Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL/ USULAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


MATA PELAJARAN MATEMATIKA
KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI MOKAHA 01
KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL
Disusun untuk .................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
...............

Oleh
NAMA

TALKIS HASANUDIN

NUPTK

9241764665110043

UNIT KERJA

SD NEGERI MOKAHA 01

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL


UPTD DIKPORA KECAMATAN JATINEGARA

SD NEGERI MOKAHA 01

2011
I.

JUDUL
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN
MELALUI POLA JARI TANGAN BAGI SISWA KELAS V SDN MOKAHA 1
KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

II.

BIDANG KAJIAN
Pembelajaran Matematika tentang Perkalian melalui Pola Jari Tangan

III.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Undang-Undang no. 25 tahun 2000 dinyatakan
bahwa Pembangunan Nasional tahun 2000-2004 perlu pengendalian mutu pendidikan dengan
meningkatkan proses pembelajaran.

Dalam kegiatan proses pembelajaran juga ada faktor yang mendukung dan ada pula faktor
yang menghambat. Untuk mengetahui faktor yang menghambat, maka perlu mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas.
Sejalan dengan Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian
sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing serta pendidikan.
Matematika adalah salah satu ilmu pada saat ini sudah pesat perkembangannya. Matematika
beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu konsep dasar matematika
harus dikuasai peserta didik sedini mungkin, supaya terampil dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar mengajar, teknik, metode dan media diserahkan
kepada guru sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pembelajaran matematika tentang perkalian bagi siswa kelas V SDN Mokaha 01
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Semester I Tahun Pelajaran 2011/ 2012, masih relatif

rendah, kira-kira ada 45% dari 33 siswa. Salah satu faktornya siswa masih belum menguasai
tentang perkalian dasar (perkalian di bawah 100) yang merupakan dasar dari operasi hitung
perkalian. Padahal perkalian dasar sudah dikenalkan siswa sejak kelas II SD, namun
kenyataannya sampai kelas V masih banyak yang lupa pada perkalian dasar tersebut.
Dengan demikian diharapkan siswa SD memiliki pengetahuan siap pakai seperti hafal
perkalian di bawah 100. Untuk membantu menghafal perkalian di bawah 100 atau perkalian
dasar, perlu menggunakan model yang tepat, agar siswa selalu ingat pada perkalian dasar
tersebut. Model yang tepat untuk membantu siswa menghitung perkalian dasar salah satunya
adalah pola jari tangan. Pola jari tangan ini sangat mudah dipelajari siswa dan dapat membantu
siswa mengingat kembali perkalian yang telah dilupakan. Apalagi mengingat nilai matematika di
SD secara umum masih relatif rendah.
Dalam pandangan Piaget pengetahuan datang dari tindakan jadi perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Menurut Slavin (dalam Nur :1998 : 27) implikasi dari teori Piaget dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental
anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. (2) Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan
aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak
diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui
interaksi spontan dengan lingkungan. (3) Tidak menekankan pada praktek-praktek yang
diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya. (4)
Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda. (5) Dari uraian tersebut
pembelajaran menurut konstruktivis dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada berfikir
atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam
kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
IV.

PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


A. Perumusan Masalah

Pembelajaran

matematika

kelas

SDN Mokaha

01

Kecamatan

Jatinegara

Kabupaten Tegal Semester I Tahun Pelajaran 2011/ 2012 masih relatif rendah. Rendahnya
pembelajaran matematika tersebut disebabkan masih rendahnya anak dalam menghitung
perkalian. Hal ini dikarenakan siswa tidak menguasai perkalian dasar ( perkalian di bawah 100)
sebagai pedoman dalam menghitung operasi perkalian yang lebih luas. Dengan menggunakan
Pola Jari Tangan diharapkan siswa akan lebih mudah menguasai perkalian dasar, yang pada
gilirannya akan menguasai perkalian dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
umumnya.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan yaitu :

Apakah melalui Pola

Jari Tangan dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada perkalian dasar?
B. Pemecahan Masalah
Dalam mata pelajaran matematika khususnya perkalian dasar, siswa kelas V
SDN Mokaha 01 masih relatif rendah. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran perkalian bilangan
bulat positif, siswa mengalami kesulitan. Ini dikarenakan banyak siswa yang belum hafal pada
perkalian dasarnya. Saat diajukan pertanyaan, jawabannya lama. Mereka lama berfikir dan lama
menghitung dengan corat-coret pada kertas. Ini sangat memprihatikan, Seharusnya siswa kelas V
SD sudah paham betul tentang perkalian dasar antara bilangan 1 sampai dengan 100. Tetapi
kenyataannya mereka masih menggunakan oret-oretan untuk menghitung.
Oleh karena itu, selaku guru mencoba mengadakan tes perkalian untuk mengetahui
seberapa besar ketidaktahuan perkalian tersebut terhadap 36 siswa.
a. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :

Perkalian

melalui

pola

jari

tangan

dapat

meningkatkan

hasil

belajar

siswa

SDN Mokaha 01 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal .

V.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah dengan metode penugasan, diskusi kelompok, dan tanya jawab dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran
3. Untuk mengetahui apakah penyebaran perhatian guru dapat meningkatkan prestasi siswa.

4.

Untuk mengetahui apakah pemanfaatan media dan sumber belajar dari lingkungan dapat
meningkatkan prestasi siswa.

5.

Untuk mengetahui apakah penggunaan bahasa yang sederhana dapat meningkatkan prestasi
siswa.
Selain itu ada tujuan yang lebih penting dari penelitian ini yaitu untuk memenuhi syarat
tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas ( IDIK 4008 )

VI. MANFAAT PENELITIAN.


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi Siswa.

a.
b.
c.

Siswa lebih mudah menguasai materi pelajaran.


Siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran.
Motivasi siswa dalam belajar meningkat.

2.

Bagi Guru.

a.

Guru lebih mampu membuat RPP yang baik.

b.

Guru lebih tepat memilih dan menerapkan metode yang tepat.

c.

Guru terampil memilih media dan alat peraga yang tepat.

d.

Guru mampu melaksanakan RPP.

3.

Stake Holder

Bagi Kepala Sekolah


Sebagai pemegang kebijaksaan langsung di sekolah, Kepala Sekolah menjadi paham bahwa
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan multak
untuk dilengkapi. Untuk itu kepala sekolah dapat mengalokasikan dana yang cukup, untuk
pengadaan alat peraga atau media yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran.
Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian masyarakat menjadi paham bahwa keberhasilan pendidikan, tidak
hanya tanggung jawab guru saja, namun dukungan dan kerjasama dari masyarakat yang baik
merupakan salah satu faktor pendukung yang tidak bisa diabaikan.

VII. KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori
1) Karakteristik Matematika
Pembelajaran matematika di pendidikan dasar terutama di SD memegang peranan penting
karena pendidikan di SD merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya. Oleh sebab itu,
pembelajaran dibuat semenarik dan sejelas mungkin agar bisa dipahami siswa. Keterlibatan
siswa dalam pembelajaran harus diupayakan agar siswa menjadi senang belajar supaya
pembelajaran matematika dapat terlaksana dengan baik, seorang guru harus dapat menentukan
strategi pembelajaran yang tepat. Dalam buku Pendidikan Matematika I (2006:2.3) disebutkan
bahwa matematika sekolah adalah unsur dan matematika yang dipilih antara lain dengan
pertimbangan atau berorientasi pada pendidikan. Dengan demikian maka dalam pembelajaran
matematika perlu diusahakan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa, mengkongretkan
objek matematika yang abstrak menjadi mudah dan dapat dipahami oleh anak.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan teori-teori itu dibuat secara
deduktif berdasarkan pada unsur yang tidak didefinisikan, seperti aksioma-aksioma, sifat-sifat
atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
a. Prinsip-prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
1) Dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks
2) Dimulai dari yang mudah menuju yang sukar
3) Dimulai dari yang kongkret ke yang abstrak
b. Ruang lingkup materi/ bahan kajian matematika di SD mencakup :
1. Unit Arimatika (Berhitung)
Sebagian besar dari bahan kajian matematika adalah berhitung yaitu bagian dari matematik yang
membahas bilangan operasinya beserta sifat-sifatnya. Bilangan ini diperkenalkan dengan
pendekatan urutan bilangan asli serta kumpulan benda konkret. Kemudian dibahas pula soal-soal
cerita dan hitung uang yang disesuaikan dengan pengenalan bilangan serta kenyataan-kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Unit Geometri

Unit geometri mengutamakan pengenalan bangun datar dan bangun ruang. Bangun-bangun
geometri diperkenalkan melalui proses non formal, konkret dan diawali dengan bangun-bangun
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Unit Pengukuran
Adapun konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup pengukuran panjang,
keliling, luas, berat, volume, sudut dan waktu dengan satuan-satuan ukurannya. Selain itu di SD
diperkenalkan satuan ukuran jumlah (satuan banyak) seperti lusin, kodi dan gros.
2) Matematika Sekolah
Kebanyakan orang berfikir bahwa matematika adalah sebuah mata pelajaran yang penting
tetapi hanya sebagian yang memahami apa sebenarnya matematika itu. Untuk kebanyakan orang,
mengatakan bahwa matematika adalah kumpulan aturan yang harus dimengerti, perhitunganperhitungan aritmatika, persamaan aljabar yang abstrak dan bukti-bukti geometris dan lain
sebagainya. Pandangan ini sangat berbeda dengan pandangan terhadap matematika yang
memberti arti objek-objek matematika seperti data, bentuk perubahan atau pola.
Kalau dilihat dari tuntuan KTSP tentang pembelajaran matematika maka cara tersebut
diatas jauh dari tujuan yang diharapkan.Coba kita lihat dari standar isi dan standar kompetensi
dan kompetensi dasar di situ jelas jelah pada setiap langakh dijelaskan bahwa matematika
menggunakan metode pemecahan masalah dengan tujuan untuk meningkatkan daya fikir siswa
yang kreatif. Akan tetapi kembali lagi kepada persoalan tuntutan tadi.
Matematika adalah ilmu tentang pola dan urutan (Jhon A. Van De walle, 2006, 13) Difinisi
ini menantang pandangan masyarakat terhadap matematika sebagai ilmu yang didominasi oleh
perhitungan. Ilmu pengetahuan merupakan proses penggambaran sesuatu atau memberi arti
tentang sesuatu. Memang ilmu pengtahuan berawal dari soal tetapi pada suatu situasi. Meskipun
mungkin kita tidak pernah memikirkannya, matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang meilki
pola keteraturan dan urutan yang logis. Menemukan dan mengungkapkan keteraturan atau urutan
ini dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan matematika.
3) Karakteristik Siswa SD
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu
kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika
matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses
keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan
bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Mereka
mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan

relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan


dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan
dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat
mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui
anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c)
tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12
tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit,
pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit,
dan mampu melakukan konservasi.
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini
menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya,
mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan
perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di
mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah
diharapkan pada dunia pengetahuan.
4) Hakekat Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Seorang anak manusia
membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu
dan senantiasa belajar bilamanapun dan dimanapun dia berada.
Menurut Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa,
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan menurut Morgan dalam buku introduction
to Psychology (1978) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dipaparkan bahwa definisi belajar atau pengertian
belajar secara umum, ciri-cirinya ialah perbuatan yang menghasilkan perubahan yang menuju ke
sesuatu yang lebih maju lagi dan perubahan itu didapat atas dasar latihan-latihan yang sengaja,
karena itu belajar tidak diketemukan hanya secara kebetulan saja.
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran
matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan (kelas/ sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika sekolah. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kiranya bahwa unsur pokok dalam
pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja
dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran. Siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar
matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari, dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi
atau mata pelajaran.
Sejauhmana konsep pelajaran matematika berdasarkan falsafahnya dapat dibeda-bedakan,
tetapi dalam pelaksanaan dapat dikombinasi antara satu dengan yang lain. Konsepsi-konsepsi
yang dimaksud menurut (Demunt, 1998: hal 1-14) adalah sebgai berikut:
Konsep pertama : pembelajaran matematika berorientasi pada
matematika formal.
Konsep kedua : pembelajaran matematika berorientasi pada dunia
sekeliling.
Konsep ketiga
: konsep heuristik, yaitu pembelajaran matematika
sebagai sistem di mana pelajarannya dilatih untuk
menemukan sesuatu secara mandiri.
Konsep keempat : pembelajaran matematika berorientasi pada
matematika sebagai alat.
5) Hasil Belajar
Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berpikir
besar pengaruhnya terhadap hasil belajarnya. Setiap jenis belajar mencakup jenis perilaku
tertentu, misalnya belajar informasi verbal secara psikologis berbeda dengan belajar kemahiran
intelektual, berbeda juga dengan bidang kognitif yang lain.
Menurut Gagne (dalam Noehi 1992), ada lima kategori hasil belajar, antara lain:
a. Hasil belajar informasi verbal (Verbal Information)
Dalam belajar informasi verbal seringkali individu memanfaatkan hasil dari belajar
kemahiran intelektual dan belajar kognitif. Denga bantuan dari kedua hasil dari jenis belajar
lainnya seperti tersebut di atas, maka hasil-hasil belajar yang telah dipunyai sebelumnya akan
dihubungkan dengan hasil belajar yang baru, sehingga akan diwujudkan sesuatu hasil yang
bermakna.
Informasi verbal meliputi: cap-cap verbal, fakta dan data. Cap-cap verbal dipelajari bila
individu berhadapan dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya. Orang tuanya akan
membantu menyebutkan nama-nama tiap benda. Dari nama-nama yang merupakan konsep yang
konkrit akan dicapai individu itu. Sehingga dicapailah hasil yang lebih bermakna yaitu data dan
fakta.
b. Hasil belajar kemahiran intelektual (intellectual skill)
Menurut Gagne, hasil belajar kemahiran intelektual adalah:

a) Persepsi
Yaitu kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara objek-objek, berdasarkan ciri-ciri fisik
yang berbeda-beda antara objek-objek itu.
b) Konsep
Yaitu kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara golongan-golongan objek dan
sekaligus mengadakan generalisasi dengan mengelompokkan objek-objek yang mempunyai satu
atau lebih ciri yang sama.
c) Kaidah
Yaitu kemampuan untuk menghubungkan beberapa konsep, sehingga terbentuk suatu
pemahaman baru yang mewakili kenyataan yang biasanya terjadi.
d) Prinsip
Yaitu kemampuan untuk menghubungkan beberapa kaidah, sehingga pemahaman yang lebih
tinggi, yang membantu memecahkan suatu problem atau masalah.
c. Hasil belajar pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive Strategy)
Gagne menyebut cognitive strategy sebgai cara menangani aktivitas belajar dan berpikir
sendiri. Kemampuan mengatur kegiatan kognitif pada diri sendiri, mempunyai aplikasi yang luas
sekali. Makin mampu seorang dalam hal ini, makin baik pula hasil pemikirannya.
d. Hasil belajar ketrampilan motorik (Motor Skill)
Orang yang memiliki suatu ketrampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak
jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu. Ketrampilan semacam ini disebut motorik, karena otot, urat dan
persendian terlibat secara langsung, sehingga ketrampilan sungguh-sungguh berakar dalam
kejasmanian.
e. Hasil belajar sikap (attitude)
Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan,
lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang
mantap mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan.
Melalui pendidikan dalam keluarga dan sekolah, ditanamkan dan dikembangkan sikap
terhadap banyak hal. Di sekolah, terutama dikembangkan sikap-sikap yang berkaitan dengan
kehidupan sekolah itu sendiri, seperti disiplin, dan bekerja dengan jujur, juga diusahakan supaya
berkembang sikap-sikap yang dipandang penting dalam kehidupan masyarakat.

VIII.

RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


A.

1.

Subjek Penelitian

Lokasi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas V semester 2 SD Negeri Mokaha
01 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.

2.

