Anda di halaman 1dari 23

Happy Aprillia

Mata Kuliah
Ilmu Bahan &
Kimia Industri

STRUKTUR ATOM DAN IKATAN


ANTAR ATOM
Referensi: Callister, Material Science and Engineering: An Introduction (Wiley,
2007)

STRUKTUR ATOM DAN IKATAN ANTAR ATOM


Struktur Atom
KONSEP DASAR
Setiap atom terdiri dari sebuah inti atom (nucleus) yang sangat kecil,
terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh elektron yang
bergerak. Elektron dan proton terisi secara elektrik dengan magnitud
sebesar 1.60 x 10-19 C, dimana elektron bertanda negatif dan proton
bertanda positif sedangkan neutron netral. Massa dari partikel sub atomik
ini sangatlah kecil dimana proton dan neutron memiliki massa yang sama
yaitu 1.67 x 10-27 kg yang secara signifikan lebih besar daripada elektron
yang bermassa 9.11 x 10-31 kg.
Setiap elemen kimia dikarakteristikan oleh banyaknya proton pada inti
atom atau disebut dengan nomor atom (Z). Untuk atom yang netral,
nomor atom juga berupa jumlah dari eletron. Nomor atom ini berkisar dari
satuan integral dari 1 untuk Hidrogen sampai 92 untuk uranium, nilai
tertinggi dari elemen yg terjadi secara alami.
Massa atom (A) dari atom tertentu dapat diekspresikan sebagai jumlah
dari massa proton dan neutron didalam inti atom. Walaupun jumlah proton
sama untuk semua atom dari elemen yang diberikan, jumlah neutron (N)
dapat bervariasi. Oleh karena itu, atom dari beberapa elemen memiliki
dua atau lebih masa atom yang berbeda yang disebut dengan isotop.
Berat atom dari sebuah elemen berhubungan dengan rata-rata berat dari
massa atom dari isotop atom yang terjadi secara alami. Satuan masa
atom (sma) atau atomic mass unit (amu) biasa digunakan untuk
perhitungan berat atom. Sebuah skala telah dibangun dimana 1 (satu)
amu atau 1 (satu) sma didefinisikan sebagai
carbon, carbon 12 (

1
12

massa atom dari isotop

12

C )(A=12.00000). Didalam skema ini, massa proton

dan neutron lebih besar sediit daripada unity dan


A Z+ N
Berat atom dari sebuah elemen atau berat molekul dari sebuah campuran
dapat dispesifikasikan pada basis amu per atom (moleul) atau massa per
mol dari material. Pada satu mol substansi terdapat 6.023 x 10 23
(bilangan Avogadro) atom atau molekul. Dua skema berat atom ini
berdasarkan pada persamaan berikut, yaitu:
1 amu/atom (atau molekul) = 1 g/mol

heprillia@gmail.com hapvi

Sebagaicontoh, berat atom dari besi adalah 55.85 amu/atom atau 55.85
g/mol. Terkadang penggunaan amu per atom atau molekul lebih nyaman.
Naum pada kesempatan lain g atau kg / mol lebih sering digunakan.
ELEKTRON PADA ATOM
Model atom
Selama akhir dari abad ke-19, disadari bahwa banyak fenomena terkait
elektron pada benda padat tidak dapat dijelaskan dengan penJelasan
mekanik klasik. Yang diikuti adalah pembangunan prinsip dan hukum
bahwa sistem atom dan subatom entities yang dikenal sebagai quantum
mechanics (mekanika kuantum). Sebuah pemahaman dari kelakuan
elektron pada atom dan crystalline solid berhubungan dengan konsep
mekanika kuantum.
Pengembangan mekanika kuantum yang terbaru telah disederhanakan
oleh model atom Bohr yang mana elektron diasumsikan berputar
mengelilingi inti atom pada orbit diskrit dan posisi dari setiap elektron
ditentukan pada orbitnya masing-masing.
Pentingnya prinsip mekanika kuantum lainnya adalah bahwa energi dari
atom terhitung. Dimana elektron diperbolehkan untuk hanya memiliki nilai
energi yang spesifik. Sebuah elektron dapat merubah eneginya tapi dalam
melakukanya harus dengan melompati kuantum untuk menyerap energi
atu dengan mengeluarkan energi. Seringnya, ini lebih mudah bila
memperbolehkan energi elektron dikategorikan sebagai level energi
atau status. Status ini tidak bervariasi secara kontinyu dengan energi.
Contohnya, allowed states dari Bohr untuk atom hidrogen adalah pada
gambar 1 Energi ini dianggap negatif dimana referensi nol adalah elektron
bebas. Tentunya, sebuah elektron yang berhubungan dengan atom
hidrogen akan mengisi hanya satu dari state ini.

