTTH masih diperdebatkan.
Terapi Non-Farmakologi
Manajemen non-farmakologis meliputi terapi fisik dan psikologis.
Idealnya kedua hal tersebut harus dicoba pada semua pasien sebagai terapi
tambahan. Mungkin lebih menarik untuk pasien yang enggan untuk
menggunakan obat-obatan.
(i) Terapi fisik: Ini adalah yang paling umum digunakan untuk
pengobatan non-farmakologis TTH. Komponennya termasuk perbaikan
postur, relaksasi, program latihan, paket panas dan dingin, ultrasound, dan
stimulasi listrik. Sebuah studi menggabungkan berbagai teknik, seperti
pijat, relaksasi, dan home-based exercises diketahui memiliki sedikit efek.
Penambahan pelatihan craniocervical untuk fisioterapi klasik mungkin
lebih baik daripada fisioterapi saja.
(ii) Terapi psikologis: Terapi ini termasuk latihan relaksasi,
biofeedback EMG dan terapi kognitif-perilaku (CBT). Selama pelatihan
13
mempelajari
14
berlangsung
beberapa
jam atau
beberapa
hari,
hingga
15
16
satu aspek dari aura membaik sementara yang lain memburuk. Aura visual
biasanya menyebabkan kemudahan dalam mendiagnosis. Aura yang
mempengaruhi sensasi, gerakan, kognisi, fungsi vestibular, atau kesadaran
menyebabkan sulitnya untuk membedakan dari tromboemboli, atau dari
epilepsi (terutama kejang oksipital). Aura biasanya mendahului nyeri
kepala migrain, meskipun dapat terjadi setiap saat dalam kaitannya dengan
nyeri.
Aura tidak selalu kontralateral terhadap rasa sakit. Aura migrain
tanpa nyeri kepala biasa terjadi, terutama di usia pertengahan: episode MA
tanpa nyeri kepala sering memicu rujukan karena takut merupakan
serangan iskemik transient (TIA). Tromboemboli mungkin disertai sakit
kepala (terutama dengan diseksi vertebral atau carotid, di mana rasa sakit
biasanya mendahului gangguan), tetapi dibedakan dari MA melalui
gangguan yang muncul tiba-tiba, tidak bertambah parah dan terbatas pada
wilayah vaskular tunggal. MA jauh lebih umum daripada TIA pada semua
usia: sekitar usia 40 tahun, MA terjadi 2500 kali lebih sering daripada TIA.
G Riwayat
Menetapkan durasi, frekuensi dan periode bebas nyeri dengan
catatan harian sangat membantu. Tanyakan kepada pasien secara hati-hati
tentang gejala lainnya: banyak yang menyangkal mual. Sensitivitas cahaya
dan kebisingan tidak dapat dijelaskan oleh seorang pasien yang lebih
memilih pergi situasi gelap dan tenang. Tanyakan apa yang pasien lakukan
selama serangan. Jika mereka dapat melakukan aktivitas seperti biasa
maka tidak mungkin migrain.
H Pemeriksaan
Tujuan utama dari pemeriksaan adalah untuk mempertimbangkan
penyakit struktural otak. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk
menyaring penyakit komorbid seperti hipertensi dan depresi, dan untuk
meyakinkan pasien, keluarga mereka, dan dokter rujukan. Pemeriksaan
neurologis menyeluruh tidak mungkin dilakukan dengan waktu yang
17
tersedia dalam perawatan primer atau sekunder rutin, juga tidak sering
diperlukan. Tabel 2 berisi daftar pemeriksaan penyaring. Edema papil dan
ataksia mungkin dua hal yang paling penting pada tanda-tanda fisik.
Magnetic
Pengobatan
Istirahat merupakan pengobatan penting untuk hampir semua
serangan migrain; tidur, jika mungkin, dapat menghilangkan migraine.
Beberapa orang dengan serangan yang relatif ringan atau jarang dapat
memilih beristirahat sementara hingga serangan migrain menghilang
dengan sendirinya, daripada meminum obat. Hal ini penting untuk
membedakan antara terapi akut, dan pencegahan menggunakan gaya hidup
18
Triptan
Triptan hanya sedikit lebih efektif dibandingkan analgesia
sederhana dengan antiemetik. Triptan harus digunakan hanya untuk
mengobati migren dengan tingkat keparahan nyeri yang sedang; mereka
tidak seharusnya digunakan selama prodromal, atau selama aura dalam
mengantisipasi nyeri kepala. Rizatriptan paling efektif, meskipun
almotriptan memiliki keseimbangan yang baik antara tolerabilitas dan
efikasi. Sumatriptan (Imigran) adalah obat yang pertama berada di pasar
obat di Inggris dan digunakan oleh kebanyakan dokter. Sumatriptan adalah
satu-satunya triptan suntik, menawarkan pengobatan yang paling cepat,
efektif, namun mahal; semprotan hidung relatif jarang digunakan.
Naratriptan (Naramig) kurang efektif, tetapi ditoleransi dengan baik.
Zolmitriptan (Zomig) memiliki potensi terendah. Preparat yang terdispersi
dimulut (Maxalt melt dan Zomig rapimelt) tidak memiliki bukti lebih
unggul dibandingkan tablet; mereka tidak diserap melalui mukosa buccal.
19
Ergots
Alkaloid
ergot
mungkin
masih
sesekali
digunakan
pada
K Pengobatan
Step care berarti memulai pengobatan dengan analgesik sederhana,
biasanya dengan antiemetik, meningkat dalam satu atau lebih langkah
menuju triptan. Dengan stratified care, migrain dengan dampak yang
rendah diobati dengan analgesia sederhana dan antiemetik, tapi migrain
dengan dampak yang tinggi diobati pertama kali dengan triptan. Stratified
care memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan step care, namun biaya
pengobatan lebih mahal. Analgesia / antiemetik digunakan pada awal
serangan migrain, mungkin sebelum nyeri kepala misalnya, selama aura
atau prodromal, sementara triptan diketahui tidak efektif jika diminum
selama aura atau prodromal.
L Pencegahan Migrain
1
20
Perubahan waktu tidur di akhir pekan dan shift kerja yang tidak teratur
perlu dihindari.
2
Terapi Alternatif
Terapi ini sering dilakukan oleh pasien meskipun belum ada bukti
yang kuat. Dosis besar vitamin B2, dan magnesium, mungkin efektif.
Akupunktur mungkin hanya memiliki efek analgesik akut.
Terapi Profilaksis
Terapi
obat
setiap
hari
untuk
mencegah
migrain
harus
21
lain
untuk
nyeri
kepala
klaster
(CH)
adalah
22
C Epidemiologi
Prevalensi CH dapat diperkirakan sekitar 0,5 - 1,0 / 1000. Ada
dominasi laki-laki yang jelas pada penderita CH, namun diperkirakan
menurun, mungkin karena meningkatnya pengakuan penyakit pada wanita.
CH adalah kondisi yang mempengaruhi dewasa muda, serangan pertama
biasanya terjadi pada dekade ketiga. Hal ini mungkin under-diagnosed dan
tidak dikenali; sebagian besar diagnosis terlambat. CH pada anak-anak
jarang terjadi, tapi beberapa kasus telah dilaporkan, pasien termuda berusia
tiga tahun. Gejala sering menurun setelah usia 70 tahun. Merokok berat
telah sering didokumentasikan pada pasien CH.
D Deskripsi Klinis: Bagaimana Mengenali Nyeri Kepala Klaster
1
Deskripsi Nyeri
Nyeri pada CH digambarkan sebagian besar di wilayah cabang
trigeminal pertama, di satu sisi kepala saja dan hampir selalu sisi yang
sama (jarang serangan dapat beralih lokasi). Nyeri dapat berpusat pada
mata tetapi juga mungkin periorbital dan temporal, kadang-kadang meluas
ke rahang atas, telinga atau bahkan wilayah servikal-oksipital. Beberapa
pasien menggambarkan rasa sakit yang meluas hingga ke gigi, sehingga
mereka dapat terlebih dahulu berkonsultasi ke dokter gigi. Karena
keparahannya, CH adalah salah satu kondisi yang paling menyakitkan
23
dengan
berbagai
serangan
per
harinya,
mungkin
ada
Gejala Disautonomik
Tanda-tanda
hiperaktivitas
parasimpatis
termasuk
ipsilateral
lakrimasi, kemerahan pada mata dan hidung tersumbat. Sisi wajah yang
terkena mungkin merah dan berkeringat. Hipoaktivitas saraf simpatis
ditunjukkan oleh kombinasi ptosis ipsilateral dan miosis (mata murung
dan pupil lebih kecil pada sisi yang terkena) selama serangan. Kombinasi
24
Perilaku Iktal
Aktivitas fisik tampaknya meringankan sebagian rasa sakit pada
CH. Selama serangan, penderita cenderung gelisah. Mereka mungkin
sempoyongan dari satu sisi ke sisi lain, memukul kepala mereka, memukul
benda-benda dengan meninjunya, atau bahkan memukul kepala mereka ke
dinding. Perilaku tersebut begitu khas pada CH yang diterima sebagai
kriteria di ICHD-II. Memang, mungkin untuk mendiagnosis CH tanpa
tanda-tanda disautonomik jika kriteria perilaku muncul. Sikap gelisah ini
dapat membantu untuk membedakan CH dari migrain, di mana pasien
tenang dan menghindari setiap gerakan. Pasien CH sadar secara kognitif,
tapi mungkin juga mudah tersinggung dan agresif. Tidak ada kelemahan
mental atau kelelahan, seperti yang terlihat pada pasien migrain.
