PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi, komposisinya, struktur,
sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya. Dalam Geologi, kita akan
mempelajari semua hal tentang seluk-beluk Bumi ini secara keseluruhan. Dari mulai
gunung-gunung dengan tinggi ribuan meter, hingga palung-palung didasar samudra.
Dan untuk mengetahui semua itu, tentunya kita harus mempelajari apa-apa sajakah
materi pembentuk Bumi ini.
Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri
adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya,
untuk dapat mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal.
Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut
Kristalografi.
Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang
kristal sebelum mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu
kristal adalah syarat dalam mempelajari Geologi.
1.2
IV (sistem kristal monoklin dan triklin) agar mengetahui bentuk-bentuk kristal yang
termasuk ke dalam sistem triklin dan monoklin.
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini yaitu sebagai berikut :
Penggaris
Penghapus
Rautan
Pulpen
Lembar Kerja Praktikum
Pensil Warna
Clipboard
Peraga Kristal
Buku Rocks and Minerals
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kristalografi
dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis
bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal
tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
2.2
Pengertian Kristal
Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana
dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah.
Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang
mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar,
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal
tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari
atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua
macam ikatan yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
A. Isomorfisme
Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta
keamanan dari pada kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.
B. Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu
macam kristal. perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic
kelas kristal yang jumlahnya 32 kelas. Penentuan kisi-kisi kristal tergantung dari
banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri
tersebut meliputi:
1. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang
lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu
utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang
simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang
berada tegak lurus terhadap sumbu c.
Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu
sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang siemetri
diagonal.
2. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya. Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan
nilai simetrinya adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga
trigire, empat tetragire, heksagire dan seterusnya.
Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya
melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan
bar pada angka simetri itu.
3. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat Kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama
dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal
dari bidang pasangannya.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai
tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan
trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas.
Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam
cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman
Mauguin (simbolisasi internasional).
2.4 Dasar Penggolongan Sistem Kristal
Kristal digambarkan oleh sel satuan yang ditentukan besar sumbu Kristal a, b,
c serta sudut Kristal , dan . Hingga saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal.
Dasar penggolongan sistem kristal tersebut ada tiga hal, yaitu:
a) Jumlah sumbu Kristal.
b) Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain.
c) Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal.
2.5 Sistem Kristal Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c dan memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini berarti,
pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus
(miring).
Pada
kondisi
sebenarnya,
sistem
Monoklin
memiliki
axial
ratio
a b c
sudut antara b dan c = 90
sudut antara a dan b = 90
sudut antara a dan c 90
sudut antara a dan b = 45
a : b : c = sembarang
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
1. Sfenoid
a. Kelas : ke-4
b. Simetri : 2
c. Elemen Simetri : 1 sumbu putar
2. Doma
a. Kelas : ke-3
b. Simetri : m
c. Elemen Simetri : 1 bidang simetri
3. Prisma
a. Kelas : ke-5
b. Simetri : 2/m
c. Elemen Simetri : 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot.
2.6
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling
berpotongan pada sisi miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan
aluminium) merupakan contoh dari mineral dengan sistem kristal triklin.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase, kyanit, oligoclase,
thodonit, pherthite, pectolite, amblygonute.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
3.1.1
Hasil
Sampel 01
No. Urut
:1
No. Peraga
: Mono8
Sistem Kristal
: Monoklin
Sifat Kristal
:abc
Cara Penggambaran
: a : b : c = Sembarang
a + b = 45
d + b = 90
Elemen Kristal
: A2, -, -, 1PC
Nilai Kristal
- Herman Mauguin
: 2/m
- Schoenflies
: D0V
Insicies Bidang
:001
:100
Kelas Kristal
Bentuk Kristal
:010
3.1.2
Sampel 02
No. Urut
:2
No. Peraga
: Trik4
Sistem Kristal
: Triklin
Sifat Kristal
:abc
Cara Penggambaran
: a : b : c = sembarang
a + c = 45
b + c = 80
Elemen Kristal
: A2, -, -, 1PC
Nilai Kristal
- Herman Mauguin
: 2/m
- Schoenflies
: D0V
Insicies Bidang
:111
:110
:110
Kelas Kristal
Bentuk Kristal
3.2
Pembahasan
3.2.1
Sampel 01
Sampel 1 dengan nomor peraga termasuk sistem kristal monoklin, sifat kristal
Contoh mineral dengan bentuk kristal monoklin yaitu azurit. ciri fisik dari
mineral azurite yaitu berwarna biru, kilap kaca, kekerasan 3,5 - 4, cerat biru cerah,
belahan 1 arah, pecahan konkoidal, bentuk kristalin, struktur granular, sifat
dalam brittle, kemagnetan diamagnetic, dan derajat kejernihannya opaque.
Azurit terbentuk di bagian atas zona oksidasi deposit tembaga dari reaksi
antara air karbonat dengan mineral-mineral tembaga, atau antara pelarutan tembaga
dan mineral sulfat dan batugamping.
Mineral ini selalu ditemukan bersama malachite, meskipun kehadirannya
hanya sedikit, juga berasosiasi dengan limonite, kalsit, kalkosit.
Kegunaan mineral azurit adalah Sumber biji tembaga, batuan ornamental
(untuk perhiasan), Warna birunya yang khas menjadikannya koleksi yang menarik,
indikasi adanya malasit.
3.2.2
Sampel 02
Sampel 1 dengan nomor peraga termasuk sistem kristal triklin, sifat kristal a
2/m, sedangkan menurut Schoenflies yaitu D0v, termasuk ke dalam kelas rhombic
dypiramidal dan mempunyai bentuk kristal dypiramidal.
Contoh mineral dengan bentuk kristal triklin yaitu labradorit. Labradorit
sendiri masuk dalam klas silikat dengan sub klas tektosilikat dimana mineral
labradorit ini memiliki berbagai macam kombinasi warna yang cukup menarik
seperti kombinasi warna biru dan jingga sehingga batuan mineral ini sering juga
disebut sebagai gemstone. Berat jenis rata-rata mineral labradorit ini biasanya sekitar
2,70 hingga 2,74 dengan kekerasan 6 hingga 6,5. Pecahan mineral labradorit yaitu
konkoidal dengan belahan sempurna satu arah dan memiliki sistem kristal trikilin
dengan perawakan kristal membata.
Mineral labradorit terbentuk pada proses pembekuan magma atau kristalisasi
dan termasuk kelompok plagioklas grup dimana mineral pada kelompok ini adalah
mineral berkelanjutan.
Mineral labradorit berasosiasi denagn mineral biotit, piroksen, dan
hornblende.
Mineral labradorit memiliki kegunaan yaitu warnanya yang cantik sangat
menarik minat para kolekcor mineral.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat sistem kristal ortorombik yaitu a b c, yang artinya panjang sumbusumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain, dan juga
memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, oada system ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).
2. Cara-cara penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
orthorombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya, pada
sumbu a, b dan c ditarik garis yang panjangnya terserah karena sesuai sifat dari
sistem orthorombik itu sendiri a b c. Dan sudut antar sumbunya a+b = 30
seperti sistem isometrik dan tetragonal.
4.2
Saran
4.2.1
praktikum.
4.2.2