Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Arief Rachman
1102011044
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1
Identitas Pasien
Nama
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Pria
: 801610
Tanggal lahir
: 23 April 1951
Agama
: Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia
Pendidikan
Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Status
: Sudah Menikah
Tanggal pemeriksaan
1.2
Keluhan Utama : Pengelihatan mata kiri buram sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan tambahan : Pengelihatan mata kiri berkabut seperti tertutup asap dan
sulit melihat jelas
Riwayat keluarga dengan keluhan sama yang diderita pasien sekarang disangkal.
Riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga disangkal
Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga disangkal
Riwayat penyakit alergi dalam keluarga disangkal.
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/80
Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 19 kali/menit
Suhu
: 36.5 C
Status Oftalmologi
OD
OS
Visus
TIO
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ortoforia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Margo Palpebralis
Superior
hordeolum(-),kalazion(-),
ptosis (-), lagoftalmus (-),
hordeolum(-), kalazion(-)
Ptosis (-), lagoftalmus (-),
sikatrik (-)
sikatrik (-)
hematom (-)
Entropion (-)
Ektropion (-)
Trikiasis (-), Diskiasis (-)
Inferior
Entropion (-)
Ektropion (-)
Konjungtiva tarsalis
superior
folikel (-)
folikel (-)
Konjungtiva tarsalis
inferior
folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-),
folikel (-)
Margo Palpebralis
perdarahan subkonjungtiva
(-)
Jernih, ulkus (-),
sikatriks (-)
Pupil
Kornea
Iris
Lensa
1.4
Vitreus
(-)
Tidak dilakukan
Fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Palpasi TIO
Normal (flukluatif)
Normal (flukluatif)
Tidak dilakukan
Resume
Pasien pria usia 65 tahun datang ke poliklinik mata keluhan pengelihatan mata
kiri buram sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Mata kiri buram pandangan
berkabut seperti tertutup asap. semakin lama pandangan semakin berkabut dan
semakin sulit melihat jelas. Keluhan tanpa disertai mata merah, rasa gatal, dan
nyeri. Saat 1 tahun yang lalu pasien mengalami pandangan buram pada kedua
mata dan telah dilakukan penanaman lensa pada mata kanan, tidak terdapat
riwayat trauma, pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2 dan hipertensi.
Pada pemeriksaan Fisik, Status generalis didapatkan tekanan darah
140/90mmHg. Pada status oftalmologi didapatkan Visus menurun 5/60 OS . Pada
pemeriksaan lensa didapatkan lensa keruh sebagian dan shadow test (+) OS.
1.5
Diagnosis Kerja
Pseudofakia OD
Katarak Senilis Imatur OS
1.6
Diagnosis Banding
1.7
Penatalaksanaan
Farmakologi
Edukasi
1.8
Prognosis
-
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungsionam
Quo Ad Sanactionam
Quo Ad Cosmetican
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Ad Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna
bagian sclera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
otak.
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber
Tanpa akomodasi
M. cilliaris
Kontraksi
Relaksasi
Menurun
Meningkat
Bentuk lensa
Lebih cembung
Lebih pipih
Meningkat
Menurun
Dioptri lensa
Meningkat
Menurun
B. PEMERIKSAAN LENSA
Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight,
loop, sebaiknya dengan pupil dilatasi.
Natrium lebih tinggi dibagian posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion natrium masuk secara difusi
bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan didalam
oleh Ca-ATP ase.
II.
KATARAK
2.1. DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan
Latin(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
2.2. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor
risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil,
atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi
dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut
(terjadinya sklerosis nuklear), penyakit mata (glaucoma, ablasi, uveitis, retinitis
pigmentosa, dan penyakit intraocular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik),
keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot dan asetilkolinesterase topikal),
kelainan sistemik atau metabolik (DM, hipokalsemi, distrofi miotonik,dermatitis
atopik), genetic dan gangguan perkembangan, infeksi dimasa pertumbuhan janin
2.3. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
2.
proteinnukelus
lensa,
sedang
warna
coklat
protein
lensa
a. Katarak Kongenital
Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.Katarak kongenital sering terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuria, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis. Katarak congenital dapat diklasifikasikan lagi
menjadi katarak kapsulolentikular (katarak kapsul dan katarak Polaris) dan katarak
lentikular (katarak yang mngenai kortek atau nukleus saja).
b. Katarak Juvenil
Adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari katarak congenital
dan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti, trauma, radiasi maupun pengaruh obat-obatan.
c. Katarak Senil
Adalah semua kekeruhan lensa yang tedapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Menurut morfologinya,katarak dibagi diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah menjadi
kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik (miopisasi).