Siklus
Serangan bisa terjadi pada waktu siklus tidur, dengan keteraturan
yang dilaporkan oleh pasien. Siklus ini tidak diamati pada semua pasien
CH dan tidak termasuk dalam kriteria ICHD-II, meskipun sebagian ahli
merasa sangat sugestif pada diagnosis CH saat siklus tersebut ada.
25
muntah, fotofobia dan fonofobia dapat diamati pada sekitar 50% pasien,
dan tidak harus menyingkirkan diagnosis CH jika kriteria lain terpenuhi.
Perpindahan dari sisi yang terkena dapat diamati ketika serangan atau
antara dua serangan pada 15% pasien.
E Faktor Pencetus
Alkohol dikenal sebagai satu-satunya pencetus CH. Nitrogliserin
diketahui memicu serangan untuk tujuan diagnostik (oleh karena itu, nitrat
harus dihindari). Bau yang menyengat (terutama pelarut dan asap rokok)
dan tidur siang dapat memicu serangan CH. Di antara periode, pasien
mungkin merokok dan minum alkohol tanpa memicu serangan.
F Keterlambatan Diagnosis
Ada keterlambatan yang signifikan dalam mendiagnosis CH
(dilaporkan rata-rata keterlambatan adalah tiga tahun. Sampai dengan 30%
pasien yang sebelumnya telah mengalami banyak investigasi dan
konsultasi dengan dokter gigi, ahli bedah, dokter mata, bahkan ahli saraf,
tanpa diagnosa. Sampai dengan 16% mungkin telah mengalami operasi
gigi, sinus atau mata. Periodisitas serangan membuat diagnosis sulit dan
kadang-kadang menunjukkan suatu infeksi. Beberapa pasien tidak mencari
pertolongan medis sama sekali ketika serangan berakhir dengan
sendirinya.
G Etiologi: Peran Hipotalamus, Tetapi Banyak Ketidakpastian
Penyebab pasti dari CH saat ini tidak diketahui. Hipotesis pertama
pada CH, terinspirasi oleh efek zat vasoaktif pada CH (dilator
menyebabkan serangan, konstriktor mengakhiri serangan) didasarkan pada
teori neurovaskular. Sebuah disfungsi awal atau peradangan pada
pembuluh darah di daerah sinus parasellar atau sinus cavernosus akan
mengaktifkan jalur nyeri trigeminal orbital. Memang, aktivasi sistem
vaskular trigeminal hadir, tetapi apakah itu penyebab atau konsekuensi
dari CH tidak jelas. Hal tersebut tidak spesifik untuk CH, karena itu juga
26
sebagai
generator
timbulnya
CH.
Studi
Voxel-based
27
Diagnosis Banding
Migrain
Satu-satunya cara untuk membedakan CH dari migrain adalah
riwayat klinis. Migrain dan CH keduanya memiliki ciri umum yang sama,
tetapi mereka juga berbeda pada beberapa hal. Migrain jauh lebih sering
daripada CH (15% dari populasi umum dibandingkan 0,05% -0,1%),
mempengaruhi terutama perempuan, dan mulai pada masa awal
kehidupan, sering pada masa remaja atau sekitar usia menarche. Serangan
migrain terjadi secara berkala setiap bulan, tanpa periode remisi yang
lama, meskipun pada beberapa pasien pencetus musiman dapat
28
29
tiba-tiba berupa nyeri berat dan unilateral. TN lebih sering pada wanita
berusia lima puluhan atau lebih tua. Serangan berpusat pada daerah rahang
atas dan / atau mandibula, serangan lebih sering, singkat, seperti kesetrum
dan dipicu dengan menyentuh zona tertentu dari wajah atau rongga bukal.
