Anda di halaman 1dari 10

PERILAKU INDIVIDU

SEBAGAI TUGAS KELOMPOK PERILAKU ORGANISASI

OLEH
MUTHIAH SHALIHAH

145020200111019

DIKI DEWANDONO

145020200111011

DUNGA DWI BARITA

145020200111021

GOGOT PUTRA PAMUNGKAS

145020200111070

RIDHO AKBAR

145020201111001

FERNINDA NOVITASARI

145020201111016

GHINA INDAH KAMILA

145020207111 069

RIZQIAH TOATUBUN

145020207111029

JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN AJARAN
2015/2016

A. SIKAP DAN KEPUASAN KERJA


1. Sikap
Sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif yang menyenangkan
ataupun tidak menyenangkan terhadap suatu objek, orang atau peristiwa.
Ada tiga komponen dalam pembentukan sikap, yaitu: komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen perilaku
Komponen kognitif merupakan deskripsi atas sebuah sesuatu. Deskripsi
tersebut akan direfleksikan melalui perasaan atau emosional. Perefleksian
pada perasaan tergolong pada komponen afektif. Hasil akhir dari komponen
afektif adalah komponen tindakan atau implementasi secara nyata dari sikap
melalui sebuah tindakan. Contoh dari pernyataan ini adalah saya tidak
senang dengan matematika karena guru saya galak dan saya enggan masuk
kelas. Guru yang galak merupakan komponen kognitif, deskripsi tersebut
diteruskan ke perasaan sehingga mengakibatkan saya tidak menyenangi
matematika (komponen afektif).
2. Hubungan Sikap dan Prilaku
Sikap dan perilaku memiliki korelasi yang kuat karena sikap terbentuk dari
beberapa komponen yang diantaranya adalah aspek perilaku. Namun tidak
selamanya perilaku dan sikap memiliki hubungan yang positif terkadang
sikap dan perilaku memiliki hubungan yang negatif atau berbanding
terbalik. Kondisi tersebut

biasa disebut sebagai disonansi kognitif.

Disonansi kognitif diakibatkan oleh ketidaknyamanan.


Disonansi kognitif dapat dikurangi melalui tiga faktor diantaranya:

Pentingna elemen-elemen yang menciptakannya.


Pengaruh kepercayaan yang dimiliki.
Imbalan dari disonansi
Riset saat ini menunjukan bahwa sikap memprediksi perilaku masa depan

diperkuat dengan adanya variable moderasi. Variable moderasi adalah


pentingnya

sikap

tersebut,

korespondensinya

dengan

perilaku,

aksesbilitasnya, keberadaan tekanan sosial, dan sikap pengalaman langsung


dari sikap tersebut.
Sikap yang berpengaruh pada lingkungan kerja diantanya:

a. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan positif tentang sesuatu
pekerjaan yang dihasilkan dari suatu evaluasi dari karakteristikkarakteristiknya.
b. Keterlibatan kerja
Keterlibatan kerja merupakan alat yang mengukur orang-orang
mengidentifikasi secara psikologi.
c. Komitmen organisasi
Pekerja mengidentifikasi sebuah organisasi, tujuan dan harapannya tetap
menjadi anggota.
d. Dukungan organisasi yang dirasakan
Perceived organizational support

adalah

tingkat

para

pekerja

mempercayai bahwa organisasi menilai kontribusinya dan kepeduliannya


terhadap kesejahteraan mereka.
Terdapat dua pendekatan populer untuk mengukur pendekatan global. Cara
yang pertama dengan menggunakan metode peringkat global tunggal.
Peringkat metode tunggal adalah memberi respon atas satu pertanyaan
dengan memberikan skor dari nomor satu hingga nomor lima pada form
skala sangat tidak puas hingga sangat puas. Metode pengukuran tenaga kerja
yang kedua adalah dengan menggunakan penjumlahan dari elemen-elemen
kunci sebuah pekerjaan. Kedua metode ini sama-sama memiliki kelebihan
dan kekurangan. Elemen kunci dari sebuah pekerjaan atau aspek-aspek yang
mempengaruhi kepuasan kerja diantaranya:

Pekerjaan itu sendiri


Gaji
Promosi
Pengawasan
Rekan kerja
Lingkungan keseluruhan

3. Dampak Kepuasan Pekerja terhadap Tempat Kerja


Empat respon kerangka kerja sebagai berikut:
a. Keluar

Respon

keluar

mengarah

perilaku

untuk

meninggalkan

organisasi,termasuk mencari sebuah posisi yang baru. Individu yang


bersifat aktif namun destruktif.
b. Suara
Respon bersuara mengarah perilaku

untuk berpendapat tentang

ketidakpuasan. Individu yang bersifat aktif namun konstruktif.


c. Kesetiaan
Respon setia mengarah perilaku untuk tetap tinggal, sampai menunggu
suasana membaik. Individu yang bersifat aktif namun destruktif.
d. Pengabaian
Respon acuh tak acuh mengarah pada perilaku tidak peduli dengan
lingkungan kerja. Individu yang desteuktif dan pasif.
Beberapa hubungan kepuasan kerja yang mempengaruhi aspek-aspek
eksternal
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hubungan kepuasan kerja dengan OCB


Hubungan kepuasan kerja dengan kinerja
Hubungan kepuasan kerja dengan pelanggan,
Kepuasan kerja dengan absensi
Kepuasan kerja dengan turn over
Kepuasan kerja dan penyimpangan tenaga kerja

B. KEPRIBADIAN DAN NILAI


1. Nilai
Nilai (value) keyakinan dasar bahwa sebuah mode tindakan spesifik atau
akhir dari keberadaan lebih diingikan secara pribadi atau sosial
dibandingkan mode tindakan atau akhir keberadaan lawannya atau
kebaikannya. Sedangkan. Sistem nilai adalah hierarki berdasarkan sebuah
peringkat atas nilai-nilai individu dari sisi intensitasnya.
Nilai terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Nilai terminal (terminal value), hasil akhir yang diinginkan dari
keberadaan; sasaran yang ingin dicapai sesorang dalam hidupnya.
Generasi

Memasuki angkatan Kerja

Lonjakan bayi

1965-1985

1983-2000

Perkiraan umur
sekarang
Pertengahan 40-an
samapai pertengahan 60an

Nilai-nilai kerja
dominan
Kesuksesan,
pencapaian, ambisi,
ketidaksukaan pada
otoritas, kesetiaan pada
karier

Akhir 20-an sampai awal


40-an

Keseimbangan
kerja/hidup, orientasi

Millenium

2000 - sekarang

Dibawah 30

tim, tidak menyukai


aturan, setia pada
hubungan
Percaya diri,
kesuksesan finansial,
mengandalkan diri
tetapi berorientasi tim;
kesetiaan pada diri
maupun hubungan

b. Nilai instrumental (instrumental value), mode perilaku yang lebih


disukai, atau alat untuk mencapai nilai terminal seseorang.
2. Nilai-nilai pada generasi
3. Mengaitkan Kepribadian dan Nilai-Nilai Individu di Tempat Kerja
Kecocokan orang pekerjaan
Teori kepribadian-pekerjaan (personality-job fit theory) sebuah teori yang
mengidentifikasikan enam tipe kepribadian dan mengusulkan bahwa
kecocokan antara tipe kepribadian dan lingkungan pekerjaan menentukan

kepuasan dan perputaran.


Kecocokan Orang-Organisasi
Kecocokan orang-organisasi pada dasarnya berpendapat bahwa orangorang tertarik pada dan dipilih oleh organisasi yang sesuai dengan nilainilai mereka, dan mereka meninggalkan organisasi yang tidak cocok
dengan kepribadiaanya. Misalnya, dengan menggunakan terminologi
lima besar, kita dapat mengharapkan bahwa orang-orang yang sangat
ekstrover cocok dengan budaya agresif dan berorientasi tim, bahwa orang
yang sangat ramah cocok dengan iklim organisasi yang mendukung
daripada yang berfokus pada keagresifan. Kecocokan ini memprediksi
kepuasan kerja dan komitmen pada organisasi dan perputaran yang

rendah.
4. Nilai-nilai Internasional
Lima nilai terkait pekerjaan menurut Hofstede dari budaya nasional:

