Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Pondasi merupakan bagian dari bangunan bawah yang berfungsi meneruskan dan
memindahkan beban ke tanah pendukung.
Pemilihan pondasi tidak saja didasarkan pada besarnya beban bangunan, tetapi lebih
ditekankan pada jenis dan keadaan tanah dasar.
Jenis Pondasi
1. Pondasi Dangkal :
Kedalamannya Df / B 1
Dipakai pada kondisi tanah yang kapasitas dukungnya memadai untuk beban
yang diterapkan, beban-beban struktur disalurkan secara langsung pada tanah
pendukung.
Jenis Pondasi Dangkal
a. Pondasi Setempat
Menahan beban satu kolom dan menyalurkannya melalui dasar pondasi
kepada tanah pendukung
P

b. Pondasi Kombinasi
Apabila jarak kolom lebih kecil dari pada lebar pondasi yang
direncanakan, pondasi kombinasi menahan gabungan beban dari dua
buah kolom atau lebih.

c. Pondasi Jalur
Pondasi Jalur, baik dengan dinding maupun dengan slope digunakan
untuk mendistribusikan beban-beban kolom kepada tanah dasar secara
merata.
d. Pondasi Mat (Pondasi Rakit)
Merupakan pondasi kombinasi yang meliputi seluruh luas area struktur
dan menyalurkan keseluruhan beban-beban kolom maupun dinding.
Digunakan untuk tanah dengan daya dukung rendah dan merupakan
pilihan yang ekonomis bila jumlah luas masing-masing pondasi setempat
melebihi setengahnya luas bangunan

2. Pondasi Dalam
Kedalamannya Df / B 4
Tanah permukaan atau dekat permukaan dengan kapasitas dukung rendah dan
tanah keras dalam sekali. Tahanan geser tanah sangat mempengaruhi kapasitas
dukung tanah.
Jenis Pondasi Dalam : Pondasi tiang pancang, tiang bor, sumuran dll.
3. Struktur penahan
Setiap jenis tanah (daerah urugan atau galian)
Mehanan tanah dan air sebagai beban horizontal.
Kriteria Perencanaan
1. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang cukup untuk menghindari
kemungkinan terjadinya erosi, pengaruh perubahan volume akibat cuaca,
pengaruh aliran air dekat permukaan
2. Pondasi harus cukup jauh dari struktur yang telah ada untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya keruntuhan konstruksi akibat penambahan beban pada
lapisan tanah di bawah pondasi
3. Pondasi harus aman dari kemungkinan terjadinya keruntuhan geser.
4. Pondasi tidak boleh mengalami penurunan yang berlebihan sehingga
mempengaruhi struktur di atasnya.

PONDASI DANGKAL
KAPASITAS DUKUNG PONDASI
Bila pada suatu pondasi diberikan beban yang terus ditambah sampai terjadi
deformasi yang sangat besar dari tanah pendukung, maka tanah akan mengalami
keruntuhan.
a. Pola keruntuhan Umum (general shear failure)

Pola ini ditunjukkan oleh adanya bidang geser yang menerus dari salah satu
sudut pondasi ke permukaan tanah. Dalam hal ini keruntuhan dapat terjadi tibatiba dan membahayakan karena pondasi akan terputar dalam arah longsoran.
b. Pola keruntuhan Lokal (local shear failure)

Pada pola keruntuhan ini, garis longsoran hanay terjadi di bawah pondasi dan
tidak diteruskan ke permukaan tanah.
c. Pola keruntuhan Memotong (punching shear failure)

Merupakan pola keruntuhan yang mudah diamati. Beban yang diterima oleh
tanah dasar menyebabkan terjadinya pemampatan tanah di bawahnya, sedangkan
tanah di sekitarnya tidak mengalami perubahan. Umumnya terjadi pada tanah
kompresibel atau pada tanah keras diatas tanah kompresibel.

