Anda di halaman 1dari 14

ANALISA POLA BIDANG SESAR PADA ZONA SUBDUKSI DI

PULAU SUMATERA
(Observasi Berdasarkan Hasil Penelitian yang Telah Dilakukan)

HAYATUL MUNA
1304107010006

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016

Analisa Pola Bidang Sesar Pada Zona Subduksi di Pulau Sumatera


(Observasi Berdasarkan Hasil Penelitian yang Telah dilakukan)
Hayatul Muna 1304107010006
Program Studi S1 Teknik Geofisika, Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala
Jl. T. Nyak Arief Darussalam Banda Aceh 233111
Email: hayatulmuna83@gmail.com
PENDAHULUAN
Secara tektonik posisi Kepulauan Indonesia berada pada zona tumbukan
tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan
lempeng samudera Pasifik. Ketiga lempeng tektonik tersebut memiliki jenis
bidang batas lempeng yang sama yaitu bidang batas konvergen yang membentuk
zona-zona subduksi (Ayu Fadillah Sari, 2010). Zona subduksi di Samudera
Indonesia merupakan hasil interaksi lempeng Indo-Australia yang bergerak ke
Utara dengan lempeng Eurasia yang bergerak ke Selatan. Subduksi lempeng IndoAustralia dengan Eurasia diduga berkorelasi dengan berbagai sistem sesar,
lipatan, cekungan dan gunungapi aktif yang terbentang dari Sumatera, Jawa, Bali,
hingga Nusa Tenggara.(Rina Dwi Indriana, 2008).
Lajur subduksi Sumatera merupakan lajur tempat lempeng Indo-Australia
menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Autralia bergerak ke arah
utara dengan kecepatan relatif terhadap lempeng Eurasia sebesar 7 cm/tahun .
Pergerakan lempeng menunjam ini sangat mempengaruhi aktivitas tektonik di
Pulau Sumatera dan Pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pergesekan pada lajur
Benioff pada lempeng yang menunjam menyebabkan aktivitas magmatik
sepanjang Pulau Sumatera yang muncul sebagai deretan gunungapi. Arah
subduksi yang relatif miring terhadap daratan Sumatera menimbulkan adanya
lajur sesar Sumatera dan lajur sesar Mentawai (Diement et al, 1992) yang
memanjang dari utara hingga selatan Pulau Sumatera dengan besar pergerakan
yang makin kecil di ujung selatan pulau (Lina Handayani, 2012).

OBSERVASI
Analisa Pola Bidang Sesar Pada Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Barat
dari Event Gempa pada tahun 2013
Muhammad Miftah Hasan dan Bagus Jaya Santosa, 2014. Jurnal Sains dan Seni
Pomits Vol.3 No.1
Data yang digunakan adalah data event gempa yang terjadi di Sumatera
Barat padatahun 2013 dengan magnituda lebih dari sama dengan 5 SR. Data
tersebut didapatkan dari www.webdc.eu, website dari GFZ yang menyediakan
data gempalokal. Pengolahan data dari GFZ dalam format seed. Diubah kedalam
format SAC yang akan digunakan dalam program ISOLA-GUI untuk menentukan
momen tensor dan focal mechanism. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih
dahulu ditentukan model bumi yang digunakan. Hasil yang diperoleh adalah besar
momen tensor masing-masing event gempa, dapat dilihat pada Gambar.1 berikut:

Gambar.1 Kurva estimasi dari fungsi green dan kurva dari data seismogram
Kurva Gambar.1 yang berwarna merah adalah kurva estimasi dari fungsi
Green dan kurva berwarna hitam adalah kurva dari data seismogram. Besar
kecocokan kurva ditentukan oleh varian reduksinya. Nilai satu menunjukkan
bahwa kurva hasil fitting berimpit penuh sedangkan nilai varian reduksinya nol

maka ketidakcocokan sangat besar, dapat dikatakan bahwa perbedaan kurvanya


sangat jauh berbeda.

