Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Pembelajaran
sains
pada
anak
sangat
penting
seperti
bidang
2
Pengenalan sains untuk anak prasekolah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Guru atau pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep
sains kepada anak tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental
Learning dari Carl Roger (dalam Budiningsih, 2005, hlm. 77) mengisyaratkan
pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak.
Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar,
fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar
secara optimal. Sedangkan menurut Piaget (dalam Nugraha,2008, hlm.78) fase
perkembangan pra operasional anak berada pada masa prasekolah usia 2-7 tahun,
dimana anak mulai berfikir melalui simbol dan benda-benda konkret, bukan
berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep abstrak karena pada masa ini anak
belum dapat menggunakan logika, mengacu pada karakteristik anak tersebut maka
peran guru dalam merencanakan pembelajaran dengan pemilihan metode yang
menyenangkan bagi anak dan proses pembelajaran dalam bentuk kongkret
menjadi suatu keharusan dan kegiatan sains juga disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan karakteristik anak.
Dua hal penting yang terkait dengan sains menurut Brunner (dalam
Nugraha,2008, hlm.75) adalah: a) Sains atau pengetahuan yang diperoleh
manusia melalui proses aktif, dan b) Manusia aktif membangun pengetahuannya
melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya. Arti
penting dalam pengembangan program pembelajaran sains untuk anak usia dini
adalah dalam pemilihan program yang dikemas dengan program-program pilihan
kegiatan dan anak dalam menggali sains yang ada dalam program tersebut.
Brunner (dalam Nugraha, 2008, hlm.76) mengemukakan lima tujuan
pendidikan sebagai tolak ukur arah pengembangan program sains yang dibuat
oleh para guru, yakni: 1) Membawa siswa untuk menemukan nilai dan
kemampuan dalam menduga permasalahan; 2) Mengembangkan kepercayaan diri
siswa akan kemampuannya dalam memecahkan masalah;3) Membantu siswa agar
memilki dorongan diri untuk mempergunakan kemampuannya dalam menghadapi
masalah; 4) Mengembangkan cara berfikir ekonomis; 5) Mengembangkan
kejujuran intelektual.
3
Hakikat setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi atau
kemampuan menjadi seorang ilmuwan.
potensi rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencari tahu apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan di lingkungan sekitarnya. Menurut Hildebrand (dalam
Moeslichatoen, 2004, hlm. 11) Anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk
mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak
ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Untuk menanggapi
dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri dengan berbagai
cara, misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium,
dirasakan atau diraba, bagaimana terjadinya, darimana segala sesuatu itu berasal
atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang serta bagaimana kalau benda
diubah posisinya.
Anak adalah seorang ilmuwan yang terbentuk secara alamiah, karena
melalui panca inderanya anak mampu mengamati fenomena di sekitarnya dan
pengalaman awal anak merupakan titik tolak dalam pengembangan, pembinaan,
dan pembelajaran, hal ini sangat penting dipahami untuk kesinambungan
pembelajaran anak. Kemunculan sikap saintis penting dilakukan sejak anak usia
dini agar potensi menjadi ilmuwan dapat dikembangkan dan pengalaman awal
sains dapat difasilitasi sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat dasar sains yang
dimiliki oleh anak. Guru di Taman Kanak-Kanak (TK) memiliki peranan yang
sangat penting untuk memfasilitasi munculnya sikap sains dan mendorong anak
agar kemampuan atau potensinya berkembang menjadi ilmuwan muda yang
kreatif dan inovatif.
Anak TK mempunyai motivasi untuk menjelajahi dan meneliti
lingkungannya, dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu anak akan
memperoleh pengalaman hal ini sesuai dengan tujuan program kegiatan belajar di
TK yaitu untuk membantu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta. (Moeslihatoen, 2004, hlm.3). Anak
mempunyai keinginan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan serta
keterampilan terhadap sesuatu sesuai dengan perkembangan dan karakteristik
anak. Kegiatan mencoba ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak
melainkan juga memberi pengalaman yang lebih baik tentang sifat-sifat yang
4
dimiliki suatu benda. Oleh karena itu bila anak TK diberi kesempatan untuk
bereksperimen, mencoba, menguji, dengan berbagai sumber belajar mereka akan
memperoleh pengetahuannya sendiri dan munculkan sikap sains tanpa mereka
sadari karena mereka sudah belajar sains.
Berdasarkan hasil penelitian Carson (dalam Nugraha, 2008, hlm.13)
mengatakan bahwa, Perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan berbagai
objek sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa sains bagi anak-anak adalah
segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang diketemukan dan dianggap
menarik serta memberi pengetahuan atau rangsangan untuk mengetahui dan
menyelidikinya.
Pengasuhan dan pendidikan adalah faktor yang turut mendukung
tercapainya prestasi yang optimal, stimulasi yang kurang atau justru berlebih
mempunyai dampak yang sama
karena itulah peran keluarga, sekolah dan lingkungan turut menjadi penentu
keberhasilan pada anak dalam pembelajaran dan untuk masa depannya. Seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 yang
menyatakan bahwa,
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak, sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dan pendidikan lebih lanjut.
Hal ini menjadi penting bahwa pembelajaran hendaknya dihubungkan
dengan apa yang telah diketahui
secara
terintegrasi
melalui
bermain
karena
bermain
selain
5
menghilangkan stres pada anak juga merupakan cara anak belajar tentang
kehidupan.
Pembelajaran untuk anak usia dini di Indonesia telah dimasukkan sebagai
bagian dari aspek pengembangan yang harus diberikan dalam proses
pengembangan bakat dan kemampuan, anak usia dini membutuhkan bimbingan
dan arahan baik dari orang tua maupun dari suatu lembaga pendidikan. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut maka dibentuklah suatu Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) yang dikemas dalam suatu tempat belajar dan bermain atau
Taman Kanak-Kanak (TK).
Pembelajaran
di
TK
merupakan
kegiatan
pembentukan
dan
tercantum
bahwa
tujuan
pendidikan
di
TK
adalah
membantu
mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik,
kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
Beberapa ciri yang menggambarkan sikap saintis yang sesuai dengan
karakteristik anak usia dini adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ingin
mendapatkan sesuatu yang baru, tidak mudah putus asa, berpikir kritis, jujur,
kreatif, objektif, keterbukaan untuk dikritik dan di uji. Semakin banyak indikator
prilaku sains yang melekat pada anak maka semakin dekat mendapat gelar saintis
dan sebaliknya semakin sedikit indikator sains melekat pada anak semakin jauh
dikategorikan sebagai ilmuwan.
Menurut Nugraha (2008, hlm.11) menjelaskan bahwa kesamaan indikatorindikator saintis dengan karakteristik anak, adalah : Pertama setiap anak secara
genotip memang sejak lahir dianugrahi oleh Tuhan alat-alat untuk mengisi
kehidupannya dalam keadaan yang cukup lengkap
sebagai makhluk yang paling sempurna. Atas hal tersebut sikap-sikap saintis yang
ada pada diri anak lebih harus dipandang sebagai potensi menjadi saintis, bukan
6
sains atau saintis itu sendiri. Kedua hal tersebut harus dipandang sebagai suatu
titik (entry points) dan pengalaman awal anak yang dapat dijadikan titik tolak
dalam pengembangan, pembinaan dan pembelajaran sains pada anak secara
khusus maupun umum.
Berbagai upaya untuk membangun kemampuan saintis sudah dilakukan di
TK dengan proses pembelajaran yang akan memunculkan sikap saintis pada anak
usia dini. Agar anak sukses menjadi pengembang sains maka sebagai guru harus
dapat memfasilitasi secara tepat dan efektif dalam hal ini bisa dengan menentukan
metode sains yang tepat pada anak, sehingga akan mendatangkan manfaat bagi
dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Metode-metode pembelajaran di gunakan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan sains anak. Metode merupakan cara
yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sebagai
alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan di pergunakan dalam program
kegiatan anak di TK guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor
yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti: karakteristik tujuan kegiatan
dan karakteristik anak yang diajar.
Peran guru dalam hal ini adalah memberikan kesempatan pada anak untuk
mempelajari alam sekitarnya. Menurut Wilarjo (dalam Nugraha, 2008, hlm.135)
menyatakan Untuk menjadi guru sains yang terpenting adalah menjadi ilmuwan
terlebih dahulu, ilmuwan dapat mempelajari cara untuk membelajarkan sains,
sehingga dapat menjadi pengajar sains. Sedangkan Rohandi (dalam Nugraha,
2008) menganjurkan kepada para guru dalam melaksanakan pembentukan sikap
sains sehingga dalam menempatkan aktifitas nyata anak dengan berbagai objek
yang dipelajari merupakan hal utama untuk dapat dikembangkan. Berbagai
kesempatan anak harus bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau
sedang dipelajari. Kegiatan sains melalui bermain dapat juga menstimulus dan
membentuk karakter, sikap, kepribadian, dan semua aspek perkembangan anak
usia dini, Yuliani (2011) menguraikan pengaruh bermain sains pada berbagai
aspek perkembangan yaitu perkembangan sosial, perkembangan emosional,
perkembangan kognitif, dan perkembangan kreativitas.
7
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilaksanakan
oleh Anita Rosalina (2009) yang meneliti tentang Analisis Perkembangan Produk,
Proses, dan Sikap Sains Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini hasil penelitian
mengungkapkan melalui bermain dapat mengembangkan produk, proses dan
sikap sains pada anak usia dini.
Pembelajaran untuk anak usia dini di Indonesia telah dimasukkan sebagai
bagian dari aspek pengembangan yang harus diberikan dalam rangka
meningkatkan hasil belajar sains, salah satunya adalah materi pengenalan sains
pada Kurikulum 2004 untuk Taman Kanak-Kanak (TK) dan Roudlotul Athfal
(RA) (Yulianti, 2010, hlm.17). Dipilihnya TK Centeh yang berlokasi di jalan
Pacar no.5 Kecamatan Batununggal Kota Bandung sebagai lokasi penelitian
karena TK Negeri Centeh dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model area, kelompok dan proyek, semuanya berkaitan dengan sains.TK Negeri
Centeh menggunakan
matematika, balok, agama, media audio PAUD, area sains, dan di area sainslah
yang paling menarik minat anak karena di area sains anak memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan
belajar secara menyenangkan. Sarana dan prasarana di TK Negeri Centeh ini
sangat menunjang pada proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan minat,
perhatian dan daya serap anak pada materi pembelajaran sudah cukup baik dan
berdampak positif bagi kemunculan sikap sains pada anak usia dini sehingga
peneliti dapat melihat sejauh mana kemunculan sikap sains pada anak-anak di
kelompok B TK Negeri Centeh.
Oleh karena itu dalam hal ini peneliti bermaksud ingin melakukan
penelitian
8
depannya. Berdasarkan uraian dan fokus penelitian di atas serta fakta-fakta yang
diketemukan di lapangan maka untuk mempermudah penelitian ini penulis
membuat rumusan masalah dalam bentuk-bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1.
2.
Sikap saintis seperti apa yang sudah muncul pada anak kelompok B di TK
Negeri Centeh Kota Bandung?
3.
3.
9
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru
Taman Kanak-Kanak, bagi sekolah/TK, bagi peneliti sendiri, dan bagi peneliti
selanjutnya, serta umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian
ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Bagi guru hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta kreativitas terutama dalam pemahaman karakteristik anak
usia dini.
2.
3.
4.
Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan
bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti di bidang yang sama pada aspek
yang berbeda di masa yang akan datang dan memberikan gambaran, wacana,
informasi, dan acuan, serta menambah wawasan dalam melaksanakan
penelitian lebih lanjut .
E.
Sistematika Penulisan
10
Secara garis besar tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub
bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,
berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:
1.
Bab I
3.
Bab III Metode Penelitian; Pada bab III ini penulis mengarahkan pembaca
untuk mengetahui dan merancang alur penelitian yang menggunakan metode
studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang berisikan : desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
4.
5.