Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
PENGALAMAN
Pasien datang memeriksakan diri ke poli kandungan RSUD Tidar dengan keluhan
mengeluarkan darah dari jalan lahir sejak + 20 hari yang lalu. Darah yang dikeluarkan
berupa prongkol-prongkol sejak awal terjadinya perdarahan (tanggal 20 juli 2016). Pasien
juga merasakan nyeri perut saat keluar darah. Pasien sudah 2x berobat ke puskesmas, tapi
perdarahan hanya berhenti sekitar 1-2 hari dan kemudian timbul lagi. Vital sign
menunjukkan TD=140/90 mmHg; Nadi = 84x/menit; RR=20x/menit; Suhu = 36,3 C.
Pemeriksaan fisik yang berhubungan menunjukkan conjungtiva tidak anemis, tidak
didapatkan nyeri tekan abdomen, dan fundus uteri tak teraba. Pemeriksaan dalam
menunjukkan flux (+) fluor (-) v/u/v tenang, portio seukuran jempol tangan orang dewasa,
ostium uteri eksternum menutup, corpus uteri seukuran telur ayam, adnexa parametrium
dan cavum douglass tak ada kelainan. Pemeriksaan penunjang USG didapatkan diameter
uterus 7,40 cm; kesan: penebalan endometrium. Pasien didiagnosis menometroraghia dan
rencana dilakukan kuretase bertingkat serta pemeriksaan Patologi Anatomi.
II.
ANALISIS MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud menometroraghia? Apakah penyebabnya?
a.
Definisi
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang
b.
berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Penyebab
Menurut
Safitri
(2009),
menometrorhagia
kebanyakan
terjadi
karena
Servik uteri, seperti karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip serviks, erosi
pada portio, ulkus portio uteri, dan kanker serviks
b.
c.
Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba
d.
2.
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik. Perdarahan
disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause,
nama lainnya disebut metropathia haemorrhagica cystica atau folikel persisten.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a.
Dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang
membesar korpus lutheum ini menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur
(irreguler shedding) sehingga menimbulkan perdarahan.
Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual spotting, menorhagia dan
openik.
b.
siklis,
kadang-kadang
tidak
teratur
sama
sekali.
Folikel-folikel
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia kemudian diganti dengan folikelfolikel yang baru.
Endometrium tumbuh terus dibawah pengaruh estrogen yang lama kelamaan menjadi
hyperplasia endometrium. Dapat disimpulkan bahwa itu perdarahan anovulatoar, jika
dilakukan kerokan dan diambil sediaan darah yang diperoleh saat kerokan.
Pada wanita dalam masa pubertas, untuk membuat diagnosa tidak perlu dilakukan
kerokan. Tapi pada wanita yang berumur 20-40 tahun kemungkinan bisa polip,
mioma, dan sebagainya. Pada wanita dalam masa pramenopause dorongan untuk
melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada atau tidaknya tumor ganas.
c.
Stres
psikologis
dan
(Prawirohardjo, 2005)
komplikasi
dari
pemakaian
alat
kontrasepsi.