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak
menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.
4. Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
1. Anterior Capsular
a. Congenital : Kelainannya di membran pupil yang tidak dapat
lepas pada waktu lahir.
b. Acquired : Pseudoexfloation syndromes, Chlorpromazine, yang
disertai dengan sinekia posterior
2. Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada hubungan
kapsul posterior dengan retina yang seharusnya menghilang sejak
lahir.
3. Katarak Lammelar
4. Katarak Sutural
Gambar 3
Tiga tipe katarak senile berdasarkan pada morfologinya
Stadium katarak:
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Tabel 2
Insipiens
Ringan
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
masuk)
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaucoma
Matur
Seluruh
(air Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
massa lensa keluar
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis+glaukoma
Grade I
o
Refleks fundus positif
o
Visus lebih dari 6/12
o
Nukleus lunak
o
Lensa nampak sedikit keruh dan warnanya agak keputihan
o
Usia kurang dari 50 tahun
Grade II
o
Refleks fundus positif
o
Visus 6/12 hingga 6/30
o
Nukleus sedikit keras, tampak sedikit kekuningan
o
Gambaran seperti katarak subkapsular posterior
Grade III
o
Refleks fundus negatif
o
Visus 6/30 hingga 3/60
o
Nukleus agak keras, warna kekuningan
o
Korteks berwarna abu-abu
Grade IV
o
Refleks fundus negatif
o
Visus 3/60 hingga 1/300
o
Nukleus keras, warna kuning kecoklatan
o
Usia lebih dari 65 tahun
Grade V
o
Refleks fundus negatif
o
Visus kurang dari 1/300
o
Nukleus sangat keras, warna kecoklatan hingga kehitaman (brunescent
o
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu
mata kiri merah dan gatal. Keluhan ini dirasakan 4 hari sebelum pasien datang ke
poliklinik mata RS Polri. Visus pasien normal dan tidak terganggu. Mata kiri pasien
juga terlihat bengkak dan mengeluarkan sekret berwarna hijau sejak 1 hari yang lalu
lebih banyak di pagi hari. Pada saat berkedip pasien juga mengeluh mata kirinya
terasa perih karena sering digosok-gosok.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tidak adanya penurunan visus, adanya
edem pada palpebra inferior kiri, hiperemis pada konjungtiva tarsalis inferior kiri,
adanya injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi mata kiri. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat dikatakan bahwa diagnosis kerja pada pasien ini adalah
konjungtivitis bakterial akut OS.
Diagnosis kerja ini dapat dibuktikan dengan gejala klinis konjungtivitis
karena infeksi bakteri yaitu mata merah, visus normal, produksi sekret yang lebih
banyak di pagi hari saat bangun tidur, adanya injeksi konjungtivitis yang membuat
mata terlihat merah dan gatal yang tidak terlalu parah. Pasien juga menggunakan
softlens yang bisa menjadi faktor resiko pasien terkena infeksi bakteri karena softlens
dapat menjadi media tumbuhnya bakteri. Sehingga terapi yang diberikan ke pasien ini
adalah antibiotik spektrum luas dan artificial tear. Terapi yang diberikan akan lebih
tepat atau spesifik setelah dilakukan pemeriksaan penunjang seperti kultur sekret,
pewarnaan sediaan apus dan pewarnaan gram.
Diagnosis banding dari kasus ini adalah konjungtivitis karena infeksi virus dan
konjungtivitis karena alergi. Kita dapat menyingkirkan kedua diagnosis banding ini
karena pada konjungtivitis karena virus gejalanya lebih ke arah mata berair, sekret
jarang sekali ditemukan, biasanya terdapat folikel pada palpebra bagian dalam dan
umumnya sering disertai adenopati preaurikular. Sedangkan pada konjungtivitis
karena alergi pasien akan lebih mengeluh mata gatal, sekret yang sedikit, terdapat
papil yang besar (cobble stone) pada palpebra bagian dalam.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidartha. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Balai Penerbit FK
UI, Jakarta
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.
Dalam Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
3. Ebook Ophtalmology pocket
4. American academy of ophtalmology. 2008. External disease and cornea.
Section 8.