Analisis Dukung Pondasi


Analisis Terzaghi (1943)
Persamaan kapasitas dukung pondasi dangkal :

Df
q = Df
B

qult = C Nc Sc + q Nq + 0.5 B N S
Bentuk
Sc
S
Pondasi Menerus
1,0
1,0
Pondasi Lingkaran
1,3
0,6
Pondasi Sujur Sangkar
1,3
0,8
Pondasi Segi empat : qult = C Nc (1+ 0.3B/L) + q Nq + 0.5 B N (1 0.2B/L)
Dengan :
C : Kohesi tanah di bawah dasar pondasi (kN/m2)
: Berat volume tanah (kN/m3)
B : Lebar Pondasi (m)
Df : Kedalaman pondasi (m)
Nc, Nq, dan N : factor kapasitas dukung tanah yang tergantung dengan
nilai (sudut gesek dalam tanah)
Nilai Nc, Nq, dan N didefinisikan sebagai :

Nq =

3
2
tan
4 2

2 cos (45 )
2

1 Kp
N = 2 1 tan
2 cos
2

Nc = cot(Nq 1)

Nilai Nc, Nq, N dan Kp untuk persamaan Terzaghi:


, deg

Nc

Nq

Kp

0
5
10
15
20
25
30
34
35
40
45
48
50

5,7
7,3
9,6
12,9
17,7
25,1
37,2
52,6
57,8
95,7
172,3
258,3
347,5

1,0
1,6
2,7
4,4
7,4
12,7
22,5
36,5
41,4
81,3
173,3
287,9
415,1

0,0
0,5
1,2
2,5
5,0
9,7
19,7
36,0
42,4
100,4
297,5
780,1
1153,2

10,8
12,2
14,7
18,6
25,0
35,0
52,0

82,0
141,0
298,0
800,0

Persamaan kapasitas dukung di atas digunakan untuk general shear failure, bila
untuk local shear failure :
C
C = 2/3 C

tan = 2/3 tan


Contoh Soal :
Hitung kapasitas dukung ultimit dari pondasi bujur sangkar di bawah ini, bila terjadi
general shear failure.

Df = 2 m

B=2m

Tanah 1 : 1 = 18,6 kN/m3


C1 = 19,6 kN/m2
1 = 250

Tanah 2 : 2 = 19,5 kN/m3


C2 = 49 kN/m2
2 = 300

Penyelesaian:
Diketahui : q = 1 Df
= 18,6 kN/m3 x 2 m = 37,2 kN/m2
Bentuk bujur sangkar : Sc = 1,3 dan S = 0,8
dengan 2 = 300, Nc = 37,2 Nq = 22,5 N = 19,7
qult =
=
=
=

C Nc Sc + q Nq + 0.5 B N S
(49 x 37,2 x 1,3) + (37,2 x 22,5) + (0,5 x 19,5 x 2 x 19,7 x 0,8)
2369,64 + 837 + 307,32
3513,96 kN/m2

Analisis Meyerhof dan Vesic


Persamaan Meyerhof dipakai karena memasukkan factor-faktor yang berpengaruh
sehingga memberikan hasil yang lebih realistis. Sedangkan persamaan Vesic dipakai
bila tidak ada ketentuan yang diberikan oleh Meyerhof, misalnya analisis pondasi
yang terletak pada permukaan tanah yang membentuk lereng.
Persamaan Umum Kapasitas Dukung Pondasi Dangkal :

qult = Sc dc ic bc gc C Nc + Sq dq iq bq gq q Nq + 0,5 S d i b g B N
dengan :
Nc, Nq, N
Sc, Sq, S
dc, dq, d
ic, iq , i
bc, bq, b
gc, gq, g

:
:
:
:
:
:

Faktor Kapasitas Dukung pondasi


Faktor bentuk dasar pondasi
Faktor kedalaman dasar pondasi
Faktor kemiringan beban
Faktor kemiringan dasar pondasi
Faktor kemiringan tanah.

Faktor Kapasitas Dukung (Meyerhof, 1963)


Faktor kapasitas dukung teoritis yang diformulasikan oleh Meyerhof:
Nq = etan tan2(45 + /2)
5

