Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Pembelajaran

sains

pada

anak

sangat

penting

seperti

bidang

pengembangan lainnya dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan


sumber daya manusia yang diharapkan. Pentingnya mengenalkan pembelajaran
sains pada anak tidak lepas dari kesadaran bahwa manusia hidup di dunia yang
terus berkembang, menuju masa depan yang penuh dengan tantangan baik itu
teknologi yang semakin canggih maupun berbagai gejala alam seperti gunung
meletus, banjir dan tsunami.
Jika pembelajaran sains dianggap penting bagi kehidupan manusia, maka
sudah sepantasnya pembelajaran dan stimulasinya diberikan sedini mungkin, yaitu
ketika seorang anak berada pada rentang usia dini berarti mereka sedang berada
dalam masa keemasan (Golden Age), pada usia ini terjadi transformasi yang luar
biasa pada otak dan fisiknya sehingga usia ini sangat penting bagi perkembangan
intelektual, spiritual, emosional, dan sosial anak sesuai dengan karakteritiknya
masing-masing, dan masa keemasan ini tidak akan terulang sehingga kalau sudah
terlewati tidak akan terulang lagi juga masa dimana anak mulai peka atau sensitif
untuk menerima berbagai rangsangan.
Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis,
anak telah merespon stimulus yang diberikan oleh lingkungannya. Pada usia
tersebut potensi anak sedang berada pada puncak pertumbuhan dan perkembangan
secara individual tetapi perkembangan setiap anak berbeda satu sama lainnya.
Pada masa keemasan inilah saat yang tepat untuk meletakan pondasi dalam
mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, gerak-motorik, dan sosioemosional anak usia dini.
Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk masa depan perlu
dibekali dengan penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna,dan fungsional,
karena diperkirakan masa depan yang akan dihadapi oleh anak-anak generasi
sekarang jauh lebih rumit, berat dan banyak problematikanya.

2
Pengenalan sains untuk anak prasekolah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Guru atau pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep
sains kepada anak tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Roger (dalam Budiningsih, 2005, hlm. 77) mengisyaratkan
pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak.
Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar,
fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar
secara optimal. Sedangkan menurut Piaget (dalam Nugraha,2008, hlm.78) fase
perkembangan pra operasional anak berada pada masa prasekolah usia 2-7 tahun,
dimana anak mulai berfikir melalui simbol dan benda-benda konkret, bukan
berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak karena pada masa ini anak
belum dapat menggunakan logika, mengacu pada karakteristik anak tersebut maka
peran guru dalam merencanakan pembelajaran dengan pemilihan metode yang
menyenangkan bagi anak dan proses pembelajaran dalam bentuk kongkret
menjadi suatu keharusan dan kegiatan sains juga disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik anak.
Dua hal penting yang terkait dengan sains menurut Brunner (dalam
Nugraha,2008, hlm.75) adalah: a) Sains atau pengetahuan yang diperoleh
manusia melalui proses aktif, dan b) Manusia aktif membangun pengetahuannya
melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya. Arti
penting dalam pengembangan program pembelajaran sains untuk anak usia dini
adalah dalam pemilihan program yang dikemas dengan program-program pilihan
kegiatan dan anak dalam menggali sains yang ada dalam program tersebut.
Brunner (dalam Nugraha, 2008, hlm.76) mengemukakan lima tujuan
pendidikan sebagai tolak ukur arah pengembangan program sains yang dibuat
oleh para guru, yakni: 1) Membawa siswa untuk menemukan nilai dan
kemampuan dalam menduga permasalahan; 2) Mengembangkan kepercayaan diri
siswa akan kemampuannya dalam memecahkan masalah;3) Membantu siswa agar
memilki dorongan diri untuk mempergunakan kemampuannya dalam menghadapi
masalah; 4) Mengembangkan cara berfikir ekonomis; 5) Mengembangkan
kejujuran intelektual.

3
Hakikat setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi atau
kemampuan menjadi seorang ilmuwan.

Anak dilahirkan dengan membawa

potensi rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencari tahu apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan di lingkungan sekitarnya. Menurut Hildebrand (dalam
Moeslichatoen, 2004, hlm. 11) Anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk
mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak
ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Untuk menanggapi
dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri dengan berbagai
cara, misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium,
dirasakan atau diraba, bagaimana terjadinya, darimana segala sesuatu itu berasal
atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang serta bagaimana kalau benda
diubah posisinya.
Anak adalah seorang ilmuwan yang terbentuk secara alamiah, karena
melalui panca inderanya anak mampu mengamati fenomena di sekitarnya dan
pengalaman awal anak merupakan titik tolak dalam pengembangan, pembinaan,
dan pembelajaran, hal ini sangat penting dipahami untuk kesinambungan
pembelajaran anak. Kemunculan sikap saintis penting dilakukan sejak anak usia
dini agar potensi menjadi ilmuwan dapat dikembangkan dan pengalaman awal
sains dapat difasilitasi sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat dasar sains yang
dimiliki oleh anak. Guru di Taman Kanak-Kanak (TK) memiliki peranan yang
sangat penting untuk memfasilitasi munculnya sikap sains dan mendorong anak
agar kemampuan atau potensinya berkembang menjadi ilmuwan muda yang
kreatif dan inovatif.
Anak TK mempunyai motivasi untuk menjelajahi dan meneliti
lingkungannya, dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu anak akan
memperoleh pengalaman hal ini sesuai dengan tujuan program kegiatan belajar di
TK yaitu untuk membantu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta. (Moeslihatoen, 2004, hlm.3). Anak
mempunyai keinginan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan serta
keterampilan terhadap sesuatu sesuai dengan perkembangan dan karakteristik
anak. Kegiatan mencoba ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak
melainkan juga memberi pengalaman yang lebih baik tentang sifat-sifat yang

4
dimiliki suatu benda. Oleh karena itu bila anak TK diberi kesempatan untuk
bereksperimen, mencoba, menguji, dengan berbagai sumber belajar mereka akan
memperoleh pengetahuannya sendiri dan munculkan sikap sains tanpa mereka
sadari karena mereka sudah belajar sains.
Berdasarkan hasil penelitian Carson (dalam Nugraha, 2008, hlm.13)
mengatakan bahwa, Perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan berbagai
objek sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah
segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang diketemukan dan dianggap
menarik serta memberi pengetahuan atau rangsangan untuk mengetahui dan
menyelidikinya.
Pengasuhan dan pendidikan adalah faktor yang turut mendukung
tercapainya prestasi yang optimal, stimulasi yang kurang atau justru berlebih
mempunyai dampak yang sama

yaitu kerja otak menjadi kurang aktif, oleh

karena itulah peran keluarga, sekolah dan lingkungan turut menjadi penentu
keberhasilan pada anak dalam pembelajaran dan untuk masa depannya. Seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 yang

menyatakan bahwa,

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak, sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan pendidikan lebih lanjut.
Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan
dengan apa yang telah diketahui

anak dan relevan dengan mereka.

Mempertimbangkan karakteristik anak yang sejak dalam kandungan telah siap


untuk belajar dan terlahir sebagai peneliti alamiah yang memiliki dorongan kuat
untuk mengadakan eksplorasi dan investigasi, maka implikasi bagi orang dewasa
khususnya guru, haruslah bertindak sebagai fasilitator bagi setiap anak dalam
menunjang minat dan keingintahuan mereka. Memberikan kesempatan, tantangan
serta melibatkan anak dalam beragam kegiatan untuk memperoleh pengalaman
langsung yang seluas-luasnya merupakan inti proses sains, dan tidak kalah
penting pula bagi kemunculan sikap saintis anak usia dini di tingkat TK, bila
dilakukan

secara

terintegrasi

melalui

bermain

karena

bermain

selain

5
menghilangkan stres pada anak juga merupakan cara anak belajar tentang
kehidupan.
Pembelajaran untuk anak usia dini di Indonesia telah dimasukkan sebagai
bagian dari aspek pengembangan yang harus diberikan dalam proses
pengembangan bakat dan kemampuan, anak usia dini membutuhkan bimbingan
dan arahan baik dari orang tua maupun dari suatu lembaga pendidikan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dibentuklah suatu Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) yang dikemas dalam suatu tempat belajar dan bermain atau
Taman Kanak-Kanak (TK).
Pembelajaran

di

TK

merupakan

kegiatan

pembentukan

dan

pengembangan karakter atau bakat anak. Pendidikan di TK dilaksanakan dengan


prinsip Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan
perkembangan usianya, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif
dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama
dalam proses belajar mengajar. Dalam standar kompetensi kurikulum anak usia
dini

tercantum

bahwa

tujuan

pendidikan

di

TK

adalah

membantu

mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik,
kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
Beberapa ciri yang menggambarkan sikap saintis yang sesuai dengan
karakteristik anak usia dini adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin
mendapatkan sesuatu yang baru, tidak mudah putus asa, berpikir kritis, jujur,
kreatif, objektif, keterbukaan untuk dikritik dan di uji. Semakin banyak indikator
prilaku sains yang melekat pada anak maka semakin dekat mendapat gelar saintis
dan sebaliknya semakin sedikit indikator sains melekat pada anak semakin jauh
dikategorikan sebagai ilmuwan.
Menurut Nugraha (2008, hlm.11) menjelaskan bahwa kesamaan indikatorindikator saintis dengan karakteristik anak, adalah : Pertama setiap anak secara
genotip memang sejak lahir dianugrahi oleh Tuhan alat-alat untuk mengisi
kehidupannya dalam keadaan yang cukup lengkap

sesuai dengan fitrahnya

sebagai makhluk yang paling sempurna. Atas hal tersebut sikap-sikap saintis yang
ada pada diri anak lebih harus dipandang sebagai potensi menjadi saintis, bukan

6
sains atau saintis itu sendiri. Kedua hal tersebut harus dipandang sebagai suatu
titik (entry points) dan pengalaman awal anak yang dapat dijadikan titik tolak
dalam pengembangan, pembinaan dan pembelajaran sains pada anak secara
khusus maupun umum.
Berbagai upaya untuk membangun kemampuan saintis sudah dilakukan di
TK dengan proses pembelajaran yang akan memunculkan sikap saintis pada anak
usia dini. Agar anak sukses menjadi pengembang sains maka sebagai guru harus
dapat memfasilitasi secara tepat dan efektif dalam hal ini bisa dengan menentukan
metode sains yang tepat pada anak, sehingga akan mendatangkan manfaat bagi
dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Metode-metode pembelajaran di gunakan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan sains anak. Metode merupakan cara
yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sebagai
alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan di pergunakan dalam program
kegiatan anak di TK guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor
yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti: karakteristik tujuan kegiatan
dan karakteristik anak yang diajar.
Peran guru dalam hal ini adalah memberikan kesempatan pada anak untuk
mempelajari alam sekitarnya. Menurut Wilarjo (dalam Nugraha, 2008, hlm.135)
menyatakan Untuk menjadi guru sains yang terpenting adalah menjadi ilmuwan
terlebih dahulu, ilmuwan dapat mempelajari cara untuk membelajarkan sains,
sehingga dapat menjadi pengajar sains. Sedangkan Rohandi (dalam Nugraha,
2008) menganjurkan kepada para guru dalam melaksanakan pembentukan sikap
sains sehingga dalam menempatkan aktifitas nyata anak dengan berbagai objek
yang dipelajari merupakan hal utama untuk dapat dikembangkan. Berbagai
kesempatan anak harus bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau
sedang dipelajari. Kegiatan sains melalui bermain dapat juga menstimulus dan
membentuk karakter, sikap, kepribadian, dan semua aspek perkembangan anak
usia dini, Yuliani (2011) menguraikan pengaruh bermain sains pada berbagai
aspek perkembangan yaitu perkembangan sosial, perkembangan emosional,
perkembangan kognitif, dan perkembangan kreativitas.

7
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilaksanakan
oleh Anita Rosalina (2009) yang meneliti tentang Analisis Perkembangan Produk,
Proses, dan Sikap Sains Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini hasil penelitian
mengungkapkan melalui bermain dapat mengembangkan produk, proses dan
sikap sains pada anak usia dini.
Pembelajaran untuk anak usia dini di Indonesia telah dimasukkan sebagai
bagian dari aspek pengembangan yang harus diberikan dalam rangka
meningkatkan hasil belajar sains, salah satunya adalah materi pengenalan sains
pada Kurikulum 2004 untuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan Roudlotul Athfal
(RA) (Yulianti, 2010, hlm.17). Dipilihnya TK Centeh yang berlokasi di jalan
Pacar no.5 Kecamatan Batununggal Kota Bandung sebagai lokasi penelitian
karena TK Negeri Centeh dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model area, kelompok dan proyek, semuanya berkaitan dengan sains.TK Negeri
Centeh menggunakan

delapan area seperti: area memasak, air, baca tulis,

matematika, balok, agama, media audio PAUD, area sains, dan di area sainslah
yang paling menarik minat anak karena di area sains anak memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan
belajar secara menyenangkan. Sarana dan prasarana di TK Negeri Centeh ini
sangat menunjang pada proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan minat,
perhatian dan daya serap anak pada materi pembelajaran sudah cukup baik dan
berdampak positif bagi kemunculan sikap sains pada anak usia dini sehingga
peneliti dapat melihat sejauh mana kemunculan sikap sains pada anak-anak di
kelompok B TK Negeri Centeh.
Oleh karena itu dalam hal ini peneliti bermaksud ingin melakukan
penelitian

terkait dengan kemunculan sikap sains pada anak usia dini di

kelompok B TK Negeri Centeh Kota Bandung.