Figure 1 Schematic representation of the Bohr


heprillia@gmail.com hapvi

Oleh karena itu, model atom Bohr menyatakan pendekatan terbaru yang
menjelaskan elekron di atom, dengan dua buah pembahasan pada posisi
(orbit elektron) dan energi (level energi terkuantisasi).
Model atom Bohr ini ditemukan memiliki beberapa batasan signifikan
karena ketidakmampuannya menjelaskan beberapa fenomena terkait
elektron. Sebuah resolusi dicapai dengan model mekanik gelombang
(wave mechanical model), yang mana elektron dianggap menunjukan
karakteristik yang mirip gelombang dan mirip partikel. Dengan model ini,
sebuah elektron tidak lagi dianggap sebagai paritkel yang bergerak pada
orbit diskrit, lebih dari itu, posisi dinyatakan sebagai kemungkinan dari
sebuah elektron yang berada pada berbagai lokasi sekitar inti atom.
Dengan kata lain, posisi dijelaskan sebagai sebuah kemungkinan distribusi
atau awan elektron. Gambar 2.3 membandingkan model atom Bohr dan
model mekanik gelombang untuk atom Hidrogen. Kedua model digunakan
pada buku ini. Pilihan jatuh pada penjelasan yang lebih sederhana.

heprillia@gmail.com hapvi

Bilangan Kuantum
Menggunakan model mekanik gelombang, setiap elektron pada atom
dikarakteristikan sebagai empat parameter yang disebut bilangan
kuantum. Ukuran, bentuk dan orientasi spatail dari massa jenis
kemungkinan elektron (electrons probability density) dispesifikasikan
dalam tiga bilangan kuantum ini. Selanjutnya, level enegy Bohr
memisahkan sub lapisan elektron, dan bilangan kuantum menjelaskan
jumlah states dalam tiap sub lapisan. Lapisan dijelaskan sebagai sebuah
bilangan kuantum utama n, yang mengambil bilangan integral yang
dimulai dari unity. Kadang lapisan ini didesain dengan huruf K, L, M, N, O
dan selanjutnya, yang berhubungan dengan n= 1, 2, 3, 4, 5, ... seperti
yang tertera pada Tabel 2.1. Sebagai catatan bahwa bilangan ini
bergantung pada jarak dari elektron ke inti atom atau posisinya.
Bilangan kuantum kedua, l, menjelaskan sub lapisan yang ditulis dengan
huruf s, p, d, atau f; yang menjelaskan bentuk dari sub lapisan elektron.
Sebagai tambahan, jumlah sub lapisan ini dibatasi oleh jumlah magnitud
dari n. Sub lapisan yang dibolehkan untuk beberapa nilai n ditampilkan
pada Tabel 2.1. Jumlah state energi untuk tiap sub lapisan ditentukan oeh
bilangan kuantum ketiga, mi. Untuk sebuah sub lapisan s, ada sebuah
state energi tunggal, dimana untuk sub lapisan p, d, dan f, tiga, lima, dan
tujuh lapisan ada (sesuai tabel 2.1). Pada saat tidak ada medan magnet
heprillia@gmail.com hapvi

dari luar, state pada tiap sub lapisan adalah sama. namun, ketika terdapat
medan magnet yang hadir ketika state sub lapisan terpisah, setiap state
memiliki energi yang berbeda.

Yang bergabung dengan tiap elektron adalah momen putar, yang harus
berarah atas atau bawah. Bilangan kuantum keempat berhubungan
dengan momen putar ini, m2, untuk dua nilai yang mungkin (
1
2

+1
2

dan

), satu untuk tiap arah putaran.

Oleh karena itu, model Bohr sangat ditingkatkan oleh teori mekanik
gelombang, yang dengan penhgenala tiga bilangan kuantum baru
memberi peningkatan pada sub lapisan elektron pada tiap laisan. Sebuah
perbandingan dari dua model ini diilustrasikan pada Gambar 2.2a dan
2.2b untuk atom hidrogen.
Sebuah diagram level energi untuk berbagai lapisan dan sub lapisan
menggunakan model mekanik gelombang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: pertama, semakin kecil
bilangan kuantum utama, semakin rendah level energinya. Sebagai
contoh, energi dari sebuah state 1s lebih sedikit dari energi pada state 2s,
yang lebih rendah dari 3s. Kedua, pada tiap lapisan, energi dari level sub
lapisan meningkat dengan nilai dari bilangan kuantum l. Sebagai contoh,
energi dari sebuah state 3d lebih besar dari 3p yang lebih besar dari 3s.
Akhirnya, mungkin akan ada beberapa hal yang overlap pada energi dari
sebuah state pada satu lapisan dengan state pada sebuah lapisan

heprillia@gmail.com hapvi

selanjutnya yang khususnya benar pada state d dan f. Sebagai contoh,


energi dari state 3d lebih besar daripada energi dari 4s.

