Anda tentu masih ingat, pada kegiatan sebelumnya Anda telah mempelajari berbagai mineral
perairan laut dan manfaatnya, sekarang pembahasan kita lanjutkan tentang organisme laut dan
pemanfaatannya. Banyak organisme yang terdapat di laut, namun pada kegiatan ini kita batasi
untuk mengupas organisme laut jenis Plankton, Nekton dan Bentos.
a. Plankton
Plankton terdiri dari dua jenis yaitu fitoplankton (golongan tumbuh-tumbuhan) dan
zooplankton (golongan hewan).
1. Fitoplankton, adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang
di air dan merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan
laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis. Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut
Merah, Alga biru banyak terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, Navicula dan lain-lain.
Bulu Babi
Bulu Babi
Klasifikasi Ilmiah :
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Upakerajaan: Eumetazoa
Superfilum: Deuterostomia
Filum: Echinodermata
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut
yang mencakup bintang laut, tripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan
di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari
7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau enam kelas
(enam bila Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup sekarang mencakup
Asteroidea (bintang laut): sekitar 1.500 spesies yang menangkap mangsa untuk makanan
mereka sendiri
Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air mereka yang unik dan terdiri
dari hanya dua spesies yang baru-baru ini digabungkan ke dalam Asteroidea.
Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan predator yang menunggu mangsa.
Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri mereka yang mampu
digerakkan; sekitar 1.000 spesies.
Holothuroidea (teripang atau ketimun laut): hewan panjang menyerupai siput; sekitar
1.000 spesies.
Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara fisik merupakan ekinodermata
terbesar; sekitar 1.500 spesies.
Bentuk hewan yang sudah punah dapat diketahui dari fosil termasuk Blastoidea, Edrioasteriodea,
Cystoidea, dan beberapa hewan Kambriumf awal seperti Helicoplacus, Carpoidea, Homalozoa,
dan Eocrinoidea seperti Gogia.
Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar
atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki
simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif,
Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya
tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut
misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata.
Banyak di antara anggotanya yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem
litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut
Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat
Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru ([[Mytilus edulis]])sehingga
spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi
secara berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di
perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan
bahwa A. planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang,
sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi
tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain.
Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya yang
hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut akan
menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Kelak,
organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali
Klasifikasi
Echinodermata, seperti Chordata, adalah deuterostoma.
Domain Eukaryota
o Filum Echinodermata
Kelas Homostelea
Kelas Homoiostelea
Subfilum Crinozoa
Kelas Blastoidea
Kelas Crinoidea
Subfilum Asterozoa
Kelas Ophiuroidea
Kelas Asteroidea
Subfium Echinozoa
Kelas Helicoplacoidea
Kelas Edriosteroidea
Kelas Ophiocistioidea
Kelas Holothuroidea
Di dalam terumbu karang, karang adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang
menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari
ekosistem tersebut. Baik buruknya kondisi suatu ekossistem terumbu karang dilihat dari
komunitas karangnya. Kehadiran karang di terumbu akan diikuti oleh kahadiran ratusan biota
lainnya (ikan, invertebrata, algae), sebaliknya hilangnya karang akan diikuti oleh perginya
ratusan biota penghuni terumbu karang. Disamping menghasilkan sedimen kapur pembentuk
terumbu, karang juga meningkatkan kompleksitas dan produktivitas ekosistem. Karang
kadangkala disebut juga sebagai karang batu (karang yang keras seperti batu) atau karang
terumbu (karang yang menghasilkan kapur pembentuk terumbu). Hal ini untuk membedakannya
dengan karang lunak. Jika istilah karang digunakan secara sendiri maka itu mengacu pada karang
batu atau karang terumbu, bukan karang lunak. Karang mendapatkan makanan sebagian besar
(>70%)dari algae zooxanthellae yang terdapat di dalam tubuhnya sedangkan sisanya ia dapat
memakan plankton atau bahkan sedimen.
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama,
disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada
didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak
ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah
lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai
Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan
merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negaranegara Asia Tenggara lainnya.
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara
ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam
terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah
pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota
perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan
tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai,
keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Biologi Karang
Pada ekosistem terumbu karang, karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan yang
menyediakan banyak habitat bagi ribuan penghuni ekosistem terumbu karang yang lainnya,
misalnya ikan, algae, dan invertebrata. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang
disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai
bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh
Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang
menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993). Berdasarkan kepada kemampuan
memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan
karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang
yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah Tropis.
