Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PENERAPANNYA

Mochamad Doni Akviansah


150731605656
Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Doniakviansyah@gmail.com

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi dan penerapan model
pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran merupakan kesatuan dari penerapan suata pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Sudah banyak model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran
yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan konteks dunia nyata yang yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) atau
dengan kata lain konsep belajar yang dapat menghubungkan antara pengetahuan yang
dimiliki peserta didik dengan penerapan di dalam kehidupan nyata mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat, yaitu model pembelajaran kontekstual (Trianto,
2008).
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Pembelajaran Kontekstual, Strategi Pembelajaran
Kontekstual, Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan tidak akan ada habisnya. Mulai dari sistem pendidikan,
fasilitas pendidikan, proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik atau guru, hingga model
pembelajaran. Saat ini permasalahan terbesar yang dihadapi peserta didik adalah lemahnya
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru disekolah karena kebanyakan guru
menggunakan sistem pembelajaran konvensional yang hanya menekan pada transfer of
knowledge yang berimplikasi pada pembelajaran di kelas dan buku pelajaran, dengan
demikian sistem hapalan berorientasi dalam pendekatan ini. Sehingga siswa yang belajar
hanya mengenal teori dan jauh dari realitas yang di ajarkan dan mereka juga belum bisa
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan
digunakan.
Berdasarkan pengalaman di atas maka berbagai macam model pembelajaran di terapkan
oleh para ahli guna membuat siswa secara langsung mengenal dunia yang mereka pelajari.
Dengan demikian lahirlah apa yang kita kenal saat ini dengan pembelajaran kontekstual yang
berakar pada pendekatan konstruktivisme.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Model pembelajaran ini bertujuan untuk membuat siswa lebih interaktif dalam
pembelajaran, karena mereka bukan lagi sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai siswa
yang aktif dalam memahami dunianya lewat proses belajar. Dalam hal ini pungsi guru bukan
lagi sebagai pusat informasi yang di butuhkan oleh siswa melainkan sebagai fasilitator,
instruktor. Dengan demikian jelaslah tujuan dari pembelajaran ini selain membuat siswa lebih
1

mengenali dunia nyata sekaligus mereka menjadi subjek dalam proses belajar mengajar yang
aktif. Untuk penjelasan lebih dalam mengenai pembelajaran CTL(contekstual Teaching and
Learning) akan di bahas pada bab selanjutnya.
A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual disebut kontekstual karena konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Sebenarnya konsep
pembelajaran kontekstual bukan konsep baru, karena konsep ini diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1916 oleh John Dewey yang mengetengahkan kurikulum dan metodologi
pengajaran sangat erat hubungannya dengan minat dan pengalaman siswa. Dengan adanya
pembelajaran kontekstual, maka peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang
dinamis dan fleksibel serta peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya terhadap pengetahuan yang diterima (Trianto, 2008). Dalam pembelajaran
kontekstual diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan peserta didik dengan
harapan mereka mampu mengkonstruksi pengetahuan yang diterima bukan dengan menghafal
karena pengetahuan bukan sebuah konsep yang siap diterima melainkan sesuatu yang harus
dikonstruksi mengingat bahwa pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan
jaman. Selain diperlukan pendekatan, pembelajaran kontekstual mempunyai strategi yang
khas.
Strategi pembelajaran kontekstual adalah strategi pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dari pada hasil untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, sehingga mendorong
siswa dapat menemukan hubungan materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata dan
siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan (Hamruni, 2012). Pembelajaran kontekstual
berfokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan memberikan rentang yang luas
tentang peluang-peluang belajar bagi mereka yang menggunakan kemampuan- kemampuan
akademik mereka untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks
(Depdiknas, 2002: 15).
B. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kontekstual
Menurut Trianto (2008), dengan menerapkan pembelajaran kontekstual tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala
sesuatu di alam semesta, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip kesaling-bergantungan
2

Dalam pembelajaran kontekstual prinsip kesaling-bergantungan mengajak para


pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan
masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa
untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan
untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan
masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masingmasing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2. Prinsip diferensiasi
Prinsip ini merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk
menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam

pembelajaran

kontekstual prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat


pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan
langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, bergairah
dalam belajar, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3. Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari
oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh
potensinya. Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri,
menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis
informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan
interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus
menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan
dan keterbatasan kemampuan.
C. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual
dikelas.

