Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Pemilihan kepala daerah secara langsung rupanya telah meningkatkan tren korupsi
yang melibatkan kepala daerah. Hal ini turut didukung dengan besarnya kewenangan yang
dimiliki oleh kepala daerah setelah diberlakukannya otonomi daerah yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Presiden dapat
mendelegasikan kewenangan urusan berikut pengelolaan keuangannya kepada kepala
daerah dalam hal ini gubernur/bupati/walikota. Sampai dengan 9 Mei 2014, Kementerian
Dalam Negeri mencatat sudah ada 325 kepala daerah yang terjerat hukum, baik masih
berstatus tersangka atau sudah menjadi narapidana (Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri
Djohermansyah Djohan: 2014).
Imbas dari tersangkutnya kepala daerah dalam kasus korupsi adalah Pegawai
Negeri Sipil (PNS) bawahannya yang juga terlibat. Berdasarkan data yang dimiliki Direktorat
Jenderal Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dari tahun 2005
hingga Agustus 2014 yang dipublikasi di sindonews.com, sebanyak 1.221 orang PNS
terjerat kasus hokum sebagai dampak efek dari kepala daerahnya yang kena kasus korupsi.
Kendal sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah termasuk salah satu
daerah yang kepala daerah berikut jajaran PNS di bawahnya terkena kasus korupsi. Korupsi
ini terkait dengan pencairan dana bantuan sosial yang tidak mengikuti prosedur. Kasus ini
melibatkan Bupati; Kepala Bagian Kesra Sekretariat Daerah; Kasubag Agama, Pendidikan
dan Budaya bagian Kesra; Bendahara Pengeluaran Pembantu Bagian Kesra.