Nc = (Nq 1) cot
N = (Nq 1) tan(1,4)
Dengan : adalah sudut geser dalam tanah.
Faktor Bentuk Dasar Pondasi (Meyerhof, 1963)
Sc = 1 + 0,2 (B/L) tan2(45 + /2), untuk semua nilai
Sq = S = 1 + 0,1 (B/L) tan2(45 + /2), untuk 100
Sq = S = 1
untuk = 00
0
Untuk 0 < < 10 , gunakan interpolasi antara kedua harga tersebut di atas.
Untuk pondasi bujur sangkar dan lingkaran B/L = 1
Faktor Kedalaman Dasar Pondasi (Meyerhof, 1963)
dc = 1 + 0,2 (Df /B) tan(45 + /2), untuk semua nilai
dq = d = 1 + 0,1 (Df /B) tan(45 + /2), untuk 100
dq = d = 1
untuk = 00
Untuk 0 < < 100, gunakan interpolasi antara kedua harga tersebut di atas.
Faktor Kemiringan Beban (Meyerhof, 1963)
ic = iq = (1 - 0/900)2
i = (1 - 0/0)2
bila <
i = 0
bila >
dengan adalah sudut kemiringan beban
Pv

Ph

Faktor Kemiringan Dasar Pondasi (Vesic, 1975)


Kemiringan dasar pondasi ini hanya diperhitungkan apabila kita memperkirakan
bahwa miringnya beban terhadap tanah dasar yang terjadi akibat kemiringan dasar
pondasi dapat menyebabkan terjadinya longsoran pondasi dalam arah yang sama.

Df

bq = b = (1- tan )2
bc = bq

1 bq

untuk > 0

Nc tan

untuk = 0

bc = 1 {2 / (+2)}

Faktor Kemiringan Permukaan Tanah, (Vesic, 1975)


Faktor kemiringan permukaan tanah hanya berlaku bila,
a. lereng sejajar dengan sumbu utama
b. kemiringan lereng lebih kecil dari 450 dan
c. miringnya arah beban adalah sejajar dengan garis longsoran kritis yang terjadi
akibat sudut lereng.

Df

gq = g = (1 - tan)2
gc = gq

1 gq

untuk > 0

Nc tan

untuk = 0

gc = 1 {2 / (+2)}

Pengaruh Pembebanan Eksentris


Kapasitas dukung pondasi yang menahan beban eksentris harus diperhitungkan
terhadap luas efektif dasar pondasi yang menahan beban.
Jika beban eksentris pada arah lebarnya, lebar efektif pondasi dinyatakan :
B

ex

B = B 2ex

2ex

Jika beban eksentris pada arah panjangnya, panjang efektif pondasi dinyatakan :
2ex

ex

L = L 2ey

L
y

Sehingga dalam perhitungan kapasitas dukung ultimit pondasi, lebar yang berpengaruh
adalah lebar efektif pondasi (B)

Pengaruh Letak Muka Air Tanah


Letak muka air tanah dapat mempengaruhi kapasitas dukung pondasi karena air
tanah bisa mengurangi kapasitas dukung pondasi
Keadaan I : 0 D1 Df

D1

q = D1 + D2
= sat -

MAT

Df

D2

sat
B

Dalam perhitungan kapasitas dukung pondasi, berat volume yang dipakai adalah berat
volume efektif ()
Keadaan II : D1 > Df, 0 d B

Df
D1
B

q = Df

MAT

sat
Dalam perhitungan kapasitas dukung pondasi, berat volume yang dipakai adalah berat
volume rata-rata (), = 1/B {.d + (B-d)}
Keadaan III : d B,
Muka air tanah tidak berpengaruh pada kapasitas dukung tanah
Contoh Soal :
Hitung kapasitas dukung ultimit pondasi bujur sangkar dibawah ini (analisis Meyerhof)
dengan eksentrisitas beban ex = 0,1 m dan ey = 0,2 m,

Df = 1,5 m

= 18,6 kN/m3
C = 30 kN/m2
= 100

B = 1,5 m
a. bila tidak ada muka air tanah
b. bila muka air tanah terletak 0,75 m di bawah permukaan tanah (sat = 21 kN/m3)
c. bila muka air tanah terletak 1,75 m di bawah permukaan tanah (sat = 21 kN/m3)
Penyelesaian:
Karena eksentrisitas beban, maka digunakan lebar dan panjang efektif,
B 2ex = 1,5 (2 x 0,1) = 1,3 m = L
L 2ey = 1,5 (2 x 0,2) = 1,1 m = B
8

a. Bila tidak ada muka air tanah


qult = Sc dc ic bc gc C Nc + Sq dq iq bq gq q Nq + 0,5 S d i b g B N

Faktor Kapasitas dukung pondasi,


= 100, Nq = etan tan2(45 + /2) = etan10 tan2(45 + 5) = 2,47
Nc = (Nq 1) cot = (2,47 1) cot10 = 8,34
N = (Nq 1) tan(1,4) = (2,47 1) tan(1,4 x 10) = 0,34

