Pembimbing:
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Henry A. W, SpM
Disusun oleh:
Arief Rachman
1102011044
BAB 1
LAPORAN KASUS
1.1
Identitas Pasien
Nama
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Pria
: 801610
Tanggal lahir
: 23 April 1951
Agama
: Islam
Bangsa / Suku
: Indonesia
Pendidikan
Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Status
: Sudah Menikah
Tanggal pemeriksaan
1.2
Keluhan Utama : Pengelihatan mata kiri berkabut sejak 1 tahun yang lalu
Keluhan tambahan : Pengelihatan menurun, dan mudah silau jika melihat cahaya
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90
Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 19 kali/menit
Suhu
: 36.5 C
Status Oftalmologi
OD
OS
Visus
TIO
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Ortoforia
Palpebra superior
Palpebra inferior
Margo Palpebralis
Superior
hordeolum(-),kalazion(-),
ptosis (-), lagoftalmus (-),
hordeolum(-), kalazion(-)
Ptosis (-), lagoftalmus (-),
sikatrik (-)
sikatrik (-)
hematom (-)
Entropion (-)
Ektropion (-)
Trikiasis (-), Diskiasis (-)
Inferior
Entropion (-)
Ektropion (-)
Konjungtiva tarsalis
superior
folikel (-)
folikel (-)
Konjungtiva tarsalis
inferior
folikel (-)
Injeksi konjungtiva (-),
folikel (-)
Margo Palpebralis
perdarahan subkonjungtiva
(-)
Jernih, ulkus (-),
sikatriks (-)
Pupil
Kornea
Iris
Lensa
1.4
Vitreus
(-)
Tidak dilakukan
Fundus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Palpasi TIO
Normal (flukluatif)
Normal (flukluatif)
Tidak dilakukan
Resume
Pasien pria usia 65 tahun datang ke poliklinik mata keluhan pengelihatan mata
kiri berkabut sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Mata kiri buram
pandangan berkabut seperti tertutup asap. semakin lama pandangan semakin
berkabut dan semakin sulit melihat jelas disertai silau saat melihat cahaya.
Keluhan tanpa disertai mata merah, rasa gatal, dan nyeri. Saat 1 tahun yang lalu
pasien mengalami pandangan berkabut pada kedua mata dan telah dilakukan
penanaman lensa pada mata kanan, tidak terdapat riwayat trauma, pasien memiliki
riwayat penyakit DM tipe 2 dan hipertensi.
Pada pemeriksaan Fisik, Status generalis didapatkan tekanan darah
140/90mmHg. Pada status oftalmologi didapatkan Visus menurun 5/60 OS . Pada
pemeriksaan lensa didapatkan lensa keruh sebagian OS dan shadow test (-/+).
1.5
Diagnosis Kerja
Pseudofakia OD
Katarak Senilis Imatur OS
1.6 Penatalaksanaan
Tindakan Operasi:
- ECCE (Extra Capsurlar Cataract Extraction)
- Pemasagan IOL (Intraocular Lens)
1.7
Prognosis
-
Quo Ad Vitam
: Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam : Dubia Ad Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna
memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk
otak.
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan.
Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak
dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini
biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan
memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
Akomodasi
Tanpa akomodasi
M. cilliaris
Kontraksi
Relaksasi
Menurun
Meningkat
Bentuk lensa
Lebih cembung
Lebih pipih
Meningkat
Menurun
Dioptri lensa
Meningkat
Menurun
B. PEMERIKSAAN LENSA
Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight,
loop, sebaiknya dengan pupil dilatasi.
II.
KATARAK
2.1. DEFINISI
Katarak berasal dari Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin
(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
2.2. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan
lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor
risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil,
atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi
dan metabolik lainnya seperti diabetes mellitus.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut
(terjadinya sklerosis nuklear), penyakit mata (glaucoma, ablasi, uveitis, retinitis
pigmentosa, dan penyakit intraocular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik),
keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot dan asetilkolinesterase topikal), kelainan
sistemik atau metabolik (DM, hipokalsemi, distrofi miotonik,dermatitis atopik),
genetic dan gangguan perkembangan, infeksi dimasa pertumbuhan janin
2.3. PATOFISIOLOGI
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke
sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
2.
proteinnukelus
lensa,
sedang
warna
coklat
protein
lensa
Adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari katarak congenital
dan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya seperti, trauma, radiasi maupun pengaruh obat-obatan.
c. Katarak Senil
Adalah semua kekeruhan lensa yang tedapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Menurut morfologinya,katarak dibagi diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan
menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak
ini lokasinya pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus
cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah menjadi
kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan
bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhi
daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca
dapat menjadi lebih baik (miopisasi).
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks
lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak
menyerang pada lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks.
Biasanya mulai timbul usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat,
tetapi lebih cepat daripada katarak nuklear.
3. Katarak subscapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah capsul, dan
biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa sangat terganggu saat
membaca di cahaya yang terang dan biasanya melihat halo pada
malam hari. Dibagi menjadi katarak subcapsularis posterior dan
Subcapsularis anterior. Pada Subcapsularis posterior biasanya terdapat
pada pasien DM, Myotonic Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada
subcapsularis anterior biasanya terdapat pada Glaukoma sudut tertutup
akut (Glaukomfleckens), toksisitas amiodaron, miotic, dan Wilson
disease.