Jarak kekuasaan (power distance)


Menjelaskan tingkat dimana orang-orang dalam suatu negara menerima
bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi menyebar tidak merata.
Individualisme (individualism) versus kolektivisme (collecivism)
Individualisme adalah tingkat dimana seseorang lebih memilih bertindak
secara individu daripada kelompok. Sedangkan kolektiviesme adalah

tingkat dimana orang-orang dalam kelompok diharapkan untuk saling

membantu.
Maskulinitas (mascullinity) versus feminitas
Maskulinitas menurut Hofstede adalah tingkat dimana budaya menyukai
peran-peran maskulin tradisional seperti pencapaian, kekuasaan, dan
kendali, berlawanan dengan pandangan pria dan wanita adalah sama.
Peringkat maskulinitas yang tinggi menunjukkan pria mendominasi
masyarakat. Feminitas tinggi berarti budaya meliat sedikit perbedaan
antara pria dan wanita dan memperlakukan wanita sama dengan pria

dalam segala hal.


Penghindaran ketidakpastian
Dalam budaya dengan skor penghindaran ketidakpastian yang tinggi,
orang-orang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi mengenai
ketidakpastian dan ambiguitas dan menggunakan hukum dann kontrol
untuk mengurangi ketidakpastian. Sedangkan, dalam budaya dengan skor

penghindaran rendah terjadi sebaliknya.


Orientasi jangka panjang versus jangka pendek
Orang-orang dalam budaya dengan orientasi jangka panjang melihat
masa depan dan menghragai kebijaksanaan, persistensi, serta tradisi.
Dalam orientasi jangka pendek, orang-orang menilai di sini dan saat ini,
mereka lebih siap menerima perubahan dan tidak melihat komitmen

sebagai rintangan ntuk berubah.


B. PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDUAL
1. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpetasikan
kesan kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan. Faktor
yang mempengaruhi persepsiantara lain berasal dari pengarti (sikap, motif,
minat, pengalaman, harapan) ; situasi (waktu, keadaan kerja, keadaan sosial);
faktor dari diri target (sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar
belakang, kedekatan, kemiripan).
Membuat penilaian tentang individu lain. Persepsi kita terhadap individu
merupakan pengembangan berbagi penjelasan tentang mengapa mereka
berperilaku dengan cara cara tertentu maka penilaian tentang tindakan
seseorang akan dipengaruhi secara signifikan oleh asumsi yaang kita buat
tentang keadaan internal orang itu.

Teori hubunganmengemukkan bahwa

ketika mengobservasi perilaku seorang individu, kita berupaya

untuk

menetukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal.


Sebagian besar penentuan tersebut tergantung pada 3 faktor yaitu kekhususan,
konsensus, dan konsistensi. Dalam teori bias ini juga terdapat bias atau
kesalahan yang bisa mengubah berbagai hubungan. Bias ini adalah kesalahan
hubungan yang fundamental dan bias pemikiran diri sendiri. Jalan pintas yang
sering digunakan dalam menilai individu lain.Kita sering menggunkan
teknik teknik jalan pintas untuk menilai orang lain walaupun jalan pintas
tersebut menyulitkan kita.
a. Persepsi selektif
Menginterpretasikan

secara

selektif

apa

yang

dilihat

seseorang

berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman dan sikap seseorang.


b. Efek halo
Membuat sebuah gambaran umum tentang seseorang individu berdasarkan
sebuah karakteristik.
c. Efek kontras
Evaluasi tentang karakteristik krakteristik seseorang yang dipengaruhi
oleh perbandingan perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui,
yang mendapat nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik
karakteristik yang sama.
d. Proyeksi
Menghubungkan karakteristik karakteristik diri sendiri dengan individu
lain.
e. Pembentukan stereotip
Menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia
tergabung.
2. Berbagai aplikasi khusus dari jalan pintas organisasi.
a. Wawancara pekerjaan
Untuk memilih karyawan hal yang utama dilakukan dengan melakukan
wawancara pekerjaan. Namun, pewawancara sering kali tidak akurat
dalam membuat interpretasi. Pewawancara 1 dengan yang lain sering tidak
cocok dalam penilaian.
b. Harapan kinerja
Mendeskripsikan kenyataan bahwa perilaku seorang individu ditentukan
oleh harapan individu lain. Situasi dimana seseorang menilai orang kedua
secara tidak akurat dan harapan yang dihasilkan membuat orang kedua