Faktor bentuk dasar pondasi,


Sc = 1 + 0,2 (B/L) tan2(45 + /2)
= 1 + 0,2 (1,1/1,3) tan2(45 + 5) = 1,24
Sq = S = 1 + 0,1 (B/L) tan2(45 + /2),
untuk 100
2
= 1 + 0,1 (1,1/1,3) tan (45 + 5) = 1,12

Faktor Kedalaman pondasi


dc = 1 + 0,2 (Df /B) tan(45 + /2)
= 1 + 0,2 (1,5/1,1) tan(45 + 5) = 1,325
dq = d = 1 + 0,1 (Df /B) tan(45 + /2),
untuk 100
= 1 + 0,1 (1,5/1,1) tan(45 + 5) = 1,16

Faktor Kemiringan beban :


Karena beban vertical, maka ic = iq = i = 1

Faktor Kemiringan permukaan tanah:


Karena permukaan tanah datar, maka gq = g = gc = 1

Faktor kemiringan dasar pondasi :


Karena dasar pondasi datar, maka bq = b = bc = 1
q = Df = 18,6kN/m3 x 1,5 m = 27,9 kN/m2
qult = Sc dc ic bc gc C Nc + Sq dq iq bq gq q Nq + 0,5 S d i b g B N
= (1,24 x 1,325 x 30 x 8,34) + (1,12 x 1,16 x 27,9 x 2,47)
+ (0,5 x 1,12 x 1,16 x 1,1 x 18,6 x 0,34)
= 411,079 + 89,532 + 4,519
= 505,13 kN/m2

b. bila muka air tanah terletak 0,75 m di bawah permukaan tanah (sat = 21 kN/m3)

D1 = 0,75 m
Df = 1,5 m

MAT

= 18,6 kN/m3
C = 30 kN/m2
= 100

D2 = 0,75 m
B = 1,5 m

= sat - w = 21 kN/m3 9,8 kN/m3 = 11,2 kN/m3


q = D1 + D2 = (18,6 x 0,75) + (11,2 x 0,75) = 22,35 kN/m2
qult = Sc dc ic bc gc C Nc + Sq dq iq bq gq q Nq + 0,5 S d i b g B N
= (1,24 x 1,325 x 30 x 8,34) + (1,12 x 1,16 x 22,35 x 2,47)
9

+ (0,5 x 1,12 x 1,16 x 1,1 x 11,2 x 0,34)


= 411,079 + 71,722 + 2,721
= 485,522 kN/m2
c. bila muka air tanah terletak 1,75 m di bawah permukaan tanah (sat = 21 kN/m3)

Df = 1,5 m

d = 0,25 m

D1 = 1,75 m

B = 1,5 m

= 18,6 kN/m3
C = 30 kN/m2
= 100
MAT

q = Df = 18,6kN/m3 x 1,5 m = 27,9 kN/m2


= sat - w = 21 kN/m3 9,8 kN/m3 = 11,2 kN/m3
= 1/B(.d + (B- d))
= 1/1,1 {18,6 x 0,25 + 11,2 x (1,1 0,25)} = 12,88 kN/m3
qult = Sc dc ic bc gc C Nc + Sq dq iq bq gq q Nq + 0,5 S d i b g B N
= (1,24 x 1,325 x 30 x 8,34) + (1,12 x 1,16 x 27,9 x 2,47)
+ (0,5 x 1,12 x 1,16 x 1,1 x 12,88 x 0,34)
= 411,079 + 89,532 + 3,129
= 503,74 kN/m2
Definisi dalam perancangan pondasi
Ada tiga definisi untuk kapasitas dukung izin pondasi dangkal:
1. Gross Allowable bearing capacity
qult
SF = Faktor Keamanan = 3
qall = SF
Beban :
WD+L
WD+L + WS + Wf
A