4. Katarak Capsularis
Stadium katarak:
1. Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator menuju korteks
anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks. Pada katarak subcapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di
anterior subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak insipiens. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang menarik air
sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan
dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat danmengakibatkan mipopia lentikular. Pada keadaan ini
dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
3. Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian lensa. Pada katarak
imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan lensa yang degeneratif
4. Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruhlensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa.
5. Katarak hipermatur : Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering.
6. Katarak Morgagni : Ketika kapsul yang tebal maka korteks berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa.
Tabel 2
Insipiens
Ringan
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
masuk)
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaucoma
Matur
Seluruh
(air Normal
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
massa lensa keluar
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Uveitis+glaukoma
Grade I
o
Refleks fundus positif
o
Visus lebih dari 6/12
o
Nukleus lunak
o
Lensa nampak sedikit keruh dan warnanya agak keputihan
o
Usia kurang dari 50 tahun
Grade II
o
Refleks fundus positif
o
Visus 6/12 hingga 6/30
o
Nukleus sedikit keras, tampak sedikit kekuningan
o
Gambaran seperti katarak subkapsular posterior
Grade III
o
Refleks fundus negatif
o
Visus 6/30 hingga 3/60
o
Nukleus agak keras, warna kekuningan
o
Korteks berwarna abu-abu
Grade IV
o
Refleks fundus negatif
o
Visus 3/60 hingga 1/300
o
Nukleus keras, warna kuning kecoklatan
o
Usia lebih dari 65 tahun
Grade V
o
Refleks fundus negatif
o
Visus kurang dari 1/300
o
Nukleus sangat keras, warna kecoklatan hingga kehitaman (brunescent
cataract / black cataract)
Usia lebih dari 65 tahun
2.5 DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diplopia
monocular.
Kadang-kadang,
perubahan
nuclear
yang
atau
2.6 TATALAKSANA
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler
cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).
Indikasi
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi
visus,medis, dan kosmetik.
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada
tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak
terhadap aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan
pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak
seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis
fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau
ablasio retina.
katarak
yang
sering
digunakan
yaitu
ICCE,
ECCE,
dan
phacoemulsifikasi, SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan
pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. Extra
Capsular
Cataract
Extraction
( ECCE )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan
pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsification
membongkar
dan
memindahkan
Keuntungan
Extra capsular
cataract
extraction
(ECCE)
Kerugian
Incisi kecil
Kekeruhan pada
kapsul posterior
Tidak ada komplikasi
Dapat terjadi
vitreus
perlengketan iris dengan
Kejadian
kapsul
endophtalmodonesis lebih
sedikit
Edema sistoid makula
lebih jarang
Trauma terhadap
endotelium kornea lebih
sedikit
Retinal detachment lebih
sedikit
Intra capsular
cataract
extraction
(ICCE)
Fakoemulsifikasi
peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga
berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari pertama pasca operasi atau jika nyaman,
balutan dapat
dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat
digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat
dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (
Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ). Selain itu juga akan diberikan obat
untuk :
- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin
dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena
kebersihan yang tidak sempurna.
- Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca
bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
- Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
- Melakukan pekerjaan yang tidak berat
- Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki
keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
- Jangan menggosok mata
- Jangan menggendong yang berat
- Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
- Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
- Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif
awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular
(intra ocular lens, IOL).
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat
memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid
dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2
hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau
selama insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat
terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi
akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps
iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
D. Komplikasi postoperatif lanjut
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan
katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa
waktu post operasi.
E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucomahyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa
toksik (toxic lens syndrome).
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien di diagonosis katarak senilis imatur karena pada anamnesis pasien pria
berusia 65 tahun dengan keluhan utama pengelihatan berkabut pada mata kiri sejak 1
tahun yang lalu. Dirasakan pandangan berkabut semakin memberat dan pengelihatan
menjadi tidak jelas. Disertai dengan silau saat melihat cahaya. Tanpa disertai keluhan
mata merah. Pasien telah melakukan penanaman lensa pada mata kanan 8 bulan yang
lalu. Pasien memiliki riwayat DM tipe II dan hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan penurunan visus 5/60 OS. Terdapat
kekeruhan sebagian pada lensa OS dan shadow test (-/+). Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik dapat dikatakan bahwa diagnosis kerja pada pasien ini adalah
katarak senilis imatur.
Diagnosis kerja ini dapat dibuktikan dengan gejala klinis katarak seperti
pandangan berkabut dan mudah merasa silau. Gejala dirasakan pasien semakin lama
semakin memberat yang menunjukan penurunan visus perlahan. Tanpa disertai mata
merah. Penurunan visus yang terjadi diakibatkan oleh kekeruhan lensa. Kekeruhan
lensa sebagian menggambarkan gambaran katarak imatur dengan pemeriksaan slit
lamp. Shadow test (+) yang menggambarkan katarak imatur.. Terapi yang diberikan
merupakan operasi. Operasi yang dipilih merupakan ECCE dan pemasangan IOL
yang bertujuan untuk memperbaiki visus dan menggantikan lensa.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Harper, R.A. and J.P. Shock. 2008. Lens in P. Riordan-Eva and J.P. Whitcher (Eds).
Vaughan and Ashbury General Ophtalmology. Mc Graw Hill Co, New York, p.169177
2. Kanski, J. J. 2003. Clinical Ophtalmology, A Systematic Approach. Fifth Edition.
Butterworth Heinemann. Edinburg, p:96 ; 286