Gambar 2. Posisi beach ball menggambarkan posisi epicenter (a). Besar beach
ball bervariasi yang ditentukan oleh besar magnetuda gempa (b). Besar beach ball
dibuat sama untuk mengetahui posisi masing-masing (GMT)

Gambar 3. Tiga sistem sesar yang melewati sumatera barat


Gambar 2 dan gambar 3 menunjukkan pola bidang sesar yang terbentuk di
daerah sekitar zona suduksi adalah dip-slip yang mempunyai pengaruh lebih
besar dalam menimbulkan suber gempa yang mempunyai magnetuda yang besar.

Gambar 4. Interpretasi dari penampang seismik di bawah MFZ (Mentawai fault


Zone)
Gambar 4 memperlihatkan adanya antiklin (struktur batuan yang naik)
yang berada di Sesar Mentawai yang disebabkan oleh dorongan dari lempeng
Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia. Dari penampang seismik tersebut
dapat dikatakan bahwa pola sesar yang ada di Mentawai adala pola sesar reverse
fault.
Analisa Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Selatan Pulau
Sumatera dari Event Gempa pada Tahun 2011-2014
Riski Salim dan Bagus Jaya Santosa, 2014. Jurnal Teknik Pomits
Vol.3 No.2
Data yang digunakan adalah data event gempa yang terjadi di wilayah
selatan Pulau Sumatera pada tahun 2011-2014 dengan magnetuda lebih dari sama
dengan 5 SR. Data tersbut didapatkan dariwww.webdc.eu, website dari GFZ yang
menyediakan data gempa lokal. Tahapan awal adalah merubah format data dari
format seed diubah kedalam format SAC untuk dapat diolah pada program

ISOLA-GUI.Hasil yang diperoleh adalah besar momen tensor masing-masing


event gempa, dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Hasil fitting kurva displacement dari data event gempa tanggal
02/01/2011 pada pukul 15:19:32 WIB. ((ISOLA-GUI)
Kurva pada gambar 5 yang berwarna merah adalah kurva estimasi dari
fungsi green dan kurva yang berwana hitam adalah kurva dari data seismogram.
Besar kecocokan kurva ditentukan oleh varian reduksinya. Nilai satu
menunjukkan bahwa kurva hasil fitting berimpit penuh sedangkan nilai varian
reduksinya nol maka ketidakcocokan sangat besar, dapat dikatakan bahwa
perbedaan kurvanya sangat jauh berbeda.

Gambar 6. Persebaran beach ball dari enam event gempa


Berdasarkan hasil pengolahan data pola bidang sesar diketahui adalah
strike slip namun beach ball yang diperoleh dari global CMT menunjukkan pola

bidang sesar adalah reverse, perbedaan ini diduga dikarenakan input data yang
berbeda walaupun tidak terlalu besar perbedaannya. Input data tersebut adalah
input data mengenai kedalaman centroid, pada hasil pengolahan data yang didpaat
dari webdc informasi kedalaman centroid adalah 24 km sedangkan dari global
CMT adalah 32.3 km. dari model ini diperbandingkan dengan hasil rekaman
seismogram

sebenarnya.