WS

qall

Wf
2. Netto Allowable Bearing Capacity
Berat tanah + pondasi, diperhitungkan secara terpisah.
qultn = C Nc + q (Nq 1) + 0,5 B N
= qult q
WD+L q netto
all
A
3. Faktor aman dalam tinjauan kapasitas dukung ultimit netto,
qultnetto
qult - q
qfnetto = tekanan pondasi netto
SF = qfnetto
= qf - q
Dari persamaan di atas, kapasitas dukung aman (qs) didefinisikan:
qs =

qultnetto
+q
qfnetto

10

Tinjauan Keadaan Tanah Dasar Berlapis


a. Pondasi di atas dua lapisan tanah lempung ( = 0) dengan sifat berbeda

Lempung lunak diatas lempung kaku

Df

Lempung Lunak
C1
Lempung Kaku
C2

Analisis kapasitas dukung pondasi menjadi,


qult = C1Nm + Df
dengan :
K Nc* (Nc* + - 1) {(K + 1) (Nc*)2 + (1 + K) Nc* + - 1}
Nm =
{K (K+1) Nc* +K+ - 1}{(Nc* + ) Nc* + - 1} (KNc* + - 1) (Nc* + 1)
= BL / {2(B+L)H}
K = C2/C1
Nc* = Sc Nc
Nilai Nm dapat juga diperoleh dari grafik di bawah ini,

Grafik Faktor Daya dukung Nm

11

Lempung kaku di atas lempung lunak


Kegagalan yang terjadi dengan punching shear failure sehingga dengan
menganggap penyebaran beban sebagai 2:1 persamaan daya dukung menjadi,
qult = C1

{2(B+L)H}
+ C2 Sc Nc + Df
BL

Df

Lempung Kaku
C1

Lempung Lunak
C2

b. Lapisan Pasir padat di atas lempung lunak

Df

Pasir padat
C = 0, 0

Lempung Lunak
C 0, = 0
Kapasitas dukung ultimit pondasi yang terjadi adalah :
qult = (1 + 0,2 B/L) CNc + (1 + B/L) H2 (1 + 2Df /H) Ks (tan/B) + Df
Dengan :
Nc = 5,14 (dari = 0)
nilai Ks didapat dari grafik di bawah ini

12

Nilai N didapat dari nilai dari pasir padat


c. Lapisan Pasir lepas di atas lempung kaku
Bila kapasitas dukung pasir jauh lebih rendah dari lapisan lempung di bawahnya,
sehingga kapasitas dukung menjadi:
qult = 0,5 B N + Df Nq
Nilai N dan Nq diperoleh dari grafik di bawah ini

13

PENURUNAN PONDASI DANGKAL


Penyebaran Tekanan dalam Tanah
Menggunakan Bousineg Methods
Kondisi material : homogen, isotropis, semi infinite dengan hubungan linier
tegangan-regangan dan elastis.
a. Beban Titik (P)
Tegangan dalam tanah yang timbul akibat adanya pembebanan di atasnya,
dinyatakan dalam tambahan tegangan,
P kN
z = P/z2 .IB
5

IB =
z

3
2

1
1 + (r/z)2

2Q

z3
(x + z2)2

/2

r
b. Beban Garis (Q)
Q kN/m

Z
z

z =

x
c. Beban Lajur
q
B

z = q/ { + sin cos( + 2)}

z
d. Beban merata berbentuk lingkaran
z = q.I
I=1-

1
3
2

1 + (r/z)
z

14

/2

e. Beban merata berbentuk segiempat


Tegangan vertical terjadi di bawah sudut
z = q.I
B
L
z

I= 1
4

2mn (m2 + n2 + 1) (m2 + n2 + 1)


m2 + n2 + 1 + m2n2
+ arc tan

2mn (m2 + n2 + 1)
m2 + n2 + 1 + m2n2

dengan: m = B/z dan n = L/z

Nilai I dapat juga diperoleh dari grafik di bawah ini

15

(m2 + n2 + 1)

Hitungan Penurunan (Settlement)


Penurunan suatu bangunan, biasanya merupakan jumlah 3 unsur
S = Si + Sc + Ss
dengan :
Si adalah Immediate Settlement (Penurunan Segera)
Sc adalah Consolidation Settlement (Penurunan Konsolidasi)
Ss adalah Secondary Settlement (Penurunan Sekunder)