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar
luas diseluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya
Simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae
Uniselular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di
jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Hasil samping dari
aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri
ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang. Karang hermatipik
mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah
pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan
pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar
perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang
hangat berkisar antara 25-32C (Nybakken, 1982). Menurut Veron (1995) terumbu karang
merupakan endapan massif (deposit) padat Kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang
dengan sedikit tambahan dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme -organisme lain
yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCo3). Dalam proses pembentukan terumbu karang
maka karang batu (Scleractina ) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang
pembangun terumbu (reef -building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa
yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Kelas Anthozoa
tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang
keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Hewan karang sebagai
pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur
dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik). Menurut Sumich (1992) dan Burke et al. (2002)
sebagian besar spesies karang melakukan simbiosis dengan alga simbiotik yaitu zooxanthellae
yang hidup di dalam jaringannya. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan
senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang
menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan
hidup zooxanthellae. Selanjutnya Sumich (1992) menjelaskan bahwa adanya proses fotosintesa
oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon
dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut: Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O +
CO2 Fotosintesa oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk terumbu
menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat
daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan
zooxanthellae. Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu
karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan
memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu
lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah
menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal
mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata
suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3C di atas suhu normal.
Indo-Pasifik
Regional Indo-Pasifik terbentang mulai dari Indonesia sampai ke Polinesia dan Australia lalu ke
bagian barat ialah Samudera Pasifik sampai Afrika Timur. Regional ini merupakan bentangan
terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land
masses) terdapat tiga klasifikasi terumbu karang atau yang sampai sekarang masih secara luas
dipergunakan.
Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik
(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang
lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu
cadas atau batuan vulkanik.
Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3)
khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di
dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan
Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis
Plankton dan jenis-jenis nekton
dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk
melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara
vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
Ikan Atherinomorus sp. bergerombol (schooling) tak jauh dari daerah lamun yang
didominasi oleh Cymadocea di Pantai Tanjung Tinggi Belitung Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Des 2008)
Terumbu Karang yang tertutup mikroalga dan makroalga di Pantai Tanjung Tinggi Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Des 2008)
Terumbu karang di Tanjung sebelah barat Pantai Tanjung Tinggi, Belitung (Des 2008)
Pengukuran persen tutupan karang hidup dengan menggunakan line transek di kawasan Karang
Kering Pantai Rebo Sungailiat Kabupaten Bangka (Des 2008)
Karang jenis Acropora formosa (brown) di kawasan Karang Kering Pantai Rebo Sungailiat
Kabupaten Bangka (Des 2008)
Karang jenis Montipora aequituberculata di kawasan Karang Kering Pantai Rebo Sungaliat
Kabupaten Bangka (Des 2008)
Amphiprion melanopus dan Ocellaris magnifica di kawasan terumbu karang Pantai Rebo
Sungailiat Kabupaten Bangka (Des 2008)
Karang jenis acropora tumbulate (meja) yang banyak ditemukan di daerah tubir Pantai Penusuk
Bangka (Des 2008)
Kerusakan karang di daerah rataan terumbu karang di Pantai Penyusuk, Bangka (Des 2008)
Karang A formosa yang telah dipasang tanda nomor, selanjutnya akan dihitung kembali pada
tahun berikutnya. Pengukuran tinggi karang di Batu Putih, Sungailiat, Bangka (Okt 2008)
Ikan badut (Amphiprion sp.) di anemone Ocellaris sp. di terumbu karang Pantai Teluk Limau
Sungailiat, Bangka
Terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass bed), bulu babi (diaderma sp.), dan makro
alga di pulau Ketawai, Bangka, yang kurang baik
Terumbu karang sebelah barat Karang Kering Sungailiat Bangka, tampak ikan ekor kuning,
Tridacna (Kerang raksasa) dan Diadema (Bulu babi)
Terumbu karang sebelah timur Karang Kering, Sungailiat, Bangka, didominasi oleh jenis karang
branching
Diposkan oleh Blog di 07.00 1 komentar
Label: Terumbu Karang
Abalon
Abalon memiliki ciri-ciri permukaan kulit sebelah dalam yang berwarna-warni yang terbuat dari
nakre. Daging moluska ini dianggap sebagai salah satu makanan istimewa di sebagian Amerika
Latin (khususnya Chili), Asia Tenggara, dan Asia Timur (khususnya di Republik Rakyat Cina,
Jepang, dan Korea).