Dari

hasil

perbandingan

ini

dapat

diketahui

ketidakcocokan. Pola bidang sesar yang terbentuk didaerah sekitar zona subduksi
adalah dip-slip, hali ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa lokasi yang
berada pada zona subduksi mempunyai pola bidang sesar dip-slip yang
mempunyai pengaruh lebih besar dalam menimbulkan sumber gempa yang
mempunyai magnetuda yang besar. Batas lempeng yang konvergen pada dua
lempeng yang rigid antara lempeng Eurasia dan Indo-Australia menimbulkan pola
bidang sesarnya beerbentuk dip-slip yang terjadi disepanjang zina subduksi
Sumatera (megathrust). Wilayah selatan pulau Sumatera diketahui terdapat zona
sesar Sumatera yang dikenal sebagai zona sesar Semangko yang membelah pulau
Sumatera menjadi dua bagian, sesar ini membentang di sepanjang Bukit Barisan
dari Teluk Semangko di Selat Sunda hingga wilayah utara Aceh.
Pemodelan Dua Dimensi Data Gravitasi di Wilayah Riau dengan Metode
Talwani (Studi Kasus Lokasi X)
Supriyanto Rohadi dan Rudi Darsono, 2015 Jurnal Meteorologi dan Geofisika
Vol.16 No. 2 tahun 2015 : 105-112
Data yang digunakan adalah data pengamatan gravitasi yang dilakukan
oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Wilayah Riau
(Lokasi X) dengan menggunakan gravimeter Autograv Scyntrex CG-3. Titik
pengamatan yang dianalisis sebanyak 245 titik dari sebaran titi pengamatan dibuat
grid teratur ( Gambar 7). Data yang diperoleh berupa data pembacaan langsung
dengan koreksi drift dan koreksi pasang surut. Dilakukan juga keroksi uadara
bebas, koreksi Bouger dan koreksi Terrain.

Gambar 7. Peta lokasi daerah penelitian dan sebaran titik pengamatan

Gambar 8. Kontur topografi dan distribusi grid pengamatan


Dalam pengamatan graviti yang dicari adalah variasi rapat massa
(densitas) untuk menggambarkan keadaan geologi bawah permukaan. Salah satu
metode untuk mengestimasi rapat massa rata-rata permukaan suatu wilayah
penelitian adalah metode Nettleton.

Gambar 9. Profil densitas terhadap topografi lokal. Beberapa profil


graviti tereduksi oleh faktor elevasi terkait dengan densitasnya,
densitas optimal adalah 2,2 g/cm3 yaitu profil yang memiliki
korelasi minimun terhadap topografi.

Gambar 10. Grafik estimasi rapat massa (Rho 1.9 2.9 g/cm3)

Gambar 11. Nilai korelasi densitas anomali Bouguer dan topografi


Harga rapat massa didekati metode Nettleton kerana wilayah pengamatan
merupakan daratan tinggi dengan elevasi yang bervariasi. Secara kuantitatif,
metoda ini menerapkan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap referensi
tertentu dengan anomali gaya beratnya. Nilai korelasi silang yang terkecil
merupakan rapat massa permukaan rata-rata terbaik (Gambar 10). Nilai rapat
massa batuan diperoleh 2,4 g/cm3. Nilai tersebut diambil berdasarkan nilai
korelasi

yang paling kecil berarti bahwa perubahan ketinggian tidak

mempengaruhi pada perubahan nilai anomali Bouguer. Nilai ini menggambarkan


kondisi batuan di sekitar wilayah pengamatan yang sebagian besar adalah batu
pasir (sandstone), oleh karena itu dapat dihitung koreksi Bouguer, anomali
Bouguer dan juga anomali residu wilayah pengamatan.
Berdasarkan tinjauan lokasi daerah penelitian dilalui oleh patahan yang
berarah Tenggara barat laut yang searah dengan pataha Sumatera. Oleh karena
itu perlu dibuat cross section yang berarah tegak lurus terhadap patahan tersebut
(Gambar 12), selanjutanya diolah dengan metode Talwani menggunakan software
GRAV2DC (Gambar 13).

Gambar 12. Lintasan cross section AB

Gambar 13. Hasil pemodelan GRAV2DC


Dari penampang hasil pemodelan GRAV2DC (Gambar 13) berdasarkan
lintasan AB yang telah dibuat didapatkan model patahan naik dengan penurunan
massa pada bagian tengahnya (graben). Patahan ini merupakan sistem pembentuk
sedimen pada wilayah penelitian.

Gambar 14. Peta kontur anomali Bouguer

Gambar 15. Peta kontur anomali residual


Berdasarkan peta anomali Bouguer (Gambar 14) dan anomali residual
(Gambar 15) dapat ditunjukkan adanya kelurusan pola kontur anomali yang
berarah Tenggara Barat Laut dan Barat daya Timur Laut. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat sistem sesar pada wilayah penelitian, yaitu: Sesar
utama dengan arah Tenggara Barat daya yang diinterpretasikan sebagai patahan
naik. Arah sesar ini sesuai dengan Sistem Sesar Sumatera; Sesar-sesar lain dengan
arah Barat Daya Timur Laut yang membentuk blok atau penurunan
bidang/graben. Hasil pemodelan yang dibuat dapat disimpulkan bahwa posisi
sesar secara umum terletak antara nilai anomali gravitasi minimum dan anomali
gravitasi maksimum.

KESIMPULAN

Pola bidang patahan yang terjadi di Sumatera Barat yang ditandai oleh
gempa pada tahun 2013 adalah pola reverse fault di Sesar Mentawai dan
dip-slip di zona subduksi sunda trench.

Wilayah selatan pulau Sumatera diketahui terdapat zona sesar Sumatera


yang dikenal sebagai sesar Semangko yang membelah pulau Sumatera
menjadi dua bagia, sesar ini membentang di sepanjang Bukit Barisan dari
teluk Semangko di Selat Sunda hingga wilayah uatara Aceh.

Dari penampang hasil pemodelan GRAV2DC didapatkan model patahan


naik dengan penurunan massa pada bagian tengahnya (graben). Patahan ini
merupakan sistem pembentuk sedimen pada wilayah penelitian. Hasil
pemodelan yang dibuat dapat disimpulkan bahwa posisi sesar secara
umum terletak antara nilai anomali gravitasi minimum dan anomali
gravitasi maksimum.

DAFTAR PUSTAKA
Diement et al, 1992. Mentawai Fault zone of Sumatra: A New Key to the
Geodynamics of Western Indonesia. Geology, v.20, p. 259-262, March
1992
Fadillah, A., Sari, 2010. Pemodelan Bawah Permukaan dan Zona Subduksi
Daerah Kepulauan Nusa Tenggara Berdasarkan Data Anomali Medan
Gravitasi Regional. Skripsi. Jurusan Fisika, fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Diponogoro, Semarang.
Handayani, L., Permana, H., dan Gaffar, E., Z. 2012. Segmentasi tektonik aktif
pada Lempeng Mikro Sumatera Bagian Utara (Aceh) ditinjau dari
sebaran episenter gempa bumi. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi,
Vol. 3 No. 2 Agustus 2012: 71-77
Hasan, M., Miftah, dan Santosa, B., Jaya. 2014. Analisa Pola Bidang sesar Pada
Zona Subduksi di Wilayah Sumatera Barat dari Event Gempa pada tahun
2013. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 3, No.1, (2014) 2337-3520 (2301928X Print)
Indriana, D., Rina, 2008. Analisa Sudut Kemiringan Lempeng Subduksi di Selatan
Jawa Tengah dan Jawa Timur Berdasarkan Anomali Gravitasi dan
Implikasi Tektonik Vulkanik. Berkala Fisika, Vol. 11, No.3, Juli 2008 hal.
89-96
Rohadi, Supriyanto, dan Darsono, Rudi. 2015. Pemodelan Dua Dimensi Data
Gravit di Wilayah Riau dengan Metode Talwani (Studi Kasus Lokasi X).
Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol.16, No. 2 Tahun 2015
Salim, Riski, dan Santosa, B., Jaya. 2014. Analisa pola bidang bidang sesar pada
zona subduksi di wilayah selatan pulau sumatera dari event gempa pada
tahun 2011-2014. Jurnal Teknik Pomits, Vol.3, No.2 (2014) ISSN: 23373539 (2301-9271 Print)

Anda mungkin juga menyukai