Konfigurasi Elektron
Diskusi pada bagian sebelumnya telah menjelaskan tentang state
elektron, yaitu sebuah nilai dari energi yang diperbolehkan untuk elektron.
Untuk menjelaskan fenomena ini pada state mana diisi dengan elektron,
kita menggunakan prinsip pemasukan Pauli (Pauli exclusion principle),
konsep mekanik kuantum lainnya. Prinsip ini menjelaskan bahwa tiap
state elektron dapat memengan tidak lebih dari dua elektron yang harus
memiliki putaran berlawanan. Oleh karena itu, sub lapisan s, p, d, dan f
dapat masing masing mengakomodasi jumlah total 2, 6, 10 dan 14
elektron. Pada tabel 2.1 dirangkum jumah maksimum elektron yang dapat
mengisi tiap empat lapisan pertama.
Pastinya, tidak semua state yang mungkin pada sebuah atom diisi dengan
elektron. Untuk kebanyakan atom, elektro mengisi state energi terendah
yang mungkin pada lapisan dan sub lapisan elektron, dua elektron (yang
memiliki putaran berlawanan) tiap state. Struktur energi dari sebuah atom
SODIUM dinyatakan secara skematik pada Gambar 2.5. ketika semua
elektron menempati energi terendah yang memungkinkan sesuai dengan
batasan, sebuah atom dikatakan berada pada state tanahnya (ground
state)/ namun, perpindahan elektron ke state enrgi yang lebih tinggi dapat
terjadi, seperti yang didiskusikan pada Bab 18, dan 21. Konfigurasi
elektron atau struktur atom menjelasakan fenomena dimana state ini diisi.
Pada perjanjian notasi, jumlah elektron pada tiap sublapisan dijelaskan
dengan sebuah superscript setelah lapisan-sublapisan ditentukan.
Sebagai contoh, konfigurasi elektron untuk hidrogen, helium dan sodium

heprillia@gmail.com hapvi

adalah 1s1, 1s2 dan 1s22s22p63s1. Konfigurasi elektron untuk beberapa


elemen yang umum tercantum pada tabel 2.2
Pada point ini, komentar tentang konfigurasi elektron ini penting. Pertama,
elektron valensi (velence elekctron) adalah mereka yang mengisi lapisan
terluar atom. Elektron ini sangat penting dimana, mereka ikut dalah ikatan
antar atom untuk membentuk gabungan molekul dan atom. Lebih dari itu,
banyak dari properti kimia dan fisis benda padat berdasarkan elektron
valensi.
Sebagai tambahan, beberapa atom memiliki apa yang mereka sebut
sebagai konfigurasi elektron stabil (Stable Electron Configurations).
Bahwa, state pada lapisan terlar atau lapisan elektron valensi terisi
penuh. Normalnya, hal ini berhubungan dengan kondisi dari state s dan p
untuk lapisan terluar dengan total delapan elektron, seperti pada neon,
argon dan krypton; selain helium yang hanya memiliki 1s elektron.
Elemen ini (Ne, Ar, Kr, dan He) adalah gas yang memiliki keterbatasan
untuk bereaksi kimia. Beberapa atom dari elemen yang memiliki lapisan
valensi yang tidak terisi diasumsikan konfigurasi elektronnya stabil
dengan menambah atau menghilangkan elektron untuk mengisi dengan
ion atau dengan berbagi elektron dengan atom lain. Hal ini yang menjadi
dasar dari beberapa reaksi kimia dan juga untuk ikatan atom pada benda
padat seperti yang dijelaskan pada bagian 2.6.

heprillia@gmail.com hapvi

heprillia@gmail.com hapvi

Pada kondisi spesial, orbit s dan p bergabung untuk membuat orbit hybrid
spn, dimana n yang berarti jumlah orbit p yang dibutuhkan, yang memilik
sebuah nilai dari 1, 2, atau 3. Grup elemen 3A, 4A dan 5a pada tabel
periodik adalah elemen yang paling sering membentuk orbit hybrid ini.
Penyebab utama terjadinya formasi ini adalah lebih rendahnya state enegi
untuk elektron valensi. Untuk karbon, sp3 hybrid penting pada bahan
kimia polimer dan organik. Bentuk dari sp 3 menentukan sudut 109o
(tetrahedral) yang ditemukan pada rantai polimer (bab 14).

TABEL PERIODIK
Semua elemen telah dikelompokkan menurut konfigurasi elektron pada
tabel periodik (Gambar 2.6). disini, elemen telah disusun, dengan
peningkatan nomor atom, pada tujuh baris horizontal yang disebut
periode. Penyusunan ini yaitu semua elemen disusun pada sebuah kolom
atau grup yang memiliki kemiripan struktur elektron valensi demikian pula
dengan properti kimia dan fisisnya. Properti bahan berubah secara
bertahap, bergerak horizontal melalui tiap periode dan bergerak secara
vertikal pada tiap kolom.
Elemen yang berada pada grup 0, yang paling kanan, adalah gas inert
yang memiliki lapisan elektron yang terisi dan konfigurasi elektron yang
stabil. Grup elemen VIIA dan VIA memilki kekurangan satu dan dua
elektron. Grup elemen VIIA (F,Cl, Br, I dan At) terkadang digolongkan
sebagai halogen. Alkali dan Metal Alkali tanah (Li, Na, K, Be, Mg, Ca dll)
digolongkan sebagai grup IA dan IIA, memiliki satu dan dua elektron lebih
dari struktur stabilnya. Elemen pada tiga periode panjang, Grup IIIB
sampai IIB, digolongkan sebagai metal yang bertransisi yang memiliki
state elektron d yang terisi sebagian dan pada beberapa kasus satu atau
dua elektron pada lapisan energi selanjutnya yang lebih tinggi. Grup IIIA,
IVA, dan VA (B, Si, Ge, As, dll) menunjukan karakteristik yang sedang
(intermediate) diantara metal dan non metal dengan kelebihan dari
struktur elektron valensinya.