Makan, tertawa, berbicara, mencukur atau menyikat gigi mungkin semua
memicu timbulnya serangan. Pasien mungkin kehilangan berat badan
karena mereka menghindari makan. Sebagian besar nyeri berlangsung
sampai
pengobatan
dimulai.
TN
sangat
berespon
baik
dengan
CH Sekunder
Ciri yang mengarah ke CH sekunder adalah: nyeri yang persisten
atau memburuk, tanda-tanda pemeriksaan neurologis yang abnormal, dan
periode pertama setelah usia 50 tahun. Penyebab yang mendasari kadang-
30
pemeriksaan
MRI
otak.
Beberapa
ahli
bahkan
31
Terapi Profilaksis
Tujuan pengobatan profilaksis adalah untuk mengurangi frekuensi
serangan. Penggunaan profilaksis secara terus-menerus pada CH episodik
tidak dianjurkan, karena tidak ada bukti bahwa dapat mencegah serangan
berikutnya. Oleh karena itu, dosis secara bertahap semakin menurun
setelah dua atau tiga bulan.
32
kadang-kadang
dikombinasikan
dengan
bius
lokal.
Jarum
33
Karena efek samping tersebut, lithium dipilih pada kasus tertentu saja.
Pengobatan singkat prednisone dengan tappering-off (mulai 1 mg / kg)
dapat digunakan untuk mengobati serangan refrakter terhadap verapamil
(namun, kekambuhan sering terjadi dengan penurunan dosis). Efek
samping jangka panjang terapi kortikosteroid membatasi penggunaan
prednison pada CH kronis. Methysergide bekerja pada reseptor serotonin.
Dosis berkisar dari 6 sampai 12 mg per hari. Beberapa pasien merespon
sangat baik pada obat ini tetapi keterbatasan utama adalah bahwa triptans
dan ergots tidak dapat digunakan secara bersamaan karena risiko sindrom
serotoninergik. Efek samping utama adalah mual, kadang-kadang hingga
parah. Methysergide dapat dipertimbangkan jika hanya oksigen yang
digunakan sebagai pengobatan akut. Komplikasi utama adalah fibrosis
retroperitoneal, paru atau jantung setelah penggunaan jangka panjang.
Penghentian pengobatan selama 1 bulan setelah 6 bulan pengobatan, maka
methysergide dapat dimulai lagi. Asam valproat, pizotifen, gabapentin,
baclofen, dan melatonin telah menunjukkan beberapa efek pada profilaksis
CH dan dapat digunakan pada pasien tertentu sebagai terapi lini kedua.
3
Pendekatan Bedah
Pendekatan bedah seperti seksi trigeminal, termokoagulasi dari
ganglion gasserian, gliserol rhizotomy dan radiosurgery saraf trigeminal
telah menunjukkan hasil yang bervariasi dan komplikasi ireversibel seperti
dolorosa anestesi. Stimulasi hipotalamus otak (hDBS) telah menunjukkan
manfaat meyakinkan pada beberapa pasien refraktori, tetapi dapat benarbenar tidak efisien, dan memiliki komplikasi potensial yang serius.
Mekanismenya belum dapat dipahami dengan baik dan tidak ada studi
terkontrol yang tersedia. Stimulasi saraf oksipital mayor kurang invasif
dibandingkan dengan DBS tetapi mahal dan efek jangka panjang belum
diketahui. Pendekatan non-farmakologis seperti massotherapy, fisioterapi
dan akupuntur belum diteliti lebih lanjut pada penderita CH.
34
L Prognosa
CH memiliki prognosis yang sangat tidak terduga. Beberapa pasien
hanya memiliki satu periode serangan, sementara pada penderita yang
lainnya penyakit berevolusi dari bentuk episodik ke bentuk kronis. Tidak
ada faktor yang dikenal yang menyebabkan CH episodik menjadi kronis.
Remisi total penyakit telah dijelaskan seiring dengan bertambahnya usia,
serangan berkurang dan CH aktif jarang terlihat setelah usia 75 tahun.
35
BAB III
KESIMPULAN
1
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada seluruh daerah
kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Nyeri kepala primer meliputi migrain, nyeri kepala tipe tegang, dan nyeri
kepala klaster.
Nyeri kepala migrain dan nyeri kepala tipe tegang paling sering dijumpai
dalam populasi, dan nyeri kepala klaster jarang dijumpai, namun bila
dijumpai, nyeri kepala klaster bermanifestasi sebagai nyeri kepala yang
berat.
Dengan membedakan jenis nyeri kepala primer secara tepat, maka dapat
diberikan terapi yang tepat pula.
36