Ketujuh

komponen itu

adalah

konstruktivisme

(constructivism), bertanya

(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan


(modeling)

refleksi

(reflection),

dan

penilaian

sebenarnya

(authentic assessment)

(Sagala, 2003) yakni sebagai berikut.


1. Kontruktivisme (Constructivisme)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan pembelajaran
kontekstual yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif,
produktif, dan kritis berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Berfikir kritis adalah: (1) proses yang jelas dan terorganisir yang
3

yang digunakan dalam kegiatan mental seperti penyelesaian masalah, pengambilan


keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah, (2)
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis, sedangkan pemikiran kreatif
adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman
baru(Elaine B. Johnson, 2002: 100-101).Untuk itu salah satu tugas guru adalah
bagaimana menyelenggarakan pembelajaran efektif. Pembelajaran efektif artinya
sesuai kemampuan siswa dan siswa dapat mengkontruksi secara maksimal
pengetahuan baru yang dikembangkan dalam pembelajaran (Krismanto, 2001: 2).
Lebih lanjut dikemukakan, bahwa berdasarkan apa yang diyakini paham
kontruktivisme yaitu bahwa pengetahuan (knowledge) tentang sesuatu merupakan
kontruksi (bentukan) oleh subyek yang (akan, sedang dalam proses) memahami
sesuatu, dan dikutip secara langsung oleh Krismanto, yaitu bahwa: Teaching and
having are not synonymouns, we can teach, and teach well, without having the
students learn. Dikemukakan bahwa dalam satu sisi hal tersebut menggambarkan
bahwa yang diperoleh siswa adalah sebanyak yang secara individual (dapat) mereka
kontruksikan. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap
dipraktekkan, melainkan harus dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna
melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide
yang ada pada dirinya.
2. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran kontekstual dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus
mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Dalam pembelajaran yang
produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
b.
c.
d.
e.
f.

pelajaran,
Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar,
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu,
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri,
Menggali pemahaman siswa.

3. Menemukan (Inquiry)
4

Komponen ini merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual.


Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh
siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak
dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya. Dalam model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah
sistematis, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Merumuskan masalah,
Mengajukan hipotesis,
Mengumpulkan data,
Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan,
Membuat kesimpulan.

4. Masyarakat belajar (learning community)


Komponen ini mendorong hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan
orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, antarkelompok,
dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam diskusi kelompok dengan anggota
heterogen dan jumlah yang bervariasi sangat mendukung komponen pembelajaran
kelompok.
5. Pemodelan (modelling)
Komponen

pendekatan

pembelajaran

kontekstual

ini

menyarankan

bahwa

pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa
ditiru siswa. Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang
lain(siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya.
Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan
sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara
pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita
atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau
contohnya.
6. Refleksi (reflection)
Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan perenungan kembali atas pengetahuan
5

yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah, dan
merespons semua kejadian terjadi dalam pembelajaran, siswa akan menyadari bahwa
pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting
ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan
baru.
7. Penilaian autentik (authentic assessment)
Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman
siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses
belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati,
menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses
pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
model pembelajaran kontekstual. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual
a. Real word learning, mengutamaan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi,
berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan bermakna
dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, adanya perubahan prilaku,
pengetahuan diberi makna, dan kegiatannya bukan mengajar tapi belajar,
b. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan,
c. Kesempatan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan
harapan mereka, mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi
terbaru, serta menjadi anggota masyarakat demokrasi yang cakap,
d. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok,
e. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan
siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda
sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena
tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama,
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM,
6