heprillia@gmail.com hapvi

Seperti yang dapat dilihat dari tabel periodik, kebanyakan elemen


merupakan kelas metal. Kadang disebut sebagai elemen elektropositif
(electropositive), dimana elemen ini mampu memberikan sedikit elektron
valensinya untuk diisi dengan ion positif. Selanjutnya elemen yang berada
pada bagian kanan tabel periodik merupakan electronegative yang
cenderung menerima elektron untuk membentuk ion negatif, atau kadang
mereka membagi elektronnya dengan atom lain. Gambar 2.7 menunjukan
nilai keelektronegatifan yang terjadi pada beberapa elemen di tabel

heprillia@gmail.com hapvi

periodik. Sebagai aturan umum, keelektronegatifan meningkan dari kiri ke


kanan dan bawah ke atas. Atom cenderung menerima elektron ketika
lapisan terluarnya hampir penuh dan mereka kurang terlindungi dari inti
atom (lebih dekat).

IKATAN ATOM PADA BENDA PADAT (ATOMIC BONDING IN


SOLIDS)
Bonding Forces and Energies (Gaya dan Energi Ikatan)
Pemahaman dari banyak properti fisika material bergantung pada
pemahaman gaya interatom yang mengikat atom bersama. Prinsip ikatan
atom ini diilustrasikan dengan memperhatikan interaksi antara dua atom
yang terisolasi sebagaimana atom dibawa ke kedekatan terdekat dari
pemisahan infinit. Pada jarak jauh,
interaksi dapat diabaikan, tapi
sebagaimana atom mendekat, tiap interaksi menimbulkan gaya pada
yang lainnya. Gaya ini ada dua tipe, menarik atau menolak, dan magnitud
dari tiap gaya adalah fungsi dari pemisahan atau jarak antar atom. Asal
dari gaya tarik FA terantung pada jenisikatan yang ada antara dua atom.
Magnitud dari gaya tarik ini berubah berdasarkan jarak seperti yang
ditunjukkan gambar 2.8a. Akhirnya, lapisan elektron terluar dari dua atom
mulai overlap dan gaya tolak yang kuat FR muncul. Total gaya FN antara
dua atom adalah penjumlahan dari dua komponen gaya tersebut dimana:
F N =F A + F R (2.2)

heprillia@gmail.com hapvi

Yang juga sebuah fungsi dari pemisahan antar atom, digambarkan di


Gambar 2.8a. Ketika FA dan FR seimbang, atau menjadi sama, maka tidak
ada gaya net, dimana
F A + F R=0 (2.3)
Maka sebuah kondisi keseimbangan (equilibrium) ada. Pusat dua atom
akan tetap terpisah dengan jarak keseimbangan r0 yang tergambar pada
Gambar 2.8.a. untuk banyak atom, r0 berjarak sekitar 0.3 nm. Sekali saja
berada pada posisi ini, dua atom akan bekerja berlawanan untuk
memisahkan diri dengan gaya tarik atau mendorong bersama dengan
gaya tolak.
Kadang, hal ini lebih mudah bekerja dengan energi potensial antara dua
atom disamping dengan gaya. Secara matematika, energi (E) dan gaya (F)
dihubungkan sebagai
E= F dr (2.4)
Atau, untuk sistem atom,

heprillia@gmail.com hapvi

E N = F N dr ( 2.5 )

F A dr + F R dr ( 2.6 )

E A + E R ( 2.7)
Dimana

E N , E A dan ER

adalah energi net, energi tarik dan energi tolak

untuk dua atom yang terisolasi dan berdekatan.


Gambar 2.8b menggambarkan energi tarik, tolak dan energi potensial net
sebagai fungsi dari pemisahan antar atom dari dua atom. Kurva net yang
menjadi total dari dua energi, memiliki energi potensial melalui atau
mendekati nilai minimumnya. Disini, jarak keseimbangan yang sama, r0
berarti jarak pemisahan pada kurva energi potensial minimum. Energi
ikatan untuk dua atom ini, E0 berarti energi pada titik terendah (juga
ditampilkan pada Gambar 2.8b); yang menjelaskan bahwa energi yang
dibutuhkan untuk memisahkan dua atom ini ke pemisahan tak terhingga.
Walaupun pembahasan sebelumnya telah menjelaskan tentang situasi
ideal berkaitan dengan hanya dua atom, sebuah kondisi yang lebih
kompleks ada untuk material padat karena interaksi gaya dan energi
antara banyak atom harus diperhatikan. Namun, energi ikatan, dengan
analogi Eo, dapat terjadi diantara atom. Magnitud dari energi ikatan dan
bentuk kurva energi-dibanding-pemisahan antar atom berubah dari
material ke material, dan mereka berdua bergantung pada tipe ikatan
atom. Kemudian, jumlah dari properti material bergantung pada E0,
bentuk kurva, dan tipe ikatan. Sebagai contoh, material yang memiliki
energi ikatan besar biasanya juga memiliki suhu leleh yang tinggi; pada
suhu ruangan, substansi padat terbentuk untuk energi ikatan besar
dimana untuk energi kecil biasanya untuk kondisi gas; cairan bertambah
ketika energi berada pada magnitud sedang. Sebagai tambahan yang
fidiskusikan pada bagian 6.3, kekuatan mekanik (atau modulus elastis)
dari material bergantung pada bentuk kurva gaya-pemisahan antar atom
(gambar 6.7). lengkungan untuk material yang relatif keras kaku pada
posisi r= r0 pada kurva akan lebih curam; lengkungan akan lebih dangkal
pada material yang lebih fleksibel. Selain itu, seberapa besar material
dapat menjadi lebih luas melalui pemanasan atau lebih kecil akibat
pendinginan (berhubungan dengan koefisien linear dari perpanjangan
termal) berhubungan dengan bentuk kurva E0-r0 (bagian 19.3). Sebuah
tindakan yang dalam dan sempit biasa terjadi pada material yang
heprillia@gmail.com hapvi

