Disusun Oleh:
Muhammad Arief Luthfi Parama
G99152077
Periode: 22 Agustus 4 September 2016
Pembimbing:
Dr. Vita Nirmala, drg., Sp. Pros., Sp.KG
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIV
1. Definisi
Human
immunodeficiency
virus
(HIV)
merupakan
infeksi
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV, yang hanya mempunyai
sedikit perbedaan pada pathogenesis, manifestasi infeksi, perawatan dan
prognosis yaitu HIV-1 yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2
yang menyebar terutama di Afrika Barat (Scully, 2004). Pada individu yang
terinfeksi, biasanya virus akan membentuk antibody dalam waktu 6-12
minggu. Kebanyakan individu yang terinfeksi HIV akan berada dalam fase
viremia selama 2-6 minggu. Pada kasus yang langka, bisa selama 35
bulan.periode inkubasi AIDS pada kebanyakan individu yang terinfeksi HIV
adalah 10-12 tahun. Kira-kira 30% penderita AIDS yang meninggal setelah
3 tahun didiagnosa AIDS dan kira-kira 50% hidup selama 10 tahun (Little
dkk., 2002).
Pintu masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan
mukosa yang terbuka pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral
cavity. HIV yang masuk ke dalam tubuh menuju kelenjar limfe dan berada
dalam sel dendritik selama beberapa hari (Greenberg dkk., 2008). Kemudian
terjadi sindrom retroviral akut seperti flu disertai viremia hebat dengan
keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Sindrom ini akan hilang sendiri setelah
1-3 minggu, karena kadar virus yang tinggi dalam darah dapat diturunkan
oleh sistem imun tubuh. Proses ini berlangsung berminggu-minggu
sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru dan upaya
eliminasi respon imun. Titik keseimbangan disebut set point.
Apabila angka ini tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan
berlangsung cepat (Tjay, 2000). Tahap selanjutnya adalah serokonversi yaitu
perubahan antibodi negatif menjadi positif, terjadi 1-3 bulan setelah infeksi
dan pasien akan memasuki masa tanpa gejala. Pada masa ini terjadi
penurunan CD4 secara bertahap (CD4 normal = 800-1.000/mm3 ) yang
terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus realtif
konstan. Mula-mula penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/tahun, tetapi pada
2 tahun terakhir penurunan jumlah menjadi cepat sekitar 50-100/tahun
sehingga jika tanpa pengobatan, rata-rata masa infeksi HIV sampai masa
3
AIDS adalah 8-10 tahun saat jumlah CD4 akan mencapai di bawah 200
(Tjay, 2000).
4. Klasifikasi HIV
Menurut Little dkk. (2002), pertama kali terinfeksi HIV, pasien dapat
dikelompok menjadi tiga kelompok yang dapat dilihat pada tabel 1.
Klasifikasi infeksi HIV yang paling sering digunakan adalah yang
dipublikasi oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
pada tahun 1986, yang berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan
infeksi HIV. Pada tahun 1993, klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC
1993b) (Hoffmann dkk., 2007).
B. Infeksi Jamur
1. Candidiasis
a. Definisi
Candidiasis oral merupakan infeksi pada rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida terutama
Candida albicans. Candida merupakan organisme komensal normal yang
banyak ditemukan dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina.
Dalam rongga mulut, Candida albicans dapat melekat pada mukosa
labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum. Candidiasis oral
dapat menyerang semua usia baik usia muda, usia tua dan pada penderita
defisiensi imun seperti AIDS. Pada pasien HIV/AIDS, Candida albicans
ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95% (Setiani dan Sufiawati,
2005).
b. Gambar
c. Etiologi
1) Faktor Lokal
a) Perubahan epitel pada barier mukosa oral seperti atrofi,
hiperplasi atau displasia
b) Kondisi saliva: penurunan kualitas dan kuantitas saliva (misal
pada pasien dengan DM, kemoterapi, dan radioterapi),
perubahan pH saliva.
c) Penurunan sistem fagosit di pertahanan mukosa (misal pada
pasien dengan AIDS dan candidiasis mukokutaneus kronik
d) Morfogenesis mikroorganisme: bentuk hifa lebih invasif dan
patogenik terhadap host.
2) Faktor Sistemik
a) Individu yang imunokompromis: DM, HIV, leukemia, limfoma
b) Individu dengan gangguan nutrisi: defisiensi besi, defisiensi
vitamin
3) Faktor Iatrogenik
8
a) Terapi antibiotik
b) Terapi kortikosteroid
c) Radioterapi dan kemoterapi
d) Merokok
(Scully, 2003)
d. Klasifikasi
1) Bentuk Primer Candidiasis Oral
a) Candidiasis Pseudomembranous akut
Candidiasis pseudomembranous akut tampak sebagai lesi
putih pada mukosa oral yang dapat dihilangkan dengan kerokan
halus dan meninggalkan permukaan mukosa yang eritematous.
