Oleh :
I KOMANG DEDI JULIAWAN
(P07120213010)
(P07120213015)
(P07120213021)
(P07120213026)
(P07120213028)
(P07120213030)
(P07120213033)
(P07120213035)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV
2016
PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada
daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk
ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru bahkan
hingga selaput otak. Akibatnya timbul timbul peradangan pada paru dan
daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat mengenai satu atau kedua paru.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah
tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer (Primary Survey)
1) Airway
Kaji batuk yang dialami oleh pasien; batuk kering berdarah atau batuk
yang mengeluarkan sputum. Selanjutnya dikaji warna sputum yang
dikeluarkan; bewarna hijau atau kental.
2) Breathing
Kaji irama nafas klien; Nafas cepat dan dangkal (50 80) disertai
dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan
penggunaan otot bantu pernafasan
3) Circulation
Nadi biasanya meningkat sekitar 10x/menit untuk setiap kenaikan satu
derajat celcius atau mengalami Bradikardia apabila disebabkan oleh
infeksi virus, infeksi Mycoplasma, atau infeksi dengan spesies
Legionella.
Dikaji pula warna kemerahan pada pipi, warna mata yang menjadi
lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik.
Serta kaji apakah pasien mengeluarkan keringat yang banyak karena
pada umumnya pasien pneumonia banyak mengeluarkan keringat.
4) Dissability
Kaji GCS pasien.
b. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
1) Pemeriksaan head to toe
2) Pemeriksaan TTV
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit sebelumnya
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Riwayat sosial ekonomi
c. Pemeriksaan Fisik
menyebar
atau
terlokalisasi
(bacterial);
atau
3. RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan NOC
nafas
tidak
efektif
berhubungan
Intervensi
Hasil
NIC
Respiratory
status:
Airway
airway patency
1. Frekuensi
Management
pernapasan
Airway
dengan
dalam
akumulasi
sputum
no
batas
deviation
normal
from
normal range)
2. Irama
Suctioning
tambahan;
ronchi,
wheezing.
pernapasn 2. Buka
jalan
nafas
normal (skala 5 = no
chin
range)
lips
atau
jaw
nyaman
mengurangi dispnea.
range)
4. Klien
mengeluarkan
mampu
mulut
sputum
lakukan
deviation
none)
trakea;
penghisapan
sesuai keperluan.
asupan
cairan adekuat.
dan
from 5. Anjurkan
normal range)
sputum
untuk
fisioterapi
2. Gangguan
NOC
NIC
sesuai
pertukaran gas
berhubungan
Gas Exchange
dengan
mmHg)
alveoli
ditandai dengan
penimbunan
cairan
alveoli.
Acid
darah
di
4. SaO2
pH
melalui
hasil
AGD
tanda-tanda
gagal napas
100%)
kesadaran
kadar
2. Monitor
3. PH normal (7,35-7,45)
Base
Management
perubahan
kapiler
Respiratory status:
bersihan
jalan napas.
4. Sarankan
waktu
status
neurologis
6. Kontrak
dengan
pengunjung
untuk
membatasi kunjungan
Airway
Management
1. Monitor
status
posisi
fisioterapi
dada
4. Menghilangkan sekret
dengan suction, jika
diperlukan.
5. Atur intake cairan
6. Auskultasi
napas
dan
bunyi
adanya
(ronchi,
wheezing,
krekels, dll)
7. Kolaborasi pemberian
nebulizer,
jika
diperlukan
8. Kolaborasi pemberian
oksigen,
jika
diperlukan.
Oxigen Therapy
1. Jaga kebersihan mulut,
hidung,
dan
trakea,
jika diperlukan.
2. Monitor volume aliran
oksigen
dan
jenis
NOC
Termoregulasi
dengan
Vital Sign
dengan
peningkatan
suhu
Nadi
dbn
(60-100
x/mnt)
secara
Temperatur
Vital Sign
1. Monitor
37,5 C)
2.
yang
Regulasi
secret ditandai
oksigen
telah diberikan
NIC
berhubungan
penumpukkan
keefektifan
temperatur
masukan
mendadak.
3. Kolaborasi pemberian
antipiretik
4. Monitor suhu tubuh
5. Monitor RR
4.
Resiko
NOC
6. Monitor nadi
NIC
kekurangan
Fluid balance
volume
Vital signs
cairan
berhubungan
dengan
nadi
1. Tentukan
normal
tubuh
2. Tercapai keseimbangan
intake dan output cairan
secara
3. Turgor kulit
mendadak
4. Membran
ditandai dengan
riwayat
(80-160x/menit)
peningkatan
suhu
1. Denyut
Fluid monitoring
eliminasi klien
2. Monitor
intake
output cairan
mukosa 3. Monitor
mukosa
lembab
keringat
5. Hematokrit normal
berlebih.
6. Denyut
nadi
dan
7. RR normal (16-20/mnt)
oral,
turgor
normal 4. Monitor
(60-100/menit)
membran
karakteristik
urine
Fluid management
1. Monitor status hidrasi
klien
2. Monitor
hasil
laboratorium
yang
mengindikasikan
retensi cairan
3. Berikan
terapi
intravena,
sesuai
indikasi
Intravenous
therapy
1. Pastikan
permintaan
teknik
aseptik
3. Periksa jenis, jumlah,
tanggal
kadaluarsa,
karakteristik,
dan
ketika
melakukan
pemasangan infus
5. Monitor aliran cairan
intravena dan tempat
penusukkan dari tandatanda
flebitis
infeksi lokal
.
dan
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
NANDA Internasional 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: EGC
News
Medical.
2012.
Pneumonia,
medical.net/health/Pneumonia-Indonesian.aspx,
(http://www.newsdiakses
tanggal
14
September 2013)
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.