PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya
melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa syarat tentang kesesuaian dengan IFRS. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertama kalinya
berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu )
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang seluruh periode disajikan
Menurut IFRS (2008), ruang lingkup IFRS ini yaitu:
(a) merupakan laporan keuangan pertama perusahaan yang menerapkan IFRS
(b) setiap laporan keuangan interim, jika ada, disajikan sesuai dengan IAS 34 Interim
Financial Reporting untuk bagian dari periode yang mencakup dari laporan keuangan
pertama yang berbasis IFRS.
Laporan keuangan IFRS suatu entitas merupakan laporan keuangan tahunan pertama yang
mengadopsi IFRS, dengan membuat pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan
laporan keuangan terhadap IFRS. Laporan keuangan yang sesuai dengan IFRS adalah laporan
keuangan entitas berbasis IFRS pertama jika, entitas tersebut:
(a) menyajikan laporan keuangan yang sebelumnya
(i)
sesuai dengan persyaratan nasional yang tidak konsisten dengan dengan IFRS
(ii)
(iii)
mencakup pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan terhadap IFRS;
mencakup pernyataan eksplisit atas kepatuhan laporan keuangan terhadap IFRS,
(iv)
(v)
Sebuah entitas harus mempersiapkan dan menyajikan sebuah laporan posisi keuangan awal
menurut standar IFRS pada tanggal transisi ke IFRS. Ini merupakan titik awal untuk akuntansi
yang sesuai dengan IFRS.
2.4 Kebijakan Akuntansi
Sebuah entitas harus menggunakan kebijakan akuntansi yang sama pada laporan posisi
keuangan awal berbasis IFRS dan semua periode yang disajikan pada laporan posisi keuangan
IFRS pertama. Semua kebijakan akuntansi harus mengikuti dengan masing-masing IFRS yang
efektif pada akhir dari periode pelaporan IFRS pertama, kecuali yang ditetapkan pada paragraf
13 - 19 dan lampiran B - E.
Sebuah entitas tidak boleh menerapkan versi IFRS yang berbeda yang efektif pada pada
tanggal awal. Sebuah entitas boleh menerapkan IFRS yang baru yang tidak wajib bila IFRS
tersebut mengizinkan aplikasi awal.
Contoh: Aplikasi Konsisten dari Versi Terakhir IFRS
Latar Belakang
Akhir dari periode pelaporan IFRS pertama suatu entitas adalah 31 Desember 20x5. Entitas
tersebut memutuskan untuk menyajikan informasi komparatif pada laporan keuangan tersebut
hanya untuk satu tahun (lihat paragraf 21). Maka, tanggal dari transisi ke IFRS adalah tanggal
awal bisnis yaitu 1 Januari 20x4 (atau setara, dengan tanggal tutup buku yaitu 31 Desember
20x3). Entitas tersebut menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan US GAAP setiap
tahunnya, dan termasuk untuk penyajian tanggal pelaporan 31 Desember 20x4.
Persyaratan dari Aplikasi
Persyaratan sebuah entitas untuk mengaplikasikan IFRS efektif untuk periode yang berakhir
pada 31 Desember 20x5 dalam:
(a) mempersiapkan dan menyajikan laporan posisi keuangan awal berbasis IFRS pada 1
Januari 20x4; dan
(b) mempersiapkan dan menyajikan laporan posisi keuangan untuk 31 Desember 20x5
(termasuk angka komparatif untuk tahun 20x4), laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun 31 Desember 20x5 (termasuk angka
komparatif untuk tahun 20x4) dan pengungkapan-pengungkapan (termasuk informasi
komparatif untuk tahun 20x4)
Jika IFRS yang baru belum wajib tapi mengizinkan aplikasi awal, entitas tersebut
diizinkan, namun tidak disyaratkan, untuk mengaplikasikan IFRS pada laporan keuangan
IFRS pertamanya.
Ketentuan transisi pada IFRS lainnya berlaku untuk kebijakan akuntansi yang telah
dibuat dan digunakan oleh suatu entitas; mereka tidak mengaplikasikan pengadopsi pertama
dari IFRS, kecuali ditetapkan dalam lampiran B - E.
Kecuali yang digambarkan dalam paragraf 13 - 19 dan lampiran B - E, sebuah entitas
harus, dalam laporan posisi keuangan awal IFRS:
(a) mengakui seluruh aset dan hutangnya sesuai dengan yang diakui menurut IFRS;
(b) tidak mengakui hal atau aset atau hutang bila IFRS tidak mengizinkan;
(c) mengklasifikasi ulang hal hal yang sesuai menurut US GAAP sebelumnya sebagai
bagian dari aset, hutang atau komponen dari ekuitas, tapi merupakan tipe yang
berbeda dari asset, hutang atau komponen dari ekuitas yang sesuai dengan yang
diakui oleh IFRS; dan
(d) mengaplikasikan IFRS dalam mengukur seluruh aset dan hutang yang diakui.
Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh suatu entitas pada laporan posisi keuangan awal
berbasis IFRS dapat berbeda dengan laporan keuangan lainnya yang menggunakan tanggal yang
sama dan sebelumnya menggunakan US GAAP. Penyesuaian timbul dari kejadian kejadian dan
transaksi transaksi sebelum tanggal transisi ke IFRS. Karena itu, sebuah entitas harus
mengakui penyesuaian penyesuaian tersebut langsung ke dalam laba ditahan (atau, untuk
kesesuaian, masuk ke dalam kategori lain dari ekuitas) pada tanggal transisi ke IFRS.
IFRS menetapkan dua kategori yang mendapat pengecualian dari prinsip laporan posisi
keuangan awal berbasis IFRS suatu entitas harus sesuai dengan masing masing IFRS:
(a) paragraf 14 17 dan lampiran B melarang aplikasi retrospektif dari beberapa aspek IFRS
lainnya.
(b) lampiran C - E hibah pembebasan dari beberapa persyaratan IFRS lainnya.
2.5 Periode Pelaporan
IFRS ini melarang aplikasi restrospektif beberapa aspek IFRS lainnya. Pengecualian ini
diatur dalam paragraf 14-17 dan lampiran B.
Estimasi
Sebuah estimasi entitas sesuai dengan IFRS pada saat tanggal transisi ke IFRS harus
konsisten dengan estimasi pada tanggal yang sama yang sesuai dengan GAAP sebelumnya
(setelah adanya penyesuaian untuk mencerminkan perbedaan pada kebijakan akuntansi), kecuali
ada bukti objektif bahwa estimasi tersebut salah.
Sebuah entitas dapat menerima informasi setelah tanggal transisi ke IFRS tentang estimasi
yang sebelumnya telah dibuat berdasarkan US GAAP. Menurut paragraf 14, sebuah entitas harus
memperlakukan informasi yang diterima dengan cara yang sama seperti tidak ada penyesuaian
sehubunga dengan kejadian setelah tanggal pelaporan sesuai denga IAS 10 Kejadian Setelah
Tanggal Pelaporan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa tanggal transisi suatu entitas ke IFRS
adalah 1 Januari 20X4 dan informasi baru pada tanggal 15 Juli 20X4 mensyaratkan revisi pada
estimasi yang dibuatt sesuai dengan US GAAP sebelumnya pada tanggal 31 Desember 20X3.
Entitas tidak akan mencerminkan informasi baru tersebut pada laporan posisi keuangan awal
berbasis IFRS (kecuali estimasi memerlukan penyesuaian untuk setiap perbedaan pada kebijakan
akuntansi atau ada bukti objektif bahwa estimasi tersebut salah). Sebaliknya, entitas harus
mencerminkan informasi tersebut dalam laporan laba atau rugi (atau, jika tepat, pendapatan
komprehensif lainnya) untuk tahun yang berakhir pada Desember 20X4.
Sebuah entitas mungkin perlu membuat estimasi yang sesuai dengan IFRS pada saat tanggal
transisi ke IFRS yang sebelumnya tidak diperlukan dalam US GAAP. Untuk mencapai
konsistensi dengan IAS 10, estimasi tersebut harus sesuai dengan IFRS yang mencerminkan
kondisi yang ada pada saat transisi ke IFRS. Secara khusus, mengestimasikan pada tanggal
transisi ke IFRS dari harga pasar, tingkat bunga atau kurs mata uang asing harus mencerminkan
kondisi pasar pada tanggal tersebut.
Paragraf 14 16 berlaku untuk laporan posisi keuangan awal berbasi IFRS. Paragraf
paragraf tersebut juga berlaku pada periode komparatif yang disajikan di laporan keuangan
entitas pertama berbasi IFRS, dalam hal ini referensi pada tanggal transisi ke IFRS digantikan
oleh referensi pada akhir periode komparatif.
2.6 Pengecualian Opsional dari Standar Pelaporan Keuangan Internasional Lainnya
Sebuah entitas dapat memilih untuk menggunakan satu atau lebih dari pengecualian yang
terdapat pada lampiran C E. Sebuah entitas tidak dapat mengaplikasikan pengecualian ini
dengan analogi untuk hal lainnya.
Beberapa pengecualian pada lampiran C E mengacu pada nilai wajar. Dalam menentukan
nilai wajar yang sesuai dengan IFRS, sebuah entitas harus mengaplikasikan nilai wajar dalam
lampiran A dan panduan yang lebih spesifik dalam IFRS lainnya dalam menentukan nilai wajar
dari aset atau hutang. Nilai wajar tersebut harus mencerminkan kondisi yang ada pada saat
mereka ditentukan.
Informasi Komparatif
Untuk memenuhi IAS 1, laporan keuangan IFRS pertama suatu entitas harus mencakup
setidaknya tiga laporan posisi keuangan, dua laporan laba rugi komprehensif, dua laporan laba
rugi terpisah (jika disajikan), dua laporan arus kas dan dua laporan perubahan ekuitas dan calk
terkait, termasuk informasi komparatif.
Informasi Komparatif Non IFRS dan Ringkasan Historikal
Beberapa entitas menyajikan ringkasan historikal untuk data yang dipilih untuk beberapa
periode sebelum periode pertama mereka menyajikan informasi komparatif secara penuh sesuai
dengan IFRS. IFRS tidak memerlukan ringkasan tersebut untuk mematuhi syarat pengakuan dan
pengukurannya.
dengan US GAAP sebelumnya seperti yang disyaratkan dalam IAS 1. Dalam setiap laporan
keuangan yang berisi ringkasan historical atau informasi komparatif yang sesuai dengan US
GAAP sebelumnya, sebuah entitas harus:
(a) memberikan nama pada informasi yang menonjol pada US GAAP sebelumnya tidak
sedang dipersiapkan dalam kesesuaian dengan IFRS;
(b) mengungkapkan esensi dari penyesuaian utama yang akan membuat patuh denga IFRS.
Sebuah entitas tidak perlu menghitung penyesuaian.
Penjelasan Transisi ke IFRS
Sebuah entitas harus menjelaskan bagaimana transisi dari US GAAP ke IFRS memberi
dampak pada laporan posisi keuangan, kinerja keuangan dan laporan arus kasnya.
Rekonsiliasi
Untuk mematuhi paragraf 23, laporan keuangan entitas IFRS pertama harus meliputi:
(a) rekonsiliasi dari ekuitasnya yang sebelumnya dilaporkan sesuai dengan US GAAP
menjadi sesuai dengan IFRS untuk tanggal berikut:
(i)
tanggal transisi ke IFRS; dan
(ii)
tanggal periode terakhir disajikan pada laporan keuangan tahunan yang sesuai
dengan US GAAP.
(b) rekonsiliasi pada total pendapatan komprehensif yang sesuai dengan IFRS pada
periode terakhir laporan keuangan tahunan entitas. Titik awal untuk rekonsiliasi
adalah total pendapatan komprehensif yang sesuai denga US GAAP sebelumnya
untuk periode yang sama atau, jika entitas tidak melaporkan secara penuh, hal ini
berlaku pada laporan laba atau rugi yang sesuai dengan US GAAP.
(c) jika entitas mengakui atau membalik kerugian atas penurunan nilai dalam pertama
kalinya mempersiapkan laporan keuangan IFRS awal, maka perlu ada pengungkapan
IAS 36 tentang Penurunan Nilai Aset dimana suatu entitas disyaratkan untuk
membuat pengungkapan tersebut karena entitas telah mengakui kerugian atas
penurunan nilai atau membalik di awal transisi ke IFRS.
Rekonsiliasi dibutuhkan dalam paragraph 24 (a) dan (b) yang akan memberikan detail
yang cukup untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk memahami penyesuaian
material terhadap laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. Jika sebuah
entitas menyajikan laporan arus kas berdasarkan US GAAP sebelumnya, juga harus ada
penyesuaian material pada laporan arus kas.
10
Jika suatu entitas menyadari kesalahan yang dibuat pada saat menggunakan standar US
GAAP, rekonsiliasi dibutuhkan pada paragraf 24 (a) dan (b) yang harus membedakan koreksi
dari kesalahan kesalahan dari perubahan kebijakan akuntansi.
IAS 8 tidak berlaku dalam perubahan kebijakan akuntansi ketika sebuah entitas
mengadopsi IFRS atau untuk mengganti kebijakan akuntansinya hingga entitas tersebut
menyajikan laporan keuangan berbasis IFRS. Oleh karena itu, persyaratan dalam IAS 8 tentang
perubahan kebijakan akuntansi tidak berlaku pada laporan keuangan IFRS pertama entitas.
Jika selama periode yang dicakup oleh laporan keuangan IFRS pertama suatu entitas,
entitas tersebut merubah kebijakan akuntansinya atau menggunakan pengecualian yang terdapat
pada IFRS ini, harus dijelaskan perubahan antara laporan keuangan interim IFRS pertama dan
laporan keuangan IFRS pertamanya, yang sesuai dengan paragraf 23, dan harus memperbarui
rekonsiliasi sesuai yang disyaratkan pada paragraf 24 (a) dan (b).
Jika suatu entitas tidak menyajikan laporan keuangan untuk periode periode
sebelumnya, laporan keuangan IFRS pertamanya harus mengungkapkan hal tersebut.
Penunjukkan Aset Keuangan atau Kewajiban Keuangan
Sebuah entitas diperbolehkan menunjuk suatu aset keuangan yang sebelumnya diakui
sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi yang sesuai dengan
paragraf D19. Sebuah entitas harus mengungkapkan nilai wajar dari suatu aset keuangan
sehingga ditunjuk pada tanggal penetapan dan klasifikasi mereka dan membawa nilai tercatat
mereka dalam laporan keuangan sebelumnya.
Suatu entitas diperbolehkan menunjuk suatu kewajiban keuangan yang diakui
sebelumnya sebagai kewajiban keuangannilai wajar melalui laporan laba rugi yang sesuai
dengan paragraf 19. Sebuah entitas harus mengungkapkan nilai wajar dari suatu aset keuangan
11
sehingga ditunjuk pada tanggal penetapan dan klasifikasi mereka dan membawa nilai tercatat
mereka dalam laporan keuangan sebelumnya.
12
Jika entitas menggunakan pengecualian pada paragraf D8A(b) untuk aset minyak dan
gas, maka harus diungkapkan fakta tersebut dan dasar nilai tercatat yang ditentukan oleh US
GAAP sebelumnya.
Penggunaan Nilai Perolehan untuk Operasi Subyek untuk Menilai Regulasi
Jika entitas menggunakan pengecualian pada paragraf D8A(b) untuk operasi subyek
untuk menilai regulasi, maka harus diungkapkan fakta tersebut dan dasar nilai tercatat yang
ditentukan oleh US GAAP sebelumnya.
Penggunaan Nilai Perolehan Setelah Beberapa Hiperinflasi
Jika sebuah entitas memilih untuk mengukur dan aset dan kewajiban pada nilai wajar dan
menggunakan nilai wajar tersebut sebagai nilai perolehan pada laporan posisi keuangan awal
IFRS karena beberapa hiperinflasi (lihat paragraph D26-D30), laporan keuangan pertama IFRS
entitas harus mengungkapkan penjelasan tentang bagaimana dan mengapa entitas memiliki dan
kemudian berhenti memiliki, mata uang fungsional memiliki dua karakteristik dibawah ini:
(a) indeks harga umum yang diandalkan tidak tersedia untuk semua entitas dengan
transaksi dan saldo dalam mata uang.
(b) dipertukarkan antara mata uang dan mata uang asing tidak ada yang relatif stabil.
Laporan Keuangan Interim
Untuk mengikuti paragraf 23, jika sebuah entitas menyajikan laporan keuangan interim
yang sesuai dengan IAS 34 untuk bagian yang periodenya ditutup dengan laporan keuangan
IFRS pertama, entitas harus mengikuti persyaratan berikut sebagai tambahan dari persyaratan
IAS 34:
(a) setiap laporan keuangan interim harus, jika entitas tersebut menyajikan laporan
keuangan interim untuk perbandingan sebelum tahun keuangan, termasuk:
13
(i)
(ii)
dan
rekonsiliasi terhadap total pendapatan komprehensif sesuai dengan IFRS
untuk periode interim sebanding (saat ini dan sejauh tahun ini). Titik awal dari
rekonsiliasi harus total dari pendapatan komprehensif yang sesuai dengan US
GAAP sebelumnya untuk periode tersebut atau, jika entitas tersebut tidak
melaporkan secara penuh maka dari laporan laba rugi yang sesuai dengan US
GAAP sebelumnya.
(b) selain rekonsiliasi yang diperlukan oleh (a), laporan keuangan interim pertama entitas
yang sesuai dengan IAS 34 untuk bagian yang periodenya ditutup dengan laporan
keuangan IFRS pertama harus meliputi rekonsiliasi yang digambarkan pada
paragraph 24(a) dan (b) (dilengkapi dengan rincian yang disyaratkan oleh paragraf 25
dan 26) atau referensi silang ke dokumen lain yang diterbitkan yang mencakup
rekonsiliasi ini.
(c) Jika entitas merubah kebijakan akuntansinya atau menggunakan pengecualian yang
terkandung dalam IFRS ini, harus dijelaskan dalam setiap laporan keuangan interim
yang sesuai dengan paragraf 23 dan memperbarui rekonsiliasi yang disyaratkan oleh
poin (a) dan (b).
IAS 34 mensyaratkan pengungkapan minimum, yang disyaratkan pada asumsi bahwa
pengguna laporan keuangan interim juga memiliki akses ke laporan keuangan terbaru. NAmun,
IAS 34 juga mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan setiap kejadian atau transaksi yang
material terhadap pemahaman laporan keuangan interim. Oleh karena itu, jika pengadopsi
pertama tidak, pada laporan keuangan terbaru yang sesuai dengan US GAAP, mengungkapkan
informasi yang material pada laporan keuangan interim saat ini, laporan keuangan interim harus
14
mengungkapkan infomasi tersebut atau menyertakan referensi silang ke dokumen lain yang
diterbitkan yang terkait dengan hal tersebut.
Penerapan Standar IFRS di Indonesia
Globalisasi telah menjadikan dunia seakan-akan tanpa batas. Akses informasi dari satu
negara ke negara yang lainnya dapat dilakukan dalam hitungan menit bahkan detik. Hal ini
memungkinkan komunikasi yang intens diantara penduduk dunia. Salah satu konsekuensi dari
interaksi internasional ini adalah diperlukannya suatu standarisasi atau aturan umum yang dapat
dipakai/dipraktekkan di seluruh dunia. Akuntansi tidak terlepas dari efek globalisasi.
Serangkaian gerakan yang dimulai sejak 1973 telah dilakukan oleh International Accounting
Standard Committee (IASC). IASC yang pada tahun 2001 berubah menjadi International
Accounting Standard Board (IASB) bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi
yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan diterapkan secara global diseluruh dunia.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan keuangan
tersebut harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi
diantaranya berisi tentang aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan
penyajian suatu pos dalam laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan
keuangan antar perusahaan memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga memudahkan
pengguna untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Agar
tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan keuangan, standar akuntansi
tidak hanya harus dipahami oleh penyusun laporan keuangan dan auditor, tetapi juga harus
dipahami oleh pembaca.
15
Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa
Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya
informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin
mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun
pembaca atau pengguna lain. Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi
adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS
sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negaranegara
16
maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh negara Negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat 3 tahapan dalam
melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK
yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK
IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan
PSAK secara komprehensif.
Pada tahun 2012 Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS). Keputusan Indonesia untuk melakukan konvergensi akuntansi
ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapakan pengakuan maksimal dari komunitas
internasional yang sudah menganut standar ini terlebih dahulu. Dengan mengadopsi IFRS,
Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia
dimata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi
alokasi modal.
Konvergensi IFRS kedalam PSAK memiliki implikasi yang besar bagi dunia usaha,
terutama pada sisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan kepada data-data
akuntansi. Tidak hanyak berdampak pada masalah akuntansi, program konvergensi IFRS
pastinya akan menimbulkan dampak untuk berbagai elemen pemerintahan seperti perpajakan,
17
keuangan, bisnis dan lainnya. Seperti halnya dampak konvergensi IFRS terhadap bisnis antara
lain:
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan
2.
wajar.
3. Kinerja keuangan (laporan laba/rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet
approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan
keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan profesional judgement
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba.
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
18
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
19
LAMPIRAN
20