Waktu
Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada:
Siklus I

: Kamis, 20 Oktober 2011

Jam ke 1 2 (07.00 08.10)


Siklus II

: Sabtu, 12 Nopember 2011

Jam ke 1 2 (07.00 08.10)


3.

Karakteristik Siswa
Jumlah siswa seluruhnya di SD Negeri Mokaha ada 159 anak. Sedangkan jumlah siswa
kelas 5 ada 28 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Tingkat
kecerdasan siswa di kelas 5 ini cenderung merata. Kemampuan berpikir rata-rata sedang atau
biasa-biasa saja. Sebagian besar mereka adalah anak-anak petani, hanya sebagian kecil yang
orang tuanya pedagang, tingkat pendidikan mereka pun sebagian besar masih rendah. Hal ini
mempengaruhi kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka.
Perhatian pada anak dari segi kebersihan badan, pakaian, maupun keberangkatan anak ke sekolah
bisa dikatakan minim. Meskipun guru sudah berkali-kali mengingatkan masih saja ada anak yang
berangkat ke sekolah tanpa mengenakan sepatu. Baju seragam yang dipakai lusuh hampir tidak
pernah disetrika. Hal yang unik lagi, kalau musim panen bawang dan kebetulan harganya tinggi,
otomatis siswa yang tidak masuk jumlahnya melonjak dibandingkan hari-hari biasanya. Alasan
mereka membantu orang tuanya di sawah.

B.
1.

Deskripsi Per Siklus


Rencana

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial


sebanyak dua siklus. Agar nilai yang dicapai siswa meningkat dan membangkitkan semangat
belajar yang tinggi, maka penulis menyusun rencana perbaikan dengan tahapan sebagai berikut.
1.

Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dengan menekankan pada masalah yang menjadi
perbaikan.

2.

Diskusi dengan teman sejawat untuk menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengamati proses perbaikan pembelajaran.

3.

Pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran akan dilaksanakan melalui siklus berulang, dengan
maksud jika pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus pertama hasilnya belum menunjukan
ada peningkatan yang diharapkan, baik ditinjau dari proses pembelajaran maupun prestasi belajar
yang dicapai siswa, maka penulis menyusun rencana perbaikan berikutnya difokuskan pada
kekurangan atau kelemahan yang ditemukan pada siklus pertama, kemudian dilaksanakan pada
siklus berikutnya, sehingga mencapai tujuan perbaikan pembelajaran dan prestasi siswa yang
diharapkan.
Rencana perbaikan pada pembelajaran matematika difokuskan pada penggunaan metode
penugasan, diskusi kelompok, dan Tanya jawab agar siswa memperoleh pengalaman nyata dari
partisipasi aktifnya dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan implikasi pandangan
konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran guru ke siswa namun secara aktif dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman nyata
(Sutarno : 2007 :8.8)

2.

Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan antara lain :

1.

Menentukan

materi

pokok dan membuat

rencana

perbaikan

pembelajaran

siklus

berdasarkan refleksi.
2.

Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan

3.

Melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I dengan observer teman sejawat.

4.

Merefleksikan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I.

5.

Mendiskusikan hasil pelaksanaan dengan teman-teman mahasiswa, dan mengkonsultasikan


dengan observer.

6.

Menyusun rencana perbaikan siklus II

7.

Melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

3.

Pengamatan/pengumpulan data/ instrument


Pengumpulan data penulis lakukan dengan bantuan teman sejawat sebagai observer, dan
hasil observasi serta hasil evaluasi/tes formatif diakhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
setiap siklus, diolah dan didiskusikan dengan teman sejawat dan bimbingan dari supervisor.
Hasil evaluasi pra siklus menunjukkan dari 33 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 60 hanya 10 siswa atau 33 % dan 18 anak atau 64,3 % belum tuntas.dengan
rata-rata kelas hanya 53,39. Pada siklus I rata-rata nilai naik menjadi 60 dan jumlah siswa yang
tuntas 17 siswa atau 60,71 % sedangkan 11 siswa atau 39,29 %belum mencapai KKM. Pada
siklus II rata-rata nilainya 71,2 dan jumlah siswa yang tuntas 26 siswa atau 92,85 % serta 2
siswa atau 7,15 % belum tuntas.

4.

Refleksi
Pada proses pembelajaran matematika tentang perkalian, jumlah siswa yang tuntas
belajar dan rata-rata kelas masih sangat rendah. Dari 28 siswa hanya 10 anak atau 35,7 % yang
tuntas belajar mencapai KKM 60 sedangkan 18 anak atau 64,3 % belum tuntas. Aktivitas dan
antusias siswa juga masih rendah. Kelemahan-kelemahan ini penulis rasakan karena beberapa
hal, diantaranya:

1.

Penggunaan metode mengajar yang kurang tepat dan kurang bervariasi.

2.

Kurang optimal dalam menggunakan alat peraga/media.

3.

Penyebaran perhatian guru yang kurang merata keseluruh kelas.

4.

Kurangnya pemanfaatan media dan sumber belajar dari lingkungan .


Untuk itu penulis meminta bantuan teman sejawat dan supervisor untuk menentukan
langkah-langkah dalam merencanakan perbaikan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Siklus I
Dengan melihat hasil tes formatif pada siklus I dapat diketahui adanya peningkatan
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Perolehan nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 60, jumlah siswa yang tuntas 17 anak atau 60,71%. Pada siklus I ini ada kecenderungan
peningkatan dilihat dari data keaktifan dan keterampilan siswa yang berhasil di kumpulkan
dengan bantuan teman sejawat. Namun keberhasilan yang dicapai siklus I ini belum bisa
dikatakan maksimal. Masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki, antara lain penggunaan
metode masih kurang variatif, panggunaan alat peraga kurang optimal, dan perhatian guru
kurang menyebar. Jumlah siswa yang belum tuntas belajar masih cukup banyak yaitu 11 anak
atau 39,29 %.

Bertolak dari hal-hal diatas, penulis mengadakan diskusi dengan teman sejawat dan
meminta bantuan/saran supervisor untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Siklus II
Pada pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran untuk siklus II, memperoleh hasil yang
cukup memuaskan. Tingkat penguasaan materi oleh siswa menunjukkan kenaikan yang
siginifikan terlihat dari rata-rata nilai yang mencapai 71,2. siswa yang tuntas belajar 26 anak atau
92,85 %. Meskipun masih ada 2 anak atau 7,15 % yang belum mencapai KKM, tetapi karena
keterbatasan waktu, tenaga dan sarana, maka perbaikan selanjutnya dilaksanakan secara
individual pada kesempatan lain.

IX.

JADWAL PELAKSANAAN
NO

KEGIATAN

1
2
3

Perencanaan
Pengumpulan data
Observasi

Pelaksanaan Penelitian

5
6
7

Refleksi
Penyusunan hasil PTK
Pelaporan hasil PTK

X.

1
X

APRIL
2
3
X
X

MEI
2
3

X
X

X
X
X
X
X

PERSONALIA PENELITIAN

Nama
NUPTK

: TALKIS HASANUDIN
: 9241764665110043

Tempat / Tanggal Lahir


Alamat

: Tegal, 09 September 1986


: Lembasari RT 01/02 Kecamatan Jatinegara Kabupaten

Tegal
Unit Kerja
Jabatan

nalia

: SDN Mokaha 01
: Guru Kelas

: Untuk memperbaiki pembelajaran pada mata pelajaran matematika khususnya pada bab
operasi hitung.

XI.

DAFTAR PUSTAKA

Asad, S. dkk. 2004. Matematika 5. Jakarta : Bumi Aksara. Hal : 163-165

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Djali, A. dkk. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta.

Hidayat, T. dkk. 2004. Titian Mahir Matematika. Jakarta : Visindo Media Persada. Hal : 25-29

Marpaung, Y. dan Janet Manoy. 2004. Matematika untuk Sekolah Dasar kelas 5. Jakarta : Balai Pustaka.
Hal : 48-52.

Muhsetyo, G. dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta.

Sumantri, M. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.

Demikian contoh proposal PTK UT 2015 terba

Anda mungkin juga menyukai