Anda di halaman 1dari 4

Engineering International Conference Mini Symposium, 5 October 2016, Semarang, Indonesia.

Template and Instructions for EIC Mini Symposium 2016


Ibnu Inu Setiawan,1 Salma Nurul Mardhotillah,2 Dwiana Asmara P.3
1

Affiliation, City, Country, E-mail


Affiliation, City, Country, E-mail

ABSTRACT:
Hasil dari simulasi ini berupa skala residual yang meliputi
kontinuitas, x-velocity, y-velocity, z-velocity, energi, konstanta dan epsilon. Dimana
tujuan dari simulasi ini adalah untuk menentukan distribusi temperature benzene
dan toluene pada outlet. Distibusi suhu dipengaruhi oleh mesh flow inlet benzene
toluene, diameter pipa, panjang pipa,arah alir serta kecepatan udara. Dalam
persamaan matematisnya menggunakan model k-epsilon realizable. Simulasi heat
exchanger toluene benzene dihasilkan
Key words: up to 5 keywords separated by semicolon

Engineering International Conference Mini Symposium, 5 October 2016, Semarang, Indonesia.

1. PENDAHULUAN
Desain heat exchanger sangatlah penting bagi
suatu proses industri untuk menentukan keefisienan
yang meliputi jumlah produk yang dihasilkan lebih
maksimal tetapi hanya mengeluarkan biaya produksi
yang sedikit.
Pada era globalisasi dan kemajuan IPTEK saat ini
perancangan suatu alat tidak lagi dirancang secara
manual tetapi sudah dapat dilakukan dengan
software-software yang sesuai dengan kebutuhan
perancangannya. Salah satu yang digunakan adalah
software Ansys. Dimana pada makalah ini membahas
tentang simulasi Ansys untuk desain double pipe heat
exchanger. Double pipe ini digunakan untuk
memanaskan benzene menggunakan toluene. Adapun
tujuan dari simulasi ini adalah
untuk
membandingkan antara heat exchanger menggunakan
buffle dan tanpa buffle serta untuk mengetahui suhu
yang keluar pada inner pipe dan annulus. Selain itu,
simulasi ini digunakan untuk mengetahui pressure
drop yang terjadi pada double pipe heat exchanger.
Simulasi dan analisis ansys ini dirancang dengan
menggunakan transfer panas dari fluida bertekanan
tinggi ke fluida yang bertekanan rendah dengan
menggunakan 3 hairpin yang dirangkai secara seri
dengan proses countercurrent.

Pada proses industri yang melibatkan proses


perpindahan panas, alat yang sering digunakan

adalah double pipe heat exchanger karena konstruksi


yang dimiliki Double pipe heat exchanger ini
sederhana, cukup murah untuk dibuat, jumlah ruang
yang ditempati umumnya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tipe lainnya, mampu beroperasi
pada tekanan tinggi dan resiko untuk tercampurnya
dua fluida sangat kecil karena tidak ada sambungan.
Namun double pipe heat exchanger ini mempunyai
kelemahan yaitu terletak pada kapasitas perpindahan
panas sangatlah kecil. Alat penukar kalor tipe double
pipe heat exchanger merupakan peralatan
perpindahan panas yang sesuai dalam aplikasi
aplikasi yang tidak membutuhkan permukaan
perpindahan panas yang besar.
Gambar 2.1 Double pipe heat exchanger dengan
aliran countercurrent.
2.2 Heat Transfer
Laju perpindahan panas dan koefisien
perpindahan panas konveksi yang terjadi pada aliran
yang mengalir di alat Double Pipe Heat Exchanger,
dapat dinyatakan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Tiga hairpin dirangkai secara seri

2. SISTEM PERMODELAN
2.1 Double Pipe Heat Exchanger
Double Pipe Heat Exchanger merupakan bentuk
heat exchanger yang paling sederhana yang tersusun
atas dua pipa konsentris, dimana satu fluida mengalir
lewat pipa dalam sedangkan fluida yang satu lagi
mengalir lewat anulus antara pipa dalam dan pipa
luar. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida
pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan
fluida dengan suhu tinggi mengalir pada pipa yang
lebih besar (pipa anulus). Penukar kalor terdiri dari
beberapa lintasan yang disusun vertikal. Perpindahan
kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedangkan proses konduksi terjadi pada
dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida bertemperatur rendah.
Double pipe heat exchanger merupakan penukar
panas yang digunakan ketika tingkat aliran dari
cairan dan panas kecil (kurang dari 500 kW).(Sannan
salabat Process heat transfer Double pipe heat
exchanger)

q=m cp ( T 1 )

(1)

h=q/ A( T sTm)
(2)
Untuk mendapatkan nilai Tm, maka temperatur rata
rata pada aliran yang mengalir dalam Double Pipe
Heat Exchanger harus didapatkan. Nilai Ts dalam
persamaan ini adalah temperatur pada permukaan
lokal, yang didapat dari thermocouple yang disusun
dengan jarak tertentu, pada dinding luar anulus.
Bilangan Nusselt dan bilangan Reynolds yang
terjadi pada alat Double Pipe Heat
Exchanger ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

Nu=
=

hD
k

vD

Engineering International Conference Mini Symposium, 5 October 2016, Semarang, Indonesia.

3. FIGURES
Figures (refer with: Fig. 1, Fig. 2, ...) also should
be presented as part of the text, leaving enough space
so that the caption will not be confused with the text.
The caption should be self-contained and placed
below or beside the figure. Generally, only original
acceptable. Only very good photocopies are
acceptable. Utmost care must be taken to insert the
figures in correct alignment with the text. Half-tone
pictures should be in the form of glossy prints. If
possible, please include your figures as graphic
images in the electronic version. For best quality the
pictures should have a resolution of 300 dpi (dots per
inch).

Fig.1. Clear line drawings are essential.

3.1 Tables
All the tables must be captioned like the one
shown in Table 1. The caption must clearly indicating
the purpose of the table. All the tables numbers must
be mentioned in the text .
First line of the table must be completed with top
and bottom border. Last line only completed with
bottom brder.

Engineering International Conference Mini Symposium, 5 October 2016, Semarang, Indonesia.

Table 1: Example of table

NOMENCLATURE
All terms should be listed in alphabetical order to be
followed by Greek symbols. Superscripts and
Subscripts should appear last.
Example:
cp : specific heat
[J/kg.K]
P : pressure
[Pa]
x,y,z : Length
[m]

3.2 References
Inside the text body, all the references mentioned
in the reference section must be mentioned in
numeric form [1], [2] and so on. When mentioning
the author name, the author name must be followed
by the reference number i.e, Tom et.al [1].

4. CONCLUSION
Please summarize all your findings in brief and
direct sentences in a way that serves the aim of the
research and

ACKNOWLEDGEMENT
If applicable and relevant to your project.

REFERENCES
[1]
[2]
[3]

Tom E., David G. and Mark A., (2010), Paper


title; Journal Name, 67, 2234 -2237.
Tom E., 1999, Fluid dynamics, Wiley.
Tom E, 1997, Feasibility of LES for Wings, 1st
AFOSR Int. Conference, 48 Aug. 1997 Greyden
Press, Columbus, OH.

Anda mungkin juga menyukai