Si

Sc
Ss
Tanah pasir akan mengalami Si dan Ss dan penurunan terbesar adalah Si
Tanah Lempung jenuh air, Si tidak dominan
Sc dominan karena K realtif kecil
Tanah Organik terjadi 3 unsur penurunan
Kalau organic banyak serat Si dan Sc berlangsung sangat cepat sehingga yang
dominan Ss
Penurunan Segera
Lapisan tanah pendukung dengan tebal tak terbatas
Persamaan penurunan segera dinyatakan oleh :
Si = qn B/E (1 - 2) Ip
Dengan :
qn = tekanan pada dasar pondasi netto
B = lebar fondasi
E = modulus elastisitas tanah
= angka poison
Ip= factor pengaruh didapat dari table di bawah ini
Fleksibel (Ip)
Bentuk
Pusat
Sudut
Rata-rata
Lingkaran
1,00
0,64
0,85
Bujur sangkar
1,12
0,36
0,95
Segi empat
L/B = 1,5
1,36
0,68
1,20
2,0
1,53
0,77
1,31
5,0
2,10
1,05
1,83
10,0
2,52
1,26
2,25
100,0
3,38
1,69
2,96

Kaku
Ip
0,88
0,82

3,70

1,06
1,20
1,70
2,10
3,40

4,12
4,38
4,82
4,93
5,06

Lapisan tanah pendukung pondasi dibatasi lapisan keras


Penurunan segera dinyatakan dengan persamaan,
Si = qn B/E. Ip
Dengan :
Ip = (1- 2) F1 + (1- - 22) F2
Nilai F1 dan F2 diperoleh dari grafik di bawah ini

16

Im

Persamaan penurunan segera di atas berlaku untuk pondasi yang terletak di


permukaan tanah, untuk pondasi yang tidak terletak di permukaan tanah perlu
dikoreksi. Sehingga besarnya penurunan menjadi
Si = Si
Dengan :
adalah factor koreksi untuk dasar pondasi pada kedalaman Df, yang
diperoleh dari grafik di bawah ini

17

Bjerrum, Janbu dkk. Memberikan persamaan penurunan pondasi untuk nilai


angka poison = 0,5
Si = 1 0 qn B/E
Dengan :
1 : factor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal terbatas H
0 : faktor koreksi untuk kedalaman pondasi Df
Kedua nilai di atas diperoleh dari grafik di bawah ini

Contoh
Suatu pondasi rakit 10m x 40m dengan tekanan terbagi merata = 95 kN/m2 di atas
lapisan tergambar di bawah ini, tentukan penurunan segera bila nilai angka poison
setiap lapisan tanah = 0,5
18

3m
H1 10 m
H2 5 m

H3 10 m

= 15 kN/m3
E1 = 20 MN/m2
E2 = 30 MN/m2
E3 = 40 MN/m2

Penyelasaian
Tekanan pondasi netto qn = qf q = qf - Df
= 95 (15 x 3) = 50 kN/m2
Df / B = 3/10 = 0,3
L / B = 40/10 = 4 dari grafik didapat nilai 0 = 0,96
Lapisan 1
H/B = 10/10 = 1 diperoleh nilai 1 = 0,55
Penurunan segera lapisan 1
Si (1) = Si (1,E1) = 0,96 x 0,55 (50 x 10 / 20000)
= 0,013 m

Lapisan 2
H/B = 15/10 = 1,5 diperoleh nilai 1 = 0,67
Penurunan segera lapisan 1 dan 2
Si (1-2,E2) = 0,96 x 0,67 (50 x 10 / 30000)
= 0,011 m
Penurunan segera lapisan 1 saja
H/B = 10/10 = 1 diperoleh nilai 1 = 0,55
Si (1,E2) = 0,96 x 0,55 (50 x 10 / 30000)
= 0,009 m
Jadi Penurunan Lapisan 2
Si (2) = Si (1-2,E2) Si (1,E2)
= 0,011 0,009 = 0,002 m

Lapisan 3
H/B = 25/10 = 2,5 diperoleh nilai 1 = 0,88
Penurunan segera lapisan 1,2 dan 3
Si (1-2-3,E3) = 0,96 x 0,88 (50 x 10 / 40000)
= 0,011 m
Penurunan segera lapisan 1-2 saja
H/B = 15/10 = 1,5 diperoleh nilai 1 = 0,67
Si (1-2,E3) = 0,96 x 0,67 (50 x 10 / 40000)
= 0,008 m
Jadi Penurunan Lapisan 3
19

Si (3) = Si (1-2-3,E3) Si (1-2,E3)


= 0,011 0,008 = 0,003 m
Total penurunan segera kedalaman 25 m di bawah pondasi:
Si = Si (1) + Si (2) + Si (3)
= 0,013 + 0,002 + 0,003
= 0,018 m
Persamaan penurunan segera di atas berlaku untuk tanah lempung, pada tanah granuler
Schmertmen (1970) memberikan persamaan:
Si = C1 C2 p

(Iz/E) z

Dengan :
C1 = 1 0,5 (po/p),
C1 0,5
C2 = 1 + 0,2 log (t/0,1),
t = waktu (th)
E adalah modulus elastisitas tanah
p adalah tekanan beban pondasi netto
po adalah tekanan overburden pada dasar pondasi
z adalah tebal lapisan yang ditinjau
C1 adalah factor kedalaman
C2 adalah factor Creep
Iz adalah factor pengaruh regangan, didapat dari grafik dibawah ini

Rasio
kedalaman

Distribusi untuk kondisi khusus

Iz yang disederhanakan

3
40

0,2 0,4 0,6 0,8

Faktor pengaruh regangan vertical (Iz)

Nilai E dapat diperkirakan dari pengujian Sondir (CPT), dengan


E = 2qc , qc = nilai konis
Contoh :
Suatu pondasi dengan dasar bujur sangkar B = 2,6 m, tekanan beban pada pondasi q =
182 kN/m2, kedalaman pondasi 2,0 m, tanah = 16 kN/m3
Data sondir masing-masing lapisan dibawah dasar pondasi
Lapisan
Tebal, m
qc, kN/m2
A
1,0
2500
B
0,3
3500
C
1,7
3500
D
0,5
7000
E
1,0
3000
F
0,9
8500
Hitung penurunan segera yang terjadi
Penyelesaian

20

p = qf q = 182 (2 x 16)
= 150 kN/m3
Kedalaman pengaruh = 4 x 0,5B
= 4 x 0,5 x 2,6 = 5,2 m

A
1m

2m

C
2B

3m

4m

5m

F
0

1B

0,2

0,4

0,6

3B
4B
0,8

Lapisan

Tebal, m

qc, kN/m3

E = 2qc

Iz

A
B
C
D
E
F

1,0
0,3
1,7
0,5
1,0
0,7
5,2

2500
3500
3500
7000
3000
8500

5000
7000
7000
14000
6000
17000

0,23
0,53
0,47
0,30
0,185
0,055

Po = Df = 2m x 16kN/m3 = 32 kN/3
C1 = 1 0,5 (po/p) = 1 0,5 (32/150)
= 0,89 0,5
Diambil creep 5 tahun
C2 = 1 + 0,2 log (t/0,1) = 1 + 0,2 log(5/0,1)
= 1,34
Si = C1 C2 p (Iz/E) z = 0,89 x 1,34 x 150 x 0,2266 x 10-3
= 0,0401 m
= 40,1 mm

21

(Iz.z)/E .
10^-3
0,0460
0,0227
0,1141
0,0107
0,0308
0,0023
0,2266

JHP (kg/cm)
0

50

100

150

200

500

1000

1500

2000

Kedalaman (meter)

10

12

Nilai Konus (Kg/cm2)


Penurunan Segera dari hasil pengujian lapangan
a. dari pengujian plate bearing
Terzaghi dan Peck, memberikan nilai penurunan sebesar
SB =

2B
B+b

x Sb

Dengan :
SB = penurunan pondasi
B = lebar pondasi
b = lebar plate pengujian
Sb = penurunan pada pengujian beban plate
b. dari pengujian CPT (Sondir)
Sama seperti yang diberikan oleh Schmertman
c. dari pengujian SPT
Meyerhof (1965) memberikan persamaan penurunan,