B. Rumusan Masalah
Kemunculan sikap saintis pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak
(TK) merupakan hasil dari pengembangan pembelajaran sains yang diberikan oleh
guru di sekolah. Hal ini mengingatkan kita betapa pentingnya seorang anak usia
dini harus mempunyai sikap saintis meskipun dengan cara mereka yang masih
sederhana dan membentuk nilai-nilai sains pada diri mereka untuk bekal masa

8
depannya. Berdasarkan uraian dan fokus penelitian di atas serta fakta-fakta yang
diketemukan di lapangan maka untuk mempermudah penelitian ini penulis
membuat rumusan masalah dalam bentuk-bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1.

Pembelajaran yang terjadi di kelompok B TK Negeri Centeh kota Bandung


dalam membangun sikap saintis pada anak usia dini adalah :
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran di kelompok B TK Negeri Centeh
Kota Bandung dalam membangun sikap saintis pada anak usia dini?
b. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran di kelompok B TK
Negeri Centeh Kota Bandung dalam membangun sikap saintis pada anak
usia dini?
c. Model pembelajaran apa yang digunakan dalam pembelajaran di kelompok
B TK Negeri Centeh Kota Bandung dalam membangun sikap saintis pada
anak usia dini?
d. Media apa yang digunakan dalam pembelajaran di kelompok B TK Negeri
Centeh Kota Bandung dalam membangun sikap saintis pada anak usia
dini?
e. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelompok B TK Negeri Centeh
Kota Bandung dalam membangun sikap saintis pada anak usia dini?

2.

Sikap saintis seperti apa yang sudah muncul pada anak kelompok B di TK
Negeri Centeh Kota Bandung?

3.

Faktor- faktor internal dan eksternal

apakah yang mempengaruhi sikap

saintis pada anak di kelompok B TK Negeri Centeh kota Bandung?


C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diuraikan, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang membangun sikap saintis
2.

pada anak usia dini kelompok B di TK Negeri Centeh Kota Bandung.


Untuk mengetahui sikap saintis yang sudah muncul pada anak di kelompok B

3.

TK Negeri Centeh Kota Bandung.


Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
sikap saintis pada anak di kelompok B TK Negeri Centeh Kota Bandung.

9
D.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru

Taman Kanak-Kanak, bagi sekolah/TK, bagi peneliti sendiri, dan bagi peneliti
selanjutnya, serta umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian
ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan sebagai berikut:
1.

Bagi guru hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta kreativitas terutama dalam pemahaman karakteristik anak
usia dini.

2.

Bagi sekolah/Tk dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah dan dapat


meningkatkan profesional dan kinerja sekolah ke arah yang lebih baik, juga
dijadikan masukan baik materi maupun bahan pembelajaran sehingga mampu
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran dan memberikan wawasan dalam
pemilihan kegiatan yang menyenangkan serta program pembelajaran pada
bidang pengembangan lainnya di TK.

3.

Bagi peneliti mendapatkan pengalaman langsung, menambah wawasan,


pengetahuan, dan memberikan gambaran serta masukan tentang sikap sains
pada anak usia dini yang muncul setelah pembelajaran dan memberikan
kontribusi bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terhadap
kemampuan lain yang dimiliki oleh anak usia dini pada bidang
pengembangan yang lainnya di TK.

4.

Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan
bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti di bidang yang sama pada aspek
yang berbeda di masa yang akan datang dan memberikan gambaran, wacana,
informasi, dan acuan, serta menambah wawasan dalam melaksanakan
penelitian lebih lanjut .

E.

Sistematika Penulisan

10
Secara garis besar tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:
1.

Bab I

Pendahuluan; Pada bab I pendahuluan ini membahas gambaran

umum untuk memberikan wawasan tentang arah penelitian yang dilakukan.


Dengan membaca pendahuluan ini, pembaca dapat mengetahui belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur
organisasi tesis.
2.

Bab II Landasan Teori; Pada bab II ini diuraikan tentang konsep-konsep,


teori-teori, model-model , metode-metode, dan media pembelajaran, serta
faktor-faktor yang semuanya berhubungan dengan kemunculan sikap sains
pada anak usia dini. Serta penulis menjelaskan penelitian terdahulu yang
relevan dengan bidang yang diteliti.

3.

Bab III Metode Penelitian; Pada bab III ini penulis mengarahkan pembaca
untuk mengetahui dan merancang alur penelitian yang menggunakan metode
studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang berisikan : desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

4.

Bab IV Temuan dan Pembahasan; Pada bab IV ini peneliti menyampaikan


hasil analisis data dan mengevaluasi temuan utama yang dihasilkan dari
analisis data tersebut. Dan penelitian ini menggunakan metode deskriptif
untuk menggambarkan kemunculan sikap sains pada anak usia dini.

5.

Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi; pada bab V ini berisi


kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian sebagai jawaban
dari rumusan masalah dan berisi saran-saran yang sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai