PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tulang merupakan organ yang memiliki banyak peranan penting, mulai dari
secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga
merupakan suatu faktor yang sangat essential dalam penyembuhan fraktur.
Berdasarkan uraian diatas, referat ini akan membahas tentang proses bone healing
dan soft tissue healing.
1.2.
Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami proses bone healing dan soft tissue healing.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1.
Tulang
a) Diafisis ( batang )
bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian ini tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
b) Metafisis
bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini
terutama disusun oleh tulang trabekula atau spongiosa yang mengandung,
sumsum merah.metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah
yang cukup luas untuk perlekatan tendon pada epifisis.
c)
Epifisis
Lempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak.
Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang
letaknya dekat dengan sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis
sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi
oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yaitu: yang mengandung sel-
Zona proliferasi
Pada zona ini terjadi pembelahan sel, dan disinilah terjadi
pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong ke arah batang
tulang, ke dalam daerah hipertropi.
Daerah hipertropi
Pada daerah ini, sel-sel membengkak, menjadi lemah dan secara
3) Tulang Pipih
Tulang pipih berbentuk gepeng memipih. Tulang pipih mempunyai dua
lapisan tulang kompak yang disebut lamina eksterna dan interna ossis karnii.
Kedua lapisan dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa disebut diploe.
Contoh, tulang tengkorak, tulang rusuk, dan tulang belikat.
Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks
dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non kolagen.
Sedangkan sel tulang terdiri dari:
Osteoblas
Pada
permukaan
osteoblas,
terdapat
berbagai
reseptor
Osteosit
Sel tulang yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini berasal dari
Baik osteoblas maupun osteosit berasal dari sel mesenkimal yang terdapat di
dalam sumsum tulang, periosteum dan mungkin endotel pembuluh darah.
Sekali osteoblas mensintesis osteosid, maka osteoblas akan berubah menjadi
osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang disintesisnya.
Osteoklas
Sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorpsi tulang.
2.1.2
Fraktur
A.
Definisi
Fraktur
Kerusakan jaringan lunak dan
kulit
adalah
terputusnya
kontinuitas
tulangtulang
dan &atau
tulang
Pembuluh
Darah
Serabut
sarafjaringan
dan sumsum
Periosteum
korteks
tulang
Port dentry
2000)
Hemoragi
jenis dan luasnya (Brunner dan suddarth, 2001).Deformitas, krepitasi, pemendekan tulang
hipotensi Kehilangan sensasi
B. Patofisiologi
inflamasi
Sembuh
Delayed union
Malunion
Deformitas
imobilisasi
Gangguan Body image
Intoleransi aktivitas
2.1.3
A.
Bone Healing
Definisi
Penyembuhan tulang, atau penyembuhan patah tulang, adalah proliferasi
fisiologis proses di mana tubuh memfasilitasi perbaikan dari patah tulang. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami
kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai tejadi
konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang
secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga
merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.
Penyembuhan fraktur primer terjadi internal remodelling yang meliputi
upaya langsung oleh korteks untuk membangun dirinya kembali ketika
kontinuitas terganggu dan tidak ada hubungannya dengan pembentukan kalus.
Syarat:
1.
2.
3.
jaringan lunak eksternal .Secara garis besar dibedakan menjadi 5 fase: hematom
(inflamasi); proliferasi ; pembentukan kalus; fase osifikasi; remodeling.
B.
Callus formation
b.
3. Remodeling Phase
Ketika tulang mengalami kerusakan, termasuk fraktur, maka berbagai proses
dalam tubuh akan terganggu. Sebagai reaksi tubuh terhadap sebuah jejas, maka
akan terjadi proses repair
Soft Tissue
2.2.1
Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium ataukutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea,hipodermis atau subkutis) Sebagai
gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut :
instensi
pertama,
jaringan
granulasi
tidak
tampak
dan
yang
vasokonstriktor
terbuka
yang
(clot)
dan
juga
mengakibatkan
mengeluarkan
pembuluh
darah
substansi
kapiler
biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan
oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses
terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet
dan makrofag (growth factors).
Proses
selanjutnya
adalah
epitelisasi,
dimana
fibroblast
dan dermis.
Untuk
membantu
jaringan
baru tersebut
menyempurnakan
penyembuhan
terbentuknya
yang
kuat
dan
jaringan
baru
menjadi
berkualitas.Fibroblast
jaringan
sudah
mulai
yang
optimal
diperlukan
Struktur Tendon
Tendon bervariasi dalam bentuk, dapat seperti batang yang bulat, seperti
tali pita atau pita yang diluruskan. Ketika sehat muncul berwarna putih, dan
memiliki tekstur fibroelastik. Secara struktural,tendon terdiri dari tenoblasts dan
tenocytes yang terletak dalamjaringan matriks ekstraselular (ECM). Tenoblasts
adalah sel tendon immature. Mereka berbentuk gelendong, denganbanyak organel
sitoplasma yang mencerminkan aktivitas metabolisme yang tinggi. Dengan
bertambahnya usia tendon, tenoblasts menjadi memanjang dan berubah menjadi
tenocytes. Tahap ini memiliki rasio inti dan sitoplasma yang lebih rendah daripada
tenoblasts, dengan aktivitas metabolisme yang menurun. Bersama-sama,
tenoblasts dan tenocytes bertanggung jawab pada 90-95% dari elemen sel
penyusun tendon. Sisanya 5-10% dari elemen seluler tendon terdiri dari
kondrositpada perlekatan tulang dan sisi insersi tulang.Sel sinovial pada selubung
tendon, dan sel-sel pembuluh darah, termasuk sel endotel kapiler dan sel otot
polos arterioles.
Tenocytes mensintesis kolagen dan seluruh komponenECM, dan juga aktif
dalam memproduksi energi. Siklus aerob Krebs, glikolisis anaerob dan fosfat
pentosashunt semua hadir dalam tenocytes manusia. Dengan bertambahnya usia,
jalur metabolisme dalam memproduksi energi bergeser dari aerobik menjadi lebih
anaerobik.
Konsumsi oksigen oleh tendon dan ligamen adalah 7.5 kali lebih rendah
dari muskulus skeletal. Mengingat metabolisme rate yang rendah dan berkembang
baik dengan siklus energi anaerobik, tendon mampu membawa beban dan
memelihara keteganganuntuk waktu yang lama, sementara menghindari risiko
Tendinopathy
Pada gangguan tendon kronis, interaksi antara intrinsik dan faktor
Ruptur Tendon
Pada ruptur tendon archilles, mekanisme percepatan/deselerasi telah
kolagen tipe III dimulai. Setelah beberapa hari, tahap remodeling dimulai.
Sintesiskolagen tipe III puncaknya selama tahap ini, yang berlangsung selama
beberapa minggu. Kadar air dan konsentrasi glikosaminoglikan tetap tinggi
selama tahap ini.
Setelah sekitar 6 minggu, tahap remodelling dimulai.Selama tahap ini,
jaringan penyembuhan diubah ukurannya dan dibentuk kembali. Keterkaitan
penurunan cellularitas, kolagendan sintesis glikosaminoglikan terjadi. Fase
remodelling dapat dibagi menjadi stase konsolidasi dan maturasi.Tahap
konsolidasi dimulai pada sekitar 6 minggu dan berlangsung terus hingga 10
minggu. Pada periode ini, jaringan yang mengalami perbaikan berubah dari
seluler menjadi fibrous. Metabolisme Tenocytetetap tinggi selama periode ini, dan
tenocytes dan serat kolagen menjadi selaras ke arah tegangan. Proporsilebih tinggi
dari kolagentipe I disintesis selama fase ini. Setelah 10 minggu, tahap pematangan
terjadi, denganperubahan bertahap dari jaringan fibrosa menjadiscar-like tendon
tissue selama satu tahun. Selama separuh berikutnya dari tahap ini, penurunan
metabolisme tenocyte dan vaskularisasitendon. Penyembuhan tendon dapat terjadi
secara intrinsik, melalui proliferasiepitenon dan tenocytesendotenon, atau
ekstrinsik, melalui invasi sel dari selubung dan synovium sekitarnya. Tenoblasts
epitenonmemulai
proses
perbaikan
melalui
proliferasi
dan
migration.
Penyembuhan pada tendon yang parah dapat dilakukan oleh sel-sel dari epitenon
sendiri, tanpa bergantung pada adhesi untuk vaskularisasi. Tenocytes internal
berkontribusiuntuk proses perbaikan intrinsik dan mengeluarkan lebih besar dan
kolagen yang lebih matur dari sel epitenon. Meskipun demikian, fibroblasdi
epitenon dan tenocytes mensintesis kolagen selama perbaikan, dan sel-sel yang
kembali
sel
otot
yang
rusak
dan
semaksimal
mungkin
1.
2.
Inflamasi
Setelah serat otot mengalami cedera, akan terjadi influx ion Calcium ke dalam
sel sehingga mengaktifkan berbagai protease, salah satunya adalah fosfolipase.
Fosfolipase akan merombak fosfolipid (membran sel) menjadi asam arakidonat, yang
selanjutnya akan diubah menjadi prostaglandin melalui jalur siklooksigenase (COX).
Prostaglandin tersebut berperan dalam menghasilkan nyeri, inflamasi, dan regenerasi.
Selain terjadi cedera pada otot, kemungkinan besar juga terjadi cedera vaskular
(pembuluh darah). Oleh karena itu hematoma yang terbentuk akan menyebabkan
influks sel-sel radang seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit T. Kadar neutrofil
sendiri akan menetap selama 5 hari setelah trauma, dan selanjutnya digantikan
(didominasi) oleh limfosit T (padainflamasi kronik). Selain itu neutrofil juga akan
merekrut makrofag yang turut berperan dalam proses fagositosis. Makrofag juga
Regenerasi
Secara fisiologis, otot rangka merupakan jaringan yang sudah berdiferensiasi
secara akhir (nukleusnya bersifat post-mitotik). Namun demikian, terdapat sel-sel
satelit di membran basal dan sarkolema yang dapat berproliferasi untuk
menggantikan sel-sel otot yang rusak. Sel-sel satelit ini diaktivasi oleh makrofag dan
sebagai respons terhadap cedera jaringan. Aktivasi sel satelit ini terjadi sekitar 10
hari setelah cedera, diawali oleh proses degenerasi dan inflamasi. Selain itu,
diketahui bahwa berbagai faktor pertumbuhan, seperti bFGF, NGF, dan IGF-1 juga
turut berperan dalam menstimulasi proliferasi sel-sel satelit.
4.
Pembentukan Fibrosis
Fibrosis, atau jaringan parut akan terbentuk apabila cedera otot terlalu parah
dan proses inflamasi kronik berlanjut. Jaringan parut akan terbentuk di antara
minggu ketiga dan keempat setelah cedera. Pada proses ini terjadi aktivasi matriks
ekstraselular dan peningkatan produksi jaringan kolagen (terutama tipe I dan III).
Penyembuhan melalui pembentukan jaringan parut juga dapat terjadi bersamaan
dengan regenerasi sel otot (proliferasi sel satelit). Diketahui bahwa TGF-1
merupakan faktor yang menginduksi terbentuknya fibrosis. Pada penyembuhan
melalui pembentukan fibrosis, otot dapat kehilangan unit kontraktilnya sehingga
Faktor sistemik
a.
b.
c.
d.
e.
Hormonal:
GF
mendukung
penyembuhan,
kortikosteroid
menghambat penyembuhan
f.
g.
2.
Faktor lokal
a. Derajat trauma lokal: fraktur yang kompleks dan merusak jaringan
lunak sekitarnya lebih sulit sembuh
a.
Area tulang yang terkena: bagian metafisis lebih cepat sembuh daripada
bagian diafisis
b. Tulang abnoemal (tumor, terkena radiasi, infeksi) lebih lambat
sembuh
c. Derajat imobilisasi: pergerakan yang banyak dapat menghambat
penyembuhan, weighbearing dini
2.3
Jika tulang sembuh dengan adekuat, terapi fisik memegang kunci dalam
rehabilitasi. Program latihan yang didesain untuk pasien dapat membantu
mengembalikan kekuatan dan keseimbangan tulang dan membantu suapay dapat
beraktivitas seperti semula.
Jika tulang tidak sembuh dengan baik atau gagal sembuh, dokter bedah
ortopedi dapat memilih beberapa cara untuk meningkatkan pertumbuhan
tulang,seperti imobilisasi lanjut untuk waktu lebih lama, stimulasi tulang, atau
pembedahan dengan graft atau dengan bone growth protein.
2.4 Waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk fraktur untuk menyatu (unite)
dan mengalami konsolidasi, tidak ada jawaban pasti , karena waktu yang
dibutuhkan dipengaruhi oleh usia, suplai darah, jenis fraktur dan fraktur lainnya.
Perkiraan waktu secara sederhana dengan digunakan PerkinsTime Table
Tabel Perkins Classification of fracture healing time (in weeks) for the fracture to
unite and become fully healed
Tabel General Expected Healing Times
3 months
3 months
3-6 months
3-12 months
3 months
1 year
1 year
4 months
3-6 months
Knee
Arthroscopy
3-6 weeks
Arthrotomy
3 months
Ligament repair
3-6 months
Ankle
Ligament repair
Spine
3-6 months
Discectomy
3-6 months
Spinal fusion
6-12 months
3-12 months
Nervous System
Major nerve repair
6-12 months
4-5 months
3 months
Tendon
Flexor tendon repair or tendon transfer
3-6 months
3 months
Tendon release
3 months
Amputations
Amputations upper
3-6 months
Amputations - lower
3-12 months
Reconstruction
Digital re-implantation
6-9 months
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorpsinya.
Daftar Pusataka
Huard, J.; Li, Y; And Freddie H. Fu. 2002. Muscle Injuries And
Repair:Current Trends In Research.The Journal Of Bone And
Joint Surgery
Marshell, Richard dan Thomas A Einborn. 2011. The Biology of Fracture
Healing. Journal of National Institutes of Health, Department of
Orthopaedic Surgery, Boston Univercity of MedicalCenter . Elesvier:
published juni 2011
R.A. Hauser; E.E. Dolan; H.J. Phillips; A.C. Newlin; R.E. Moore; and B.A.
Woldin. 2013. Ligament Injury and Healing: A Review of Current Clinical
Diagnostics and Therapeutics. The Open Rehabilitation Journal
Sharma, P.,and Maffulli, N. 2006. Biology of tendon injury: healing, modeling
and remodeling