Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO)

TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT


PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB)
DIPUSKESMAS KEDURUS
SURABAYA
Erika Untari Dewi,SKep,Ns.M.Kes dan Lestie Kumalasari
Email : untarierika@yahoo.co.id

ABSTRAK
TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan kuman mycobacterium Tuberculosis dan
membutuhkan waktu yang lama untuk pengobatan yaitu sekitar 6-7 bulan. Dengan jangka
waktu pengobatan yang lama ini dimungkinkan bagi penderita TB untuk tidak patuh dalam
menelan obat. Untuk mencegah hal tersebut, maka dalam pengobatan TB dibutuhkan
Pengawas Menelan Obat (PMO). Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka peneliti
mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh PMO terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien TB di Puskesmas Kedurus Surabaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh PMO terhadap kepatuhan pasien TB dalam minum obat. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen one-shot case study.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita TB yaitu sebesar 86 orang. Besar sampel
yang digunakan adalah 26 orang dengan menggunakan tehnik simple random sampling.
Penelitian ini menggunakan dua variable yaitu PMO sebagai variable bebas dan kepatuhan
pasien TB sebagai variable tergantung. Data diperoleh dari hasil kuisioner, data yang
terkumpul ditabulasi dengan tabel distribusi frekuensi dan dikonfirmasikan dalam bentuk
tabel frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 13 orang PMO yang
mempunyai kriteria berperan, 12 orang penderita TB telah patuh minum obat yaitu dengan
prosentase 92%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya PMO mempengaruhi
kepatuhan pasien TB dalam minum obat.
Kata Kunci : PMO, Kepatuhan, dan TB

Pendahuluan

Selain menghadapi transisi demografi,


Indonesia
juga
dihadapkan
pada
epidemiologi yang menyebabkan beban
ganda (double burden), yaitu masih
tingginya penyakit infeksi (baik reemerging maupun new emerging).
Penyakit infeksi yang dinyatakan sebagai
penyebab kematian utama baik di
Indonesia
maupun
dunia
adalah
tuberculosis atau yang saat ini disingkat
TB. TB atau yang dulu di kenal TBC
merupakan
penyakit
menular
dan
membutuhkan waktu yang lama untuk
pengobatan yaitu sekitar 6-7 bulan.
Dengan jangka waktu pengobatan yang
lama ini dimungkinkan bagi penderita TB

untuk tidak patuh dalam menelan obat.


Pengobatan TB yang tidak teratur,
pemakaian obat yang kurang tepat maupun
pengobatan
yang
terputus
dapat
menyebabkan resistensi terhadap obat.
Untuk mencegah hal tersebut, maka WHO
merekomendasikan strategi pengobatan
DOTS (Directly Observed Treatment
Strategy) yaitu penderita minum obat dan
diawasi oleh pengawas. Penderita TB
memang perlu mendapatkan pengawasan
langsung agar meminum obat secara
teratur sampai sembuh, mengingat jangka
waktu pengobatan yang cukup lama. Orang
yang mengawasi penderita TB dikenal
dengan istilah Pengawas Menelan Obat
(PMO). PMO sebaiknya adalah orang yang

disegani dan dekat dengan penderita TB,


misalnya keluarga, tetangga, kader
kesehatan atau relawan. PMO bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa penderita
TB telah meminum obat sesuai anjuran
petugas
puskesmas.
Berdasarkan
keterangan dari petugas di puskesmas
Kedurus Surabaya, telah didapatkan
gambaran umum tentang partisipasi PMO
dan sikap penderita TB paru di Puskesmas
Kedurus Surabaya rata-rata masih kurang.
Hal ini ditandai dengan PMO yang berasal
dari keluarga kurang mengawasi penderita
TB dalam meminum obat, dikarenakan
kesibukan yang dimiliki oleh masingmasing PMO, bahkan penderita sendiri
kurang berinisiatif untuk menelan obat
secara mandiri, dikarenakan tingkat
kejenuhan penderita TB terhadap program
pengobatan yang cukup menyita waktu
terlalu lama. Sehingga penderita masih
sangat bergantung dengan adanya PMO.
Penyakit tuberulosis (TB) adalah
penyakit kronis menular yang masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat
didunia termasuk Indonesia. WHO dalam
annual report on global TB control 2003
menyatakan
terdapat
22
negara
dikategorikan sebagai high burden
countries terhadap TB. Indonesia tiap
tahun terdapat 557.000 kasus baru TB.
Berdasarkan jumlah itu, 250.000 kasus
(115/100.000) merupakan penderita TB
menular. Dengan keadaan ini Indonesia
menempati peringkat ketiga jumlah TB
didunia, setelah India (1.762.000) dan
China (1.459.000). TB telah membunuh
tiga juta orang pertahun. Diperkirakan
kasus TB meningkat 5-6 % dari total
kasus. Dan diperkirakan pada tahun 2004,
tiap tahun ada 539.000 kasus baru.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
bidang pemberantasan penyakit menular
Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2006,
telah ditemukan bahwa TB menduduki
urutan ketiga dalam angka penemuan kasus
terbesar diwilayah Jawa Timur setelah
Demam Berdarah dan Malaria, dengan
jumlah kasus 76.658 penderita TB Paru
yang menunjukkan gejala klinis, 34.204

penderita TB Paru yang positif, dan 16.458


penderita TB yang dinyatakan sembuh.
Sedangkan di wilayah Surabaya sendiri,
dilaporkan bahwa pada tahun 2011 bulan
Januari, TB juga menduduki peringkat
ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak
setelah ISPA dan Diare. Temuan tersebut
berdasarkan Dinas Kesehatan Kota
Surabaya. Dan pada Puskesmas Kedurus
Surabaya, telah didapatkan data tahun
2010 terdapat 59 penderita positif TB Paru
yang terdiri atas 27 laki-laki dan 32
perempuan. Pada tahun berikutnya yaitu
2011 terdapat 77 orang yang terdiri atas 41
laki-laki dan 36 perempuan. Serta pada
tahun 2012 per-Februari terdapat 9 orang
yang terdiri atas 3 laki-laki dan 6
perempuan. Sehingga berdasarkan data
statistik yang diperoleh dari Puskesmas
Kedurus Surabaya, peneliti mengambil
populasi berdasarkan data tahun 2011 dan
tahun 2012 per-Februari dengan jumlah
total populasi 86 orang.
Mengingat pengobatan TB menempuh
jangka waktu yang cukup lama yaitu 6-8
bulan, sehingga dimungkinkan pasien TB
bosan untuk menjalani pengobatan
tersebut. Bahkan saat dilansir di puskesmas
Kedurus Surabaya, didapatkan bahwa ada
anggota keluarga dari kader kesehatan
yangmenderita TB. Dapat disimpulkan
bahwa penyakit dapat menyerang siapa
saja dan
tidak memandang suatu
golongan. Maka WHO merekomendasikan
strategi pengobatan DOTS. Dimana DOTS
lebih menekankan pada pentingnya
pengawasan langsung terhadap penderita
TB agar menelan obatnya secara teratur
sesuai
dengan
ketentuan
sampai
dinyatakan sembuh. Maka dari itu, dalam
pengobatan
TB,
penderita
perlu
didampingi PMO saat menelan obat. Tugas
dari PMO itu sendiri antara lain yaitu
mengawasi pasien TB agar menelan obat
secara teratur, memberi dorongan pada
pasien agar mau berobat teratur,
mengingatkan pasien untuk periksa ulang
dahak, memberi penyuluhan pada anggota
keluarga pasien TB. Dan apabila PMO
tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya

dengan maksimal, akan menimbulkan


dampak pada penderita TB yaitu penderita
TB menjadi malas untuk minum obat
sehingga dapat terjadi drop out dan proses
pengobatan akan berjalan lebih lama
karena pengobatan harus dimulai dari
awal.
Peran serta PMO sangat dibutuhkan
untuk dapat menanggulangi masalah
tersebut. Dan sebaiknya PMO mengenal
tentang penyakit TB secara lengkap. Hal
ini dimaksudkan agar PMO juga
termotivasi dalam membantu kesembuhan
pasien. Maka dari itu, seorang PMO harus
memenuhi kriteria sebagai berikut : 1)
seorang yang dikenal, dipercaya, dan
disetujui oleh petugas kesehatan. 2)
seorang yang tinggal dekat dengan
penderita. 3) bersedia membantu penderita
dengan sukarela. 4) bersedia dilatih dan
atau mendapatkan penyuluhan bersamasama penderita. Dengan cara memenuhi
persyaratan-persyaratan
tersebut,
diharapkan PMO dapat berperan dengan
baik untuk membantu proses penyembuhan
penderita TB. Dan upaya yang telah
dilakukan puskesmas Kedurus Surabaya
untuk meningkatkan kinerja PMO serta
meningkatkan motivasi penderita TB
adalah dengan cara
memberikan
penyuluhan pada penderita maupun PMO,
memberikan pelatihan secara khusus pada
PMO agar mampu memberikan motivasi
pada penderita TB untuk teratur menelan
obat, melakukan home-care bagi pasien
baru, diselenggarakannya pengobatan
gratis, selain obat yang gratis, pasien juga
diberi tambahan susu formula. Serta
kebijakan Puskesmas Kedurus Surabaya
dalam pengambilan obat TB adalah saat
pasien mengambil obat harus didampingi
PMO, bila tidak pasien tidak akan dilayani.
Hal ini dimaksudkan agar terjalin kerja
sama yang baik antara penderita, PMO
maupun petugas di puskesmas yang
berorientasi pada kesembuhan pasien.
Rumusan Masalah
Bagaimana
pengaruh
PMO
terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien TB
Surabaya

di

Puskesmas

Kedurus

Tujuan
Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh PMO
terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien TB di Puskesmas Kedurus
Surabaya.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari Penulis
untuk mengangkat tema pengaruh PMO
terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien TB adalah sebagai berikut :
1)
Mengidentifikasi peran PMO dalam
pengawasannya
mendampingi
pasien TB dalam minum obat di
Puskesmas Kedurus Surabaya
2)
Mengidentifikasi kepatuhan pasien
TB dalam minum obat di Puskesmas
Kedurus Surabaya
3)
Mengidentifikasi hubungan antara
peran PMO terhadap kepatuhan minum
obat pada pasien TB di Puskesmas
Kedurus Surabaya.
Manfaat
Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dalam
memantau
kinerja
PMO
dalam
menjalankan tugasnya demi kesembuhan
pasien TB.
Manfaat untuk Pengawas Menelan Obat
(PMO)
Sebagai motivator yang mana
mampu meningkatkan kualitasnya untuk
menjalankan perannya dalam membantu
pasien
TB
untuk
menyelesaikan
pengobatannya.
Manfaat untuk instansi pendidikan
keperawatan
Dengan penelitian ini dapat
menjadi masukan bagi pendidikan dalam
pengembangan kurikulum mata ajar
komunitas.
Manfaat bagi Peneliti
Dapat menerapkan teori yang telah
didapatkan dalm proses belajar dan

diterapkan
sebagai
acuan
dalam
pendidikan kesehatan kepada PMO.
Metode Penelitian
Desain penelitian
Desain penelitian adalah strategi
untuk mencapai tujuan penelitian yang
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman
atau petunjuk penelitian pada seluruh
proses penelitian (Nursalam, 2003).
Apabila penelitian ini dilihat dari waktu
pengukurannya menggunakan metode
cross sectional, yaitu jenis penelitian yang
menekankan pada waktu pengukuran /
observasi data variable independen dan
dependen hanya satu kali, pada satu saat,
jadi tidak ada follow up (Nursalam, 2003).
Sedangkan apabila metode penelitian yang
diambil sesuai dengan tujuan peneliti untuk
mempelajari pengaruh antara peran PMO
terhadap kepatuhan pasien TB, maka
metode yang digunakan adalah metode
Pra-eksperimen. Menurut Babbie E (1999)
rancangan
penelitian
pra-eksperimen
dibedakan menjadi tiga, one-shot case
study, one-group pre-post test design dan
static group design. Dalam penelitian ini
menggunakan one-shot case study yaitu
penelitian ini dilakukan dengan melakukan
intervensi/tindakan pada satu kelompok
kemudian diobservasi pada variable
dependen setelah dilakukan intervensi
(Nursalam, 2003). Dengan demikian sesuai
tujuan penelitian ini, maka dengan metode
pra-eksperimental one-shot case study
dapat diketahui pengaruhnya setelah pasien
TB
dilakukan
tindakan
yaitu
26
mengikutsertakan PMO untuk mengawasi
pasien TB minum obat kemudian dianalisis
apakah
dengan
adanya
PMO
mempengaruhi kepatuhan pasien TB
minum obat.
Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel merupakan
karakteristik
yang
diamati
yang
mempunyai variasi nilai dan merupakan
operasionalisasi dari suatu konsep agar
dapat diteliti secara empiris dan ditentukan
tingkatannya (Setiadji, 2007).

Penelitian ini menggunakan 2 variabel


yaitu :
Variabel Independent (Bebas)
Variabel
independent
(bebas)
adalah stimulus atau intervensi yang
diberikan
kepada
klien
untuk
mempengaruhi perilaku pasien. Komponen
dari variabel independent dalam penelitian
ini adalah Pengawas Menelan Obat
(PMO).
Variabel Dependen (Tergantung)
Variabel dependent (terikat) yaitu
aspek tingkah laku yang diamati dari suatu
organisme yang dikenai stimulus. Yang
termasuk komponen variabel dependent
dalam penelitian ini yaitu kepatuhan
minum obat pada pasien TB.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek
penelitian / obyek yang akan diselidiki
yang berupa manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, benda-benda mati lainnya serta
peristiwa dari gejala yang terjadi di dalam
masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Pada
penelitian
ini
populasinya
adalah
keseluruhan Penderita TB yang ada di
Puskesmas Kedurus Surabaya yaitu 86
orang.
Sampel
Sampel adalah sebagian yang
diambil dan keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2005).
Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel
minimal yang dipandang sesuai, maka
harus
menggunakan
perhitungan.
Perhitungan sampel yang akan diambil dari
populasi menggunakan rumus sebagai
berikut:
n = 30 % x Jumlah Populasi
n = 30 % X 86
n = 26 orang
Setelah dilakukan penghitungan
telah ditemukan 26 orang yang akan

dijadikan sampel dari sebagian penderita


TB di Puskesmas Kedurus Surabaya.
Kriteria Sampel
Kriteria
penelitian
adalah
karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau untuk
diteliti (Nursalam, 2003). Dalam penelitian
ini kriteria sampel yang digunakan adalah :
Kriteria Inklusi :
a) Penderita
TB
yang
berada
diwilayah
kerja
Puskesmas
Kedurus Surabaya
b) Penderita TB yang masih menjalani
pengobatan
c) Penderita TB yang bersedia diteliti
d) Penderita TB yang kooperatif
Kriteria Eksklusi :
a) Penderita
TB
yang
tidak
mempunyai tempat tinggal tetap
b) Penderita TB yang menolak
berpartisipasi.
Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Tehnik sampling merupakan
cara-cara
yang
ditempuh
dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan obyek penelitan (Nursalam,
2003). Penelitian ini menggunakan cara
pengambilan simple random sampling,
dimana untuk mencapai sampling ini,
setiap elemen diseleksi secara random atau
acak
(Nursalam,
2003).
Peneliti
menyeleksi dengan cara menulis nama
nama populasi dari penderita TB pada
secarik kertas, kemudian meletakkannya
pada sebuah kotak, diaduk dan diambil
secara acak setelah semuanya terkumpul.
Yang diambil sejumlah 26 kemudian
dijadikan sampel.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada 26 Maret
2012 sampai 21 April 2012 bertempat di
Puskesmas Kedurus Surabaya

Pengumpulan data dan analisa data


Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai setelah
proposal disetujui oleh pembimbing.
Kemudian meminta persetujuan kepala
Puskesmas Kedurus untuk melakukan
penilitian kepada seluruh PMO di
Puskesmas Kedurus Surabaya. Setelah
disetujui oleh kepala Puskesmas Kedurus
Surabaya, peneliti menemui responden
untuk memintai persetujuan menjadi
responden. Data diambil melalui kuisioner
tentang
pengaruh
PMO
terhadap
pengobatan TB di Puskesmas Kedurus
Surabaya. Pertama yang akan dilakukan
peneliti adalah mendata subyek yang akan
dijadikan sampel melalui data yang
dimiliki oleh puskesmas. Kemudian
peneliti mendatangi rumah-rumah sasaran
serta membagikan kuesioner. Dengan
aturan bahwa yang mengisi kuesioner
adalah penderita TB. Kuesioner harus di isi
dengan lengkap.
Analisa Data
Memeriksa kelengkapan data
Setiap pertanyaan yang ada harus
diteliti dengan jawaban, jika ada
pertanyaan yang tidak ada jawabannya
harus dditeliti apakah pertanyaan tersebut
merupakan pertanyaan yang syaratnya
tidak terpenuhi.
Pengolahan data
Data hasil kuesioner yang diperoleh
dikumpulkan dan dikoreksi ulang untuk
memahami kelengkapan isi dari data
kemudian diberikan kode sesuai kriteria
yang ditentukan. Kriteria yang telah
ditetapkan peneliti sebagai acuan adalah
jawaban pada masing-masing pertanyaan
diberi rentang nilai 1-3. Nilai teringgi
adalah 3 dan terendah adalah 1. Karena ada
15 pertanyaan pada masing-masing
subvariabel, maka untuk menetapkan
jumlah nilai teringgi dan terendah adalah
dengan mengkalikan nilai teringgi/terendah
dengan jumlah soal. Untuk nilai teringgi
didapat hasilnya adalah 45 sedangkan
jumlah nilai terendah adalah 15. Sehingga
kriteria yang ditetapkan untuk masing-

masing subvariabel yakni untuk variable


PMO telah ditetapkan berperan dengan
rentang nilai 31 45, dan kurang berperan
dengan rentang 15 30. Sedangkan untuk
variable kepatuhan telah ditetapkan patuh
dengan rentang nilai 31 45, dan tidak
patuh dengan rentang nilai 15 30. Setelah
data ditabulasi berdasarkan kriteria
subvariabel yang diteliti. Maka untuk
menentukan prosentasenya, dilakukan
perhitungan
untuk
masing-masing
subvariabel dengan rumus :
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh
dari
faktorfaktor
yang
mempengaruhi kunjungan lansia RT 02
RW 03 Karang Pilang, Kelurahan Karang
Pilang ke Posyandu Lansia
Data Umum
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Tabel
1.
Karakteristik
Responden
berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Kedurus Surabaya
Pada Bulan April 2012.
No Jenis
Jumlah Prosentase
Kelamin
1.
Laki
17
65%
laki
2.
Perempu
9
35%
an
26
100%
Total
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel
2.
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Umur
di
Puskesmas Kedurus Surabaya
pada Bulan April 2012.
No
1.
2.
3.
4.
5.

Umur
< 20
tahun
21 35
tahun
36 45
tahun
46 55
tahun
> 56
tahun
Total

Jumlah
3

Prosentase
11%

13

50%

12%

15%

12%

26

100%

Karakteristik
Pendidikan
Tabel 3.

N
o
1.
2.
3.
4.
5.

Responden

Berdasarkan

Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan di
Puskesmas
Kedurus
Surabaya Pada Bulan April
2012.
Pendidik
Jum
Prosenta
an
lah
se
Tidak
1
4%
sekolah
SD
4
15%
SMP
9
35%
SMA
11
42%
Pergurua
1
4%
n Tinggi
26
100%
Total

Karakteristik Responden Berdasarkan


Pekerjaan
Tabel
4.
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pekerjaan di
Puskesmas Kedurus Surabaya
pada Bulan April 2012.
No

Pekerjaa
Juml
Prosent
n
ah
ase
1.
Petani
2
8%
2.
Swasta
17
65%
3.
PNS
1
4%
4.
Tidak
6
23%
Bekerja
26
100%
Total
Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Pernikahan
Tabel

No
1.
2.
3.

Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Status
Pernikahan di Puskesmas
Kedurus Surabaya pada Bulan
April 2012.
Status
Jum
Prose
Pernikahan
lah
ntase
Nikah
16
61%
Belum
8
31%
Nikah
Janda /
2
8%
Duda
26
100%
Total

Data Khusus

Pembahasan
Adapun pengaruh PMO terhadap
Data khusus ini akan memaparkan
kepatuhan minum obat pasien TB di
hasil penelitian tentang pengaruh peran
Puskesmas Kedurus Surabaya berdasarkan
PMO terhadap kepatuhan minum obat pada
tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa dari 13
pasien TB di Puskesmas Kedurus Surabaya
orang PMO yang mempunyai kriteria
dengan jumlah responden 26 orang.
berperan, 12 orang penderita TB telah
3.1.2.1
Karakteristik
Peran
patuh minum obat yaitu dengan prosentase
Pengawas Menelan Obat (PMO)
92%. Peran PMO dalam menjalani
Tabel 6. Karakteristik Peran Pengawas
tugasnya dipengaruhi oleh teori motivasi
Menelan
Obat
(PMO)
di
yang dikemukakan oleh Herzberg.
Puskesmas Kedurus Surabaya
Herzberg membagi teori motivasi menjadi
pada Bulan April 2012.
dua kelompok yaitu isi pekerjaan dan
No
Karakteristik Jumlah Prosentase faktor higenis. Isi pekerjaan meliputi
PMO
prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
1.
Berperan
13
50%
tanggung jawab, pengembangan potensi
2.
Kurang
13
50%
individu. Sedangkan faktor higenis
Berperan
meliputi gaji atau upah, kondisi kerja,
26
100%
Total
kebijakan
administrasi,
hubungan
Karakteristik Responden Berdasarkan
antarpribadi, dan kualitas supervisi. Bila
Tingkat Kepatuhan
dihubungkan dengan PMO, manakala
Tabel
7.
Karakteristik
Responden
PMO adalah relawan walaupun berasal
Berdasarkan Tingkat Kepatuhan
dari manapun juga, seperti petugas
di Puskesmas Kedurus Surabaya
kesehatan, LSM, Badan Perwakilan Desa
pada Bulan April 2012
(BPD), masyarakat atau keluarga lebih
No
Tingkat Jumlah Prosentase
didorong dengan karakteristik dari teori
Kepatuhan
motivasi, maka kinerja PMO akan lebih
1.
Patuh
18
69%
baik, walaupun faktor higenis tidak
mempengaruhi secara signifikan. Namun
2.
Tidak
8
31%
sebaliknya ketika PMO itu tidak didasari
Patuh
sifat kerelawan maka faktor higenis lebih
26
100%
Total
dominan mempengaruhi kinerja sebagai
PMO, semakin tinggi imbalan yang
Pengaruh Antara Karakteristik PMO
diperoleh maka semakin tinggi pula
dengan Tingkat Kepatuhan Responden
motivasinya sebagai PMO (Hasibuan,
2001). Dari uraian ini peneliti berpendapat
Tabel 8. Pengaruh Antara Karakteristik
bahwa kinerja PMO baik berperan maupun
PMO dengan Tingkat Kepatuhan
kurang berperan, dapat dilihat dari sifatnya
Responden
di
Puskesmas
untuk menjalankan perannya tersebut
Kedurus Surabaya pada Bulan
apakah PMO tersebut relawan atau tidak.
April 2012.
Sedangkan untuk tingkat kepatuhan
Patuh
Tidak
Kepatuhan
Juml
pasien dalam minum obat, dapat dilihat
Patuh
PMO
ah berdasarkan tabel 4.8, tingkat kepatuhan
Berperan
12
1 (8%)
13pasien dengan kriteria PMO berperan
(92%)
adalah 92%, sedangkan tingkat kepatuhan
Kurang
6 (46%)
7 (54%)
13pasien dengan kriteria PMO kurang
Berperan
berperan adalah
46%. Hal ini
Jumlah
18
8
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
cukup tinggi baik PMOnya berperan
maupun kurang berperan. Selain dari

faktor peran PMO, ada faktor lain yang


menunjang tingkat kepatuhan pasien TB
dalam minum obat yaitu menurut Suddart
dan Brunner (2002) beberapa variable yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan salah
satunya adalah variable demografi yang
meliputi usia dan pendidikan. Berdasarkan
tabel 4.5, sebanyak 13 orang (50%), pasien
berumur 21 35 tahun. Menurut Elizabeth
B. Harlock (1995) mengungkapkan bahwa
semakin cukup umur tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bertindak. Dalam hal
ini, usia pasien antara 21 35 tahun dirasa
sudah cukup matang dalam menghadapi
suatu masalah. Dan mereka sudah dapat
membedakan mana yang terbaik un tuk
dirinya sendiri. Selain itu faktor
pendidikan juga menunjang kepatuhan
pasien dalam minum obat. Berdasarkan
tabel 4.2, yang terbanyak pasien
berpendidikan SMA dengan jumlah 11
orang ( 42%). Menurut Notoadmodjo
(2003) mengungkapkan bahwa pendidikan
dan kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Ini artinya pasien yang
berpendidikan SMA sudah termasuk dalam
pendidikan tinggi. Seseorang yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima, mengolah dan
mencerna informasi yang diterima dan
mereka
lebih
termotivasi
untuk
menerapkan apa yang sudah diterima.
Sehingga pasien lebih termotivasi setelah
menerima penyuluhan ataupun penjelasan
dari PMO.
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
dari ulasan tentang hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan hasil penelitian tentang
peran PMO di Puskesmas Kedurus
Surabaya
dari
26
responden
didapatkan hasil bahwa terdapat 13
orang PMO dengan kriteria berperan
dan 13 orang PMO dengan kriteria
tidak berperan.

2) Berdasarkan hasil penelitian tentang


kepatuhan minum obat pada pasien TB
di Puskesmas Kedurus Surabaya dari
26 responden didapatkan hasil bahwa
terdapat 18 pasien yang patuh minum
obat dan 8 pasien yang tidak patuh
minum obat.
3) Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Kedurus
Surabaya tentang pengaruh PMO
terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien TB, dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya PMO mempengaruhi
kepatuhan pasien TB dalam minum
obat. Hal ini terbukti dari hasil
penelitian yang dilakukan telah
didapatkan hasil bahwa dari 13 orang
PMO yang mempunyai kriteria
berperan, 12 orang penderita TB telah
patuh minum obat yaitu dengan
prosentase 92%.
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh
peneliti derdasarkan kesimpulan adalah
sebagai berikut :
Bagi Puskesmas
Bagi
Puskesmas
agar
mempertahankan
kinerjanya
dalam
menanggulangi TB khususnya dalam hal
mendukung program pemerintah yaitu
DOTS yang salah satunya adalah dengan
adanya
PMO.
Diharapkan
tetap
melaksanakan
programnya
yaitu
memberikan motivasi baik pada penderita
maupun pada PMO keluarga agar tidak
terjadi putus obat.
Bagi Pengawas Menelan Obat
(PMO) diharapkan mampu menjalankan
perannya dengan penuh tanggung jawab
dan kerelaan, agar pasien TB dapat
menjalani pengobatannya hingga sembuh
secara total.
Bagi Institusi Keperawatan
Bagi
institusi
keperawatan
sekiranya dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai masukkan untuk
mengembangkan mata ajar komunitas
dalam
hal
meningkatkan
motivasi

mahasiswa keperawatan untuk dapat ikut


serta berperan aktif memberikan dorongan
bagi PMO agar dapat menjalankan
perannya dengan baik sehingga penderita
TB patuh dalam minum obat.
Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya
dengan menggunakan sampel lebih banyak
lagi dan cakupan area penelitian yang lebih
luas. Dan diharapkan menyertakan
lamanya pengobatan TB agar data yang
diperoleh lebih relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. (2002). Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis Cetakan Ke 7.
Depkes RI : Jakarta.
Ali,
Zaidin.
(2009).
Pengantar
Keperawatan Keluarga. EGC :
Jakarta
Danusanto, Halim. (2000). Buku Saku
Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates:
Jakarta.
Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosi.
Edisi 2. Jakarta.
. (2010). Bukan Batuk Biasa
Bisa Jadi TB Pegangan untuk
Kader dan Petugas Kesehatan.
Jakarta.
Effendi, Nasrul. (1998). Dasar dasar
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat Edisi 2. EGC : Jakarta.
Mandal, Bibhat K. (2008). Lecture Notes:
Penyakit
Infeksi.
Edisi
6.
Erlangga: Jakarta.
Manjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran. FKUI : Jakarta.
Nizar,
Muhammad.
(2010).
Pemberantasan
dan
Penanggulangan
Tuberkulosis.
Edisi 1. Gosyen Publishing:
Yogyakarta.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodelogi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Edisi 1. Salemba
Medika: Jakarta.

Notoadmojo, Soekidjo. (2003). Metode


Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta: Jakarta.
(2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta: Jakarta.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Riset
Keperawatan
Pertama.
Graha Ilmu: Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi
Suatu Pengantar. Rajawali Pers :
Jakarta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi 6. Renika Cipta:
Jakarta.
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis :
Epidemiologi,
Penularan,
Pencegahan,
dan
Pemberantasannya.
Edisi
2.
Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai