Pembimbing:
Endang Yuniarti, S.Si., M.Kes., Apt.
Disusun oleh:
Abulkhair Abdullah, S.Farm.
UMS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit/bagian di rumah
sakit yang melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian
secara menyeluruh, khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah
sakit serta masyarakat pada umumnya (Anonim, 2009).
Salah satu pelayanan kefarmasian yang harus dilakukan dalam rangka
menangani masalah terkait obat adalah Pemantauan Terapi Obat (PTO).
Proses PTO mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) )dan rekomendasi
perubahan atau alternatif terapi (Anonim, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan di negara maju menunjukkan
masalah terkait obat yang sering muncul adalah masalah pemberian obat yang
kontraindikasi dengan kondisi pasien, cara pemberian yang tidak tepat,
pemberian dosis yang sub terapetik dan interaksi obat (Anonim, 2009).
Berdasarkan data tersebut, penting kiranya untuk dilakukan PTO
terhadap terapi yang diberikan ke pasien. Pada laporan ini, akan dibahas
mengenai hasil dari PTO pasien di PS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Mampu
menelusuri
riwayar
penyakit
pasien
dan
dan
menginterpretasinya.
kondisi
klinik
pasien
serta
3. Mampu
memecahkan/memberikan
rekomendasi
untuk
menilai
kerasionalan/ketepatan
terapi
obat
pasien.
5. Mampu melakukan monitoring parameter keberhasilan
terapi obat pasien.
6. Mampu menjalin komunikasi terapetik dengan tenaga
kesehatan lain, pasien, dan atau keluarga pasien dalam
rangka kerasionalan pengobatan.
7. Mampu melakukan rekonsiliasi obat kepada pasien baru
dan pasien pindah dari bangsal lain.
C. Lokasi
Kegiatan ini dilakukan di bangsal Ibnu Sina RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
BAB II
TINJUAUAN PUSTAKA
Di seluruh dunia, diperkirakan sedikitnya terdapat 50 juta dari 2,5 milyar
penduduk yang tinggal di daerah endemik terinfeksi virus dengue setiap tahunnya
(dari dari WHO tahun 2009) (Simatupang, 2013).
Gambar 3. Flavivirus
(Sumber: http://viralzone.expasy.org)
Virus ini terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan
DEN 4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat
menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering
ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN
4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan
dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang
berat dan penderita banyak yang meninggal (Yuswulandary, 2008).
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
Barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
kaleng
bekas
dan
tempat
penampungan
air
lainnya)
(Chandrashekaran, 2010).
permeabilitas
pembuluh
yang
kemudian
menyebabkan
perembesan cairan di pleura, rongga peritonium, dan syok. Sel endotelial juga
D. Manifestasi Klinik
Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik
yang meliputi demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam
berdarah dengue termasuk sindrom syok dengue (DSS). Penyakit demam
dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita sembuh tanpa gejala
sisa. Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai
ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung
pada usia, status imun penjamu, dan strain virus (Yuswulandary, 2008).
Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai berikut
(Chen, 2009):
1.
2.
Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama 2-7
hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retroorbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan [petekie
atau uji bendung positif], leukopenia) dan pemeriksaan serologi dengue
positif atau ditemukan pasien yang sudah dikonfirmasi menderita demam
dengue/DBD pada lokasi dan waktu yang sama;
3.
3. Fase Penyembuhan
Pasien yang melewati fase kritis akan memasuki fase recovery di
mana terjadi reabsorpsi cairan extravaskular dalam 48-72 jam, di mana
keadaan umum akan membaik, nafsu makan bertambah, gejala
gastrointestinal berkurang, status hemodinamik stabil, dan diuresis
terjadi. Ruam, pruritis, bradikardia dapat terjadi pada fase ini. Hematokrit
dapat kembali stabil atau menurun akibat efek pengenceran dari absorpsi
cairan. Sel darah putih perlahan mengalami peningkatan setelah suhu
tubuh menurun diikuti dengan peningkatan trombosit. Respiratory
distress akibat efusi pleura masif dan ascites dapat terjadi akibat dari
terapi cairan IV yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase
penyembuhan yang dapat dikaitkan dengan edema paru atau gagal
jantung kongestif.
E. Klasifikasi Demam Dengue
F. Penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi demam dengue dan DBD adalah bersifat suportif
dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan
cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen
darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan (baik kristaloid
maupun koloid), hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik
secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya
trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak
demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang
dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan
pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk
menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan
terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi
pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai (Chen dkk, 2009).