22

Si = 4q/N,

untuk B 1,2 m

Si = 6q/N {B/(B+1)}2,

untuk B > 1,2 m

Dengan:
q adalah intensitas beban yang diterapkan dalam kip/ft2 (1 kip/ft2 = 0,49 kg/cm2)
B adalah lebar pondasi dalam ft (1 ft = 30,48 cm)
Si adalah penurunan dalam inchi (1 inchi = 2,54 cm)
N adalah jumlah pukulan dalam pengujian SPT
Hasilnya cenderung aman karena nilainya terlalu tinggi
Bowles (1977) memberikan persamaan,
Si = 2,5q/N,

untuk B 1,2 m

Si = 4q/N {B/(B+1)}2,

untuk B > 1,2 m

Penurunan Konsolidasi
Terjadi pada tanah lempung jenuh air
Dihitung dengan persamaan,
e1 e0
e
Sc =
H=
H
1 + e0
1 + e0
Dengan,
Sc = penurunan konsolidasi
e = perubahan angka pori akibat pembebanan
e0 = angka pori awal
e1 = angka pori saat berakhirnya konsolidasi
H = tebal lapisan tanah yang ditinjau
Jika penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan indeks kompresi (Cc) dan indeks
rekompresi (Cr), dimana nilai Cc dan Cr diperoleh dari grafik e log p
e1 e2
Cc =
Log (p2/p1)
e4 e3
Cr =
Log (p3/p4)
Terzaghi dan Peck memberikan nilai Cc untuk lempung NC = 0,009 (LL 10)
Perubahan angka pori dihitung dengan persamaan:
Untuk lempung NC
: po = pc
dengan pc = tekanan prakonsolidasi
e = Cc log po + p
po
dengan : p1 = po + p
p = z = tambahan tegangan ditengah-tengah lapisan
Untuk Lempung OC :
Ada dua kondisi
p1 < pc
po < pc < p1

e = Cr log po + p
po
pc
e = Cr log
+ Cc log po + p
P c
po

Jika diketahui perubahan volume (Mv), dengan

23

e
p(1 + e0)
Mv =
Penurunan dihitung dengan persamaan
Sc = Mv. p . H
Kecepatan penurunan konsolidasi
Perlu bila diperkirakan penurunannya besar
Tv Hdr2
t=
Cv
dengan : 0,848 Hdr2
Cv =
t90
Tv = factor waktu pada t90
T90 = waktu konsolidasi mencapai U90
Untuk U < 60%
Tv = (/4) U2
U > 60%
Tv = -0,933 log (1-U) 0,085
Hdr = panjang lintasan

Hdr = H/2

Hdr = H

Penurunan total pada sembarang waktu t,


S = Si + Usc
Dengan,
Si = penurunan segera
U = derajat penurunan = Sct / Sc
Sct = penurunan konsolidasi pada waktu t tertentu
Sc = penurunan konsolidasi primer total
q = 182 kN/m2

Contoh:

Df = 1 m

Pasir :
4m

b = 18 kN/m3

B=2m
MAT

3m

Lempung :
sat = 20 kN/m3
Cv = 0,45 m2/th
pc = 95 kN/m2

e0 = 1,068
Cc = 0,5
Cr = 0,03

Kedap air
Tentukan penurunan pondasi konsolidasi setelah 3 tahun (bentuk pondasi bujur sangkar)
24

Penyelesaian
Tekanan overburden tanah pada tengah lapisan lempung dan tengah pondasi (titik A)
po = (4 x b) + ( 1,5 x )
= sat - w
= (4 x 18) + (1,5 x 10,2)
= 87,3 kN/m2
p = z (ditengah pondasi bujur sangkar)
B/z = 1/ (3+1,5) = 0,22
Ir = 0,022
2m
A

B/L = 1/1 = 1
qn = qpondasi - Df
= 182 (18 x 1) = 164 kN/m2
p = z = 4 qn Ir
= 4 x 164 x 0,022 = 14,432 kN/m3

2m
Karena :
p1 = po + p
= 87,3 + 14,432 = 101,732 kN/m2
po < pc < p1
pc
e = Cr log
+ Cc log po + p
po
P c
95
= 0,03 log
+ 0,5 log 101,732
95
87,3
= 0,549
Penurunan konsolidasi total :
Sc = e
H = 0,549
x3
1 + 1,068
1 + e0
= 0,796 m = 79,6 cm
t=

Penurunan setelah 3 tahun :


Cv .t
0,45 x 3
Tv =
=
= 0,15
2
Hdr
32
Derajat konsolidasi (dimisalkan U < 60%)
U = (4Tv / ) = (4 x 0,15 / ) = 0,44 < 0,6 (Oke!)
Jadi penurunan konsolidasi setelah 3 tahun :
Sct = U Sc
= 0,44 x 0,796 = 0,35 m

25

Anda mungkin juga menyukai