keterampilan yang harus diajarkansejak anak masuk sekolah dasar (SD) dan
kesulitan membaca harus secepatnya diatasi, karenamembaca merupakan usaha
untuk belajar (Abdurahman,1999: 200). Kebiasaan membaca,terutama pada jenjang
pendidikan rendah masih memprihatinkan. Hal itu tampak pada surveitradisi
membaca siswa di dunia Indonesia menempati peringkat 30 dan negara
Firlandiarangking teratas (Kurniawan,2000: 237).Keterampilan membaca sebagai
dasar untuk menguasai berbagai bidang ilmu. Jikaanak pada massa usia sekolah
permulaan tidak segera memiliki keterampilan membaca makaia akan mengalami
banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang ilmu pada kelas-kelas
berikutnya. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca
untuk belajar (Lerner, 1988, dalam Abdurahman, 1999: 2000).Kelancaran membaca
menjadi dasar kesuksesan akademik anak. Anak-anak yangterampil membaca sejak
usia dini dan selalu dipaparkan dengan bahan cetakan akan memilikirasa ingin lebih
besar, dan selalu ingin memperluas pengetahuannya. Sebaliknya anak-anak yang
lambat dalam penguasaan keterampilan membaca, lebih jarang mendapat
latihanmembaca dibandingkan teman sebaya sehingga akan kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan lancar (Prof. Dr.
Amitya Kumara, M.S.) Prof. Dr. Amitya Kumara, M.S. mengamati bahwa
ketidaklancaran membaca yangmuncul di tahun pertama dan kelas 2 sering tidak
terdeteksi oleh guru. Dan guru menganggaphal tersebut sebagai hal yang wajar.
Sementara dalam pandangannya justru di sinilahsesungguhnya titik awal
kekompleksan masalah. Kebanyakan ketidak lancaran membaca baru dianggap
masalah ketika anak sudah duduk di kelas 3 atau 4 SD ketika mereka dituntut untuk
mempelajari dan menguasai materipelajaran.ujarnya. Kesulitan belajar membaca
pada anak sering membuat guru khawatir, terlebih jikaanak sudah memasuki kelas
3 atau kelas 4 SD. Salah satu faktor yang menyebabkan anak kesulitan belajar
membaca adalah kurangnya minat atau motivasi anak untuk belajarmembaca.
Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi anak dalam belajar membaca
antaralain: kurangnya ketersediaan buku-buku bacaan umum dan pelajaran yang
menarik untuk dibaca, kurang menariknya pembelajaran membaca di kelas rendah
khususnya kelas 1. DISKUSI Membaca merupakan salah satu komponen dari sistem
komunikasi, yaitu interaksisecara tertulis antara pembaca dengan penulis.
Kemampuan itu harus dimiliki oleh semuaanak, agar anak dapat belajar berbagai
bidang ilmu. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukanuntuk meningkatkan
motivasi belajar membaca pada siswa sekolah dasar. Motivasi belajar yang dimiliki
oleh peserta didik memiliki tiga fungsi, yaitu: (1)mendorong manusia untuk berbuat,
jadi sebagai penggerak yang melepaskan energi, (2)menentukan arah perbuatan,
yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan (3) menyeleksiperbuatan yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dengan serasiguna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuantersebut (1990:84). Motivasi belajar yang baik akan melahirkan proses dan
hasil belajar yangbaik. Motivasi berprestasi seseorang apakah di sekolah, tempat
kerja atau di tempat manapun dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu motivasi
intrinsik yang merupakan harapan dalam diri(internal) untuk berhasil dan
melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Dan motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh
penghargaan atau hukuman dari luar diri (eksternal). Contoh dari keduamotivasi ini,
misalnya seorang mahasiswa bekerja keras karena keberhasilan dalampendidikan
itu penting maka yang berperan pada dirinya adalah motivasi intrinsik. Tetapikalau
ia bekerja keras karena kelak supaya mendapatkan gaji yang tinggi begitu selesai
kuliahmaka yang berperan adalah motivasi ekstrinsik. Sebenarnya, apabila guru
dan siswa mau membiasakan diri untuk membaca, makalamban laun akan
tertanam dalam diri mereka suatu keadaan dan perasaan ingin tahu yangdapat
menumbuhkan minat untuk selalu membaca. Mereka akan dapat merasakan
kenikmatanmembaca, sehingga pada akhirnya kecanduan. Berbagai upaya lain
dapat dilakukan olehpihak-pihak yang berkepentingan seperti orang tua, sekolah,
dinas pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli dengan peningkatan motivasi
membaca di sekolah.Pertama, untuk menumbuhkan minat baca pada anak
seharusnya dimulai sejak masa usia prasekolah, danberlanjut di taman kanak-kanak
dan sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini,siswa telah dilatih untuk
mengenal dan akhirnya dapat mencintai buku. Kedua, menyadarkansiswa dengan
kampanye yang menarik bahwa bahan bacaan merupakan sumber
pengetahuan,informasi dan hiburan yang mempunyai karakter unik dan dapat
dinikmati dengan cara yangberbeda dengan tontonan televise. Ketiga, menyediakan
suasana yang mendorongterbentuknya budaya membaca di sekolah. Hal ini
misalnya dilakukan dengan membangunatau memperbaiki perpustakaanperpustakaan sekolah yang telah ada. Perpustakaan-perpustakaan sekolah kita saat
ini pada umumnya mirip gudang yang berisi lemari-lemari ataurak-rak buku yang
dipenuhi dengan buku-buku berdebu. Tanpa pustakawan profesional
yangmemahami seluk-beluk perbukuan dan tata pengaturan perpustakaan yang
baik. Keempat, menggerakkan penulisan buku-buku oleh penulis daerah sendiri.
Penulisanbuku-buku dari daerah sendiri di sini maksudnya adalah sekolah, dinas
pendidikan,pemerintah daerah mapun sponsor yang peduli dan dapat memfasilitasi
atau bahkanmengakomodasi penulisan dan penerbitan buku yang ditulis oleh siswa
atau guru yangmemiliki interest dan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. Sudah
menjadi rahasia umum,budaya menulis berhubungan erat dengan budaya
membaca. Kita dapat pula berlogika, bila diperpustakaan sekolah terpajang buku
karya orang-orang yang dikenal baik seperti guru mereka, kakak kelas, atau bahkan
adik kelas mereka pasti siswa akan tergerak hati membacanya. Bahkan, bukan tidak
mungkin mereka akan melangkah ke budaya menulis yangmerupakan budaya
tingkat lanjut setelah terbentuk budaya membaca. Semua itu tidak dapat dibangun
hanya dengan himbauan lewat kata-kata. Budayamembaca menjadi budaya guru
dan siswa kita mungkin saja. Tapi kuncinya tetap yaitumelakukannya dengan
perbuatan. Dalam bukunya How to Teach Your Baby to Read, Glen Doman
mengatakan bahwa, pada dasarnya kemampuan anak belajar membaca khususnya
balita sangat luar biasa. Bahkan,kata Doman, otak anak yang separuhnya sudah
dilakukan pembedahan Hemispherectomy (membuang separuh fisik otaknya) bisa
mempunyai kemampuan yang sama dengan anak yangotaknya utuh dan normal.
Prayitno (1989:17) lebih lanjut mengemukakan bahwa ada beberapa cara yang