Spesies
Haliotis australis
Haliotis ancile
Haliotis aquatilis
Haliotis asinina
Haliotis barbouri
Haliotis brazieri
Haliotis clathrata
Haliotis coccoradiata
Bintang Laut
Bintang Laut
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan: Animalia
Filum: Echinodermata
Kelas: Asteroidea
Ordo :
Brisingida (100 species)
Forcipulatida (300 species)
Paxillosida (255 species)
Notomyotida (75 species)
Spinulosida (120 species)
Valvatida (695 species)
Velatida (200 species)
Bintang laut, walaupun dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan sebutan starfish, hewan ini
sangat jauh hubungannya dengan ikan. Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang
termasuk dalam filum Echinodermata, dan kelas Asteroidea. Bintang laut merupakan hewan
simetri radial dan umumnya memiliki lima atau lebih lengan. Bintang laut tidak memiliki rangka
yang mampu membantu pergerakan. Rangka mereka berfungsi sebagai perlindungan. Mereka
bergerak dengan menggunakan sistem vaskular air. Mereka bergantung kepada kaki tabung yang
terletak di bagian ventral lengan bintang ular, yang berfungsi untuk pergerakan dan membantu
makan.
Diposkan oleh Blog di 01.21 1 komentar
Label: Bintang Laut
Kehidupan yang ada di bumi ini seperti lingkaran dan itu disebut siklus seperti penyerapan
Karbon itu terjadi sangat rumit dan tidak hanya berlangsung di permukaan tanah bumi dan udara
serta tumbuhan tetapi juga berlangsung dibawah laut.
Proses fotosintesa mungkin dilakukan oleh tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil.
Terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang melakukan simbiosis
mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ganggang hijau, tumbuhan inilah yang sesungguhnya
melakukan proses fotosintesa, sekalipun di dalam air.
Proses fotosintesa memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya
menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. CO2 yang menjadi bahan utama proses fotosintesa
juga terjadi di dalam laut. pada malam hari, saat terumbu karang tidak melakukan asimilasi,
tumbuhan ini justru menghasilkan CO2. Karbon yang dihasilkan saat malam hari inilah yang
menjadi bahan utama terjadinya proses fotosintesa.
Peneliti Bidang Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kurnaen Sumadiharga
di Jakarta mengatakan, penyerapan karbon melalui media terumbu karang ini menjadi salah satu
bahasan utama dalam Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC) dan
Coral Triangle Initiative (CTI) di Manado.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Deputi Bidang Peningkatan Konservasi
Sumber Daya Alam Kementerian Negara Lingkungan Hidup Wahyu Indraningsih menuturkan,
keberadaan terumbu karang di Indonesia harus benar-benar dijaga, keberadaan terumbu karang
ini harus dipelihara dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan
iklim di Indonesia juga di belahan bumi lain.
Diposkan oleh Blog di 08.00 1 komentar
Label: Terumbu Karang
Penyu
Penyu hijau
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Sauropsida
Ordo: Testudinata
Upaordo: Cryptodira
Superfamili: Chelonioidea
Genera :
Familia Cheloniidae (Oppel, 1811) :
Caretta
Chelonia
Eretmochelys
Lepidochelys
Natator
Familia Dermochelyidae :
Dermochelys
Familia Protostegidae (hanya fosil)
Familia Toxochelyidae (hanya fosil)
Familia Thalassemyidae (hanya fosil)
Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para
ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 208 juta tahun yang lalu) atau seusia
dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan
Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya
ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali
hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk
mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya
bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000
kilometer dapat ditempuh 58 73 hari.
Masa Bertelur Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 8 tahun sekali.
Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke
daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan
sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang
digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan
berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut.
Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada yang ditemukan di sekitar kepulauan
Hawaii. Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan
oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai
ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh
manusia dan pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan
besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.
Di tempat-tempat yang populer sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun
stasiun penetasan untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di
Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di:
Jenis Penyu
Penyu belimbing adalah jenis penyu terbesar bisa mencapai panjang 2,75 meter
Di dunia saat ini hanya ada tujuh jenis penyu yang masih bertahan, yaitu
Dari ketujuh jenis ini, hanya penyu Kemps ridley yang tidak pernah tercatat ditemukan di
perairan Indonesia.
Dari jenis-jenis tersebut, penyu belimbing adalah yang terbesar dengan ukuran panjang badan
mencapai 2,75 meter dan bobot 600 900 kilogram. Penyu lekang adalah yang terkecil, dengan
bobot sekitar 50 kilogram. Namun demikin, jenis yang paling sering ditemukan adalah penyu
hijau.
Penyu, terutama penyu hijau, adalah hewan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa
beberapa hewan kecil.
Isu konservasi