tersebut berperilaku dalam cara cara yang konsisten dengan persepsi


semula.
c. Pembentukan profil etnis
Pembentukan stereotip dimana sekelompok individu dipilih(biasanya
berdasarkan ras atau etnis) untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau
investigasi.
d. Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses
penginterpretasian. Sebuah evaluasi kerja banyak dinilai secara subyektif
karena mudah diimplementasikan.
3. Hubungan antara persepsi dan pembuatan keputusan individual.
Para individu dalam organisasi membuat keputusan, artinya mereka
membuat pilihan pilihan dari dua atau lebih alternatif. Pembuatan keputusan
individual merupan suatu bagian penting dari perilaku organisasi yang hasil
akhir pilihan mereka sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pembuatan
masalah muncul sebagai reaksi atas sebuah masalah. Kesadaran bahwa
terdapat sebuah masalah dan bahwa sebuah keputusan hrus dibuat
merupakan persolan penginterpresaian. Dari seluruh proses keputusan,
sering kali muncul berbagai penyimpangan penginterpretasian yang
berpotensi memengaruhi analisis dan kesimpulan.
4. Pengambilan keputusan dalam organisasi
Ada tiga metode pengambilan keputusan;
a. Pengambilan keputusan rasional
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
ekksternal dan batasan-batasan spesifik. Ada beberapa langkah dalam
mengambil keputusan yang rasional diantaranya:
Mendefinisikan masalah
Mengidentifikasi kriteria keputusan
Mengalokasikan bobot pada kriteria
Mengembangkan alternatif-alternatif
Evaluasi alternatif
Memilih alternatif terbaik
b. Pengambilan keputusan rasional terbatas
Merupakan sebuah proses pengambilan keputusan dengan membangun
model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari
masalah tanpa menangkap seluruh kompleksitasnya.
c. Pengambilan keputusan intuitif

Sebuah prosesanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di


peroleh.
5. Penyimpangan dan Kesalahan Umum yang Sering Terjadi dalam
Pengambilan Keputusan
a. Bias terlalu percaya diri
Terlalu percaya dan meyakini kemampuan diri sendiri maupun orang
lain, seringkali pencapaian di bawah ekspektasi.
b. Bias jangkar
Kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal
menyesuaikan dengan informasi selanjutnya secara memadai.
c. Bias konfirmasi
Kecenderungan mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan
masa lampau dan untuk mengurangi informasiang menentang penilaian
masa lampau,
d. Bias ketersediaan
Kecenderuangan seseorang menilai berdasarkan penilaian pada
informasi yang telah tersedia.
e. Eskalasi komimen
Komimen yang meningka pada sebuah keputusan sebelumna meskipun
adana informasi negaif
f. Kesalahan acak
Kecenderungan individu untuk percaya bahwa dia mampu memprediksi
hasil dari peristiwa acak,
g. Aversi resiko
Kecenderungan unuk memilih hasil yang pasti dari jumlah yang
menengah daripada hasil yang lebih beresiko, bahkan sekalipun hasil
yang lebih beresiko itu memiliki ekspektasi payoff lebih tinggi.
h. Bias retropeksi
Kecenderungan yang salah dengan mempercayai,sesudah hasil dari
suatu peristiwa sebenarnya, bahwa seorang tadinya akan dapa
memprediksi secara akura.
6. Etika dalam Pengambilan Keputusan
Terdapat tiga kriteria keputusan etis diantaranya:
a. Utilitarianisme
Sebuah sistem

yang

kepetusan-keputusannya

dibuat

untuk

memberikan yang terbaik dakam jumlah terbanyak.


b. Whistle-blower
Individu yang melapoarkan praktik-praktik tidak etis yang dilakukan
pemberi pekerjaan kepada pihak luar

c. Etika perilaku
Menganalisa kebiasaan orang berperilaku yang sesungguhnya ketika
dikonfrontasikan dengan dilema etis.

Anda mungkin juga menyukai