c. Dalam proses pembelajaran kontekstual akan nampak jelas antara siswa yang
memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang,
yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya,
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran kontekstual ini akan
terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri
jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini
tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan,
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri

dan

mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model


pembelajaran kontekstual ini,
f. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak
merata,
g. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam pembelajaran
kontekstual ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena
lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi,
mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
Dalam hal ini guru di tuntut harus lebih intensif dalam membimbing.
E. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Proses Belajar Mengajar
Metode

pembelajaran

kontekstual

memiliki

tujuh

komponen

utama

yaitu

konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (questioning), masyarakat


belajar (Learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode
pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut didalam kegiatan
pembelajarannya, yakni konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (Learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran kontekstual
dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya (Anurrahman, 2009). Dalam penerapannya pembelajaran
kontekstual tidak memerlukan biaya besar dan media khusus. Pembelajaran kontekstual
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar
seperti tukang las, bengkel, tukang reparasi elektronik, barang-barang bekas, koran, majalah,
perabot-perabot rumah tangga, pasar, toko, TV, radio, internet, dan sebagainya. Guru dan
buku bukan merupakan sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang
7

sebagai orang yang serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai
pertanyaan iswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern. Secara
garis besar langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam kelas sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

barunya,
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk menemukan topik,
Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya,
Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok),
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran,
Lakukan refleksi di akhir pertemuan,
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Oleh karena itu, disarankan pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok
dan Pencapaian Hasil Belajar,
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya,
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu,
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa,
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.

Penutup
Konsep dasar strategi pembelajaran kontekstual adalah strategi pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses dari pada hasil untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, sehingga

mendorong siswa dapat menemukan hubungan materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata dan siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan (Hamruni, 2012).
Menurut Trianto (2008), dengan menerapkan pembelajaran kontekstual tanpa disadari
pendidik telah mengikut prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu
di alam semesta, yakni prinsip kesaling-bergantungan, prinsip diferensiasi, prinsip pengaturan
diri.
komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual dikelas adalah
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan

(modeling)

refleksi

(reflection),

dan

penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Sagala, 2003).


Model pembelajarn kontekstual ini bukanlah model yang sudah sempurna. Model
pembelajaran ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pembelajarann ini
mennuntut guru lebih intensif dalam mengajar dan juga menuntut siswa untuk aktif, berpikir
kritis. Jika guru dan siswa tidak menjalankan dengan benar model pembelajaran ini, tentu
akan menjadi kekurangan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Anurrahman, 2009). Dalam penerapannya
pembelajaran kontekstual tidak memerlukan biaya besar dan media khusus. Sebuah
pembelajaran dikatakan telah menerapkan model pembelajaran kontekstual jika telah
menerapkan komponen yang mendasari oembelajaran kontekstual, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan

(modeling)

refleksi

(reflection),

dan

penilaian

sebenarnya

(authentic assessment). Setelah membaca artikel ini, diharapkan guru dapat menggunnakan
model pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif

strategi pembelajarann

disekolah. Guru juga perlu membiaskan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya
agar pemahaman siswa lebih nyata dan dapat menghubungkn dengan kejadian di kehidupan
nyata.

Daftar Pustaka
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Di
Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.
9

Depdiknas. 2002. Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat pertama.
Sagala, H. Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Elaine, Johnson. 2002. Contextual Teaching Learning: Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Jakarta: Kaifa.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta:Insan Madani.
Krismanto, Al. 2001. Pembelajaran Matematika Yang Efektif. Makalah yang
disampaikan dalam seminar pendidikan

matematika Guru SLTP Kabupaten

Gresik di PPPG Matematika Yogyakarta, tanggal 12 Maret 2001(Yogyakarta: PPPG


Matematika).
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Taniredja Tukiran, Faridli Miftah E, Harmianto Sri. 2011. Model-Model Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta

10

Anda mungkin juga menyukai