Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. PENDAHULUAN
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang secara umum dan kontinu. Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan
tekanan produksi dan/atau distribusi (produksi dan/atau distribusi yang tidak mencukupi). Indonesia
merupakan negara penghasil minyak, akan tetapi masih mengimpor minyak dari negara lain karena
produksi minyak di Indonesia sudah di bawah 1jt barrel per hari, sedangkan kebutuhan sudah di atas
1jt barrel per hari. Saat harga minyak dunia berfluktuasi, tentunya akan berdampak terhadap negara
pengimpor minyak termasuk Indonesia. Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, kelebihan
uang yang beredar di pasar dapat menyebabkan inflasi.
Jakaria (2008), dengan menggunakan analisis regresi dapat menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dari variabel Jumlah Uang Beredar terhadap Inflasi. LeBlanc dan Chinn (2004)
menunjukkan pengaruh harga minyak terhadap inflasi hanya memiliki efek sederhana terhadap inflasi
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman dan Jepang, sedangkan di Eropa lebih sensitif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga minyak dunia dan jumlah
uang yang beredar terhadap inflasi di Indonesia. Inflasi, selain dipengaruhi oleh harga minyak dunia
dan jumlah uang beredar, juga terdapat kemungkinan dipengaruhi oleh dirinya sendiri pada periode
sebelumnya. Sehingga pada penelitian ini akan digunakan model Autoregressive Distributed Lag
(ARDL) untuk mengetahui pengaruh harga minyak dunia dan jumlah uang beredar terhadap inflasi di
Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Autoregressive Distributed Lag (ARDL)
Model regresi yang memasukkan nilai variabel yang menjelaskan baik nilai masa kini atau nilai
masa lalu (lag) dari variabel bebas sebagai tambahan pada model yang memasukkan nilai lag dari
variabel tak bebas sebagai salah satu variabel penjelas disebut Autoregressive Distributed Lag
(ARDL). Model ARDL sangat berguna dalam ekonometrik empiris, karena membuat teori ekonomi
yang bersifat statis menjadi dinamis dengan memperhitungkan peranan waktu secara explisit. Model
ini dapat membedakan respon jangka pendek dan jangka panjang dari variabel tak bebas terhadap satu
unit perubahan dalam nilai variabel penjelas (Gujarati, 1995).
Model ARDL (p, q1, q2, , qk) dapat dinyatakan sebagai berikut :
= +
=1
1
=0
1 +
2
=0
2 + +
=0
(1)
Jika variabel-variabel dalam regresi linier, baik variabel terikat maupun variabel bebas
memiliki akar unit, biasanya error juga akan mengandung akar unit. Pada keadaan ini muncul regresi
lancung. Namun sering ditemukan bahwa error tidak mengandung tren, dan meskipun variabel terikat
maupun variabel bebas mengandung tren. Keadaan seperti ini sering disebut sebagai kasus variabel
terikat berkointegrasi dengan variabel bebas. Dengan demikian, jika terjadi kointegrasi, masalah
regresi lancung akan hilang. Dalam keadaan dimana variabel terikat dan bebas tidak stasioner namun
berkointegrasi, model yang cocok digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Sedangkan jika
tidak berkointegrasi, model yang digunakan adalah model ARDL antara variabel terikat dan bebas
yang telah ditransformasi seperti pada persamaan (2) (Rosadi, 2011).
= +
=1
1
=0
1 +
2
=0
2 + +
=0
+ (2)
46
INFLASI
HARGA_MINYAK
80
120
70
100
60
80
50
40
60
30
40
20
20
10
0
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
0
1975
2010
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
3,000,000
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
t-statistic
-6.016519
-4.776713
p-value
0.0000
0.0000
47
Variabel
DLHAR
Tidak signifikan
Tidak Signifikan
LINF
Tidak signifikan
DTJUB
Signifikan
Tidak Signifikan
= 1.467185 + 0.1507 +
Terdapat 2 macam pengujian parameter, uji parameter simultan dan uji parsial (individu). Pada
pengujian simultan, menunjukkan hasil yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai
F=11.98 dan nilai p-value sebesar 0.001. Hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang
diperoleh dapat digunakan. Pada pengujian parameter parsial, menunjukkan variabel jumlah uang
beredar signifikan dengan tingkat kepercayaan 99%. Hasil pengujian parameter parsial dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Tabel pengujian parameter secara parsial
Variabel
Koefisien
SE Koef.
C
DTJUB
1.467185
0.150700
0.213489
0.043541
T
6.872415
3.461121
P
0.0000
0.0015
Pengujian asumsi klasik (Galat menyebar normal, Non heterokedastisitas, Non autokorelasi)
pada model tersebut terpenuhi.
4. KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan kointegrasi antar variabel inflasi (LINF), harga minyak dunia (LHAR),
dan jumlah uang beredar (TJUB). Koefisien variabel jumlah uang beredar (JUB) bertanda positif dan
signifikan dengan tingkat kepercayaan 99%, artinya perubahan jumlah uang beredar berpengaruh
terhadap inflasi. Nilai koefisien 1.467185 menunjukkan bahwa peningkatan 1 milyar rupiah dari
jumlah uang beredar, akan meningkatkan angka inflasi sebesar 1.467185 persen.
DAFTAR PUSTAKA
Gujarati, D., (1995), Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta, Terjemahan: Drs. Ak. Sumarno Zain,
MBA, hal. 233-251.
Jakaria, (2008), Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Pengeluaran Pemerintah dan Nilai Tukar
Terhadap Inflasi di Indonesia, Jurnal Media Ekonomi, 14 (3).
LeBlanc, M., dan Chinn M.D., (2004), Do High Oil Prices Presage Inflation, Journal of the National
Association of Business Economists, 39 (2), hal. 38-48.
Rosadi, D., (2011), Analisis Ekonometrika & Runtun Waktu Terapan dengan R, Andi, Yogyakarta,
hal. 197-200.
48