memiliki enrgi ikatan besar, biasa berhubungan dengan koefisien


perpanjangan termal yang rendah dan perubahan dimensi kecil untuk
perubahan suhu.
Tiga tipe dari ikatan primer atau ikatan kimia ditemukan pada benda
padat yaitu ikatan ion, kovalen dan metal. Untuk setiap tipe, ikatan
membutuhkan elektron valensi; sebagai tambahan, kondisi ikatan
tergantung pada struktur elektron dari elemen atom. Secara umum, tiap
tipe ikatan ini muncul dari tendensi dari atom untuk menerima struktur
elektron stabil, seperti pada gas inert dengan mengisi lapisan terluar
elektron secara penuh.
Gaya sekunder atau gaya fisis dan energi juga ditemukan pada banyak
material padat; mereka lebih lemah dari pada gaya utama, namun tidak
satupun yang mempengaruhi properti fisi dari beberapa material. Bab ini
akan menjelaskan beberapa bentuk ikatan atom primer dan sekunder.
IKATAN ANTAR ATOM PRIMER
Ikatan ion
Ikatan ion adalah ikatan yang paling mudah untuk divisualisasikan dan
dijelaskan. Ikatan ini selalu ditemukan pada campuran yang terdiri elemen
metal dan non metal, elemen yang terkondisi pada batas ekstrim
horizontal tabel periodik. Atom dari elemen metal mudah memberikan
elektron valensi yang dimilikinya kepada atom non mental. Pada
prosesnya, semua atom membangun konfigurasi stabil atau gas inert dan,
sebagai tambahan, sebuah charge listrik; yaitu, perubahan menjadi ion.
Sodium Klorida (NaCl) adalah material ion klasik. Sebuah atom sodium
dapat mengambil struktur elektron dari neon (dan sebuah charge tunggal
positif net) dengan sebuah transfer dari satu elektron valensi 3s ke atom
klorin. Setelahnya, ion klorin memiliki charge negatif dan sebuah
konfigurasi elektron identik untuknya seperti argon. Pada sodium klorida,
semua sodium dan klorin hadir sebagai ion. Tipe ikatan ini digambarkan
pada gambar 2.9.

heprillia@gmail.com hapvi

Gaya ikatan tarik adalah colombik, yaitu ion positif dan negatif, oleh
charge elektrik yang dimiliki, yang saling menarik satu sama lain. Untuk
dua ion yang terisolasi, energi tarik E A adalah fungsi dari jarak antar atom
menurut
EA=

A
( 2.8 )
r

Sebagai analogi untuk energi tolak adalah


E R=

B
( 2.9 )
rn

Pada pernyataan ini, A, B, dan n konstan yang memiliki nilai tergantung


pada sistem ionik. Nilai n mendekati delapan (8).
Ikatan ion disebut tidak berarah (non directional), dimana magnitud dari
ikatan sama pada semua arah sekeliling ion, hal ini mengikuti bahwa
untuk material ion menjadi stabil, semua ion positif harus memiliki ion
negatif terdekat pada skema tiga dimensi dans sebaliknya. Ikatan yang
umum pada material keramik adalah ikatan ion.
Energi ikatan, biasa berada pada 600 hingga 1500 kJ/mol (3 dan 8
eV/atom) relatif besar seperti yang direfleksikan dalam suhu leleh yang
tinggi. Tabel 2.3 berisi energi ikatan dan suhu leleh untuk beberapa
material ion.