WHO menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi
DBD karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan
lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam
penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan lama di intravaskular,
aman dan relatif mudah diekskresi, tidak mengganggu sistem koagulasi
tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal (Chen dkk, 2009).
Dalam aplikasinya terdapat beberapa keuntungan penggunaan kristaloid
antara lain mudah tersedia dengan harga terjangkau, komposisi yang
menyerupai komposisi plasma, mudah disimpan dalam temperatur ruang, dan
bebas dari kemungkinan reaksi anafilaktik. Dibandingkan cairan kristaloid,
cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu: pada jumlah volume yang
sama akan didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular) yang lebih
besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang intravaskular. Dengan
kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan lebih baik
dan hemodinamik terjaga lebih stabil. Beberapa kekurangan yang mungkin
terapi
simtomatis,
dapat
diberikan
antipiretik
berupa
tidak
ada
perbaikan
tetesan
dinaikkan
menjadi
15
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang anak (inisial An. EA) berumur 14 tahun datang ke RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan mengeluh demam sudah 4 hari, pusing, mual,
dan batuk pilek. Dokter mendiagnosa, pasien menderita demam dengue (dengue
fever). Pasien mendapat rujukan untuk opname di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, tepatnya di bangsal Ibnu Sina kamar 8 S.
Pasien termasuk ke dalam Dengue Case Group B (Referred for In-Hospital
Care). Pasien tidak berpotensi mengalami syok karena dari hasil pemeriksaan
hematokrit, tidak terjadi peningkatan yang drastis dari kadar hematokrit awal
sebelum pemberian terapi cairan (Ringer Laktat) dan tidak terjadi kebocoran
plasma.
Di bawah ini akan dibahas mengenai Pemantauan Terapi Obat (PTO) pasien
dengan menggunakan analisis SOAP.
A. Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama (Inisial)
: An. EA
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur/BB
: 14 tahun/40 kg
Status Pasien
: Umum/Pribadi
Nomor RM
Ruang/No. Bed
Tanggal Masuk
Tanggal Keluar
:
:
:
:
64 04 42
Ibnu Sina/8 S
28/12/2015
30/12/2015
2. Kondisi Pasien
Panas 4 hari, pusing, mual, nyeri badan,
batuk pilek
Demam Dengue
Tidak ada
Tidak ada
1. Batuk (lupa nama obat)
2. Demam (lupa nama obat)
3. Antibiotik (lupa nama obat)
Keluhan Pasien
Diagnosa
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Pengobatan Pasien
:
:
:
:
: Tidak ada
3. Rekonsiliasi Obat
Kekuatan
Frekuensi
Penggunaan
Tindak
/Dosis
Penggunaan
Terakhir
Lanjut
1 Obat Batuk pilek
1 hari
28/12/2012
Dihentikan
2 Obat Demam
1 hari
28/12/2012
Dihentikan
3 Antibiotik
2 hari
29/12/2012
Dihentikan
*Preparat yang dilakukan rekonsiliasi termasuk: obat rutin pasien, obat dari
No
Nama Obat*
Tidak
Ringan
Sedang
Berat
B. Objektif
1. Data Hasil Pemeriksaan Tanda Vital
Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
29/12/201
28/12/2015
30/12/2015
5
98/68
85/40
Nadi/HR (x/menit)
Respiration Rate (x/menit)
Suhu (C)
90
20
37,3
36,8
Nilai
Rujukan
90100/<80
80-120
18-22
36,7-37,0
Hasil Pemeriksaan
28/12/2015
29/12/2015
112 ribu/uL
136 ribu/uL
34 %
32 %
6,4 g/dL
6,4 g/dL
4,2 ribu/uL
4,19 juta/uL
12,4 g/dL
-
Nilai Rujukan
150-450 ribu/uL
35-45 %
5,5-8,0 g/dL
4-11 ribu/uL
3,8-5,2 juta/uL
12,0-16,0 g/dL
Nilai Rujukan
Hasil Pemeriksaan
28/12/2015
80-100 fl
22-34 pg
81,5 fl
29,8 pg
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
32-36 g/dL
11,6-14,8 %
5,30-8,70 fl
0,00-9,99
0,00-9,90
36,5 g/dL
11,4 %
10,19 fl
0,11
22,24
Dari data penunjang di atas, ada 2 parameter yang tidak sesuai dengan
nilai rujukan yang ditargetkan yaitu nilai MPV 10,91 fl dan PDW 22,24.