Pada pemeriksaan histologis tampak sel ragi dan hifa di antara
epitel desquamasi. Infeksi jenis ini sering terjadi pada bayi baru
lahir yang sistem imunnya masih belum matang.Pada individu
yang lebih dewasa, candidosis pseudomembranous akut sering
terjadi pada individu dengan gizi kurang, supresi lokal sistem
imun (misal pada pemberian steroid inhaler pada pasien asma),
atau penyakit dasar lain seperti infeksi HIV dan AIDS.
b) Candidiasis Eritematous akut
Bentuk candidiasis eritematous akut ini sering terjadi
pada pemberian antibiotik spektrum luas, yang menyebabkan
penurunan populasi bakteri dalam mulut sehingga terjadi
pertumbuhan berlebihan spesies Candida.Jenis infeksi ini dapat
terjadi pada mukosa buccal, namun paling sering timbul sebagai
lesi kemerahan di dorsum lidah dan juga palatum.Candidiasis
eritematous akut adalah satu-satunya bentuk candidiasis oral
yang menimbulkan nyeri terus-menerus. Resolusi spontan dapat
terjadi dengan menghentikan pemberian antibiotik spektrum
luas.
c) Candidiasis Eritematous kronik
nitrosamin
karsinogenik,
N-
C.albicans,
sering
bersama
dengan
bakteri
10
Polyenes
mencakup
Amphotericin
dan
Nystatin.
11
Herpes labialis
12
tetapi
bagi
pasien
immunocompromised
frekuensi
14
15
16
dan
malaise
terkadang
juga
terjadi
submandibular
17
scalling, lesi ini tidak hilang. Perdarahan gingiva dapat terjadi secara
spontan, atau pada saat probing (Laskaris, 2003; Burket et al, 2008).
d. Diagnosis
Menggunakan kultur bakteri untuk menentukan jenis bakteri. Sulit
dibedakan antara penderita non-HIV dengan HIV positif, tetapi biasanya
pada penderita HIV nyeri yang ditimbulkan sangat hebat dan terjadi
destruksi secara cepat (Scully et al, 2010).
e. Diagnosis Banding
Primary herpetic gingivostomatitis, desquamative gingivitis,
periodontitis (Burket et al, 2008).
f. Prognosis
Baik (Burket et al, 2008).
g. Terapi
Kontrol plak, debridement, irigasi dengan povidone iodin, scalling
dan root planing, dan obat
18
E. Lesi Neoplastik
1. Sarkoma Kaposi
a. Definisi
Sarkoma
kaposi
merupakan
keganasan
akibat
proliferasi
19
20
c. Klinis
Submukosa swelling, biasanya bilateral diantara mukosa bergerak
dan tak bergerak palatum dan juga dapat melibatkan tulang mandibula.
Lesi muncul dengan pembengkakan tanpa rasa sakit, berupa ulserasi.
Beberapa lesi oral muncul sebagai ulserasi yang dangkal. NHL dapat
muncul sebagai lesi soliter maupun bersamaan dengan lesi-lesi lainnya
(Laskaris, 2003; Burket et al, 2008).
d. Diagnosis
Secara histologi yaitu dengan biopsi (Laskaris, 2003; Burket et al,
2008).
e. Diagnosis Banding
NHL sering diduga sebagai major aphtous atau perikoronitis akibat
erupsi gigi molar ketiga (Laskaris, 2003).
f. Prognosis
Buruk, karena merupakan suatu keganasan (Scully et al, 2010).
g. Terapi
Kombinasi
antara
kemoterapi
dan
radioterapi,
dan
juga
21
b. Gambar
f. Prognosis
Baik (Burket et al, 2008).
g. Terapi
Steroid
topikal,
seperti
fluocinonide,
betamethasone,
atau
23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA
yang dulunya disebut sebagai human T lymphotrophic virus III (HTL-III).
Virus HIV bisa ditularkan oleh penderita HIV melalui beberapa cara. Pintu
masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang
terbuka.
Penderita yang terinfeksi virus HIV biasanya ditandai dengan adanya lesi
pada mulut (oral lesions). Lesi mulut biasanya terlihat (menetap) pada orang
yang terinfeksi HIV, namun terkadang tidak terlihat. Hal ini tergantung pada
frekuensi virus yang menginfeksi.
Penderita yang terinfeksi HIV akan mengalami gejala klinis dan
manifestasi di rongga mulut. Manifestasi didalam rongga mulut oleh penderita
AIDS terdiri atas serangkaian infeksi oportunistik dan neoplasma.
B. Saran
Dokter hendaknya mengetahui tentang gejala serta manifestasi penyakit ini
dalam rongga mulut sehingga dapat melakukan perawatan terhadap penderita
HIV.
Dokter harus memperhatikan kewaspadaan universal dalam melakukan
perawatan terhadap penderita AIDS dan upaya pencegahan penularan yang
semaksimal mungkin diprakteknya.
24