Material ion menurut karakteristiknya bersifat keras dan tidak elastis


(mudah patah) dan ttidak dapat menghantarkan listrik dan suhu. Properti
ion ini merupakan konsekuensi dari konfigurasi elektron atau sifat alami
ikatan ion.

heprillia@gmail.com hapvi

Ikatan Kovalen
Pada ikatan kovalen, konfigurasi elektron yang stabil didapatkan dengan
membagikan elektron antara atom terdekat. Dua atom yang terikat
kovalen akan masing-masing memberi satu elektron pada ikatan dan
membagi elektron untuk dimiliki oleh kedua atom. Ikatan kovalen dapat
diilustrasikan pada gambar 2.10 untuk sebuah molekul methan (CH 4).
Atom karbon memiliki empat elektron valensi, dimana setiap atom
hidrogen memiliki satu elektron valensi. Setiap atom hidrogen dapat
menambah sebuah konfigurasi elektron helium (dua 1s elektron valensi)
dimana atom karbon membagi sebuah elektron. Karbon kini memiliki
empat elektron tambahan, satu dari hidrogen, untuk total delapan
elektron valensi, dan struktur elektron dari neon. Ikatan kovalen bersifat
memiliki arah (directional); dimana ikatan ini terjadi antara atom tertentu
dan mungkin terjadi hanya pada arah antara satu atom dan atom lainnya
dalam pembagian elektron.

Banyak molekul elemen non metal (H 2, Cl2, F2, dll) sama seperti molekul
terdiri dari atom yang tidak sama seperti CH 4, H2O, HNO3, dan HF adalah
contoh ikatan kovalen. Lebih dari itu, jenis ikatan ini ditemukan pada
elemen padat seperti berlian (karbon), silikon, dan germanium dan
campuran padat lainnya yang terdiri dari elemen yang berada pada
sebelah kanan tabel periodik, seperi gallium arsenida (GaAs), indium
antimonida (InSb) dan silikon carbida (SiC).
Jumlah ikatan kovalen yang terjadi untuk atom ditentukan oleh jumlah
elektron valensi. Untuk elektron valensi N, sebuah atom dapat terikat
kovalen dengan pada hampir 8 N atom lain. Sebagai contoh, N = 7
untuk klorin, dan 8 N=1, yang berarti bahwa satu atom Cl dapat
berikatan pada hanya satu atom seperti pada Cl 2. Hal serupa terjadi pada
karbon, N=4, dan setiap karbon memiliki 8-4, atau empat elektron yang
dapat dibagi. Berlian adalah contoh struktu interkoneksi tiga dimensi

heprillia@gmail.com hapvi

dimana tiap karbon berikatan kovalen dengan empat atom karbon


lainnya.
Ikatan kovalen dapat sangan kuat seperti berlian, dimana sangat keras
dan memiliki suhu leleh yang sangan tinggi, >3550 oC (6400 oF) atau dapat
pula sangat lemah seperti bismuth, yang meleleh pada 270 oC (518 oF).
Energi ikatan dan suhu leleh untuk sebagian kecil material yang berikatan
kovalen ditunjukkan pada tabel 2.3. Material polimer banyak pada jenis
ikatan ini, struktur dasar molekul menjadi rantai panjang yang berikatan
kovalen bersama dengan dua dari empat ikatan yang tersedia per atom.
Dua ikatan lainnya dibagi dengan atom lainnya yang juga terikat kovalen.
Struktur molekul polimer didiskusikan pada bab 14.
Kemungkinan unuk memiliki ikatan antar atom yang sebagian adalah ion
dan sebagian lainnya kovalen dan kenyataanya hanya sedikit campuran
yang terdiri dari ikatan ion murni atau ikatan kovalen murni. Untuk sebuah
campuran, derajat dari jenis ikatan tergantung pada posisi relatif dari
elemen atom pada tabel periodik atau dari perbedaan keelektronegatifan.
Lebih besar perbedaan (baik horizontal, relatif dari grup IVA - dan vertikal)
dari sisi kiri bawah ke sudut sisi kanan atas (dengan perbedaan
keelektronegatifan yang besar), maka akan semakin membentuk ikatan
ion.
Sebaliknya,
semakin
dekat
atom
bersama
(perbedaan
keelektronegatifannya kecil) derajat kovalen semakin besar. Karakter
persentase ion dari ikatan antara elemen A dan B (A menjadi lebih
elektronegatif) dapat dihitung melalui pendekatan:
ionic character={ 1exp [( 0.25 ) ( X A X B )2 ] } x 100(2.10)
Dimana

XA, XB

adalah keelektronegatifan dari elemen.

Ikatan metal
Ikatan Metal adalah jenis ikatan primer, ikatan ini terdapat pada metal
dan campurannya. Sebuah model sederhana telah diajukan yang sangat
mendekati skema ikatan. Material metal memiliki satu, dua atau paling
banyak tiga elektron valensi. Dengan model ini, elektron valensi tidak
terikat pada atom pada padatan dan lebih/kurang bebas berubah melalui
seluruh bagian metal. Mereka mungkin akan dianggap sebagai lautan
elektron atau awan elektron. Sisa elektron non valensi dan bentuk inti
atom yang disebut inti ion, memiliki charge positif net yang sama pada
magnitud dengan total charge elektron valensi per atom. Gambar 2.11
adalah ilustrasi skema dari ikatan metal. Elektron bebas melindungi inti
atom yang tercharge positif dari gaya tolak elektrostatis yang hadir secara
mutual,
dimana
mereka
akan
menggunakan
atau
lainnya.
heprillia@gmail.com hapvi

Konsekuensinya, ikatan metal memiliki sifat tidak berarah (non


directional). Sebagai tambahan, elektron bebas ini beraksi sebagai lem
yang memegang inti ion bersama. Energi ikatan dan suhu leleh dari
beberapa metal terdapat pada tabel 2.3. Ikatan dapat lemah atau kuat,
range energi dari 68 kJ/mol (0.7 eV/atom) untuk merkuti hingga 85- kJ/mol
(8.8 eV/atom) untuk tungsten. Dengan suhu leleh mereka sebesar -39 dan
3410oC (-38 dan 6170 oF).

Ikatan metal dapat ditemukan pada tabel periodik elemen Grup IA dan IIA
dimana semuanya adalah elemen metal.
Beberapa perilaku umum dari berbagai tipe material (metal, keramik dan
polimer) dapat dijelaskan melalui tipe ikatan. Sebagai contoh, metal
adalah konduktor yang baik untuk menghantarkan listrik dan panas,
karena ion bebas mereka. Sebaliknya, material yang berikatan ion dan
kovalen merupakan insulator listrik dan suhu karena tidak adanya banyak
elektron bebas.
Pada bagian 7.4 dapat diperhatikan bahwa pada suhu ruangan,
kebanyakan metal dan campurannya gagal untuk dibentuk, dimana,
kondisi patah terjadi setelah material mengalami perubahan bentuk
permanen yang signifikan. Perilaku ini dijelaskan pada mekanisme
perubahan (deformasi) (bagian 7.2) yang berhubungan dengan
karakteristik ikatan metal. Sebaliknya pada suhu ruangan, material
dengan ikatan ion rapuh karena komponen ion yang mereka miliki
tercharge secara elektrik.
IKATAN SEKUNDER ATAU IKATAN VAN DER WAALS
Ikatan sekunder, van der Waals atau ikatan fisik adalah ikatan yang lemah
dibandingkan dengan ikatan primer atau iaktan kimia. Energi ikatannya
hanya sekitar 10 kJ/mol (0.1 eV/atom). Ikatan sekunder ada diantara

heprillia@gmail.com hapvi

semua atom atau molekul namun keberadaannya jelas jika ada tiga jenis
ikatan pertama. Ikatan sekunder dibuktikan pada gas inert yang memiliki
struktur elektron stabil dan struktur antar molekulnya terikat kovalen.
Gaya ikatan sekunder muncul dari dipole atom atau molekul. Menurut
kepentingannya, sebuah dipole elektrik muncul ketika ada pemisahan
antara atom atau molekul porsi positif dan negatif. Ikatan tersebut
dihasilkan dari kejadian coulombic antara akhir bagian positif dari sebuah
dipole dan bagian negatif dari dipole lainnya seperti yang tertera pada
gambar 2.12. Interaksi dipole yang terjadi antara dipole yang terinduksi,
antara dipole yang terinduksi dan molekul polar (yang memiliki dipole
permanent), dan antara molekul polar. Ikatan hidrogen, adalah jenis
khusus dari ikatan sekunder, yang ditemukan hadir antara beberapa
molekul yang memiliki hidrogen sebagai salah satu penyusunnya.
Mekanisme ikatan ini akan didiskusikan secara singkat.

Ikatan Dipole Terinduksi yang berfluktuasi


Sebuah dipole dapat tercipta atau terinduksi pada sebuah atom/molekul
yang biasanya simetris secara elektrik, dimana, keseluruhan distribusi
spatial elektron berbentuk simetri dengan inti atom yang bercharge
positif, seperti yang dijelaskan pada gambar 2.13a. semua atom
mengalami gerakan vibrasi konstan yang dapat menyebabkan distorsi
instan dan cepat dari simetri elektrik untuk beberapa atom/molekul dan
proses pembuatan dipole elektrik kecil sijelaskan pada gambar 2.13b.
Satu dari dipole ini berturut-turut menghasilkan perpindahan distribusi
elektron dari atom/molekul sebelumnya, yang terinduksi dipole lainnya
menjadi dipole yang kemudian berikatan secara lemah kepada dipole
pertama. Ini adalah perilaku dari ikatan van der Waals. Gaya tarik ini
dapat terjadi antara jumlah atom/molekul yang besar, dimana gaya yang
hadir tidak bertahan lama dan berubah sesuai waktu.
Proses perubahan benda padat ke benda cair, pada beberapa kasus,
pemadatan gas inert dan molekul simetris yang netral secara elektrik
seperti H2 dan Cl2 merupakan jenis ikatan ini. Suhu leleh dan didih dari
material ini sangatlah rendah yang menginduksi peningkatan ikatan dipol;
dari semua ikatan antar molekul, ikatan ini yang paling lemah. Energi
ikatan dan suhu leleh dari argon dan klorin dapat dilihat di tabel 2.3
Ikatan Dipole Terinduksi Molekul Polar

heprillia@gmail.com hapvi

Momen dipole permanen muncul pada beberapa molekul oleh susunan


asimetris dari daerah yang tercharge positif dan negatif; molekul ini
dinamakan molekul polar. Gambar 2.14 adalah sebuah skema yang
menjelaskan molekul hidrogen klorida. Sebuah momen dipole permanen
yang muncul dari selisih charge positif dan negatif yang berhubungan
dengan akhir dari hidrogen dan klorin pada molekul HCl
Molekul polar dapat menginduksi dipole pada molekul nonpolar
sebelumny dan sebuah ikatan akan memberntuk sebagai hasil dari gaya
tarik antar dua molekul. Lebih lanjut, magnitud dari ikatan ini akan lebih
besar dari dipole yang terinduksi dan berfluktuasi.
Ikatan Dipole Permanent
Gaya van der Waals akan muncul juga antara molekul polar. Energi ikatan
yang terdapat di dalamnya secara signifikan lebih besar daripada ikatan
yang terjadi pada dipole terinduksi.
Ikatan sekunder terkuat adalah ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen terjadi
antara molekul pada hidrogen yang terikat kovalen pada flourine (paa HF),
oksigen (pada H2O), dan nitrogen (pada NH3). Untuk tiap ikatan H-F, H-O,
atau H-N, sebuah elektron hidrogen dibagi ke atom lain. Karenanya, hasil
hidrogen yang tersisa dari ikatan tersebut adalah protonyang tercharge
positif yang tidak dilindungi oleh elektron. Molekul yang tercharge positif
tinggi ini mampu memiliki gaya tarik kuat dengan molekul lain yang
tercharge negatif. Seperti yang tertera pada gambar 2.15 untuk HF. Oleh
karena itu, bagian pentingnya adalah, proton tunggal ini membentuk
jembatan antara dua atom yang tercharge negatig. Magnitud dari iaktan
hidrogen lebih besar daripada tipe ikatan sekunder yang besarnya dapat
mencapai 51 kJ/mol (0.52 eV/molekul) seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Suhu leleh dan didih dari hidrogen florida dan air sangat tinggi walaupun
berat molekul rendah akibat ikatan hidrogen.

heprillia@gmail.com hapvi

MOLEKUL
Banyak dari molekul ini disusun dari grup atom yang berikatan denga
ikatan kovalen yang kuat; termasuk juga molekul elemen diatomic (F 2, O2,
H2 dll) dan juga material gabungan seperti (H2O, CO2, HNO3, C6H6, CH4, dll)
pada cairan yang terkondensasi dan kondisi padat, ikatan antar molekul
adalah ikatan sekunder yang lemah. Sebagai akibatnya, material molekul
memiliki suhu leleh dan didih yang rendah. Sebagian besar molekul
tersebut memiliki beberapa molekul kecil yang terdiri dari sedikit atom
rata-rata berupa gas, atau dekat, suhu dan tekanan. Dengan kata lain,
banyak polimer modern, menjadi matrial molekul yang terdiri dari molekul
yang sangat besar, yang muncul sebagai benda padat; beberapa dari
properti mereka sangat bergantung pada adanya ikatan van der Waals
dan ikatan sekunder hidrogen.

heprillia@gmail.com hapvi

KESIMPULAN
Bab ini memulai dengan pembahasan struktur atom dasar, yaitu model
atom Bohr dan mekanika gelombang dari elektron pada atom. Dimana
model Bohr menyatakan bahwa elektron adalah partikel yang mengitari
inti atom pada jalur diskrit dan mekanika gelombang menyatakan bahwa
elektron seperti halnya gelombang memposisikan elektron sebagai
distribusi kemungkinan.
Energi elektron ditentukan dengan bilangan kuantum yang menjelaskan
bahwa adanya peningkatan lapisan dan sub lapisan elektron. Konfigurasi
elektron dari sebuah atom berhubungan dengan diisi tidaknya lapisan dan
sub lapisan ini dengan elektron menurut prinsip pauli. Tabel periodik dari
elemen disusun berdasarkan berbagai macam elemen menurut
konfigurasi elektronnya.

Gaya dan Energy Ikatan


Ikatan Antar Atom Primer
Ikatan atom pada benda padat dapat dilihat dalam konteks gaya dan
energi tarik dan tolak. Tiga tipe ikatan primer pada benda padatadalah
ikatan ion, kovalen dan metal. Untuk ikatan ion, ion yang memiliki muatan
listrik dibentuk oleh pemindahan elektron valensi dari satu atom ke atom
lainnya dimana gaya adalah bersifat couloumb. Ikatan kovalen adalah
berbaginya elektron valensi antara atom atom yang berdekatan.
Sedangkan ikatan metal adalah elektron valensi dari lautan elektron
yang tersebar secara seragam di sekitar inti ion metal dan bertindak
sebagai lem untuk inti besi tersebut.

Ikatan Sekunder atau Ikatan van der Waals


Baik ikatan van der Waals dan ikatan hidrogen digolongkan sebagai ikatan
sekunder karena lebih lemah dari ikatan primer. Ikatan ini dihasilkan dari
gaya tarik antara dipoles electric yang memiliki dua jenis yaitu terinduksi
dan permanen. Untuk ikatan hidrogen, molekul polar yang tinggi
terbentuk ketika hidrogen berikatan kovalen pada elemen non metal
seperti flourine.

heprillia@gmail.com hapvi

Anda mungkin juga menyukai