Nilai MPV (ukuran rata-rata trombosit/platelet) menunjukkan kadar yang
lebih tinggi dibanding nilai rujukan. Seharusnya, jika nilai MPV meningkat
membuktikan bahwa nilai trombosit juga meningkat (di atas nilai rujukan).
Tetapi, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang berbeda.
Untuk nilai PDW (variasi ukuran trombosit), menunjukkan peningkatan
yang sangat tinggi dari nilai rujukan. Tingginya nilai PDW mengindikasikan
bentuk sel darah merah yang abnormal (mengalami anemia). Tetapi, jika
melihat hasil dari eritrosit dan hemoglobin pasien, masih menunjukkan hasil
yang normal (masuk dalam nilai rujukan).
Selama dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pasien
mendapatkan terapi sebagai berikut:
1. Ringer Laktat
Ringer laktat diberikan untuk mengembalikan keseimbangan
elektrolit pasien akibat dehidrasi yang dialami. Dehidrasi ini diakibatkan
karena pasien demam dan merasa mual. Pemberian dosis elektrolit
dibandingkan dengan pemeriksaan hematokrit pasien, normal atau terjadi
peningkatan.
Perbedaan kristaloid dengan koloid adalah dari komposisinya.
Cairan kristaloid adalah ion (garam) dengan berat molekul rendah
disertai atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid mengandung zat-zat
dengan berat molekul tinggi seperti protein atau polimer glukosa.
C. Assesment
1. Analisis Drug Related Problem (DRPs)
Problem
DRPs
Ya
Tidak
Penilaian
Rekomendasi
Tindak Lanjut
Ket.
Pilihan Terapi
Dosis
Over dose
Under/sub dose
Interaksi obat
Obat Obat
Obat Makanan
Obat - Penyakit
Efek samping/ADR
Ketidakpatuhan
(incompliance/patient adherence)
Inkompatibilitas
D. Planning
1. Monitor suhu badan.
2. Kontrol trombosit dan hematokrit.
3. Monitor gejala syok.
4. Memberikan informasi dan edukasi mengenai pentingnya Gerakan 3 M:
a. Menutup,
b. Menguras, dan
c. Menimbun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari rangkaian kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam penanganan kasus Demam Dengue di RS PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta
sudah
sesuai
dengan
standar
panduan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Dengue Fieber und Chikungunya Fieber. Tersedia di:
http://www.osir.ch/m_krankheiten/dengue_chik.php. (Diakses tanggal 1
Januari 2016).
Anonim. Flavivirus. Bioinformatics Resource Portal. Tersedia di:
http://viralzone.expasy.org/all_by_species/24.html. (Diakses tanggal 1
Januari 2016).
Anonim. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:
Depkes RI.
Anonim. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and
Control. France: World Health Organization.
Anonim. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Jakarta: Kemenkes RI.
Anonim. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.
Anonim. 2012. Demam Berdarah: Turun Trombosit/Pendarahan?. http://
aufalactababy.com/tag/demam-berdarah/. (Diakses tanggal 1 Januari 2016).
Anonim. 2013. Demam Berdarah Dengue. http://bukusakudokter.org/2013/
04/12/demam-berdarah-dengue/. (Diakses tanggal 20 Januari 2016).
Anonim. 2014. Florida Reports First Case of Chikungunya Fever Acquired in The
United States-Chikungunya Fever Outbreak in Caribbean Region Now
Exceeds 355,000 Human Cases. https://naturalunseenhazards.wordpress.
com/tag/aedes-aegypti/. (Diakses tanggal 1 Januari 2016).
Chandrashekaran, V. 2010. Gambaran Enzim Transaminase pada Pasien Infeksi
Dengue Dewasa Periode Januari 2009-Desember 2009 di RSU Dr.
Pirngadi, Medan. Karya Tulis Ilmiah. Medan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Chen, dkk. 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue.
Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application.
Vol. 22, No 1.
LAMPIRAN
1. Monitoring Terapi Obat
Monitoring Pemberian Obat dan Respon Terapi
Nama Obat
Dosis
Parameter
28/12/2015
P
Novalgin injeksi
400 mg
Analgetik
Ringer Laktat
500 mL
Parasetamol
500 mg
Elektrolit
Antipiretik,
Analgetik
Si
So
29/12/2015
M
Si
So
12
20
PRN
04
12
PRN
Tanggal
Keadaan Pasien
28/12/2015
Pasien opname.
Demam pada malam hari, sakit kepala, dan sedikit
pusing.
Pasien pulang.
30/12/2015
20
04
06
29/12/2015
30/12/2015
Si
So